Waktu kumpul bersama temen – temen Blogger Pekanbaru. Ga nyangka dapat kesempatan untuk cicipin dan kasih hadiah ke orang tersayang buat Holiday singkat di Fox Harris Pekanbaru. Juju raja sih, saya baru pertama kali mendapatkan kesempatan kayak begini haha. Biasanya temen – temen bilang Bahasa kerennya itu Staycation. Staycation adalah istilah zaman “now” bisa dibilang liburan singkat tapi ga kemana – kemana melainkan bisa saja dalam satu kota. Dikutip di kompas travel, staycation itu berasal dari kata “stay” (tetap) dan “vacation” (liburan) yang menjadi kata yang kita kenal sekarang staycation.
Muhasabah biasa lebih dikenal evaluasi dan introspeksi diri. Mungkin kita seringkali mendapati kata ini ketika mengikuti kegiatan pesantren kilat dengan momen doa renungan menyesali dosa – dosa kita.
Di dalam Hadits nabi Muhammad SAW, beliau bersabda,
“Dari Syadad bin Aus r.a, dari Rasulullah SAW, bahwa beliau berkata, “Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT”. (HR. Imam Tirmidzi).
“Dari Syadad bin Aus r.a, dari Rasulullah SAW, bahwa beliau berkata, “Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT”. (HR. Imam Tirmidzi).
Muhasabah, dalam arti disini ialah mengintropeksi akan diri sendiri, menghitung diri dengan amal-amal perbuatan yang pernah di masa-masa yang sudah lalu, baik yang baik dan buruk.
Manusia yang beruntung dalam Qur’an dijelaskan adalah manusia yang senantiasa memperbaiki diri dan selalu mempersiapkan dirinya untuk kehidupan yang kekal abadi kelak di akhirat.
Dalam konsep ini keberuntungan dan kesuksesan yang dimaksud ialah manusia yang selamat kelak di yaumul akhir.
Ketika kita senantiasa melaksanakan muhasabah, di setiap waktu setiap detik seorang hamba tidak akan menyia-nyiakan waktu yang telah Allah berikan dalam kehidupannya, di sisa umurnya kita sebagai seorang hamba akan berusaha dengan sebaik-baiknya memanfaatkan waktu kita untuk melakukan hal – hal baik demi meraih keridhaan dan tujuan hanya karena Allah SWT.
Juga di dalam kegiatan sehari - sehari, bila kita menjadi seseorang yang senantiasa bermuhasabah, kita akan senantiasa memperbaiki akhlak untuk bisa hidup sebagai manusia yang sebaik-baiknya dan dicintai Allah SWT dan kita akan bisa hidup dengan damai dan tentram.
Apa yang kita dapatkan ketika bermuhasabah ?
Terdapat beberapa manfaat yang kita dapat dari bermuhasabah beserta keutamaan yang akan di dapatkan oleh orang beriman yang senantiasa bermuhasabah, yaitu :
• Dengan senantiasa bermusahah diri, makan setiap muslim akan bisa mengetahui akan kelemahan serta sadar akan aib dari dirinya sendiri, baik itu dalam hal amalan ibadah, maupun aktivitas lain dalam kehidupan duniawi. Sehingga, dengan begitu ia akan tahu apa yang harus ia lakukan untuk memperbaiki diri dan berbuat baik. Jadi kita ga akan ada waktu untuk mengoreksi orang lain, mencari kesalahan orang lain dan bersikap ikut campur dengan kehidupan orang lain.
• Dalam hal batin kita, kita akan lebih menyadari akan hak dan kewajiban sebagai seorang hamba Allah SWT, serta sebagai seorang hamba kita akan lebih memahami hakikat dari ibadah yang sebenarnya, bahwasannya segala apa-apa yang dilakukan, segala perbuatan serta amal-amal ibadah semata-semata hanya karena Allah Ta’ala, semoga senantiasa kita smeua mendapati rahmat dan cinta kasih-Nya dan Allah mengampuni segala dosa-dosa yang ada didalam diri kita.
• Kita akan menjadi seseorang akan lebih mengetahui segala sesuatu yang dimana itu baik atau buruk, sesuatu hal yang benar atau batil entah itu baik atau besar maupun sekecil apapun dari keduanya itu. Kita akan menjadi seseorang akan sadar bahwasannya segala apa-apa yang kita lakukan akan kita pertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT di akhirat nanti. Inilah salah satu hikmah dari apabila kita menjadi seorang hamba yang senantiasa bermuhasabah diri dan introspeksi diri.
• Seseorang yang di dalam dirinya senantiasa bermuhasabah akan takut akan kemaksiatan dan keburukan, ia sadar bahwa setiap tingkah perbuatan setap saat setiap waktu senantiasa di awasi oleh Allah SWT. Serta didalamnya, kita sadar bahwa kedamaian ialah berbuat kebaikan dan amal sholeh untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sehingga seorang hamba yang senantiasa bermuhasabah akan sangat membenci hawa nafsu dan senantiasa mewaspadainya.
Menjadi sosok yang sangat rajin bermuhasabah, akan menjadikan diri kita selalu uptodate.
Selalu menaikkan kualitas dan kapasitas diri. Berwawasan dan tentunya kita bisa manusia yang lebih dewasa dan bijaksana dalam menjalani masalah kedepannya.
Semoga kita menjadi sosok yang selalu ingat untuk mengevaluasi diri.
Sharing ini dimulai ketika banyak teman – teman sekeliling masih down dan memandang rendah dan negatif dirinya. Lebih mengenal hal itu ketimbang kelebihan yang dimiliki. Sedih rasanya. Tapi memang diakui membangun kepercayaan diri butuh waktu dan juga effort. Bagi orang tua dimulai dengan mengajari anak sedari dini untuk mengenal sikap – sikap baik dan berani menunjukkannya. Memuji karyanya dan membangun rasa bangga pada diri. Bagi kita yang kian hari mungkin terkikis. Bisa dimulai dengan mengumpulkan banyak alasan kelebihan yang dimiliki ketimbang negatif yang ada dalam diri.
Dalam surat Al-Hijr ayat 55, Allah berfirman: Artinya:
Mereka menjawab: “Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, Maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa”.
Dalam ayat ini Allah terang menjelaskan, janganlah kita mudah menyerah dalam apapun termasuk dalam membangun kepercayaan diri.
Ada beberapa hal menurut saya yang hal sederhana untuk mulai meningkatkan kepercayaan diri ;
1. Gali Kelebihan Diri
Ini penting seperti yang saya sampaikan tadi bahwa kepercayaan diri itu adalah inti dari percaya pada kemampuan diri dimulai dengan menggali kelebihan diri walau yang terkecil. Misal, kita bisa memasak, bisa bangun pagi, bisa menjadi pendengar yang baik. Coba kita list banyak kelebihan kita dan niatnya untuk bisa membangun kepercayaan diri ya, bukan riya hehe.
2. Bertanya pada orang lain tentang kelebihan diri
Kadang objektifitas kita untuk mengenal diri memang seringkali tidak begitu peka ketimbang dengan pandangan orang lain terhadap diri kita. Jadi coba Tanya orang terdekat kita, sahabat, orang tua, teman, partner untuk sharing mengenal pribadi diri dan pandangan mereka terhadap diri kita. Bisa juga bisa menjadi sarana introspeksi diri untuk memperbaiki hal yang kurang maksimal di diri kita.
3. Mencoba Hal Baru Di depan Publik
Nah, kebanyakan kita itu tidak mau mencoba. Inti dari memecah kegugupan menjadi berani adalah mau mencoba untuk melawan tantangan kegugupan tadi. Mungkin dimulai jadi MC kegiatan dan event kecil. Aktif dalam forum dan berkegiatan untuk mengutarakan pendapat. Latih terus. Lama – lama akan terbangun kepercayaan diri untuk bisa berani berbicara terutama.
4. Jangan Membandingkan Diri
Setiap orang pasti punya kelebihan masing – masing bukan. Ketika kita membandingkan diri dengan orang – orang hebat terutama dalam kepercayaan dirinya. Misalnya Sarah Sechan, Choky Sitohang dan MC lainnya. Sama halnya membuat jurang pemisah diri kita untuk semakin minder bukan percaya diri. Percayalah, setiap orang yang hebat sekarang dimulai dari proses sederhana dulu yang senantiasa dilatih setiap waktu dan konsisten.
5. Banyak Membaca dan Diskusi
Perbanyak menyerap bacaan, dan rajin berdiskusi membuat kepekaan kita akan sekitar akan meningkatan. Kita juga bisa meningkatkan jiwa kritis kita untuk bisa menjadi yang tampil beda untuk menemukan sudut pandang baru. Diskusi yang berisi, yang berisi orang – orang positif kelak memancing rasa keingintahuan kita. Nah ini yang perlu kita lestarikan.
6. Mempersiapkan Diri
Ini penting, ketika kita akan tampil ataupun kita mengikuti forum. Kita bisa mempersiapkan diri agar lancar terutama bagi kita yang pemula. Saya jujur percaya pada kaidah 10.000 hours. Semakin sering terlatih, lambat laun durasi mempersiapkan diri akan berkurang dengan sendirinya. Bahkan kita kelak akan terbiasa tampil dadakan dan tetap baik. Jadi latih terus dan jangan takut salah.
7. Teknik “Jika-Maka”
Teknik “Jika-Maka” ini sederhana, namun hasilnya sangat efektif. Mengapa? Karena Anda mempersiapkan sesuatu bila situasi dan kondisi tidak sesuai yang Anda harapkan, sebaik apa pun Anda melakukan persiapan. Misalnya, Saya tidak gugup kalau melakukan ini, Jika saya terbatah – batah maka saya akan melontarkan kata ini. Saya sendiri diawal – awal baru melatih untuk bisa percaya diri ketika tampil saya selalu minum susu coklat sebagai peredam kegugupan saya. Walaupun itu hanya sebuah sugesti yang saya buat sendiri. Tapi di awal sangat dan benar – benar bekerja. Namun, lambat laun saya sendiri tidak selalu membutuhkannya lagi.
8. Jangan Takut Salah
Jangan takut salah paling penting. Karena biasanya ini yang jadi penghalang kita untuk percaya diri. Takut dihakimi takut dijadikan bahan tertawaan. Padahal ketika kita kedepan, ada survey yang membuktikan bahwa orang yang jadi audience mengharapkan pembicara didepan melakukan presentasi atau juga berbicara dengan lancar. Tidak ada yang berniat di awal untuk memberikan pandangan negative terhadap pembicara kedepan. Jadi untuk apa kita takut salah, walau pada kenyataannya dibuktikan mereka selalu berpikir baik kepada siapapun yang berbicara.
Mungkin ini sedikit banyak sharing saya dapatkan terutama beberapa prinsip percaya diri yang saya pegang untuk membangun kepercayaan diri. Semoga bermanfaat ya teman – teman.
Tulisan ini terinspirasi pada kebanyakan kita yang habis waktunya mengomentari karya orang lain. Bahkan pedihnya menghakimi apa yang dilakukan. Kadang juga menemukan banyak yang “menyinyir” terhadap bentuk kata – kata baik yang dilontarkan. “Emang lu dah bikin apa?” Emang lu udah menghasilkan apa?
Pedihnya lagi kita suka menghakimi mimpi orang lain. Apalagi mimpi yang besar kadang kala ga mampu di akal pikiran kita. Kita sekarang dengan mudahnya melakukan “hate speech” membully orang lain di media social dengan gampangnya. Melontarkan cacian, makian, dan kata – kata menyakiti. Padahal Rasul kita melarang keras hal itu.
Ada beberapa wasiat yang disampaikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Abu Jurayy Jabir bin Sulaim. Wasiat yang pertama kita ulas adalah jangan sampai menghina dan meremehkan orang lain. Boleh jadi yang diremehkan lebih mulia dari kita di sisi Allah.
Abu Jurayy Jabir bin Sulaim, ia berkata, “Aku melihat seorang laki-laki yang perkataannya ditaati orang. Setiap kali ia berkata, pasti diikuti oleh mereka. Aku bertanya, “Siapakah orang ini?” Mereka menjawab, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Aku berkata, “‘Alaikas salaam (bagimu keselamatan), wahai Rasulullah (ia mengulangnya dua kali).” Beliau lalu berkata, “Janganlah engkau mengucapkan ‘alaikas salaam (bagimu keselamatan) karena salam seperti itu adalah penghormatan kepada orang mati. Yang baik diucapkan adalah assalamu ‘alaik (semoga keselamatan bagimu.”
Abu Jurayy bertanya, “Apakah engkau adalah utusan Allah?” Beliau menjawab, “Aku adalah utusan Allah yang apabila engkau ditimpa malapetaka, lalu engkau berdoa kepada Allah, maka Dia akan menghilangkan kesulitan darimu. Apabila engkau ditimpa kekeringan selama satu tahun, lantas engkau berdoa kepada Allah, maka Dia akan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan untukmu. Dan apabila engkau berada di suatu tempat yang gersang lalu untamu hilang, kemudian engkau berdoa kepada Allah, maka Dia akan mengembalikan unta tersebut untukmu.”
Abu Jurayy berkata lagi kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berilah wasiat kepadaku.”
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memberi wasiat,
“Janganlah engkau menghina seorang pun.” Abu Jurayy berkata, “Aku pun tidak pernah menghina seorang pun setelah itu, baik kepada orang yang merdeka, seorang budak, seekor unta, maupun seekor domba.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan sabdanya,
“Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau dengan berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari kebajikan.
Sebelumnya saya mencoba menuliskan perkara belajar berlisan yang seringkali kita lupa menjaganya. Saya pernah mendapati postingan. Bahwa kebanyakan kita suka mengatakan “ Jangan baper” “Sensitif banget sih kamu” sebagai pembenaran kata – kata menyakiti dan kata – kata hinaan. Saya pribadi belajar sekali bagaimana caranya agar tidak terbawa arus emosional ketika menuliskan text dan kata – kata baik lisan dan tulisan. Karena sekarang arus informasi makin deras interpretasi kita makin banyak dan kompleks akan sebuah kata dan makna.
Makanya manajemen diri untuk bisa menjaga yang mana kita harus speak up dan yang mana benar – benar kita abaikan harus kita jaga banget. Stay Silent. Kuncinya. Banyak dari kita akhirnya kehilangan karir, kehilangan teman dan sebagainya karena lisan yang bermasalah. Termasuk saya yang mengalaminya. Harus banyak belajar, harus banyak berbenah. Harus bisa memilih dan bisa produktif untuk hal positif.
Stay Positive. Disini tulisan yang menasehati diri saya juga dan bisa juga mengingatkan kita semua untuk focus pada produktivitas diri ketimbang mengomentari orang lain yang tak perlu. Menghabisi waktu untuk menilai orang lain tapi lupa memberi penilaian pada diri dan memperbaikinya.
Semoga renungan ini bisa jadi pegangan kita semua ?
Semoga renungan ini bisa jadi pegangan kita semua ?
Jujur ini menghardik saya, mungkin ada teman – teman yang menyadari bahwa jurnal kali ini terlambat tapi tetap saya usahakan mengejar ketertinggalan post beberapa hari ini. Yaps waktu, saya sendiri masih sering tak bisa menghandle waktu. Kadang saking sibuknya, istirahat terabaikan. Kadang kala saking tak bergairahnya waktu terbuang sia – sia.
Memanajemen waktu itu butuh pendidikan dan juga keterampilan yang banyak agar bisa produktif dan maksimal. Hadiahnya ketika berhasil memanage waktu dengan baik adalah kepuasaan diri sendiri menyelesaikan sesuatu sesuai deadline, karya yang professional, dan juga tentunya cita dan visi kita tadi sampai tepat waktu.
Tulisan ini lagi – lagi murni mengajari diri saya sendiri bahwa saya harus benar – benar belajar memanajemen waktu dengan baik. Apalagi di bulan Ramadhan, seharusnya waktu beribadah tak mungkin ter-lalaikan dengan kepentingan duniawi. (Sebuah tamparan keras untuk diri sendiri).
Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia terlena darinya; yaitu kesehatan dan waktu luang (HR. Al-Bukhari)
Hadits di atas benar – benar menggambarkan diri kita manusia yang sering lupa bersyukur. Apalagi saya ketika sakit selalu mengeluh sendiri, kalau sehat saya bisa gini dan gitu. Giliran sehat lupa deh semua rencana baik tadi. Salah satu caranya bersyukur dengan sehat adalah menggunakan kesehatan kita sebaik – baiknya untuk dimanfaatkan dengan baik. Ya gak yaa ?
Kemudian waktu luang, ga jarang kita sering mensia – siakan waktu luang. Saya belakangan mendapatkan formula kalau misalnya saya tidak sedikitpun menyisihkan waktu luang (untuk istirahat misalnya). Alhasil pekerjaan saya lebih produktif, list deadline terselesaikan. Ketimbang saya kemudian menyadari ada waktu luang ternyata, waktu luang tergoda diisi hal yang sangat jauh dari produktifitas. Misalnya ya browsing, game, dan lain – lain. Hal terjadi tertumpuknya pekerjaan dan stress yang meningkat.
Jadi ide – ide datang ketika kita sedang bekerja dengan biasa, ketika diri sedang bergerak. Jadi jangan diam aja yaa. Jika mungkin ada masa nya kita stuck, lakukan sesuatu yang bermanfaat. Ini juga jadi catatan saya juga. Ada yang tahu Surah ini ?
1. Demi waktu,
2. Sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi.
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat kebaikan, dan saling menasihati untuk kebenaran, dan saling menasihati untuk kesabaran.
Iya, ini Surah Al-Ashr yang benar- benar menasehati kita terutama kita yang mengaku beriman kepada Allah untuk bisa mengatur waktu dengan baik. Karena jika kita lalai, Allah menyebutkan bahwa kita tergolong orang – orang yang merugi.
Jadi sejauh apa kita memanfaatkan waktu kita dengan baik ?
Seperti kita tahu Ramadhan jadi bulan training jadi sosok yang benar – benar baik. Jika ga ada beda rasanya ga ada faedahnya kita dipertemukan dengan bulan istimewa ini. Saya pun sangat terpukul dengan kata – kata ini. Apakah Ramadhan kali ini begitu sama dengan yang sebelumnya.
Apakah tidak ada perubahan sama sekali ?
Apa segitu saja perjuangan kita. Sebuah pertanyaan yang sangat dalam pada diri sendiri. Setelah saya telusuri. Banyak petuah yang bertebaran agar kita punya cita – cita menjadi sosok yang lebih matang, tenang setelah Ramadhan kali ini.
Ada beberapa nasehat untuk diri saya pribadi yang saya temukan untuk menambah semangat dan berubah ke arah lebih baik diantaranya ;
1. Cita – Cita dan Visi Jelas dan Kuat
Jika ingin merubah diri, pertama tentunya kita harus punya tekad yang kuat. Sebab segala hal itu bisa terjadi karena adanya kemauan. Bila tak ada kemauan maka semua keinginan hanya menjadi fatamorgana. Oleh sebab itu, awali perubahan dengan sebuah tekad sekuat baja. Yakinkan diri Kita bisa mengatasi segala rintangan. Jangan menyerah dan percayalah bahwa kasih sayang Allah kepada hambaNya itu sangat luas. Apabila Kita memiliki niat baik dengan tujuan mencari ridha Allah Azza wa Jalla, maka jalan Kita juga akan dipermudah.
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, Kami akan Tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah bersama orang-orang yang berbuat baik.” (QS.Al-Ankabut: 69)
2. Berusaha Perbaiki Niat
Tak sekedar kejelasan visi dan cita cita yang kuat. Kita juga harus memperbaiki niat. Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya. Perubahan yang kita inginkan sebaiknya memiliki niatan baik. Tujuannya harus karena Allah Ta’ala. Sebab segala hal yang diawali dengan niat ikhlas lillahi ta’ala maka insyaAllah hasilnya akan baik. Sebaliknya jika niat Kita dikarenakan manusia, maka kita siap siap menerima jika itu hanya berlangsung sementara. Saat Kita dikecewakan maka diri Kita akan hancur kembali. Oleh karena itu, hindari berharap berlebihan kepada manusia. Ingat, tak ada tempat berskitar kecuali Sang Maha Esa, Allah Azza wa Jalla.
Dalam hadist dijelaskan: “Ingatlah bahwa di dalam jasad terdapat segumpal daging. Jika baik, maka baiklah seluruh jasad. Jika rusak, maka rusaklah seluruh jasad. Ketahuilah, bahwa (segumpal daging) itu adalah hati. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
3. Kerja Keras
Tak sekedar kejelasan visi dan cita cita yang kuat. Kita juga harus memperbaiki niat. Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya. Perubahan yang kita inginkan sebaiknya memiliki niatan baik. Tujuannya harus karena Allah Ta’ala. Sebab segala hal yang diawali dengan niat ikhlas lillahi ta’ala maka insyaAllah hasilnya akan baik. Sebaliknya jika niat Kita dikarenakan manusia, maka kita siap siap menerima jika itu hanya berlangsung sementara. Saat Kita dikecewakan maka diri Kita akan hancur kembali. Oleh karena itu, hindari berharap berlebihan kepada manusia. Ingat, tak ada tempat berskitar kecuali Sang Maha Esa, Allah Azza wa Jalla.
Dalam hadist dijelaskan: “Ingatlah bahwa di dalam jasad terdapat segumpal daging. Jika baik, maka baiklah seluruh jasad. Jika rusak, maka rusaklah seluruh jasad. Ketahuilah, bahwa (segumpal daging) itu adalah hati. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
3. Kerja Keras
Untuk mewujudkan segala hal tentunya diperlukan kerja keras. Kita ingin kaya maka harus bekerja keras. Kita ingin memperbaiki iman maka harus memperdalam ilmu agama. Kita ingin berhenti merokok maka harus menghindarinya. Intinya perlu usaha! Harus ada action bukan sekedar wacana.
4. Jangan Bermalas-Malasan
Sebuah penyakit yang sering kali kita terjangkiti olehnya. Jika kita menghabiskan hidup hanya untuk bermalas-malasan maka Kita tidak akan mendapatkan apapun. Malas itu temannya syaitan. Malas juga membuang-buang waktu tanpa arti. Kita hanya akan mendapatkan kenikmatan sesaat, setelah itu barulah Kita menyesal. Sebab itu, jangan sampai terbuai oleh rasa malas. Lawan kemalasan, dan berusahalah menjadi pribadi yang bekerja keras.
5. Ibadah Nomor Satu
Ini adalah poin penting jika kita ingin berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Kita harus memperbanyak ibadah. Jangan sampai urusan duniawi melalaikan Kita dari mengingat Allah Ta’ala. Jika ibadah Kita berantakan, efeknya sampai kapanpun Kita tidak akan pernah menemukan kedamaian hidup. Beribadah secara khusyu’ dapat menjadi cara meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT . Saya ingat istilah saya sama teman, ketika terlalu over mengkhawatirkan perkara duniawi, kita langsung istighfar dan bilang. Sudah ingat ini hanya duniawi.
6. Berburu Motivasi
Biasanya sesuatu yang dilakukan terus-menerus tanpa henti bisa menimbulkan kejenuhan. Maka itu, Kita perlu motivasi. Sebuah motivasi dapat membangkitkan semangat dalam diri. Sehingga Kita bisa bekerja lebih rajin untuk merubah keadaan menjadi lebih baik. Ya kita perlu cas untuk menambah semangat, bisa membaca buku, menghadiri seminar pengugah semangat.
Untuk memperoleh motivasi, Kita bisa mengikuti seminar, membaca buku, Al-Quran, menonton video di Youtube, atau mengikuti perkumpulan tertentu yang punya visi dan misi serupa.
7. Konsisten dan Istiqomah
Ini yang sangat berat di jaman kita sekarang. Ketika Kita sedang dalam perjalanan untuk merubah diri menjadi pribadi lebih baik, biasanya ada banyak godaan yang datang. Untuk melawannya diperlukan keistiqomahan atau dikenal juga sebagai komitmen. Yakni menguatkan kemantapan hati.
Untuk menjaga istiqomah memang tidaklah mudah. Sebaiknya perbanyak berdzikir dan mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, sebab Dialah dzat yang membolak-balikan hati. Jadi mintalah kekuatan kepadaNya.
8. Optimis dan Berpikir Positif
Optimis berarti berprasangka baik kepada Allah Ta’ala. Percayalah bahwa apa yang Kita usahakan tidak akan sia-sia. Walaupun itu tampak sulit dan mustahil, jika Kita optimis maka insyaAllah impian Kita bisa terwujud. Memang tidak ada perjuangan yang mudah. Namun seseorang yang optimis maka dia bisa menyikapi proses yang sulit menjadi sesuatu untuk dinikmati.
Sebaliknya, bagi orang-orang yang pesimis, biasanya mereka mudah gagal. Mereka tidak percaya sama Allah T’ala, tidak percaya dengan kemampuan dirinya sendiri. Dengan demikian hidupnya juga akan sulit berkembang.
Kutipan diatas adalah nasehat untuk kita semua dan teguran saya pribadi. Untuk makin semangat memperbaiki diri.
Semoga bermanfaat!
Di era banjir informasi saat ini. Kita mudah sekali menghakimi seseorang. Kita mudah sekali mengklaim sebuah kebenaran dan kabar kabar yang ada di berbagai platform. Sayangnya saking cepat nya dan banjirnya informasi, tak jarang kita kelimpungan dan bias memahami informasi yang datang pada kita. Bila tak pintar - pintar kita bisa menjadi perantara berita hoax tersebut kemudian up ke permukaan diklaim banyak orang kebenarannya. Lalu kemudian jadilah kita pembawa berita bohong. Tentunya mau gam au kita juga nanam dosa viral di dalam nya kebayang dosa kita yang bertumpuk. Hanya karena keteledoran kita memahami sebuah kabar.
Kita sekarang sulit membedakaan apa itu yang namanya tabbayun (konfirmasi) atau juga menuduh (judge) menghakimi itu. Tabayyun (Konfirmasi ) adalah cara untuk mengungkap kebenaran secara objektif dan bijak tanpa dipengaruhi oleh pihak lain yang menghasut. Tabayyun hanya dapat dilakukan oleh mereka yang memiliki kecerdasan yang cukup, juga memiliki pengetahuan yang cukup pula . Sehingga dengan ada kebanjiran informasi ini mau tak mau kita harus ekstra teliti, mau berlelah – lelah mencari tahu kebenarannya dengan menambah khazanah keilmuan yang lebih banyak.
Menuduh ialah langsung meng-hakim-i dan mem-vonis dengan berbagai macam kecurigaan dan pendapat pikirannya secara subjektif, tanpa mau mendengar dan mempertimbangkannya secara objektif, karena dipengaruhi kebencian pribadi, atau karena pikirannya sudah dipenuhi oleh hasutan. Ini terjadi karena kekurangan informasi, dan juga belum terbukanya pemikiran. Seringkali terdapat unsur emosional sehingga objektifitas tadi hilang.
Allah berfirman dalam surah Al Hujurat ayat 6 yang artinya ;
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
Dalam QS Al Isra ayat 36 Allah berfirman;
“Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya.”
Sungguh berat terhindar dari dosa di jaman sekarang terutama bijak mendapatkan isu – isu. Kita seharusnya bisa jadi sosok yang bisa menahan diri dalam apapun. Terutama berkomentar, memberikan pandangan instan tanpa lihat dulu dan crosscheck dulu.
Jaman sekarang mudah sekali orang – orang mengkategorisasikan, mengeneralisasikan, sampai menjurus menghakimi karena banjirnya informasi yang ada. Belum lagi tuntutan kecepatan informasi, seringkali mengurangi keakuratan kebenaran informasi itu sendiri. Itu menjadi pekerjaan besar bagi kita semua untuk memberantas berita bohong tersebut. Setelah saya telusuri ayat tentang tabbayun cukup banyak dijelaskan di Al-Quran. Itu menandakan pentingnya sebuah informasi yang benar. Bahkan tafsir Al-Quran mengenai tabbayun ini menurut saya sangat erat kaitannya dalam kaidah jurnalistik yang saya pelajari di kampus.
Ada tips menurut saya di era sekarang yang mudah untuk mengkonfirmasi berita yang mungkin terpapar di sosial media.
1. Cek narasumbernya terutama medianya,
Ini penting, banyak media bodong yang sekarang nyamar. Berbekal website dengan domain murah sudah bisa membuat berita-berita kontroversial dan click bait tanpa izin menulis berita semena – mena hanya demi mendapatkan viewers. Jadi pastikan media yang kamu dapatkan adalah media mainstream yang cukup diakui kredibilitasnnya. Walaupun juga media sekarang hampir semua terdapat oknum penyebar berita hoax.
2. Baca beritanya dengan lengkap
Kebanyakan kita cuma baca berita di judulnya saja, tanpa tahu isinya ternyata sangat bertolak belakang dengan judul yang disajikan. Judul ini sering dibuat seolah – olah heboh dan kontroversial demi mendapatkan pembaca. Jadi baca lengkap dulu ya teman - teman.
3. Cek gambar dan link yang disediakan terlebih dahulu
Hal yang berbahaya ketika ada berita viral masuk ke media messenger pribadi berupa gambar dan link hidup terkadang gatal rasanya kalau ga kita bagikan segera. Pastikan dulu websitenya, kadang ada berita – berita ataupun promo yang tidak masuk akal. Jangan buru – buru klik. Jaman sekarang dengan mudahnya orang mencuri data kita hanya dengan konfirmasi setuju tak sengaja atau mengklik sesuatu.
4. Jangan panik dan buru – buru membagikan informasi
Ini penting juga, lakukan konfirmasi dulu dan step by step diatas. Selain itu juga jangan menerima informasi dari satu sumber saja, coba bandingkan antara media satu dan yang lainnya dengan pembahasan yang sama. Ini bisa jadi bahan wawasan kita untuk bisa melihat objektifitas kita dan kebenarannya.
Semoga bisa menjadi ilmu bagi saya yang baru dan teman - teman
InsyaAllah
Hal yang tersulit di Ramadhan kebanyakan kita adalah sikap mubazir. Ga jauh – jauh Ramadhan, dihari biasa kita sering melakukan ini termasuk saya. Ga sadar kita lalai, ga sadar terlihat ga apa – apa. Ternyata termasuk dosa yang kemudian merembet ke dosa lainnya. Mubazir identik dengan pemborosan uang dijalan yang sia – sia. Tapi kalau saya pribadi, mubazir itu maknanya banyak dijaman sekarang. Termasuk mengambur-ngamburkan waktu dengan hal kurang bermanfaat.
Bisa juga melebih – lebihkah sesuatu, Allah berfirman :
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. ” (QS. Al Furqan: 67).
(Tafsir Al Karimir Rohman, 456)
Sikap mubazir masa kini memang sulit kita pilah pilih. Karena banyak ragam macam bentuk yang dipoles dan secara ga sadar kita melakukan tindakan mubazir tadi. Misalnya, kita makan selalu bersisa apalagi sekarang ketika kita berbuka bersama kita suka menyisakan makan makanan.
Dan berikanlah pada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang ada dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) dengan boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudaranya setan, dan sesungguhnya setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya" (Q.S.Al Isra : 26 - 27).
Saya pribadi berusaha untuk tidak menyisakan makanan, mengambil seperlunya ketika misalnya ada makanan yang tersaji walaupun memang kadang kala sesekali masih melakukan. Hal yang menjadi pengingat adalah ketika dulu pernah kesulitan untuk makan. Kalau sekarang juga gadget juga mendukung kita buat bikin sikap mubazir. Misalnya yang menghabiskan sepenuhnya dengan gadget hingga melupakan banyak kewajiban lain. Sebenarnya banyak peluang kita untuk tidak produktif dan melakukan mubazir. Lagi – lagi yang menjadi alarm kita untuk tetap produktif adalah visi kita, dan rencana – rencana baik kita agar terhindar dari waktu – waktu yang kemudian kita sia – siakan untuk hal yang kurang bermanfaat.
Semoga kita bisa memanfaatkan Ramadhan kali ini dengan baik, sehingga terhindar dari sikap – sikap mubazir.
InsyaAllah.
Belakangan ini, godaan untuk surut menulis 30 hari mulai datang. Saya terlupa. Benar-benar saya merasa bersalah. Saya lupa mensettings penjadwalan draft yang sudah saya buat dan rapikan untuk jurnal ini. Mengingat aktivitas diluar makin banyak menjelang akhir bulan. Lagi lagi saya berusaha akan berjuang untuk challenge saya sendiri untuk bisa menasehati diri saya pribadi tiap hari di Bulan Ramadhan. Bisa juga merangkum catatan nasehat orang – orang yang saya terima.
Ini catatan kemarin yang belum sempat saya bahas. Bab mengenai rejeki, dulu di blog ini saya pernah membahas mengenai rejeki. Rejeki yang selalu kita khawatirkan. Kehidupan yang selalu bikin kita waswas. Kekhawatiran ekonomi lebih tinggi ketimbang kekhawatiran iman yang hilang. Rasa syukur yang habis karena takut ga bisa hidup layak sesuai ekspetasi. Saya mengingat masa itu, masa dimana berpindah dari Jakarta 1998 ketika krisis ekonomi. Usia kala itu masih 4 - 5 tahun, tapi entah kenapa memori itu membekas. Memori saya yang kemudian kesulitan menyesuaikan diri hidup dari 0 lagi di Pekanbaru. Saya masih teringat wajah ayahanda dan ibunda yang cemas, saya masih ingat kenangan yang hanya ditemani tape dan radio sebagai hiburan ketika tetangga lain memiliki tv elektronik. Bagi saya itu ingatan yang precious untuk jadi cambuk bagi saya, bahwa keluarga saya pernah sesulit itu memulai hal baru di Pekanbaru.
Jadi kadang flashback, kalau mau ngeluh sama hal yang terjadi sekarang. Ga pantes rasanya kalau dulu pernah dan bisa melewati masa sesulit itu. Jadi paham rejeki itu juga bagian ujian yang berat dari Allah dan akan selalu dibuat kita ngelewatinnya, diingetin kadang caranya kurang menyenangkan. Dikasih kekurangan dan kehilangan supaya kita sadar kalau harta yang kita miliki cuma titipan, bukan miliki kita. Bahkan jiwa raga kita bukan punya kita. Jadi pantaskah kita masih menuntut.
Rejeki adalah perjuangan penuh nilai. Seperti apa kita menjemput, seperti apa yang kita menggunakan, seperti apa kita memanfaatkan, semuanya dinilai dan diuji. Jadi kalau potennya jelek (nilai) kadang kala dibalas Allah langsung ke dunia dengan hal kurang menyenangkan, tapi dibersihkan dari dosa karena salah menggunakan rejeki titipan itu. Bisa juga dicicil dosanya buat jadi tabungan di neraka. Hmm berasa serem kalau ingat ini.
Ibnul Qayyim berkata,
“Fokuskanlah pikiranmu untuk memikirkan apapun yang diperintahkan Allah kepadamu. Jangan menyibukkannya dengan rezeki yang sudah dijamin untukmu. Karena rezeki dan ajal adalah dua hal yang sudah dijamin, selama masih ada sisa ajal, rezeki pasti datang. Jika Allah -dengan hikmahNya- berkehendak menutup salah satu jalan rezekimu, Dia pasti –dengan rahmatNya- membukan jalan lain yang lebih bermanfaat bagimu.
Meskipun rejeki sudah dijamin oleh Allah. Sebagai seorang hamba kita tetap memperjuangkan rejeki yang halal lagi berkah agar bermanfaat. Fokuslah memperkaya diri dengan nilai baik yang tertanam pada diri, baik skill, pengetahuan, dan karakter serta akhlak yang baik. Karena rejeki ga melulu soal harta tapi juga kesehatan, lingkungan yang baik, kelancaran sesuatu pencapaian dan kemudahan lainnya.
Allah berfirman pada Surat Al-Baqarah Ayat 254 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa’at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim“
Setelah kita menghasilkan dan bernilai dengan rejeki yang baik. Jangan lupa kalau harta kita ada hak orang lain yang musti ditunaikan.
Semoga cerita mengenai rejeki bisa menjadi renungan saya dan kita semua.