facebook google twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • Travel
  • Life Style
    • Category
    • Category
    • Category
  • About
  • Contact
  • Shop

Melati Octavia Journal




Polusi udara merupakan salah satu masalah lingkungan yang paling mendesak di dunia saat ini. Di Indonesia, polusi udara juga telah menjadi tema yang tidak lepas dari perbincangan publik akhir-akhir ini karena telah menjadi ancaman serius terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. 

Pada September 2021, laporan Air Quality Life Index (AQLI) yang diterbitkan oleh Energy Policy Institute, University of Chicago (EPIC) menjelaskan bahwa rata-rata orang Indonesia diperkirakan dapat kehilangan 2,5 tahun dari usia harapan hidupnya akibat kualitas udara yang tidak memenuhi ambang aman sesuai pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk konsentrasi partikel halus (PM2.5). Dengan demikian, penanganan polusi udara menjadi prioritas yang harus diatasi oleh pemerintah dan masyarakat.

Banyak kebiasaan - kebiasaan hidup kita yang sederhana, ternyata menyumbang polusi di lingkungan sekitar kita tanpa kita sadari. Apa saja kebiasaan - kebiasaan yang perlu kita hindari dan biasakan agar menjaga kondisi udara di sekitar kita :


1. Menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, and Recycle)


Kita pasti sering mendengar hal ini ya, namun memang sulit untuk kita terapkan dalam kehidupan kita. Reduce ini mengacu pada pengurangan limbah untuk lebih hemat dalam pemakaian energi, hingga bahan baku lainnya.

Reuse dapat meliputi sejumlah gaya hidup seperti penggunaan tas belanja, dan juga mengurangi sampah. Recyle adalah melakukan aktivitas mendaur ulang kembali penggunaan produk - produk yang kita gunakan.


2. Menggunakan Kendaraan Umum


Pasti sulit menggunakan kendaraan umum, apabila kita sudah memiliki kendaraan sendiri. Apalagi jika mengejar waktu tempuh. Saya ingin sekali, saya ingin sekali memberdayakaan kendaraan umum secara utuh, tapi lagi - lagi soal waktu tempuh dan kendaraan umum yang belum memadai jadi alasan.

Saya sempat kepikiran untuk membuat program One Day with Public Transport. Dimana menyicil dalam satu hari dalam satu minggu hanya menggunakan kendaraan umum. Sepertinya program kecil ini, bisa diterapkan semua orang untuk setidaknya mengurangi 1x dalam seminggu tanpa transportasi pribadi. Apa kamu kepikiran menerapkannya?


3. Menanam Pohon dan Tanaman

Kita bisa melakukan penanaman pohon di pekerangan rumah mapun di dalam rumah merupakan langkah kecil untuk mengubah lingkungan menjadi lebih baik. 

Kita tahu bahwa pohon dapat mengubah karbondioksida menjadi oksigen. Pohon juga dapat menyaring kotoron pada udara. Dapat mengubah udara menjadi lebih bersih, kesehatan pun dapat terjaga.


4. Jaga Membakar Sampah

Pembakaran sampah sembarangan tentu menyumbang polusi yang menganggu ke warga sekitar. Terlebih apabila mereka sedang melakukan aktivitas keseharian seperti menjemur pakaian itu akan membuat pakaian menjadi berwarna dan bau asap. Belum lagi, jika mereka memiliki bayi dan balita tentu akan menganggu pernafasannya. Jadi upayakan jangan membuang sampah dengan membakarnya ya.

Pembakaran sampah menghasilkan zat kimia sangat berbahaya bagi tubuh manusia. Asap yang dihasilkan pembakaran sampah tentu mengandung karbon monoksida, formaldehida, arsekin, dioksin, furan, dan juga VOC. Zat -zat berikut ini akan meningkatkan polusi udara.


5. Hindari Rokok

Kamu yang masih merokok? Tahukah jika merokok menjadi kontribusi memperparah polusi udara. Asap rokok mengandung karbon monoksida, hidrogen sianida yang biasa dignakan untuk membasmi hama, dan juga benzena dapat merusak sel darah putih, arsenik kandungan yang memicu kanker kulit.

Jadi bagaimana bisa kita hindari dan lakukan 5 hal ini agar kita berkontribusi jaga polusi di lingkungan kita? Yuk terapkan!

#BersamaBergerakBerdaya #UntukmuBumiku #TeamUpforImpact #EBSSenior #EcoBloggerSquad  
#TeamUpForZeroWaste



       Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki luas lahan gambut terbesar di dunia. Lahan gambut adalah ekosistem rawa yang kaya akan keanekaragaman hayati dan memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan. Namun, lahan gambut Indonesia juga rentan terhadap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang dapat menyebabkan kerugian besar, baik dalam hal ekonomi maupun lingkungan. Artikel ini akan mengulas masalah karhutla di lahan gambut Indonesia serta upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi ancaman ini.

Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sudah menjadi salah satu masalah lingkungan yang meresahkan di seluruh dunia. Mungkin masih ada banyak orang yang mengingat peristiwa kebakaran hutan 2015, kebakaran hutan di Riau dan Kalimantan, hingga asapnya turut berdampak ke masyarakat Singapura dan Malaysia.

Ancaman Karhutla di Lahan Gambut Indonesia:

Karhutla di lahan gambut Indonesia merupakan masalah yang serius. Beberapa faktor yang menjadi penyebabnya adalah:

  • Pembukaan Lahan: Praktik deforestasi dan pembukaan lahan untuk pertanian, perkebunan, dan industri, seringkali dilakukan dengan cara membakar lahan gambut. Hal ini dapat memicu karhutla yang merusak ekosistem dan melepaskan gas rumah kaca ke atmosfer.
  • Musim Kemarau: Musim kemarau yang panjang dan kering membuat lahan gambut menjadi sangat rentan terhadap kebakaran. Kelembaban yang rendah membuat lahan ini mudah terbakar, dan api sering kali sulit untuk dipadamkan.
  • Praktik Pertanian dan Perkebunan yang Tidak Berkelanjutan: Penggunaan lahan gambut untuk pertanian dan perkebunan yang tidak berkelanjutan dapat merusak ekosistem gambut. Drainase yang tidak tepat dapat mengurangi tingkat air dan meningkatkan risiko kebakaran.

Dampak Karhutla: Karhutla di lahan gambut Indonesia memiliki dampak yang luas, antara lain:

  • Kerugian Lingkungan: Karhutla dapat merusak ekosistem gambut yang unik, termasuk kehilangan keanekaragaman hayati dan pelepasan gas rumah kaca, yang berkontribusi pada perubahan iklim global.
  • Kerugian Ekonomi: Karhutla dapat merusak tanaman pertanian dan perkebunan, mengganggu transportasi udara, serta meningkatkan biaya pemadaman dan perawatan kesehatan akibat asap.
  • Ancaman Kesehatan: Asap dari karhutla dapat membahayakan kesehatan manusia, terutama bagi mereka yang memiliki masalah pernapasan. Penyakit pernapasan seperti asma dan bronkitis dapat meningkat akibat paparan asap.

Upaya untuk Mengatasi Karhutla di Lahan Gambut Indonesia: Pemerintah Indonesia dan berbagai pihak telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah karhutla di lahan gambut, antara lain:

  • Regulasi Ketat: Pemerintah telah menerapkan regulasi yang lebih ketat terkait dengan pengelolaan lahan gambut, termasuk larangan membakar lahan gambut dan hutan.
  • Pemantauan dan Penegakan Hukum: Pemantauan dan penegakan hukum lebih ketat terhadap pelaku pembakaran lahan ilegal.
  • Restorasi Lahan Gambut: Program restorasi lahan gambut telah dilakukan untuk mengembalikan ekosistem gambut yang rusak.
  • Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat: Pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang bahaya karhutla dan pentingnya menjaga lahan gambut telah ditingkatkan.


Kesimpulan

Karhutla di lahan gambut Indonesia adalah ancaman serius terhadap lingkungan, ekonomi, dan kesehatan. Namun, melalui upaya yang terkoordinasi dari pemerintah, lembaga non-pemerintah, dan masyarakat, masalah ini dapat diatasi. Penting untuk terus memantau, mengedukasi, dan mengambil langkah-langkah pencegahan agar lahan gambut Indonesia tetap terjaga dan terhindar dari karhutla

 


 

 

 

 

Eco Blogger Squad kembali hadir diawal tahun ini dengan materi seru dan juga bermanfaat terkait dengan menjaga lingkungan. Gathering online kali ini kita bekerjasama dengan WALHI Nasional dan WALHI Sumatera Selatan membahas sebuah isu penting yang di tahun sebelumnya sempat dibahas yaitu mengenai pembedayaan masyarakat adat. Kali ini terkait Masyarakat Adat dan Komunitas LOKAL.

Hal ini terkait Dana Nusantara. Apa itu Dana Nusantara? Dana Nusantara adalah sebuah istilah yang baru dirilis dan diresmikan pada Kongres Masyarakat Adat Nusantara yang berlangsung pada tanggal 24 - 30 Oktober di wilayaH Adat Tabi di Papua. Dana Nusantara ini dikelola oleh Walhi, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) dan Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA)

Cari Tahu Mengenai Dana Nusantara


Dana Nusantara memang merupakan stimulus bagi masyarakat adat dan komunitas lokal (MAKL) agar dapat berdaya dalam merawat lahan dan memulihkan kondisi lahan kedepannya. Pendanaan ini berkat kolaborasi dari Walhi, AMAN,dan KPA. Dana Nusantara ini juga berperan dalam melakukan promosi dan juga perlindungan wilayah kelola dalam mengelola sumberdaya alam dan pemulihan ekosistem dalam upaya kolektif dalam mengurangi dampak krisis iklim dan bencana ekologis

Singkatnya masyarakat adat memegang teguh nilai-nilai adat tentu, mereka memiliki kesamaan suku, nilai dan norma sosial. Sementara komunitas lokal hanya mencakup mereka yang bermukim atau mencari nafkah di wilayah tertentu dan bisa terdiri dari berbagai suku, adat, ras dan agama. Sama hal seperti Desa Nusantara.

Program ini bertujuan untuk mendukung inisiatif komunitas dalam melakukan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dengan memberikan akses bantuan pendanaan yang terjangkau dan mudah diakses.

Dana Nusantara difokuskan pada komunitas yang memiliki akses terbatas terhadap sumber daya dan pendanaan, serta memiliki potensi untuk melakukan pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan. Selain itu, bantuan pendanaan juga akan diberikan kepada komunitas yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan insiatif pengelolaan sumber daya alam secara mandiri dan berkelanjutan.

Kerusakaan Lingkungan Makin Mengancam


Sebuah lembaga penanggulangan bencaran telah merilis 1.945kali bencara di Indonesia sepanjang di tahun 2022 yang mendominasi berdasarkan masalah lingkungan, seperti banjir, tanah longsor, cuaca ekstrem dan lainnya.

Bencana bencana tersebut pasti mengakibatkan ratusan jiwa meninggal dan masih banyak korban lainnya. Kerusakaan lainnya adalah membuat menurutnya kuantitas dan kualitas Hutan Indonesia, kerusakaan aliran sungai (DAS), pencemaran tanah, udara dan air yang meningkat.

Dana Nusantara Untuk Nusantara


Harapannya dengan Hadirnya Desa Nusantara yang berawal dari transmigran dan kemudian diberdayakan dapat mengembalikan alih fungsi lahan yang dulunya adalah area industri menjadi lebih baik lagi dengan menjaga ekosistem seperti sebelumnya untuk menjalankan fungsi hutan sebagaimana mestinya seperti menyerap air dan juga menjaga lingkungan.

 


Ramadhan adalah salah satu bulan istimewa bagi umat Islam dan spesial. Disini kita diminta menahan nafsu dan dahaga untuk makan dan minum dari pagi hingga petang.

Tak jarang hal berkaitan makanan adalah sesuatu yang istimewa dan di highlight di bulan ini. Hadirnya sajian - sajian khusus, adanya budaya takjil sebagai cemilan pembuka saat berbuka.Kita juga dihadapkan pada Pasar Ramadhan yang menyajikan sajian yang mengiurkan sampai kita ingin mencicipinya semua.

Tapi tak sadar bahwa bahaya mubazir mengintai kita semua. Kita tak perlu sebanyak itu untuk makan - makanan takjil tersebut. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), sekitar sepertiga dari makanan yang diproduksi untuk konsumsi manusia terbuang begitu saja dan berakhir menjadi sampah, yang jumlahnya diperkirakan mencapai 1.3 miliar ton per tahunnya di seluruh dunia. Sampah makanan dan limbah lainnya dari proses produksi dan persiapan makanan ini dapat menyebabkan emisi gas rumah kaca dan turut berkontribusi terhadap perubahan iklim.

Kita bisa loh belajar mengelola makanan dengan baik di Bulan Ramadhan ini. Selain menambah pahala, kita juga melatih diri kita untuk membiasakan hidup ramah lingkungan di kemudian hari. 
Apa aja yang perlu kita pelajari bersama ?

1. Makan Secukupnya


Salah satu yang sederhana yang bisa kita lakukan adalah membeli dan menyiapkan makanan secukupnya di bulan Ramadhan ini. Jangan kita mubazir dengan makanan - makanan yang nantinya juga akan kita buang saja.
Makan secukupnya juga bukan hanya ramah lingkungan juga menyehatkan tubuh kita karena tidak memaksa makanan yang terlalu banyak untuk kita konsumsi dalam satu waktu.

2. Budaya Berbagi Makanan

Di bulan ini kita dianjurkan untuk banyak bersedekah, salah satu yang bisa kita lakukan adalah berbagi makanan. Bukan makanan sisa ya. Kalo kamu sudah terpaksa membeli terlalu banyak kamu bisa bagikan makanan kepada orang lain bahkan yang membutuhkan.


Makanan Sehat

3. Menerapkan Zero Waste Cooking


Apa sih itu Zero Waste Cooking? Zero-waste cooking merupakan sebuah gerakan memasak tanpa menghasilkan limbah, yang berarti mengupayakan untuk meninggalkan limbah makanan dan sampah kemasan sesedikit mungkin atau bahkan tidak ada sama sekali saat memasak dan makan. Meskipun demikian, bukan berarti kamu memasukkan semua bagian makanan ke dalam makanan yang kamu masak.

Ketika kamu menerapkan gerakan ini, kamu memasak dan mengolah semua bagian dari bahan-bahan makanan seoptimal mungkin tanpa ada bagian yang terbuang sia-sia. Dan kalaupun ada bagian yang harus dibuang, itu karena bagian tersebut memang sama sekali tidak bisa dimakan atau diolah. Pada dasarnya, penerapan zero-waste cooking ini tidak terlepas dari prinsip “3R”, yaitu reduce, reuse, dan recycle.

Reduce (kurangi): kurangi penggunaan bahan makanan yang tidak benar-benar kamu perlukan. Masak dengan porsi yang lebih kecil atau cukup untuk menghindari sisa makanan yang berlebihan.

Reuse (gunakan kembali): gunakan kembali bahan atau kemasan makanan yang masih bisa dimanfaatkan. Gunakan wadah yang bisa digunakan kembali untuk membeli makanan, seperti kantung belanja dari kain, dsb.

Recycle (daur ulang): daur ulang bahan-bahan yang tidak kamu gunakan lagi. Misalnya, ketika kamu memasak kangkung, alih-alih membuang batang dan akar yang tidak digunakan, kamu bisa manfaatkan menjadi pupuk kompos.

4. Pilih Makanan Lokal dan Raw Food


Raw Food adalah makanan mentah seperti buah -buahan, biji - bijian yang menyehatkan bagi tubuh. Melalui raw food, nutrisi makanan akan terjaga kualitasnya dan kitapun turut menjaga kelestarian Bumi.

Selain itu kita juga direkomendasikan memilih makanan lokal yang lebih ramah lingkungan, lebih sehat, dan aman. Kita bisa memilih makanan lokal yang bebas dari pestisida. Berbeda dengan makann impor, biasanya diperlukan pegawet dan tidak bebas pestisida dan juga membutuhkan transportasi yang menghabiskan bahan bakar.


5. Ikutan Challenge di Team Up Impact

Salah satu hal menarik yang bisa kita latih lagi ialah bergabung di TeamUpImpact.org dengan Challenge of The Day.

Setiap hari akan ada tantangan untuk kita menjaga lingkungan yang poin dari hasil challenge kita akan dikonversikan dalam gerakan penanaman pohon.

Terdapat 32 tantangan yang bisa diikuti setiap hari dan telah diikuti oleh 1.246 orang lebih. Setiap orang yang mengikuti tantangan dan memperoleh point 1.400 akan mendapatkan pohon untuk di tanamkan di hutan dan ikut serta menyelamtkan bumi.





Gerakan ini begitu asik loh, dan kita bisa melatih diri kita diberbagai bidang kehidupan untuk selalu peduli akan lingkungan seperti gerakan hemat listrik, mensortir sampah, dan juga ada challenge untuk menghabiskan makanan kita tanpa sisa. Ini merupakan cara kita menjaga lingkungan dengan mengelola makanan.





Kamu bisa ikut challengenya dengan mendaftarkannya disini ya
teamupimpact.org  Aku sudah ikutan tinggal kamu nih!

 

 

Beberapa hari lalu kita kembali mengikut kegiatan Online Gathering #6 bersama teman - teman Eco Blogger Squad yang kali ini ditemani oleh tim dari @pantaugambut diwakili Mba Kak Ola Abas yang merupakan Koordinator Nasional Pantau Gambut. Kenapa sih kali kita membahas gambut? Sebelum kita membahas apa ini yang disampaikan dalam kegiatan ini. Kita kenalan dulu yuk sama gambut. Mengenal 

 

Apa itu Lahan Gambut? 

Kamu pernah dengar berita yang sempat ramai diperbincangkan beberapa tahun belakangan mengenai kebakaran hutan yang cukup besar di beberapa hutan gambut di Sumatera dan Kalimantan Diriku pernah tulis seberapa mencekamnya suasana itu ketika terjadinya kebakaran itu yang mengakibatkan polusi asap dimana - mana bahkan ekspor ke negara tetangga. 
 
Baca Disini : Cerita Asap dan Kebakaran Hutan
 
Lahan Gambut itu berbeda dengan lahan atau hutan lainnya. Lahan gambut terbentuk dari material - material organik yang beragam, seperti serasah, ranting pohon, akar pohon, dan kayu yang tidak membusuk secara sempurna sehingga membentuk lapisan gambut. 
 
Kita perlu tahu bahwa proses pembentukan gambut berlangsung selama ribuan tahun dimulai dari adanya cekungan atau genangan air yang sangat luas yang mengalami pendangkalan yang terjadi akibat tanaman yang tumbuh di lahan basah (bahan-bahan organik) kemudian mati, menumpuk di dasar cekungan, lalu mengalami pembusukan yang lambat karena tidak adanya udara. secara perlahan dan bertahap. 
 

 
 
Pada umumnya, gambut ditemukan di area genangan air seperti rawa, cekungan antara sungai, maupun daerah pesisir. Foto Gambut Pengelolaan tanah gambut ini bisa kita katakan spesial karena tanah gambut sangat jauh berbeda dnegan tanah mineral pada umumnya. Tingkat kedalaman gambut itu sendiri menentukan jumlah kandungan dan jenis tanaman yang dapat hidup di ekosistem tersebut. Semakin dalam cekungan gambut, maka semakin banyak karbo yang terkandung. 
 
Sehingga secara ilmiahnya jika kering, emisi karbon yang dikeluarkan akan semakin banyak. Jadi jangan heran, kebakaran gambut itu tidak sama seperti kebakaran hutan pada umumnya, apinya sulit mati dan asapnya banyak banget sehingga mengakibatkan polusi karena kandungan yang ada di dalamnya. 

 

Penyebaran Lahan Gambut Indonesia 

Bila kita cari tahu luas lahan gambut Indonesia belum dapat dipastikan. Menurut data yang kita kutip dari tim pantaugambut. - Pada 1992, penelitian Pusat Penelitian Tanah Bogor menemukan bahwa terdapat sekitar 15,4 juta hektar lahan gambut di Indonesia. - Pada 2005, Wetlands International memperkirakan terdapat sekitar 20,6 juta hektar lahan gambut di Indonesia. -Sementara pada 2019, Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian dan Balai Penelitian Tanah memperkirakan ada sekitar 13,43 juta hektar lahan gambut di Indonesia. 

 

Peran Penting Gambut dalam Perubahan Iklim 

Sebenarnya banyak fungsi dari Lahan Gambut itu sendiri. Namun, yang ingin saya highlight disini soal mengurangi dampak bencara banjir dan kemarau. Gambut memiliki tekstur tanah yang tidak padat sehingga memiliki pori-pori yang besar. Besarnya pori-pori tanah gambut relatif tinggi berkisar antara 70%-95% sehingga dapat menampung air sebesar 450%-850% dari bobot keringnya, atau hingga 90% dari volumenya. 
 
Dengan kata lain, tanah gambut juga memiliki kemampuan menyimpan air yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tanah mineral. Daya serap dan simpan air yang besar ini memungkinkan gambut untuk menyimpan air di musim hujan sehingga area sekitarnya tidak banjir. Sebaliknya, pada musim kemarau air yang tersimpan di gambut dapat dilepaskan ke sungai dan area sekitarnya sehingga tidak mengalami kekeringan. 
 

 
Perubahan Iklim Tahun 2022 
 
Sejak tahun 2022, dunia sudah memberikan peringatan waspada mengenai perubahan iklim ekstrim. 
Di beberapa negara, seperti India melaporkan adanya peningkatan suhu diatas rata - rata seperti biasanya.

Bahkan sejumlah wilayah mengalami kekeringan. Seorang peneliti NASA mengatakan bahwa tahun 2022 adalah tahun luar biasa di belahan bumi utara dengan kekeringan panas yang memecahkan rekor di beberapa negara lainnya, seperti Amerika Utara, Eropa, dan Mediterania serta China.

Ini juga berdampak pada ketahanan pangan lebih kurang 59 Juta orang. Perubahan iklim buatan manusia terus menjadi salah satu ancaman terbesar bagi Planet Bumi.

Forum antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB memperingatkan bahwa kita harus bertindak sekarang, atau sudah terlambat, dengan membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat.

NASA mengatakan bahwa pemanasan iklim paling parah terjadi di Kutub Utara selama musim dingin dan di musim panas di daerah lintang tengah seperti wilayah Asia Timur dan Asia Tengah serta Eropa Tengah dan Timur.

Akan lebih banyak penyu betina yang lahir karena suhu pasir tempat telur dikubur, berdampak pada jenis kelamin keturunannya. Kenaikan suhu sesedikit 3,3 derajat-Celcius sudah cukup untuk menciptakan lebih banyak betina dan mendorong penyu ke kepunahan.

Apa Hal Bisa Kita Lakukan?
 
Pasti kita bertanya - tanya apa yang kita bisa lakukan untuk perubahan iklim ini, termasuk menjaga lahan gambut yang notabene adalah sesuatu yang diluar jangkauan kita. Tapi kita bisa berbuat untuk pelan - pelan hidup ramah lingkungan. Masalah ini bukan soal masalah perorangan tapi kolektif dan kita harus bersama menuntaskannya.




 


Sebuah data terbaru yang dikutip di sebuah laman Merdeka, pada 19 Maret lalu. BMKG mengatakan bahwa Potensi Karhutla (Kebakaran Hutan dan Lahan) pada tahun 2020 akan semakin besar.

Ini juga di paparkan Mba Cecilian Tika Laura dari Auriga Nusantara pada Online Gathering Eco Blogger Squad ke-2 kali ini. Auriga Nusantara adalah sebuah organisasi non pemerintah yang memiliki fokus pada sumber daya alam dan lingkungan untuk meningkatkan kualitas hidup umat manusia.

Auriga memiliki goals dengan secara konsisten melakukan riset, mendorong perubahan regulasi terkait sumberdaya alam yang lebih baik dan juga hal berkaitan tata kelola lingkungan. Dalam presentasinya, kebakaran Indonesia di beberapa tahun terakhir tepatnya 3 tahun terakhir adalah yang paling mengkhawatirkan selama dua dekade terakhir.

Data pemerintah menunjukan hutan dan lahan seluas 1,6 juta hektare hangus dilalap api . Ini menjadi
yang terparah sejak bencana asap 2015. Asap akibat kebakaran hutan kerap memanaskan hubungan diplomatik dengan negara tetangga. Bahkan saat saya traveling ke Melaka pada tahun 2019 lalu, asap dan jarak pandang hanya 3-5 meter saja. Ketika berbincang dengan warga lokal, sekolah dan institusi pendidikan disana akhirnya diliburkan.

Karhutla pula yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca
terbesar di dunia. Kemarau panjang (El Nino) selalu dituding sebagai pemicu kebakaran . Namun , faktanya kebakaran terus terjadi bahkan di tahun tahun tanpa kemarau panjang . Itu sebabnya , faktor lain lebih tepat dianggap sebagai penyebabnya : ulah manusia.



Peran Gambut untuk Dunia

Lahan gambut merupakan hal penting bagi dunia. Sebuah riset yang disampaikan pakar ilmu tanah Universitas Gajahmada menyebutkan bahwa Indonesia memiliki 20 juta hektar lahan gambut yang terletak di Sumatera. Riau memiliki lebih kurang 4 juta hektar dan juga di Kalimanta.

Selain itu lahan gambut di Indonesia merupakan terluas di kawasan trpoka dunia. Lebih dari 50 persen lahan gambut tropika Asia berada di Indonesia. Sedangkan di Malaysia hanya mempunya 2.5 juta hektar lahan gambut yang dimanfaatkan untuk lahan pertanian dan tanaman kelapa sawit.

Apa fungsi gambut?

Lahan gambut merupakan hal penting bagi dunia. Sebuah riset yang disampaikan pakar ilmu tanah Universitas Gajahmada menyebutkan bahwa Indonesia memiliki 20 juta hektar lahan gambut yang terletak di Sumatera. Riau memiliki lebih kurang 4 juta hektar dan juga di Kalimantan.

Selain itu lahan gambut di Indonesia merupakan terluas di kawasan trpoka dunia. Lebih dari 50 persen lahan gambut tropika Asia berada di Indonesia. Sedangkan di Malaysia hanya mempunya 2.5 juta hektar lahan gambut yang dimanfaatkan untuk lahan pertanian dan tanaman kelapa sawit.


Apa Fungsi Gambut?

Menurut informasi ada beberapa peran gambut yang dapat kita urutkan seperti berikut;

1. Sumber Energi.

Gabut banyak digunakan oleh masyarakat irlandia sebagai sumber energi. Gambut yang dikeringkan dapat menjadi briket gambut. Briket ini dapat digunakan untuk penghangat rumah. Selain itu, gambut sebenarnya juga merupakan material asal dari batubara.

Seorang pakar bernama Schopf (1956) mendefinisikan batubara sebagai batuan yng dapat terbakar dengan kandungan karbon sebanyak 50% dan berasal dari kompasi sisa tumbuhnan. Proses perubahan dari gambut menjadi batubara dikenal dengan proses pembatubaraan (coalification)

2. Penyimpan Karbon dan Regulator Iklim.

Lahan gambut telah diteliti sebagai rservoar karbon jangka panjang terbsear kedua di dunia setelah samudra. Peran terbsebut membuat lahan gambut menjadi salah satu agen yang dapat meregulasi iklim. Ia memiliki peran ganda yakni sebagai penyimpan karbon atau sebagai sumber yang melepas karbon ke atmosfer. 

Kedua emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer dalam bentuk gas metana (CH4) dari gambut serta karbon dioksida (C02) ditengarai sebagai salah satu penyebab bertambahnya konsetrasi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Indonesia merupakan negara emitor karbondioksida terbanyak degradasi akibat degradasi lahan gambut dengan besar 500 Mton per tahun.

3. Rekontruksi Iklim Purba

Gambut terakumulasi dalam jangka waktu yang lama, dapat mencapai ribuan tahun dan terbentuk dari sisa tumbuhan yang mengandung informasi untuk menganalisis kondisi iklim maupun lingkungan masa lalu saat tumbuhan tersebut masih hidup. Penelitian mengenai iklim masa lampau menggunakan gambut telah dilakukan beberapa peneliti, di antaranya adalah White, dkk (1994).

White, dkk (1994) melakukan rekonstruksi kadar CO2 atmosfer purba menggunakan rasio isotop (δ) 13C/12C pada tumbuhan lumut dan ilalang yang terdapat pada gambut. Prinsip yang digunakan adalah bahwa lumut berbeda dari ilalang maupun tumbuhan berpembuluh lainnya yang tidak memiliki stomata, sehingga tidak memiliki kemampuan untuk meregulasi pengambilan CO2 dan air dari lingkungan.

Gambut itu seperti spons ia bisa mengatur air yang ada di lahan. Ketika kemarau dia melepaskan air, ketika sedang musim hujan dia kemudian menyerap air dengan baik agar tidak banjir.



Apa Lahan Gambut Mudah Terbakar? 

Mungkin muncul pertanyaan, kenapa sering sekali diberitakan bahwasanya lahan gambut itu mudah terbakar?

Seorang Guru besar Universitas Indonesia mengatakan secara alamiah kebakaran lahan gambut di hutan tropis jarang terjadi. Bencara tersebut muncul disebabkan faktor alam dan manusia.

Contohnya perubahan iklim yang pada musim kemaraunya lebih panjang. Sehingga air di ekosistem gambut mudah surut dan lama-kelamaan menjadi kering.

Kadang juga terjadi kesengajaan untuk mengubah lahan gambut menjadi lahan industri pertanian dan perkebunan. Pembukaan pertanian dan perkebunan dapat mengubah kelembaban udara atau tanah. Akibatnya tanah akan terekspos langsung dengan cahaya matahari.




Older Posts

HELLO, THERE!


Hello, There!


Hello, There!

Let's read my story and experience


Find More



LET’S BE FRIENDS

Sponsor

OUR CATEGORIES

Entrepreneurship Event Financial Talks Forest Talk Good For You Happiness Healthy Talks Ngobrolin Passion Parenting Pendidikan Review Self Improvement Self Reminder Tips Travel Wirausaha Young Mindset community development experience

OUR PAGEVIEW

recent posts

Blog Archive

FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by beautytemplates