Kongkow Nulis dan Segala Impiannya

by - Februari 19, 2016

Kali ini saya ingin bercerita keluarga baru yang sudah lama diidamkan, Kongkow Nulis. Di mulai dari hal sederhana, ketika banyak anak muda lain melakukan banyak perubahan dan kemudian menginspirasi teman – teman lainnya. Saya begitu terkagum dan terkesima ingin berbuat sesuatu juga.

Kongkow Nulis adalah impian saya sejak kecil. Impian bertemu teman – teman yang saya harapkan hadir sejak dulu Sejak saya duduk di sekolah dasar. Saya pernah mendapatkan predikat siswa aneh, di ‘label’ makhluk aneh karena mengoleksi buku dan membaca buku yang tak seharusnya di baca anak sekolah dasar karena dua tingkat lebih tinggi. Hmm.. tapi bukan berarti karena saya suka dengan buku, saya tergolong siswa excellent, saya masih tergolong siswa lemot dengan prestasi akademik yang biasa, naik turun tergantung keberuntungan. Dibanding teman – teman yang lain, ibu saya sendiri mengatakan saya perlu effort lebih untuk menjadi mengerti, saya perlu belajar tengah malam untuk ujian sekolah. Itu rutinitas yang saya lakukan setiap ujian, Alhasil masih selalu kalah dengan nomor satu yang memang lahir dalam keadaan jenius hehe.
Kebiasaan saya yang berbeda dengan buku dan aktifitas menulis diary menjadi hal aneh bagi teman – teman saya terhadap saya, tak jarang saya sulit mendapatkan teman asyik berbicara. 

Keresahan itu berlangsung hingga saya duduk dibangku perkuliahan, Hingga akhirnya kongkow nulis yang saya bangun bersama teman satu pemikiran dan keresahan yang sama membincangkan hal ini. Walau kami memiliki style dan selera bacaan yang berbeda. Kongkow Nulis memberikan suasana baru dan menemukan teman baru yang sebagian besar barangkali punya masalah yang sama, teman asyik untuk ngobrol mengenai buku dan menulis. Sederhana :) kan ? dimulai dari sebuah keresahan.
Sepanjang perjalanan ini, kongkow nulis memiliki misi besar untuk membuat core environment untuk menyampaikan asyiknya membaca buku dan menulis. Awal yang sederhana.

Zaman modern saat ini, orang – orang beralih dengan gadget dan televisi. Belum selesai indonesia ingin di edukasi mengenai melek baca dan budaya membaca, sudah kehadiran tamu baru bernama globalisasi teknologi. Alhasil, kita terjebak. Hitung deh, yang menjadikan membaca adalah aktivitas utama dalam hidupnya ? Beli buku masih dapat dihitung jari teman – teman yang menyukai aktivitas ini. Paling - paling membeli karena paksaan. Virus anti membaca ini hadir di kalangan generasi lanjutan yang saat ini lebih tahu gadget dan televisi ketimbang buku yang mereka katakan sudah kuno. Kita pandangi adek – adek kita satu – satu, bagaimana reaksi mereka mengenai gadget atau buku ?

Walaupun kehadiran media online sudah membuat sebagian besar masyarakat Indonesia melek akan informasi, tapi tidak seiring dengan peningkatan kualitas yang di dapat.  Saya harap saya mendapatkan data konkret melihat fenomena ini. Indonesia masih kalah jauh mengenai literasi, masih banyak anak – anak pelosok yang masih menikmati buku – buku lama dan sudah kelewat basi informasi. Tak usah jauh – jauh, cukup di kota kita, kita masih menemukan fakta itu dengan melihat mirisnya keadaan perpustakaan.

Kongkow nulis ibarat satu paket impian, impian dari orang – orang yang di dalamnya dengan beraneka ragam background. Ada mahasiswa, blogger, praktisi media, penulis sastra, penulis buku non fiksi, dokter, psikolog, dan mereka itu masih dalam satu kesatuan teman – teman relawan, belum berkenalan dengan teman – teman member yang masih kita himpun datanya.
Ditengah keterbatasan yang kami miliki untuk bertemu karena kesibukan. Kami menjadikan kecanggihan teknologi meng – influence semangat itu dengan rasa kekeluargaan, dimana kami tidak pernah akan bosan bertemu, selalu rindu, dan banyak hal lainnya.

Kami ingin mengajak teman – teman yang belum tersentuh, dan masih asing dengan dunia buku yang cenderung di strereotip kan anak – anak akademis, menggunakan kaca mata tebal, kuper dan hal lainnya. Inget gak label itu kepada anak – anak yang suka baca buku ?
Label itu secara tidak langsung membuat kita terpengaruh bahwa baca buku = kuper, culun, cupu, dan ga gaul, ya kan ?

Coba deh kita nilai diri sendiri, kalau baca buku di tempat umum ? masih malu kan ? Walaupun keberadaan ebook sebenarnya membantu kita untuk membuat kita lebih mudah membaca dengan banyak bacaan dengan bawaan yang ringan, tapi bisa dihitung jari deh dari kita yang membaca. Misalnya lagi jalan – jalan, nungguin angkot dan lain – lain, jarang sekali dari kita disaat kita buka gadget itu sedang membaca e-book, paling – paling buka sosial media, chatting ? bener gak ? 

Gengsi banget deh baca buku. Takut dikatain sok pinter-lah, lagi jaim dah, masih banyak stereotip yang muncul di benak kita tentang pandangan orang lain kalau kita sedang bawa buku dan membacanya ditempat umum.

Fenomena kecil ini yang sederhana ini sebenarnya menunjukkan virus gengsi yang berkembang di kalangan anak muda yang sebagian besar masih belum sadar akan pentingnya membaca dan kemudian memberikan pengaruh atau berbagi dengan menulis.
Jika negara maju, satu orang bisa mengkonsumsi bacaan lebih dari empat buku. Indonesia masih dapat dihitung satu orang bisa baca apa enggak. Masih banyak orang – orang yang belum melek literasi, angka buta huruf juga masih ada.

Kongkow nulis memang tidak membuat langkah besar secara langsung yang barangkali di lakukan oleh teman – teman lainnya yang mengirimkan paket buku ke pelosok, atau melakukan terjun lapangan langsung ke berbagai daerah untuk memberikan bantuan langsung berupa buku. Kongkow Nulis masih sangat muda belia, di dasari oleh keresahan anak muda yang ibaratnya kesepian mencari teman berkawan. Tapi ternyata ada misi besar yang harus kami emban sebagai seorang pembaca dan penulis untuk mengajak yang lainnya untuk berbuat sesuatu dimulai dari hal kecil, yakni mengajak lingkungan terdekat kami, teman – teman dekat kami dahulunya untuk beranjak dari hal buruk ke dalam hal baik. dan kami memiliki tagline : read, write, publish, and inspire. Tagline yang menggambarkan sebagian besar aktifitas kami di kongkow nulis.

Istilah kongkow juga yang ‘stereotip’ istilah anak gaul itu ingin dibentuk agar menarik siapapun orang terutama menjadikan si gaul yang anti baca, menjadi siapapun baca buku dia adalah anak yang gaul. Bahwa nongkrong itu bisa melakukan hal bermanfaat, bisa berdiskusi literasi, sharing ilmu, dan melakukan aktifitas positif. Bukan bergunjing, main game, apalagi judi. Duh enggak bangeet.
Kongkow nulis menyadari bahwa ia masih sangat kecil dan muda, untuk tumbuh dan berkembang ia butuh asuhan orangtua yang bisa mendidik mereka. Maka dari itu dimulai, kongkow nulis membuka tangan dan lebar untuk berkolaborasi dan menampung banyak ide dan aspirasi untuk inovasi kongkow nulis kedepannya.

Lalu, saya sendiri memiliki prinsip bahwa mengajak kebaikan itu bukanlah kepada orang – orang yang sudah baik saja, tapi hal yang paling penting yang sering dilupakan para da’I (yakni diri kita) adalah orang – orang yang masih belum tersentuh akan itu. Agar kita menjadi cahaya buat mereka. InsyaAllah:)

Ingin tahu lebih banyak tentang kongkow nulis, bisa cek di www.kongkownulis.com
Salam Menginspirasi! Salam Kongkow-ers

You May Also Like

11 comments

  1. Gimana kak mau ikutan kongkow nulis? Keren banget deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. dek rezky, caranya kunjungi web kita ya di http://www.kongkownulis.com, nanti ada satu page khusus buat join member atau volunteer :D
      atau bisa langsung kunjungi group facebooknya, dengan ketik keyword "Kongkow Nulis" dan join disana ..
      Terimakasih :D

      Hapus
  2. Gimana kak mau ikutan kongkow nulis? Keren banget deh

    BalasHapus
  3. kongkow nulis emang keren kak :)

    BalasHapus
  4. kegiatannya hanya untuk menulis di buku aja ya...
    lagi galau gmana cara nulis di blog soalnya :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak kang, kegiatan kita random tema tapi dalam satu segmen yang berhubungan dengan kegiatan membaca dan menulis.
      kita juga ada kewajiban bagi para member untuk ikut One Week One Post :)

      Hapus
  5. Mau gabung nih, aku anak Pekanbaru kak Melati :(( tapi aku anak Tumblr jadi vibe and sense kita mungkin berbeda, masih bisa gabung kah kak? Ke sini ya kalau mau tulisan aku --> kikiadnankarim.tumblr.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gapapa siapapun bisa ikutan.. kamu gabung di fb kita yaa di group facebooknyaa.. :) selalu terbuka buat siapa aja.

      Hapus

What's your opinion about this article ?