facebook google twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • About Me
  • Life Style
    • Self Improvment
    • Financial Talk
    • Women Talk
    • Parenting
    • Education
    • Eco Living
  • Travel Content
  • My Project
    • Digital Writing Studio
    • Lampung Digital Academy
    • ThinkMe Project
  • Disclosure
  • Contact

Melati Octavia Journal


Saya kehilangan catatan draft baru saja ketika ingin merilis tulisan ini. Saya cekikikan sendiri ketika menuliskan ini. Hikmahnya, saya bebas mencurahkan sesuatu sesuai judul diatas. By the way, sebenarnya ga merencanakan merilis ini karena momentum hebohnya pernikahan singkat salah satu selebgram. Jauh hari, saya sudah pernah mem-post draft mini judul ini di insta story dan aplikasi spoon.

Lanjut ceritanya,
Judul diatas memiliki makna yang dalam bagi seorang perempuan yang masih "sendiri" *uhuk. Nulis ini bukan berencana menasehati juga karena belum pantes banget. Tapi saya berharap saya menuliskan keresahan dan pemikiran saya disini,bisa jadi bahan diskusi buat kita - kita bareng - bareng.

SATU VISI 

Bicara visi, sesuatu yang panjang dijelaskan. Sesuatu yang menurut saya sudah sangat mengakar dalam pikiran. Sehingga langkah dan tindakan yang dilakukan seseorang pasti akan mengarah dan sesuai dengan visinya. Baik itu pertemanannya, bagaimana ia menyikapi suatu permasalahan, dan juga step by step mengapai impiannya.

Satu visi bicara tentang sebuah tujuan -

Bicara visi juga bicara sudut pandang. Sehingga pandangan dan cara pikir yang dilihat adalah demikian. Mengapa kali ini saya bercerita tentang sebuah pandangan/visi. Karena nanti ketika berencana untuk membangun cinta dalam ikatan pernikahan visi menjadi sangat krusial. Apalagi ketika dalam masa pencarian. Sudah banyak yang kemudian menyerah pada akhirnya ketika berencana ternyata ketika dalam mengenal tidak memiliki visi yang sama. Jadi kalau mau gampangnya "ga nyambung". Karena yang satu cerita tentang impiannya kesana, yang satu cerita kesitu.  Eh, tapi ga selalu visi sama juga pada akhirnya juga tepat.

Jadi kalau nanti pada saat kita mengenal, namun tidak memiliki visi yang sama jangan memaksakan kehendak. Walaupun awal bertemu sudah membuat hati ga karuan, diri sepertinya sudah menemukan. Lagi - lagi bisikan syaitan akan mudah hadir. Salah satunya misi syaitan juga bagaimana kita dilibatkan pada perkara perkenalan yang salah, dibutakan dengan hal yang tidak benar, mengenal dengan cara yang tidak diridhoi dan tentunya tidak sevisi.

Dan ketika sudah menjalani pencarian, namun belum menemukan. Bisa jadi visi kita belum  pas untuk diri sendiri. Kedekatan padaNya masih jauh. Diri belum siap atau bahkan dipersiapkan Sang Maha Cinta seseorang yang terbaik. Visi diri sendiri untuk menjadi sosok yang bertanggungjawab, pribadi yang sabar, pribadi yang percaya diri. Bagaimana orang lain ingin mengenal kita kalau kita sendiri belum sepenuhnya bisa mengenal diri sendiri ?

Satu lagi kadang kala dalam mengenal, mungkin kita beranggapan visinya sama namun anehnya tidak ada yang mau mengalah. Semuanya ingin dia jadi pemeran utamanya, merasa paling baik tajwidnya, ibadahnya, atau kedudukannya di dunia. Makanya, kita juga tentunya butuh cinta.

SATU CINTA

Bicara cinta bikin baper ya kan ? Disini saya bilang satu cinta, bukan semata - mata cinta yang dimaksud adalah kepada pasangan ya. Melainkan satu cinta pada pemilik cinta itu sendiri yakni Allah SWT.  

Mengapa hal itu yang paling utama ?
         Karena dengan cinta pada pemilik yang sebenarnya, sikap kita akan lurus. Kita menjadi pribadi yang tawadhu, karena mendasari apa saja yang terjadi adalah Allah pilihkan.  Lalu kelak apabila nanti menjalani yang tidak mencintaiNya yang dicintai adalah hal yang berbeda daripada yang lain maka semuanya akan sia - sia. Satu hal saja, salah satunya cinta terhadap dunia dengan amat sangat, cinta pada para tokoh - tokoh selebritis, dan lain sebagainya. Ini yang saya ilhami dari kajian - kajian parenting, bahkan kajian pra nikah. Walaupun pada kenyataannya saya belum memaknainya secara dalam. Kelak tulisan ini adalah pengingat, siapa sebenarnya yang seharusnya dituju, bahwa sejatinya mengikat dalam sebuah hubungan yang membuat Arsy berguncang itu memiliki tanggungjawab yang besar.





Bagaimana bersikap ketika dalam pencarian ?
            Coba kita #flashback cerita Sirah Salman Al Farisi yang begitu menyentuh. Merelakan sesuatu yang ia cintai demi kebaikan. Berat memang, tapi itu janji Allah. Jika kita mencintai Allah dan merelakan sesuatu karena Allah. InsyaAllah, Allah akan ganti yang lebih baik. (Ini nasehatin diri sendiri juga)
  
HIDUP SESURGA

Siapa sih yang tidak mau masuk Surga ?
              Pasti semuanya ingin memasuki surgaNya. Lagi - lagi cita - cita tertinggi visi berumahtangga kelak adalah satu keluarga berada di surga. Bener gak sih ? Jadi ini juga pengingat diri juga. Bahwa tujuan awal untuk berkomitmen bukan mau enaknya aja. Tapi ada visi khusus di dalamnya. Kelak di akhirat nanti bisa sesurga. Jadi kita bertengkar ada yang mengingatkan.
Eh, kita mau ke surga loh dek jangan ngambek gitu  *hanya ilustrasi
Jadi tulisan ini sebenarnya adalah ringkasan hal - hal yang pelajari baik itu di buku dan juga cerita teman yang saya sadur dengan pemikiran saya lalu saya tulisan kembali kelak akan mengingatkan saya jika saatnya menikah nanti. Nanti loh ya .. belum tahu kapan haha.
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Author Note :
Untuk kedepan, tulisan - tulisan yang ada di blog ini saya berharap menjadi open discussion yang panjang. Media sharing ilmu kebaikan dan hal - hal positif yang bisa dibagikan.
Jadi jangan lupa comment ya :)
Salam Menginspirasi !

























Sabtu lalu, pertama kali berkesempatan menghadiri event yang luarbiasa pembahasannya bunda - bunda banget. Saya hadir dalam kacamata seorang Blogger. Sempat kebingungan sih, naruh postingan ini dimana. Soalnya ada beberapa cerita seputar Dancow Parenting Center yang merupakan penyelenggara event besar ini. Baca di Seputar Parenting Club : Dancow Parenting Center.
Pembicara kali itu luarbiasa. Di isi oleh :
 
- DR. dr Soedjatmiko, SpA (K), Msi
- Dra Ratih Ibrahim M.SI
- Sari Sunda Bulan, AMG
- Tesya Sophia
- Shannaz Haque

Mbak Shannaz tetap cantik menjadi seorang ibu dengan suaranya yang familiar ketika membuka acara. Berasa di iklan gitu. Ajakan ikut event ini sebenarnya sangat dianjurkan adalah bunda – bunda yang sudah punya anak. Saya ingat ketika sesi mbak Ratih menyampaikan tentang bagaimana keperluan yang dibutuhkan si kecil di masa emasnya ia bertanya tentang dominasi peserta yang mengikuti acara,
“Disini siapa yang masih single?”

Serbasalah rasanya mengangkat tangan. Saya adalah salah satu yang memohon menyelinap di acara itu dengan sahabat saya @mutmuthea yang blogger aktif dapat undangan sana sini. Kami pun saling lirik. Bilang gak yaa ? Soalnya ini acara bunda – bunda. Sebutan kita semua yang hadir juga bunda bunda. Jadi pengen #jadi bunda deh. #Salfok.
 
Di event ini banyak yang saya dapatkan, pertama tentang hal penting yang dipersiapkan untuk anak yang merupakan rangkuman dari panjang kali lebar dibahas :

Ada hal yang sangat dan harus diperhatikan pada anak yang sering kita lupakan :
1. Kasih Sayang Penuh
2. Nutrisi
3. Stimulan
4. Perlindungan 

Pertama, Kasih Sayang 
Banyak dari kita dengan kesibukan sang orangtua, kebanyakan anak di tahun emasnya dididik dengan orang lain. Mbak Ratih sangat menganjurkan kehadiran orangtua yang dominan di tahun emasnya untuk menanamkan nilai – nilai dan juga pengajaran awal yang baik bagi si kecil. Di masa ini anak mulai bereksplorasi belajar hal baru. Lincah gerak sana sini, menirukan, melakukan hal absurd yang bikin ketawa. Saya jadi ingat ponakan kesayangan saya yang masih berusia 1 tahun lebih beberapa bulan. Ia sangat peka dengan suara music, dan mudah menghapal warna dengan gambar dan music video. Bahkan penguasaan bahasa inggrisnya lebih luarbiasa, karena ibundanya (kaka ipar saya) senang mengajarinya nama – nama benda dalam bahasa inggris. Super deh! dengan kosakata yang lucu sekali kalau dia sedang menyebutkan benda – benda dalam bahasanya.

Kebanyakan orangtua sekarang juga suka membatasi gerak anak karena larangan. Padahal di masa ini adalah masa dia mengenal banyak hal. Di masa ini seharusnya orang tua mengenalkan sesuatu , misalnya ajak jalan – jalan keliling rumah. Mengenal teman, orang lain. Mengenal ekspresi agar memahami bentuk emosi itu seperti apa. Di masa ini rasa ingin tahunya juga sangat tinggi. 
Nah, ini bagi teman – teman yang jadi calon ibu dan orangtua. Masa emas ini momennya menanamkan tonggak awal pengenalan yang baik. Jangan sampai ketidakhadiran orangtua membuat mereka tidak mengenal dan merasakan kasih sayang orang tuanya.

Kedua, Nutrisi dan Stimulasi
Hmm, ini cerita sahabat saya bisik – bisik perkara nutrisi. Dia merasa gak pede dengan beberapa hal yang bilang kalau mungkin orangtuanya ketika melahirkannya belum begitu paham bagaimana memberikan nutrisi yang baik untuk anaknya karena merupakan anak pertama. Yaps! Kadang kala ini nih yang jadi kendala orangtua yang belum mempersiapkan diri. Seringkali lupa bahwa anak di masa awal – awal tumbuh kembangnya membutuhkan manajemen khusus untuk optimalisasi tumbuhnya. Entah itu otaknya, perkembangan fisiknya, dan juga daya tahan tubuhnya.

Saya jadi flashback ketika saya kecil, berat saya dibawah rata – rata biasa. *Orang yang kenal saya saa ini pasti bilangnya bisik – bisik mustahil haha* Saya pribadi menyadari bisa jadi karena kecilnya saat itu dan saya susah makan. Saya banyak diberikan suplemen vitamin penambah nafsu makan oleh ibu saya. Yaah ! malah sekarang ketika menginjak remaja saya pun tanpa suplemen makannya jika tidak dibendung, sekali makan kapasitasnya banyak walaupun intensitasnya jarang. hihi

Tapi bersyukur juga, ibu seorang perawat yang sangat konsen masalah ini. Saya pecinta sayuran. Karena dari balita selalu dikasih sayuran mulai dari pahit hingga manis. Makanan yang beragam, dan juga catatan yang lengkap. Saya ingat saya dibuatkan food diary untuk makanan dan juga aktifitas saya selama masa balita. Ternyata ini penting !  Disini kita sebagai orangtua akan tahu apa saja yang kita berikan dan dampaknya. Bisa jadi, ketika kita memberikan asupan makanan ternyata tidak cocok sehingga pencernaan anak terganggu. Ini tentu berbahaya. Selain itu di masa – masa emas ini, anak sangat membutuhkan kalsium dan protein. So, jadi dominankan pemberiaan ini yaa. Indonesia sendiri masih banyak ternyata anak – anak yang masih bergizi kurang, ini juga selain pengetahuan yang kurang juga kemiskinan sehingga tak mampu memenuhi nutrisi dan gizi yang seimbang.

Nah sedangkan stimulasi sendiri itu adalah kandungan – kandungan yang dapat membantu perkembangan si kecil. Misalnya, omega 3, omega 6, serat pangan, vitamin A, C, dan E. Kalau kata mba Sari yang merupakan pakar gizi. Nutrisi itu ibarat hardware, dan stimulasi itu software. Jadi nutrisi ialah kandungan yang harus dipenuhi oleh kita, sedangkan stimulasi itu sesuatu yang membuat nutrisi tadi bekerja dan berkembang. Disini juga saya tahu, batas pemberian makanan dalam hal ini nasi atau karbohidrat itu hanya seukuran genggaman tangan. Ayoo yang makan lebih dari segenggam tangan XD. Jadi wajar kan kalau berlebihan berat badan. *Saya buru – buru cek timbangan*. Nah bagaimana kalau untuk balita ? Yaa segenggam tangannya balita, masa tangan ibunya hihihi. Saya jadi ingat beberapa kali melihat ibu memberikan anaknya makanan padat, itu buanyak banget, semangkok kecil versi orang dewasa. Jadi wajar kalau anaknya muntah karena memang batas sesuai anjuran itu segenggam tangan loh. Nah sedangkan untuk lauk pauk itu setengah telapak tangan. Yaps! Kalau untuk balita yaa setengah telapak tangan balita.

Ketiga, perlindungan.
Nah ini nih, masih berkaitan dengan nutrisi. Perlindungan dalam hal ini adalah asupan yang baik untuk daya tahan anak sehingga tidak mudah sakit. Selain perlindungan fisik juga perlindungan dari dalam sehingga tidak mudah diserang oleh penyakit. Misalnya ada teman mainnya yang flu. Si anak gak buru – buru kena atau jika pun kena ya sekedarnya gak parah, gak demam, langsung sembuh.

Saya jadi ingat ponakan yang luarbiasa rewel dan kasihan banget waktu kena flu. Beda banget dong tentunya sama kita orang dewasa yang kalau kena flu paling – paling minum obat, istirahat seharian, besok harinya udah mendingan. Ga ada istilah rewel, kecuali diganggu yaa. Kalau balita ketika sakit tentu lebih susah, karena dia merasakan ketidaknyamanan dan tidak mampu mengekspresikan rasa sakitnya sehingga demikian. Ya wajaar dongs, maka dari itu dari orangtua harus bisa memberikan asupan gizi yang berguna untuk tameng penyakit untuk si anak. Apa itu ? Kalau dari penjelasannya itu adalah bakteri baik untuk pencernaan, karena balita itu paling rentan sekali nih problem pencernaan.
Ga nyangka panjang lebar repost kembali materi parenting yang didapat. Ini langkah awal menjemput jodoh haha #salfok maksudnya belajar untuk menjadi ibu yang baik di masa depan.

QUESTION 
Satu lagi tambahan, ketika setelah penjabaran ini ada beberapa sesi pertanyaan dan menarik nih buat kita kulik,
1. Usia berapa sih, anak diberi gadget dan boleh menonton tv ?
2. Bagaimana mengontrol anak yang suka makan ?

Pertanyaan pertama, masalah gadget ini. Jika bisa memang sampai usia lima tahun jangan diberikan gadget. Karena gadget sangat menghambat motorik anak. Untuk lebih mengeksporasi dan mengenal dirinya. *FYI, dalam ilustrasi bunda – bunda ini anaknya berminggu – minggu tidak keluar kamar karena main gadget, sangat pendiam sampai akhirnya gadgetnya di sembunyikan, sang anak jadi sering bermain, terbuka, satu lagi pembendaharaan katanya meningkat ketimbang sebelumnya* Jadi berpengaruh banget yaa.
 
Untuk televisi itu sendiri, orangtua harus pilah – pilih. Maksimal dalam sehari itu anak hanya boleh nonton 2 -  4 jam yang dibagi dalam beberapa sesi baik itu pagi, siang , sore, malam
(jawaban dr.Soejadmiko dan mba Ratih)

Pertanyaan kedua, seperti sebelumnya saya menganjurkan orangtua harus mengatur pola makan anak sehingga anak tidak berlebihan. Penggunaan suplemen nafsu makan untuk vitamin juga tidak diperlukan kalau anak sudah banyak makannya. Takutnya menjadi obesistas. Anjurannya sedari awal sudah mengontrol kandungan garam, gula, dan minyak. Ini yang harus diperhatikan. Dan untuk susu sendiri itu maksimal dua gelas.
(mba Sari Sunda)

Saya apresiasi sekali, bahwa Dancow  memiliki layanan tanya jawab dengan pakar melalui online secara gratis untuk membantu bunda – bunda menjawab keresahan dan problem anaknya. Saya dulu juga suka banget sama susu ini versi coklat.


Semoga menginspirasi!


Tadi malam salah seorang adik favorit  saya meng- whatsapp saya untuk sharing menarik yang membuat saya merasa sepertinya perlu di tulis karena cukup inspiratif dan juga sebagai catatan pengingat bagi saya.
Hal ini berkaitan dengan hubungan harmonis dalam sebuah keluarga, dari yang muda dan yang tua hehe. Orangtua maksudnya. Tiap saya menghadiri seminar luarbiasa, para pembicara selalu menyelipkan doa dan juga hal – hal yang menbuat kita meneteskan air mata.  Mereka bercerita bagaimana keajaiban yang mereka dapatkan ketika doa orangtua mereka sangat ajaib untuk percepatan pencapaain yang mereka dapatkan.

Selayaknya seorang anak yang masih mengenal, egois, kekanak – kanakan. Kita sebagai yang muda nih apalagi remaja baru gede sering sekali menjadi sosok 'sok' super hero dalam lingkaran keluarga. Pengaruh media yang sangat intens yang menampilkan adegan kurang baik dan tontonan yang sangat negatif, membuat kita tanpa sadar tersugesti untuk tidak menghormati orangtua kita, bahkan berbuat kekerasan secara psikis.

Itu makanya kita sering sekali mempertahankan ego kita begitu kuat ketika berdebat dengan orangtua ataupun kakak kita sehingga terjadilah gempuran tangis, kekerasan, dan juga adegan ngambek dan cemberut-nitas. Bener gak ? Kekerasan psikis alias hati yang kita dapatkan ketika kita tak ada yang mau mengalah untuk meredam emosi, Alhasil lidah kita seperti duri – duri yang menusuk hati dan membekas karena kata – kata tajam yang terlontaar.

Mobilitas kehidupan anak muda sekarang yang tinggi membuat komunikasi kita sebagai seorang anak sangat minim sekali dengan orangtua. Orang tua kita yang bekerja misalnya, kita juga bersekolah atau kuliah. Ada yang kuliah diluar kota barangkali. Sampai kita berada dirumah, kita sibuk dengan gadget masing – masing. Baik itu orangtua ataupun anak. Belum lagi, untuk saling bertukar pesan di telepon atau sms sangat jarang dibanding komunikasi dengan teman sebaya dan sehati *ehem. Biasanya menghubungi orangtua ketika ada perlunya seperti ketikaa minta jajan, uang spp belum di transfer, dan hal – hal yang berkaitan dengan kebutuhan pribadi ? Egois gak sih ?

Hal sederhana ini bumerang loh bagi kita, di generasi globalisasi seperti ini. Bumerang di masa yang akan datang yang tanpa sadar membuat kita menjadi pribadi “kurang berperasaan”. Ini pendapat saya, kalau gadget itu benda mati yang seolah – olah hidup, tapi disana kita sulit menemukan kebenaran. Kita dipalsukan dengan banyak hal pada benda itu.

Wah kamu sendiri mel ?

Saya mengalaminya kok, dan menyadarinya sedikit demi sedikit kesalahan – kesalahan saya selama ini. Saya berterimakasih diberikan kesempatan oleh Allah untuk menegur saya tanpa sadar dengan mempertemukan saya dengan orang – orang luarbiasa. Saya sering sekali terteguh ketika seminar membahas tentang rejeki, keberkahan hidup, rasa aman dan tenang. Akhirnya saya paham, ada hal yang salah dengan komunikasi saya dengan orangtua, saya paham dan menyadari emosional yang saya belum stabil. Begitu juga orangtua kita yang semakin lama semakin bertambah usia juga mengalami perubahan dan gejolak emosional yang berubah. Ingat kata Quran gak tentang rentang usia manusia dan karakternya ?

If you want other people care with you, you must be the first caring for him.
Jika ingin kita oranglain peduli dan menghargai diri kita, jadilah yang pertama berbuat demikian.
Hukum take and giving berlaku dalam kehidupan sosial. Kita suka berpikir egois untuk minta dilayani dan dihargai, tapi kita belum mampu berbuat demikian untuk orang lain. Bagaimana bisa ? Egoisnya diri kita?

Curhatan adik saya itu mengenai kesulitaannya mengkomunikasikan apa yang dia inginkan, terutama berkaitan dengan impian anak – anak muda yang aktif, jalan – jalan misalnya, berorganisasi, bahkan untuk berprestasi dibidang lain yang kita sukai yang notabene sedikit jauh melenceng dari pendidikan yang sedang di tempuh.

Why ?
Orangtua bersikeras untuk mempertahankan pendapatnya tentang masa depan anaknya, membatasi banyak langkah. Yaps! Kita tahu ini tidak boleh berlebihan. Sebagai orangtua masa depan. Orang tua harus open minded dengan perkembangan jaman. Jangan sampai senantiasa membandingkan antara masa dirinya dan anaknya ketika sedang berpetuah, terkecuali berkaitan dengan norma dan prinsip nilai – nilai agama dan kesopanan.

Misalnya studi kasusnya gini :
Orangtua : “ Zaman ibuk ga ada pake laptop sama handphone .. kamu ga usah pake !?”
Anak :  "Jaman ibuk sama adek kan beda bu, jangan disamain dung ?! (ikutan ngotot)
Orangtua : "Pokoknya ibu ga mauu, nanti kamu begini begini begini dll"
(ini ketika momennya orangtua sedang nonton berita kriminal tentang human trafficking lewat sosial media)
Kalau pada momen ini kita kalah berargumen dan berkomunikasi yaa gitu. Perlu kita evaluasi bagaimana cara penyampaian kita, argumentasi kita, dan cara kita bersikap. (edisi sok bijak)
Gimana yaa kita mengemukakan keinginan kita ? Di saat kita sendiri saja belum bisa mengakomodir keinginan mereka sebagai orangtua terhadap diri kita ?

Hidup harus adil kan ?

"Give respect to earn respect"

Yuk jawab bareng – bareng :
  • Pernah gak kita telponan romantis menanyakan kabar orangtua kita, (misalnya jauh dari luar kota) nanya apa kabarnya, udah makan belum, sedang ngapain dengerin segala keluh kesahnya dalam hidup yang seperti kita biasa melakukannya dengan teman sebaya kita ?
  • Pernah gak kita bikin sweet momen bareng orangtua sekedar dinner bareng, nonton bareng, jalan – jalan wisata dengan orangtua ?
  • Pernah gak ketika kita inget momen special, kasih hal spesial buat mereka?
  • Pernah gak kita menyampaikan kisah kita di sekolah, kampus , dengan tentang hal gembira lainnya seputar jalan impian yang kita pilih dan impian kita bersama – sama  dengan orangtua ?
Kebanyakan kita malu buat jalan bareng dengan orangtua kemana – mana. Ketimbang jalan – jalan dengan teman Padahal momen bahagia ini adalah momen paling tepat untuk cerita banyak hal termasuk keinginan dan impian. Kita juga sering salah menyampaikan opini kita kepada orangtua ketika sedang dalam ‘ panas ‘ mempertahankan sesuatu.

Coba pilih padanan kata yang baik, positif, dan sampaikan argumentasi yang benar itu secara perlahan dengan alasan yang bisa di terima akal pikiran. Satu hal lagi, berikan kepercayaan kepada mereka. Bila mereka (orangtua) takut, khawatir, over protective, sampaikan bagaimana kuatnya kita, bagaimana penanganan bila ada hal yang tidak baik terjadi, kemungkinan – kemungkinan yang mungkin muncul dipikiran orangtua kita dan sampaikan bila mereka tidak percaya apa yang akan terjadi.

Ternyata ilmu negosiasi itu tidak hanya dibutuhkan di dunia organisasi dan bisnis saja loh. Tapi ini skill general yang harus kita miliki dan diterapkan dimanapun.
Semoga kita menjadi insan yang mulia, menghormati orangtua, berbakti kepadanya dan bersama – sama menuju surgaNya. Aminn
.
Ketika Muda dan Tua Berbicara 
Seketika dunia berubah menjadi lebih indah 
(taglinenya so sweet yahh..)

--------

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca




Artikel ini hadir ketika direcoki oleh beberapa rekan yang terkaget - kaget ketika membahas salah satu persoalan masa depan yaitu menikah. Saya selalu tertawa mendengar orang - orang parno ketika menyebut kata “sakral” itu. Seolah - olah orang yang mengucapkan kata itu, keesokan harinya harus sudah nyebar undangan, atau sudah membangun tenda didepan rumahnya, tidak lupa janur kuningnya.

Awalnya saya demikian juga, ketika ada rekan sudah menyerempet membahas hal itu. Saya tidak tahan untuk ‘ngebecandain’ seolah - olah si pembawa topik itu, lagi menyiapkan intro pernyataan untuk menikah esok kelak. *tepokjidat*

Saya bersyukur bergabung dalam sebuah grup parenting online dan juga sesekali membawakan program acara parenting membahas keluarga dibeberapa sela kesibukan perkuliahan dan aktivitas lainnya membuat hal demikian sudah terbiasa dan tidak tabu lagi dibahas. Bahkan saya menyatakan diri bahwa itu memang harus dibahas bukan dihindari untuk membahasnya.

Tahu tidak ? Keluarga yang ada pada saat ini sebagian besar menikah bukan karena kesiapan, tapi karena harus siap. Sudah waktunya dan juga mungkin sudah menemukan jodohnya langsung menikah. Beranggapan belajar tentang perkara pernikahan itu ketika sudah dalam masa tersebut. Salahkah ? Tapi sebagian besar, dari kita belum siap untuk menikah walau sudah waktunya. Sedari lama lupa mempersiapkan diri, sibuk mengejar karier, sibuk dengan aktivitas lajangnya, atau hal lainnya. Bahwa ada ilmu yang seharusnya dipelajari yakni membangun rumah tangga. Seolah - olah membangun rumahtangga itu perkara belajar on the way. Padahal konflik yang terjadi, perceraian meningkat karena masing-masing dari pasangan tidak mengerti bagaimana menjalankan perannya, salah memutuskan, salah bersikap, salah mengerti. Bayangkan saja dua orang yang berbeda disatukan dalam satu kehidupan seumur hidup. Sebelumnya memiliki kehidupan yang berbeda, keinginan berbeda, gaya hidup berbeda, berbahayanya lagi visi yang berbeda.

Menikah itu perlu persiapan, perlu kematangan berpikir bukan hanya fisik saja yang sudah dewasa melainkan juga mental dan psikis. Bagaimana menghargai, memahami. Mengetahui kodrat peran sebagai seorang ayah dan ibu, suami dan istri. Keluarga adalah sebuah organisasi kecil yang sangat mempengaruhi sebuah peradaban. Mengapa begitu ? Peradaban yang hancur dikarenakan banyaknya keluarga yang tak mampu mengendalikan isi rumahnya. Egoisme, individualistik, dan masih banyak problema lain yang muncul apabila membangun keluarga tidak mengunakan ilmu. Hanya tahu bagaimana melangsungkan pernikahan dan bagaimana ijab kabul. Padahal kehidupan setelahnya adalah hal yang paling penting

Dan hal yang menyedihkan, jika kata itu begitu tabu ketika dibahas didepan kaum adam. Nah loh? Jika ada kaum adam yang usianya sudah baligh tapi ketika hal demikian dibahas sudah hindar menghindar. Itu pertanda .......... Isi sendiri.
 
Calon ayah atau suami itu tugasnya sangat berat untuk menjadi leader dari keluarga. Ia yang mendidik istri dan anaknya untuk menjaga keimanan, nahkota yang menentukan kemana arah dari sebuah keluarga itu akan dibangun. Berhasilkah ? Atau buruk ? Seperti berita yang belakangan kita dengar, penelantaran anak oleh sepasang suami istri yang notabene berpendidikan tinggi. Innalillahi, mendidik anak oranglain bisa dilakukan, tapi nasib anak sendiri ditelantarkan. Nauzubillah.
Menjadi seorang ibu juga tidak kalah beratnya. Ia harus menjadi istri yang baik dan ibu yang mendidik anaknya. Madrasah al Ula. Banyak skill dan ilmu yang harus dipelajari, mungkin teman-teman bisa baca artikel saya mengenai : Catatan Hati Sang Calon Istri

Masalah tabu tidaknya, saya berharap. Kita bukanlah kaum apatis, karena gengsi karena ke-dilemaan kita pada masa depan di masa Quarter Life Crisis. Hal yang ditakutkan adalah membuat kita dijauhkan oleh Allah sebuah hikmah dan ilmu yang baik di masa yang akan datang. Bukan berarti yang menulis artikel ini akan menikah esok kan ? Atau para penulis baik novel ataupun artikel pernikahan harus sudah menikah atau segera menikah.

Satu lagi, apakah yang mempelajari perkara demikian adalah orang - orang yang sudah menemukan calon jodohnya? Gimana yang masih sibuk memantaskan diri dan memperbaiki diri ?
“Ahh saya kan masih sendiri, itu nanti deh di cari tahu..”

Hmm, hal itu pemikiran yang salah. Walaupun masih sibuk dalam memantaskan diri dan memperbaiki diri, justru itu masanya kita mempelajarinya. Bagaimana menjemput jodoh dengan cara yang benar dan menjalaninya nanti sesuai tuntunan yang benar pula.

Hal yang perlu diingat, jangan sampai pada masanya memasuki masa dimana ‘harus  menikah’ tanpa kesiapan, karena sudah waktunya. Tapi menikahlah ketika anda sudah siap *kesiapan itu defenisinya sangat panjang*. Bukan hanya kata ‘siap’ tapi ada sebuah nilai tanggung jawab didalamnya.


------------------------------
Yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

Keep Inspiring!
Menjaga. Menjaga seperti seorang polisi dengan senjata. Menjaga dari halangan musuh ataupun para penganggu. Tapi itu yang hanya tampak. Bisa saja siapapun bisa menjaga. Tapi bagaimana menjaga sesuatu yang tak tampak. Seperti menjaga hati.

Kali ini saya ingin bercerita tentang sebuah penjagaan yang sulit dan penuh onak liku dan berduri. Terutama dirisaukan oleh para muda muda belia yang hatinya sedang subur bak disirami air dan dipupuk humus yang membuat gembur taman bunga cinta.
Hari ini saya mendapatkan sebuah perspektif sebuah penjagaan dan solusi atas sebuah penjagaan yang ketat akan sebuah rahasia yang tersimpan di hati.
Siapapun kamu, tentu pernah terselinap rasa pada siapa yang kamu inginkan menemanimu dimasa depan bukan ?

Tapi sayang, banyak diantara kita yang lalai. Termasuk saya juga. Tapi kali ini saya tak ingin menjadi kalah oleh waktu, kalah oleh musuh-musuh. Musuh yang bernama syaitan, ibarat sebuah rumah berpagar tinggi dikelilingi oleh penjagaan yang ketat tak mampu dirayu oleh sengatan apapun. Bagaimana konsep menjaga. Menjaga ketika berbicara tentang hati kah ? Atau menjaga yang bagaimana ?

Saya pernah melakukan kesalahan untuk memahami konsep menjaga. Bahwasanya dan sesungguhnya konsep menjaga yang benar adalah diam. Diam seribu bahasa. Layaknya diamnya hati sang ali dan sang fatimah akan sebuah rasa yang hanya Allah yang tahu. Diam ketika diri merasa tak ingin melangkahi keputusannya untuk sebuah momentum bahagia.

Banyak dari kita yang kesulitan untuk diam. Lelah, tak sabar, buru-buru padahal diri ini tahu belum saatnya dan belum waktunya. Diam adalah keputusan paling bijak menghadapi sebuah penjagaan ketat sebuah rasa yang belum pasti muaranya. Belum tampak tanda tanda dan kejelasannya.
Diantara kita ada yang melangkahi waktu, terpedaya oleh rayu-rayu dan oleh kata tunggu. Padahal kata tunggu adalah sebuah alasan riskan yang menjerumuskan pada sebuah hal buruk yang mengorbankan sebuah perasaan. Bila memang siap dan memang tak ada alasan lagi untuk menundanya, bersegeralah. Jangan sampai kata tunggu menjadi alasan para syaitan mengoda hati-hati yang ada. Karena hati manusia itu mudah sekali dibolak-balikan. Seindah apapun, sesuka dan cinta apapun dengan mudahnya bisa menjadi sebuah kebencian mendalam dan begitu pula sebaliknya.

Allah pernah berfirman, bila belum siap maka berpuasalah. Sebuah makna kompleksitas mengenai hal demikian. Memang ada masanya lelah bersabar, ada masanya risau menunggu, ada masanya penantian menjadi sulit. Tapi bersabar adalah sebuah pilihan terbaik dari sampai pada kapasitas dan tanpa alasan hingga sampai pada waktunya. Percayalah Allah maha mengetahui kesiapan kita, Allah Maha Perencana Yang Baik. Tak usah kita mengada-ngadakan sebuah alasan.
Menunggu, Menjaga, Diam dan bersabar. Insya Allah akan Allah balas sebuah keindahan yang luarbiasa di masa yang akan datang. :D

Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang maka Allah timpakan keatas kamu pedihnya sebuah pengharapan, supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain Dia.Maka Allah  menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya (Imam Syafii).

----------------------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca


Ada banyak hal yang kita inginkan memiliki rasa sepaham dengan diri kita. Kadang ego merajai hingga kita merasa sendiri di suatu masa. Kali ini saya belajar bahwa sejatinya, memahami adalah maksud Tuhan mempertemukan saya denganmu. Kamu merupakan orang-orang baru yang setiap kali hadir bertemu dan menyapa. Berusaha memahami setiap kalimat-kalimat terlontar di bibir ini. Berusaha mengerti bahwa kita berbeda dan kemudian Tuhan menyampaikan sebuah cerita bahwa ada hal yang sama-sama harusnya kita lengkapi. Bahwa Tuhan menciptakan kita tidak sendiri. Agar kita mengerti bahwa kurang dan lebih itu adalah indah, bahwa resah dan gelisah bercampur sebuah makna adalah sebuah pemahaman yang seharusnya dihadirkan.

Kali ini, saya kembali memetik sebuah makna akan adanya sebuah pertemuan. Entah itu dengan orang baru, entah itu kawan lama, apa itu mereka yang pernah mengisi ruang-ruang dalam relung kita masing-masing. Kita disini berusaha mengerti, terkadang adakalanya melawan ego adalah sebuah pengorbanan yang melahirkan makna bahwa sejatinya kita diinginkan untuk memahami lebih dahulu barulah kita dipahami.

Memahami menjadi sebuah tujuan sebuah pertemuan. Menyamakan kata, makna, bahkan sesuatu yang bernama hati.
Pembelajaran yang saya dapati dalam sebuah pembelajaran mengenal, mengetahui, bahkan mencoba untuk menyelaraskan.

Sebagian besar rasa resah dan gelisah disebabkan karena ketidakpahaman kita. Ketidakpahaman kita akan maksud diri sendiri, ketidakpahaman visi. Bahkan ketidakpahaman pada lingkungan yang ada disekitar kita. Belajarlah memahami. Bahwa cinta yang hadir karena pemahaman yang tinggi akan membuat sebuah energi yang besar. Pemahaman akan mengajarkan kita bentuk perbaikan diri, mengajarkan kita tentang kehidupan. Bila masih tersendat, pertanyakan. Berarti kita hidup dalam ketidakpahaman. Sama halnya ketika kita belajar mengenal Allah. Manusia yang baik tentu akan senantiasa mengenal Tuhannya dan berusaha menjadi sesuatu yang diinginkan oleh Tuhannya.

Bantu saya memahami kamu :)

-------
Yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
 

 
Sudah hampir seminggu saya berada di Kota Dumai, mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata yang merupakan rangkaian kegiatan dari kampus. Ada hal unik yang saya perbincangkan dengan teman-teman satu kamar. Sehingga lahir judul dan tulisan ini. Sebenarnya ide tulisan ini saya sudah lama ingin sampaikan, namun butuh waktu untuk meramunya menjadi sebuah pemikiran yang barangkali membuka pikiran kita. Setelah kami sahur kala itu, ada sesi dari hati ke hati yang tak sengaja saya dan teman-teman perempuan saya bicarakan. Hal yang menjadi pembicaraan adalah berbicara masa depan. 

  Beberapa hari yang lalu ketika saya mengisi host sebuah talkshow radio, narasumber membuka pikiran saya tentang tantangan orangtua di masa depan dan juga peran perempuan dan laki laki yang disalahartikan serta terbalik nilainya. Sebuah kehidupan seorang anak, pendidikan anak yang saat ini seharusnya menjadi perhatian yang tak boleh diabaikan. Sebelumnya dari kita seringkali melihat berita televisi dan media lain tentang peaniayaan anak, kasus kasus negatif yang berkaitan dengan anak, kenakalan remaja dan hal lainnya.

  Semua penyebab yang terkait dengan hal ini adalah berbicara sebuah nilai dasar. Perlu kita sadari bahwa pendidikan keluarga adalah sebuah nilai esensi kehidupan dari seorang manusia. Manusia yang lahir ke muka bumi, mengalami proses pengenalan dan juga proses belajar diawali dari keluarga. Setelah di telisik kasus kasus yang seringkali kita dengar dan lihat itu kembali pada kesalahan menerapkan esensi dalam berkeluarga. Kenakalan remaja, narkoba dan hal negatif lain yang menghancurkan generasi kita dimulai dari sebuah kesalahan fatal mengelola sebuah keluarga. Namun, hal yang mungkin akan saya bahas adalah sebuah nasehat dari hasil perbincangan para perempuan untuk para calon-calon ayah di masa depan.
  Kami (perempuan) menyadari bahwa tantangan kehidupan kita di masa yang akan datang lebih ekstrim, lebih menggoda, lebih menguras nurani dan emosi. Laki-laki saat ini ditawari oleh banyak ragam hal melenakan sejak ia tumbuh dari bocah laki-laki menjadi lelaki dewasa. Kehidupan hedonisme, permainan bola, berbagai macam game yang didominasi kaum adam, film-film, musik, berbagai permainan, perempuan, hal yang terkait dengan nafsu dan hal lainnya. Seperti dirancang mengapa sasaran empuk godaan itu sebagian besar untuk para laki-laki. Perempuan dilenakan dengan berbagai sebuah nilai esensi independennya seorang perempuan, kehidupan materialistik, sehingga hilanglah nilai-nilai yang seharusnya diterapkan dan untuk menjadi manusia yang berkualitas. Bukan mendeskretikan, tapi populasi perempuan yang saat ini lebih mendominasi dibanding kaum adam juga menjadi perhatian. Lapangan pekerjaan yang saat ini lebih cenderung diberikan pada wanita karena wanita itu memiliki pribadi penurut, penyayang, rajin dan cekatan (multitasking) membuat laki-laki saat ini memiliki tantangan lebih sulit untuk lebih mapan, lebih kuat untuk menjawab peran dan tantangan masa kini. Laki-laki yang tak mampu berbuat lebih dalam akademiknya, karakternya, skill yang dimiliki karena terlenakan hal duniawi akan kesulitan untuk menemukan perannya di masa yang akan datang, apakah itu menjadi seorang suami nantinya dan juga menjadi seorang ayah. 

  Pesan dari seorang perempuan dimanapun dan siapapun ia, ia selalu berharap mendapatkan imam yang bisa memenuhi kebutuhannya, baik itu nafkah, membimbingnya menuju surga. Serius menjalani kehidupannya, memapankan diri sejak dini dengan berbagai kegiatan yang meningkatkan kualitas dirinya, imannya, menanamkan hal kebaikan-kebaikan didalamnya. Tidak mudah untuk tergoda dengan hal hal yang tidak baik, memiliki identitas yang baik, jujur dan menjaga. Tentunya gambaran seorang lelaki soleh yang menjadi idaman para perempuan. Selalu memperbaiki diri dengan niat karenaNya.

  Percayalah, bahwa laki-laki dan wanita yang baik kemudian membangun sebuah keluarga yang baik menjalani kehidupan karenaNya akan membentuk peradaban emas yakni untuk anak-anaknya kelak akan disiapkan sesuatu baik di masa datang, kehidupan sejahtera di dunia dan surga di akhirat.
  
  Siapapun kamu calon imam, semoga dipertemukan pemimpin bidadari yang akan kamu temani di surga kelak :)
Judul kontroversial menurut saya. Bisa diarahkan kepada kegiatan galau-isme atau hal hal berunsur politis-isme. Well, untuk aktivitas saat ini saya berusaha melakukan perenungan lebih dari biasanya. Merenung sekaligus menverifikasi kebenaran dan ketidakbenaran yang sekarang jadi sebuah kesamaran. Berusaha menjadi lembut entah kenapa hal kelembutan menjadi sudut pandang saya belakangan. Saya selalu melihat tulisan saya yang terlalu tegas dan terkadang mengerikan hehe. Itu pendapat pribadi saya sih. Mungkin basic menulis di koran dahulunya menjadikan saya pribadi yang kritis dan frontal hehe.

Bercerita tentang janji dan harapan. Setiap manusia punya harapan bukan. Harapan untuk hidup lebih baik, hidup lebih lama, hidup bahagia dan sejahtera. Harapan akan tercapai ketika sebuah janji tertunaikan. Seperti sebuah sinergi antara hukum permintaan dan penawaran.
Kali ini saya membicarakan janji dan harapan secara umum. Sudut pandang mana, silahkan readers temukan sendiri dari sudut mana ingin diambil. Apakah dari sudut politis-isme atau galau-isme. Saya yakin pembaca mengerti apa yang saya maksud.
Belakangan lalu, kita dikabarkan sebuah isu mengenai demo mengenai tuntutan janji-janji presiden kita kepada rakyat. Bukan menjadi isu lagi melainkan realita. Sejak tergabung di forum indonesia muda yang notabene juga merupakan para aktivis luarbiasa yang menyuarakan idealisme. Detik-detik hari dimana kesepakatan untuk terjun berorasi menjadi hal yang hangat dibicarakan di forum kami di sosial media. Berbagai seliweran berita yang barangkali teman-teman tahu, tentang aksi foto-foto makan malam, isu sini dan sana. Jujur saja, saya kelimpungan mencari lebih banyak tabbayun dan memverifikasi. Karena berita kebenaran menjadi hal yang mahal menurut saya belakangan ini. Apakah apatis? No, bersuaralah dengan bijak.

Well, kali ini saya tidak berbicara demikian. Itu hanya intermezzo seputar keterkaitan sebuah janji dan harapan. Sebuah janji yang disampaikan oleh pemerintah yang memiliki kekuasaan kepada para rakyat yang menaruh harapan besar agar hidup mereka lebih baik karena pemerintahan baru. Bukankah itu yang menjadi fokusnya ?
Coba kita kembali kepada esensi sebuah harapan dan janji. Pernahkah kamu merasa berharap kepada oranglain ? Tentu pernah, berharap dia melakukan sesuatu yang kita inginkan. Dijanjikan sesuatu yang membuat kita makin berharap lebih banyak terhadap orang tersebut. *bukan curhat*
Setiap dari kita tentu punya harapan. Harapan terhadap diri kita sendiri, oranglain, sahabat teman, bahkan ada juga yang berharap dengan benda mati.
Namun, seringkali kita berlebihan berharap. Menaruh tinggi ekspetasi harapan kita. Bedakan harapan dengan impian. Harapan suatu perasaan dimana kita menginginkan sebuah realitas sesuai dengan ekspetasi. Keinginan sebuah hal itu terjadi, dan sebuah kepercayaan akan terjadi sesuatu di masa yang akan datang.
Apa yang biasanya terjadi bila harapan tidak sesuai ? Kekecewaaan tentunya. Imbasnya adalah hati. Hati menjadi imbas dari sebuah harapan yang tidak terwujud. Well, hal yang simpel yang ingin saya sampaikan mengenai janji dan harapan. 

“Jadilah kita manusia yang tak gampang untuk berjanji pada siapa saja, jangan membuat sebuah harapan-harapan pada orang lain jika kita menyadari kita tak mampu berbuat demikian. Jadilah pribadi yang berkredibilitas baik untuk berjanji dan selalu menepati. Dan juga jadilah kita manusia yang hanya berharap pada Tuhan, jangan seringkali berharap berlebihan pada manusia”

Sebaik-baik hati yang lapang ketika mampu mengendalikan harapannya. Tak terbuai oleh harapan-harapan kosong yang hanya merusak suasana hati dengan rasa kecewa, rasa tidak nyaman, tidak enak ketika harapan kita tidak sesuai dengan keinginan. Controlling your hoping :) berhati-hatilah membuat janji.

Semoga kita bukan termasuk manusia yang diberi label pemberi harapan palsu atau janji palsu :) di kehidupan manapun dan juga tidak menjadi korban akan manusia yang memang berlaku demikian pada kita :D have a nice day !

*yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
Sebenarnya artikel ini sangat terlambat untuk terbit. Memerlukan riset yang cukup detail. Semua yang saya tulis merupakan hasil kegelisahan saya. #Tsaah.
Edisi tulisan ini adalah edisi kartini yang sudah lewat bulan lalu. Terlambat sekali untuk mempostingnya. Saya mohon maaf kepada para readers beberapa minggu tidak memposting beberapa inspirasi dan cerita sebulan lamanya.
hampir sebulan mendapatkan beberapa kegiatan diluar kota dan insyaAllah akan saya posting hasil eksplorasi saya.

Kami ingin menghebatkan. Siapa kami ? Kami para perempuan. Beberapa hari lalu saya mengalami sebuah kejadian yang membuat saya mengevaluasi diri terhadap apa yang saya lakukan dan saya kerjakan. Perempuan yang identik sosok yang manut, penurut, dan hal lembut lainnya. Begitulah pandangan seorang laki-laki pada umumnya terhadap sosok perempuan.

So, mau curhat sedikit. Biasanya umur dua puluhan seperti saya banyak kegalauan terjadi. Yaa deh jujur aja. Sejauh mata memandang, saya merasakan sebuah alergi besar lelaki pada sikap saya. T.T . Apa barangkali saya terlalu ambisus atau barangkali saya terlalu aktif dan bagaimana. Saya berusaha menekan diri saya untuk berusaha menjadi diri sendiri. Walau banyak tanda tanya besar terhadap sikap yang saya miliki sehingga ketika ada tawaran berkomitmen lebih serius itu bikin takut lelaki. Saya memang serius untuk membahas hal demikian.

Well, ketika sebuah konflik terjadi saya jarang sekali menyalahkan oranglain. Saya lebih inside memandang diri saya dahulu mengevaluasi diri dahulu ketimbang berkutat pada benar dan salah.
Beberapa teman perempuan saya juga sering bercerita tentang kami para perempuan aktivis yang notabene sibuk. Sibuk membangun komunitas, sibuk berkutat pada hobi, membangun karier, bahkan memimpin organisasi. Seringkali mendapatkan cap wanita karier nantinya yang akan menjadi pribadi yang dominan ketika membangun rumahtangga. Dan bahkan banyak perempuan yang lebih dahulu mapan ketimbang sang pria.
Saya pun melakukan riset kecil-kecilan kepada teman saya yang laki-laki. Apakah laki-laki selalu minder melihat perempuan lebih sukses ketimbang dirinya ?

Mungkin saya tidak melakukan filter terhadap teman laki-laki yang saya tanyai, kecenderungan yang saya pertanyakan adalah sosok teman saya yang kariernya cukup bagus dan pemikirannya cukup luas. Mereka menjawab tidak masalah, walaupun memang ada sedikit rasa ‘iri” atau minder terhadap perempuan yang lebih bisa menghandle dan juga dominan secara wawasan, finansial dan lain-lain.
Konsep memantaskan dan mensejajarkan. Misalnya seorang laki-laki bertemu wanita yang lebih hebat ketimbang beliau. Apa yang sebaiknya dilakukan seorang laki-laki itu ?
Kebanyakan dari wanita, melakukan daya dan upaya untuk berusaha memantaskan diri kepada sang pria yang ia harapkan menjadi suaminya. Tapi menurut riset yang saya dapatkan jarang sekali laki-laki yang melakukan hal demikian.
“Laki-laki yang baik untuk wanita yang baik-baik, begitupun sebaliknya”
Kita tanpa sadar lupa kalo standar kebaikan itu relatif dimata masing-masing oranglain. Standar yang tepat adalah kembali kepada Allah.

Ada tulisan yang saya kutip dari blog teman saya yang juga menjadi hasil riset saya.
Mengapa tidak banyak perempuan mengambil jurusan yang notabene “super” kelaki-lakian seperti tehnik, komputer, dan lain-lainnya. Karena ada stereotip jika wanita mengambil jurusan demikian atau berkutat pada hal yang demikian akan menjauhkan dia dari laki-laki. Alias sulit jodoh. Hadeuuh. //
Ini kutipan yang saya ambil. Ketika saya disini berperan sebagai perempuan, kami perempuan bingung. Bukankah laki-laki mencari sosok ibu yang cerdas untuk anak-anaknya kelak untuk madrasah bagi anak-anaknya. Apakah ada yang salah ketika wanita sekolah tinggi-tinggi ?
Saya ingin bercerita bahwa pada suatu hari saya di message seorang teman saya yang laki-laki yang cukup menyayat hati saya.
“Kamu kenapa mel ambisus gitu, sekolah tinggi-tinggi. Bukannya jadi muslimah itu gampang ya. Bukannya kita didunia ini ingin masuk surga ya ? Gampang kok, kamu tinggal jadi ibu dan istri sholehah aja, ga usah gitu banget”

Jleb.. Seketika itu saya kembali berpikir ulang terhadap apa yang saya lakukan. Saya kemudian hanya menjawab, bukannya kewajiban menuntut ilmu sebanyak-banyaknya perintah Allah ya.. Bukannya wanita dituntut cerdas untuk menjadi madrasah bagi anak-anaknya kelak, generasi selanjutnya kelak. Jadi salah yaa sekolah tinggi-tinggi. Dan beliaupun terdiam.

Intinya saya perwakilan perempuan-perempuan aktivis *dalam ceritanya. Menyampaikan pada pria pria hebat diluar sana. Jangan pernah takut untuk hadir dan sama-sama berjuang untuk menyetarakan diri. Sama-sama membangun mimpi. Perempuan yang baik tidak akan pernah meremehkan kemampuan laki-laki yang sudah bersedia menerimanya apa adanya. Memang ada saudara-saudara kami yang lain barangkali sibuk dengan kariernya hingga melupakan kodratnya sebagai wanita yakni ibu dan istri. Tapi tentu kalian (laki-laki) punya kemampuan mengenali dan bertanya bagaimana masa depan kalian bersamanya.
Dari hasil riset saya juga, bahwa lelaki yang bersikap demikian karena dia takut dan tidak berani untuk bisa mengapai standar tinggi lebih tinggi lagi alias gengsi. Nah inilah penyakit sebagian besar para lelaki. (hasil kepo mas kurniawan gunadi) itu kutipan bukan dari saya melainkan kepada kaum laki-laki langsung.
Well,  Seperti artikel saya sebelumnya, wanita itu mencari sosok yang pantas dihebatkan. Dan pria yang hebat akan mampu mengenali wanita yang bisa menghebatkannya di masa yang akan datang.
read this >> http://www.melatioctavia.com/2015/01/carilah-wanita-yang-menghebatkanmu.html

Ini kutipan menarik dari sebuah blog :
“Bersekolahlah tinggi-tinggi, belajarlah banyak-banyak, dan kamu akan terus menemukan orang-orang yang kualitasnya lebih baik darimu. Lalu, kamu akan belajar banyak dari mereka, dan meningkatkan kualitasmu sendiri juga. Mungkin kamu belum tahu, tapi di 'atas' sana, mereka juga tidak kekurangan jumlah lelaki" - Noor Titan

Kami perempuan berjuang untuk menghebatkan,
Bukan ingin hebat sendiri :D

#BukanArtikelEmansipasi

"yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca"
Older Posts

HELLO, THERE!


Hello, There!


Hello, There!

Let's read my story and experience


Find More



LET’S BE FRIENDS

Sponsor

OUR CATEGORIES

Entrepreneurship Event Financial Talks Forest Talk Good For You Happiness Healthy Talks Ngobrolin Passion Parenting Pendidikan Review Self Improvement Self Reminder Tips Travel Wirausaha Young Mindset community development experience

OUR PAGEVIEW

recent posts

Blog Archive

FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by beautytemplates