Jurnal Ramadhan E6 : Menjauhi Prasangka

by - Mei 22, 2018




Tema kali ini relate banget dengan kejadian belakangan ini. Siapa sih yang ga pernah berprasangka ? Semua orang pernah berprasangka. Kalau belajar Ilmu Komunikasi di kampus dulu, prasangka terjadi karena ada kepingan pengetahuan yang tiba – tiba datang dan ga tahu asal usulnya dari mana. Seringkali prasangka dijadikan pembenaran, sebuah fakta. Padahal sangat jelas prasangka itu adalah sebuah kabar burung yang perlu diteliti lagi.

Prasangka itu ada dua ; Prasangka buruk dan prasangka baik. Kebanyakan dominan seringkali kita melakukan prasangka buruk ketimbang yang baik. Kita sering menjudge orang lain dengan hal – hal buruk terhadap yang belum pasti kebenarannya.

Dalam islam sudah dijelaskan di dalam Al-Quran surah Al Hujurat 12 mengenai perintah untuk tidak berprasangka buruk bahkan sampai mencari – cari kesalahan oranglain.

“Hai orang orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari – cari kesalahan oranglain,”

Rasulullah juga bersabda dalam sebuah hadits ;
“Berhati – hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk adalah sedusta dustanya ucapan. Jangan saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci, Jadilah kalian hamba – hamba Allah yang bersaudara” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari Hadits No 6064 dan Muslim Hadits No 2563.

Ada yang bisa kita teladani dari kisah ini ; dan kita bisa pelajari perkataan dari Sufyan bin Husain, penjelasannya sebagai berikut :
“Aku pernah menyebutkan kejelekan seseorang di hadapan Iyas bin Mu’awiyyah. Beliaupun memandangi wajahku seraya berkata, “Apakah kamu pernah ikut memerangi bangsa Romawi?” Aku menjawab, “Tidak”. Beliau bertanya lagi, “Kalau memerangi bangsa Sind, Hind (India) atau Turki?” Aku juga menjawab, “Tidak”. Beliau berkata, “Apakah layak, bangsa Romawi, Sind, Hind dan Turki selamat dari kejelekanmu sementara saudaramu yang muslim tidak selamat dari kejelekanmu?” Setelah kejadian itu, aku tidak pernah mengulangi lagi berbuat seperti itu.” (Kitab Bidayah wa Nihayah karya Ibnu Katsir (XIII/121)

Prasangka Buruk sendiri bisa dibedakan menjadi 3 bagian, yakni :

Prasangka Buruk terhadap diri sendiri (nafs ammarah)
Prasangka buruk terhadap diri sendiri biasanya ditandai dengan tidak adanya kepercayaan diri terhadap kemampuan untuk melakukan suatu hal dan cenderung selalu takut gagal. Hal ini tidak baik untuk dilakukan sehinggi diri anda tidak bisa berkembang. Diperlukan cara agar hati tenang dalam islam agar terhindar dari berprasangka buruk terhadap diri sendiri. Sama hal nya yang saya pernah tulis mengenai memaafkan diri sendiri. Disini saya belajar, ketika saya belum bisa memaafkan berarti saya sudah melakukan dosa prasangka buruk pada diri sendiri.


Prasangka Buruk terhadap orang lain
Prasangka buruk terhadap orang lain ditandai dengan sikap selalu mencari – cari kesalahan orang lain. Apapun tindakan orang yang tidak kita sukai pasti akan selalu dihubungkan dengan hal – hal yang buruk padahal belum tau kebenaranya seperti apa. Biasanya setelah berprasangka buruk seperti itu hati pelaku akan merasa. Alangkah baiknya jika anda mengetahui cara menghilangkan dendam dalam islam.

Prasangka Buruk kepada Allah Swt
Prasangka buruk kepada Allah biasanya timbul karena doa yang dipanjatkan tidak kunjung terkabul. Ada juga karena banyaknya musibah yang datang silih berganti. Hal seperti itulah yang memancing seseorang berprasangka buruk kepada Allah Swt. Untuk itu anda perlu mengetahui sifat orang yang bertakwa.

Berikut sabda Rasulullah Saw :
“Jauhilah prasangka, karena prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta.” (HR. Bukhari-Muslim).

Saya sudah sering mengalami banyak konflik dan menjadi akarnya adalah prasangka. Saya menyadari prasangka ini seperti kue lezat syaitan menghasut manusia terutama orang – orang beriman untuk saling memusuhi saling menyakiti. Sama hal nya saat ini dimana kita mengalami shock terhadap identitias muslim yang melakukan terorisme dengan menggunakan detail – detail sebagai seorang muslim. Tindakan mereka menimbulkan prasangka. Tindakan mereka menimbulkan interpretasi. Sebagai muslim yang baik yaitu mampu mengenali prasangka tersebut dan meresponnya dengan baik. Bukan kemudian ikut mengkeruhkan suasana dengan memberikan pandangan negatif mendiskriminasi dan kemudian mengeneralisasi.

Karena tahapan prasangka dimulai dari ketakutan, ketidak tenangan, yang mana muncul ketika kita tidak sedang dekat pada Allah. Ini muncul yang kemudian menjadi bahan syaitan untuk menghasut kita melakukan prasangka yang iya bisikan. Asumsi yang kita miliki untuk prasangka terhimpun dan seolah menjadi fakta valid untuk kita. Padahal itu semu, itu makanya ketika kita berprasangka kita diminta tabbayun dengan benar. Dengan orang juga yang baik pemikiran dan bijaksana yang ikut terjun mendampingi kita agar bisa mengingatkan ketika prasangka tersebut melebar dan menjadi fakta yang kemudian kita benarkan hingga akhirnya menimbulkan konflik dan terbentuk banyak kubu.

Semoga di Ramadhan kali ini, kita menjadi sosok yang bebasa atas prasangka apapun. Senantiasa berprasangka baik pada diri sendiri, oranglain dan tentunya Allah ketika diberi ujian.

*********

Tulisan ini murni menasehati diri saya, dan semoga bermanfaat untuk teman - teman

You May Also Like

0 comments

What's your opinion about this article ?