Melati Octavia Journal

Diberdayakan oleh Blogger.
Facebook Twitter Pinterest LinkedIn
  • Home
  • About Me
  • Disclosure
  • Story of Me
    • My Experience
    • Startup & Digital Life
    • Ngobrolin Passion
      • Talk Of Design
      • Writing Tips
      • Ngobrol Marketing
      • (NEW) Eco Lifestyle
    • Traveling Story
    • Diskon & Referral
  • This Is My Mind
    • Sudut Pandang
    • Boost Yourself
      • Young Mindset
      • Self Improvement
      • Career Talks
    • Review
    • My Project
      • Kongkow Nulis
      • Skill20
      • #ThinkMe
      • Codea Labs
    • Rubrik Seru
      • Date With Book
      • Movie Session
      • Bahas Bisnis
      • Road To Beauty
      • Eat With Me
      • Community Talks
      • Financial Talks
  • Contact Me
    • As Blogger
    • As Freelancer


 
 
 
 

Sudah lama banget ga cerita – cerita seru di blog ini dengan pemikiran pribadi. Di tengah berbagai hal baru yang diriku alami. Akhirnya mencoba lagi menulis hal bertema demikian di tengah keadaan diri yang sempat kehilangan minat melakukan apapun. Jadi rindu banget waktu 2016 lalu Ketika banyak tulisan – tulisan seputar pemikiranku rilis di blog ini.
 
Oke mari kita mulai, sebelum menjawab pertanyaan diatas. Diriku mau kasih gambaran sedikit tentang keadaan digital saat ini. Jadi sebenarnya trigger dari judul diatas adalah fenomena banyaknya edtech baru yang akhirnya menjamur. Serius banyak banget. Sampe kita kayaknya bondong – bondong ikutan kelas online sana sini. Semua itu dimulai ketika pemerintah meluncurkan program prakerja, kemudian berlanjut dengan kampus merdeka, dan juga kelas online yang sudah dipahami oleh masyarakat kita karena kebijakan PPKM.
 
Awal – awalnya mungkin masih bisa kita kenali, seperti ruangguru yang kemudian meluncurkan Skillacademy. Kemudian maubelajarapa, yang mana aku juga sekarang baru menjadi bagian tim mereka. Ada juga Binar Academy, Glints, dan kian bertambah dari waktu ke waktu. Program yang ditawarkan juga banyak dan beragam. Ada sistem belajar online, mentoring, coaching, berbentuk rekaman video, dan juga bootcamp yang saat ini sangat popular. Setiap ed tech (education technology) peningkatan skill benar – benar membuat promosi bootcamp besar – besaran mulai dari harga Rp 500.000 sampe harga yang sangat fantastis yaitu belasan hingga puluhan juta.
 
Kok bisa sampai puluhan juta? Banyak yang mengambil program bootcamp ini, dengan harapan adanya bimbingan dari para mentor yang dianggap sudah mumpuni di bidangnya. Selain itu jaminan job connector atau penempatan kerja di perusahaan besar. Bahkan dijanjikan mendapatkan gaji cukup fantastis.
 
Fenomena ini jadi ngingetin diriku sama viralnya semua produk yang memiliki relevansi dengan identitas muslim, seperti hijab, kosmetik halal wardah dll, di saat itu banyak bisnis fashion berlomba – lomba membuat brand fashionnya sendiri. Selanjutnya menjamur brand perawatan kecantikan dan skincare yang pilihannya makin beragam, sampe pusing sendiri sih diriku. Semua itu masih kita rasakan hingga sekarang nuansanya.
 
Tapi balik lagi, bisa saja fenomena ramai belajar ini mungkin hanya relevan bagi anak – anak millennials, Gen Z saja. Dibandingkan generasi – generasi lainnya. Jadi apa bener kita jadi candu belajar? Teman – teman bisa jawab sendiri, kenapa sih rajin ikut kelas – kelas online ? Apa yang pengen dicapai sih?
 
Baca Juga : Nulis Bermanfaat, Nulis Bermartabat
 
Sejak influencer di bidang pendidikan makin terdepan, mengubah cara pandang “belajar” di Indonesia menjadi sesuatu yang keren. Jujur seneng banget sih, menjadi pintar atau dianggap pintar menjadi sesuatu yang dikejar banyak orang. FOMO? Iya bagian dari itu. Tapi kalo FOMO nya hal yang baik menurutku itu perlu dibudidayakan sih ya. Inget gak? Momentum Maudy Ayunda yang berbincang bersama Mba Najwa Shihab yang bilang “kita suka banget belajar dan ujian”, dengan tawa yang jenaka di sebuah video youtube yang ditonton jutaan orang itu. Orang – orang berpengaruh seperti itu benar – benar membuat statement yang sangat mengubah sebagian besar masyarakat kita. Publik pasti bertanya – tanya “ Kenapa ya mereka suka? Kenapa ya aku ga sesuka mereka?” *ini netijennya adalah aku. Hahahah.
 
Publik pun dihantam fakta kompetisi menjadi sukses saat ini benar – benar mengocek emosional. Maudy Ayunda contohnya, sosok yang menjadi panutan karena pendidikannya berkuliah di dua universitas terbaik dunia. Bisa dibilang sulit ditembus masyarakat kita. Ia jadi sebuah standar yang sering dijadikan bahan komentar netijen “Kasian ya tetangganya maudy ayunda” dengan arti bahwa setiap orang tua menjadikan maudy ayunda menjadi contoh anak yang sukses dan dapat dibanggakan, dan dibandingkan untuk jadi bahan motivasi anaknya agar sukses seperti dia. Hayo siapa yang dibanding – bandingin? *puter lagu farel.

 
Belum lagi kehadiran Jerome Polin yang membuat citra anak – anak pinter berbalik 100% yang dulunya dianggap nerd, tidak seru, sangat serius, tidak pandai berbicara, bahkan tidak keren. Jadi sesuatu yang, wah ternyata jadi orang pinter itu ga melulu punya karakter seperti itu. Jerome membuat citra belajar adalah sesuatu yang keren yang harus diadaptasi dan dicontoh.
 
Sayangnya percepatan minat akan belajar ini, tidak seiring menurutku dengan akses pembelajaran dan pendidikan sekolah formal. Diriku merasa banyak kurikulum baik itu sekolah ataupun jenjang perguruan tinggi masih jauh sekali tertinggal untuk bisa adaptif dengan kebutuhan pasar kerja saat ini. Ga jauh – jauh soal saya lulusan Ilmu Komunikasi. Mungkin secara fundamental saya banyak dapatkan banyak ilmu di dunia kampus. Tapi secara implementatif yang siap menghadapi kompetisi ini, sulit kalo tidak bergerak di saat masih kuliah. 
 
Kegiatan magang dan organisasi benar-benar membantu mengembangkan diri. Syukurnya, sejak pandemi. Transformasi itu pelan – pelan mulai digerakkan, seperti kampus merdeka juga praktisi mengajar. Kadang ngerasa nih diriku yang lulus >5 tahun lalu, wah bener – bener beruntung ya teman – teman gen z saat ini dengan kesempatan yang ada. Tidak seperti diriku dulu dapat info internship atau part time dari koran lokal atau relasi organisasi hihi.

Diriku sih berharap, pergeseran mindset soal kegiatan belajar menjadi sesuatu “hal baik” ini adalah harapan buat generasi kita lebih memaknai belajar adalah kebutuhan dan juga fitrah sebagai manusia yang “menjadi manusia” karena belajar. Walaupun diawali niat yang tren dahulu, kedepannya semoga esensi belajar dan menjadi manusia beradab, *tugas selanjutnya kita nih* benar – benar tertumbuh di diri setiap insan anak negeri. (wadaw bahasanya dalem banget)
 
Baca Juga : Catch Your Dream Jobs
 
Tapi sekedar saran bagi teman – teman yang ketemu tulisan ini, atau emang sengaja baca. Ada beberapa pemikiran yang mungkin bisa jadi bahan renungan untuk menyikapi apa yang yang terjadi. Nasehatnya untuk diriku juga.

1.    Tetapkan Goals  (Tujuan)

Ketika kita punya goals spesifik akan mudah kita memantau bagaimana kita berkembang dalam belajar dan bertumbuh. Walau mungkin di tengah jalan ketemu momen, “duh aku kok ga berhasil – hasil ya di jalan ini apa bener ini jalan hidupku” Aku pun juga pernah di momen ini. Bahkan baru terjadi beberapa bulan lalu. Semua itu bisa jadi karena kita sedang dalam keadaan ego yang tidak stabil. Bisa juga ngerasa punya capaian yang mungkin terlalu lebar untuk kita melangkah. Tetapkan tujuan sederhana dengan poin – poin kecil yang bisa kita capai satu per-satu.

Semisalnya ingin ambil kelas belajar digital marketing, tapi mungkin kita di ranah pekerjaan berbeda. Tapi karena ngerasa, kok aku gini – gini aja ya apa ambil kesempatan ini. Lagi – lagi pikirkan dulu. Apa bener mau switch karir? Pengorbanan apa yang dilakukan? Biaya dan resiko apa yang didapatkan. Baca peluangnya dan coba pahami diri sendiri lebih dalam lagi.

2.    Stop Membandingkan


Jadi inget lagu yang viral belakangan ini, lagu Ojo dibanding bandingke. Bener – bener relevan lagunya sama keadaan kita yang sekarang hobi banding – banding dan juga jadi kaum mendang-mending. Jujur, bener – bener capek ketika kita hidup dalam ranah banding – banding.

Baik dari skala sukses belajar, mungkin pencapaian kepemilikian, atau juga karir dan keluarga. Inget aja kalo kita punya dunia yang berbeda dengan jalan hidup dan garis perjuangan yang berbeda.


3.    Pelan – Pelan Aja

Bagi orang perfeksionis atau juga orang yang rasanya buru – buru mau cepat sukses dan kaya raya. Kita kayak memaksakan banyak hal. Hidup hustle culture *ini reminder buat aku hiks atau memaksakan segala sesuatu berjalan sempurna.

BIasanya aku afirmasi diri kalo udah mulai tu, kena virus buru – burunya trus menyalahkan diri kalo ga bisa menyelesaikan masalah, menghadapi masalah, atau ga mengerjakan pekerjaan sempurna. Coba katakan ini “pelan pelan yuk diri ini, ga semuanya instan dapat terwujud, ada proses yang mungkin harus dilewati. Sabar yuk menghadapinya”

Baca Juga : Kebiasaan Baik, Capai Impianmu

4.    Jangan Dengki

Salah satu penyakit hati itu adalah dengki. Apa aja tanda – tandanya kalau sudah terjangkit? Kita ga senang dengan kesuksesan orang lain. Kita ga rela orang lain sukses, kita berusaha mencari celah mereka untuk menutupi kekurangan kita bahkan dengan ingin menjatuhkannya.

Kalau ada hawa seperti ini, tandanya kita udah terjangkit sama penyakit ini. Pelan – pelan yuk perbaiki diri agar ga timbul perasaan seperti ini.

5.    Cari Teman Bertumbuh

Ga semua teman itu bikin kita bertumbuh. Malah mungkin kita ga sadar, kita di tempat yang sama gitu aja dalam jangka waktu yang lama tanpa ada perubahan yang berarti. Itu tandanya kita perlu mengembangkan pertemanan.

Lebih bahaya lagi kalau malah ketemu teman yang bikin kita jadi rendah diri, ga berkembang, atau malah sering bikin kita down. Carilah teman yang selalu mendukung dan juga menasehati kamu kalo udah kelewat jalur ga tidak semestinya. Lebih seru lagi, cari teman yang mau sama sama bertumbuh dan belajar bareng. Mantep banget tu belajarnya makin semangat.

Jadi beneran orang – orang lagi candu belajar? Apakah kamu termasuk orang – orang yang ikut semangat dengan fenomena ini untuk senantiasa belajar. Sharing di komentar yuk!

 
 

Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Burnout adalah sebuah hasil dari stres berkepanjangan. Hal ini tidak sama dengan terlalu banyak tekanan (depresi). Kamu mengalami kelelahan mental dan fisik yang cukup menganggu kehidupan kamu sehari - hari.

Stres sendiri adalah hasil dari banyaknya tekanan yang menuntut Anda secara mental dan fisik. Namun, mereka yang mengalami stres masih dapat membayangkan bahwa jika semuanya berhasil dia atasi, maka dirinya akan baik-baik saja.

Baca Juga : 5+ Tips Menyenangkan Dirumah Aja

Tips Mengatasi Burnout Kerja dan Belajar

Jujur saja, sejak pandemi istilah baru banyak bermunculan. Selain itu, obrolan soal work life balance menjadi acuan banyak orang untuk saling dibicarakan. Tak terkecuali istilah burnout. Banyak yang kemudian mengalami perasaan ini ketika mengharuskan mereka work from home (WFH), sulit membedakan jam kerja dan juga jam yang ada dirumah. Apa aja gejala - gejala kamu mengalami burnout?

Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Mengalami emosi yang tidak stabil

2. Mengalami lelah yang berkepanjangan

3. Produktivitas menurun

4. Mudah marah

5. Pekerjaan mulai terganggu

Bahayanya jika dibiarkan berlarut - larut akan benar-benar menganggu. Bahayanya menganggu kinerja teman lainnya atau juga performa kita baik dalam bekerja atau belajar. Sebelum kita bahas lebih jauh. Apa sih sebenarnya burnout? Burnout adalah sebuah istilah psikologi dimana sebuah kondisi psikologis yang terjadi ketika yang mengalminya mendapatkan stres berkepanjangan lantaran pola kerja yang buruk dan tidak sehat.

Namun, ada yang mengatakan pengertian lainnya, bahwa burnout adalah sebuah gangguan metabolisme energi. Burnout bisa kita ibaratkan sebuah baterai. Seseorang yang mengalami burnout layaknya kehabisan baterai. Terkadang bisa merupakan lelah fisik bisa juga lelah pikiran. Dan saran yang biasa dilakukan adalah keluar dari zona yang menjemukan.

Jadi bagaimana cara mencegah burnout nih buat kamu?

Cara Mencegah Burnout

1. Membuat Manajemen Jadwal Kita Yang Baik 

Memang tiap kita memiliki waktu yang sendiri untuk maksimal dalam bekerja, yang sering dibicarakan di berbagai sharing. Tapi jika jadwalnya sudah jauh dari kata logis untuk fisik manusia sewajarnya. Jangan dibiasakan. Bahayanya juga akan berkepanjangan. Seperti pola tidur, makan yang kacau. Itu berakibat tidak baik.
 

2. Tidur yang Cukup 

Tidur yang cukup bukan hanya banyak tidur atau juga tidur singkat tapi merasa maksimal. Tidur yang cukup menurut saya adalah tidur diwaktu yang seharusnya tidur, dan istirahat ketika sedang lelah. Jangan memaksakan ketika kondisi fisik kurang baik.


3. Makanan yang Bergizi 

Coba untuk memperhatikan makanan yang kamu makan, ini penting jika kamu menjaganya. Rasa kelelahan fisik akan jarang terjadi.

4. Me Time 

Beberapa me tim yang bisa kamu lakukan seperti, mendengarkan lagu, traveling, have fun. Bisa memberikan kamu energi positif di tengah hectic bekerja. Salah satu kegiatan me time yang bisa kamu lakukan yaitu bermain game. Aku kadang nyari game yang ga berat dan juga bisa cari break moment buat refresh. Rekomendasi Platform Game yang bisa kamu langsung gunakan itu Plays.org. Aku udah coba - coba game disana beragam dan seru - seru loh. Salah satunya ini, game yang satu ini bikin kamu tertantang buat memecahkan rekor lebih banyak.


 

Selain itu, ada ratusan game beragam lainnya yang bisa kamu mainkan gratis dan ga bikin bosan. Kamu juga ga perlu khawatir dengan spek laptop kamu untuk memainkannya karena dia sangat ringan. Hahaha. Belakangan kita suka mikirin spek laptop kan kalo main game.

 


Beberapa keunggulan yang aku temuin dari platform ini diantaranya ;

1. Ringan, bisa di laptop apapun
2. Ga ada iklan, bebas iklan tentu ini cukup ganggu kalo main kan ya
3. Ada ratusan game dan bisa pilih apa aja
4. Ramah anak juga nih.

Ratusan Pilihan Permainan Menarik Plays.Org

Oke balik lagi ke obrolan gimana caranya kita menghadapi burnout. Selain faktor internal. Ada juga faktor eksternal yang perlu kita pikirkan baik - baik. Jika kita seorang yang pemimpin dari sebuah perusahaan atau divisi, memperhatikan performa tim dan load pekerjaan  dari tim adalah hal yang sangat penting. Tim yang burnout karena faktor eksternal dan tekanan dari luar akan menghambat produktivitas pekerjaan dan juga kreatifitas yang dua hal ini sangat dibutuhkan dalam pengembangan perusahaan.

Mungkin kita sebagai karyawan tidak bisa mencegah faktor eksternal ini. Cuma ada beberapa poin yang bisa kita jadikan acuan untuk kita sendiri mengatasi dan keluar dari zona burnout ini.  Beberapa cara untuk mengurangi stres dan depresi akibat tekanan pekerjaan:

1. Mencari Sisi Positif dari Pekerjaan Kamu
2. Perluas pertemanan dengan rekan kerja kamu
3. Jaga keseimbangan hidup baik pola makan dan tidur
4. Manfaatkan Cuti jika perlu izin.


Semoga tips ini bisa membantu kamu lebih sehat dan seimbang menjalani hidup yang penuh kompetisi ini ya!






Share
Tweet
Pin
Share
6 comments

 

Haloo, sudah lama sekali ya diriku ga menulis di blog kesayangan ini. Terakhir kali itu ya karena ada event yang mengharuskan menulis. Saya ikut menyesal nih. Maafkan yaa! Jujur sejak beraktivitas sebagai tim content. Saya terkadang terlarut riset sana sini untuk improving akun konten kantor ketimbang diri sendiri. Duh mel si cari alasan, ya kadang ada beberapa hal di hidup kita yang harus di korbankan tentunya.

Tapi tenang, diriku tetap aktif melakukan postingan receh dan juga menyampaikan pemikiran di akun instagram diriku. Walau kadang kurang penting. Sesekali serius, tapi diriku ga tahu apa para warganet di sana ikut memahaminya. Wah jadi curhat ya! Hmm, banyak kejadian dari tahun lalu hingga tanpa sadar. Di tahun 2020 sudah berjalan 8 (delapan) bulan, dimana tinggal 4 (empat) bulan lagi menuju 2021. Cepatt sekali berlalu! Banyak merasa diantaranya belum melakukan apa - apa di tahun ini. Pandemi yang merebak ke seluruh dunia di akhir Januari, hingga saat ini membuat kita semua harus terjebak dengan kebiasaan baru yang tentunya bikin stress semua orang di dunia. Termasuk judul kali ini, #DirumahAja atau #StayAtHome. Semua orang harus mengatur ulang konsep bisnis, bersekolah, konsumsi, dan segala kegiatan sosial lain di muka bumi. Yaps! Di muka bumi. 
 
Apalagi manusia adalah makhluk sosial. Digital, jujur  saja menurut diriku benar- benar membantu kita di saat seperti ini. Tetap bekerja dalam mode #WorkFromHome dan jadi #RemoteWorker. Saya sedikit banyak sangat bersyukur, bekerja dalam perusahaan teknologi dan digitalisasi sehingga tak perlu kesulitan shifting dalam pola kerja demikian. Tapi bagaimana yang di tempat lain ya. Itu PR besar buat kita semua.

Hal yang benar - benar berpengaruh dalam hidup kita adalah shifting gaya hidup yang lebih higienis, sehat, dan juga tentunya mengurangi aktivitas sosial. Sebagai anak introvert sih, tentu hal yang menyenangkan barangkali. Tapi mungkin beberapa hal akan mempengaruhi, kayak event offline yang biasanya dihadiri para blogger, atau juga mencari inspirasi keluar rumah. Pasti ada sesuatu yang berbeda, dengan kita in touch langsung dengan beberapa hal.
 
Walaupun sebagai seorang introvert saya tetap suka jalan - jalan! Bahkan beberapa target negara hasil nabung - nabung mau dijalakan. Saya cukup bersyukur, sempat traveling dalam kegiatan gathering kantor di Malaysia dan Singapore awal tahun, sebelum pandemi akhirnya tersiarkan di seluruh dunia di bulan Januari 2020. Tapi nih, saya tetap harus merelakan cita -cita saya liburan ke Korea Selatan bulan September - Oktober dengan melakukan refund hasil berburu promo tiket murah tahun 2019 lalu. Saya yakin semuanya ada hikmahnya. Walau tetep sedih huhuhu

Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Tentu seru ketika kita memulai cerita tentang teman hidup. Banyak spekulasi banyak cerita dibaliknya. Banyak buku - buku yang jadi referensinya. Hmm bisa jadi. Eits, belum ngobrol ke sana dulu.

Banyak yang tak begitu tahu kalo saya sendiri struggle menemukan lingkaran yang tepat sejak kecil. Mengingat masa kecil saya dihiasi momen berpindah dari satu tempat ke tempat lain, selalu memulai beradaptasi. Sehingga tak jarang cukup susah membangun trust baru yang dalam dari lingkaran ditemui. Saya ingat sekali ketika saya reuni lagi dengan teman SD ketika duduk di bangku SMA. Dia berkata "Serius ini melati? Rasanya beda banget, aku inget jaman SD dia ga pernah mau ngomong kalo pembahasannya ga begitu penting selain tentang pelajaran" Saya berpikir seambisius itu kah diri ini dimasa kecil. Tertawa mengingatnya dan saya menyadari itu. Mereka ga tahu bagaimana diri ini struggle dengan otak yang pas pasan ini untuk dapat Top 3 di sekolah. Kenapa harus juara? Kalo ga juara aku ga bisa sekolah kayak teman - teman *kemudian sedih. Itu juga berlaku ketika SMP dan SMA. Kesulitan ekonomi dan juga perkara usia dan juga asal jadi momok aneh yang datang untuk bersekolah di pekanbaru. Hmm.

Bicara teman bertumbuh. Kita mungkin merasakan momen sekolah dulu. Perubahan sikap apa yang terjadi. Pengkhianatan apa yang dihadapi. Haha, pasti pernah kan bertengkar dengan teman. Saya termasuk cukup baper jaman sekolah dasar dulu ketika tahu beberapa teman mencoba menjadi sahabat terdekat agar dimudahkan saat ujian atau mengerjakan PR. Sedih ya ada teman sepragmatis itu haha. Hingga saatnya waktu berlalu saya tahu niat itu, saya benar - benar kecewa, sehingga makin sulit saya membuka diri untuk oranglain pada kenyataannya.

Saya percaya, kamu sendiri pasti pernah memiliki pengalaman juga menemukan teman terbaik. Teman yang menerima kamu apa adanya, teman yang selalu support dan juga memaki kamu ketika kamu salah. Saya akhirnya mencoba menemukan diri sehingga lambat laun menemukan mereka. Tapi lagi - lagi pindahnya saya dari satu tempat ke tempat lain, membuat saya selalu silih berganti mendapatkan teman baru. Saya belajar untuk menerima diri sendiri dan mengenal diri sendiri terlebih dahulu untuk mencoba membangun sebuah hubungan dengan siapapun.

Lalu bagaimana dengan istilah Teman Bertumbuh ? Sebelum membahas mengenai teman hidup ya. Teman dalam KBBI adalah 1 kawan; sahabat: hanya -- dekat yang akan kuundang; 2 orang yang bersama-sama bekerja (berbuat, berjalan); lawan (bercakap-cakap): -- seperjalanan; ia -- ku bekerja; 3 yang menjadi pelengkap (pasangan) atau yang dipakai (dimakan dan sebagainya) bersama-sama: ada jenis lumut yang biasa dimakan untuk -- nasi; pisang rebus enak untuk -- minum kopi; (lucu ya kok jadi lumut gitu pengertiannya wkwk)

Tak ada yang mengabaikan kebenaran kalo teman itu adalah bagian yang berarti dalam diri kita. Pembentukan karakter kita bahkan decision making (pengambilan keputusan) kehidupan kita. Disamping orangtua dan saudara kita dipengaruhi mereka. Bahkan tak jarang, keterbukaan lebih sering kita lakukan ke teman ke timbang orangtua. Benar kan ya ? walau seharusnya itu tidak baik juga. Takut takut tak terkontrol, atau nanti mengambil keputusan yang salah.

Saya percaya, bahwa teman benar - benar berpengaruh. Kesulitan yang saya hadapi ketika kecil dulu untuk berteman, membuat saya belajar bahwa pertemanan itu dinamis. Kita memang harus bisa mengontrol diri menempatkan mereka sesuai di porsi kehidupan kita. Di mulai dari kita mengenali diri sendiri. Hidup berteman adalah bentuk sosial yang juga merupakan fitrah manusia itu sendiri. Lalu bagaimana memaknai teman bertumbuh dan juga teman hidup. Teman bertumbuh menurut saya luas maknanya. Selain teman atau sahabat terdekat yang selalu ada mengapresiasi, menasehati dan juga membuat kita tumbuh dan memperbaiki diri. Teman bertumbuh adalah orang yang benar - benar mau bersama menikmati proses pertumbuhan. Dan filosofi ini saya ilhami kelak ketika saya bertemu teman seumur hidup, yaitu pasangan.

Saya sendiri menginginkan visi tumbuh senantiasa ada ketika saya berkeluarga kelak. Walaupun beberapa buku saya pelajari mengatakan bahwa ketika kita kelak nanti menerima seseorang menjadi teman hidup. Kita tak akan bisa menghardik jati diri nya, atau masing masing berharap untuk berubah sikap / karakter semau kita kepada pasangan (teman hidup)

Namun menurut saya, apa salahnya jika masing - masing bersepakat untuk berkomitmen mengubah diri sendiri menjadi lebih baik di setiap hari. Bukankah sebuah keharusan ke dalam diri sendiri ? Dan itu yang termasuk dalam perintahNya kan ya. Saya selalu memiliki visi demikian, bukan masalah mengubah karakter, melainkan saling berkompromi untuk bertumbuh dan mengenal. 

Balik menemukan teman bertumbuh sebelum lebih jauh ngobrol teman hidup. (Lah wong belum ketemu teman hidup, jadi mau ngobrolin apa hahaha). Menurut saya ada 4 (empat) cara menemukan teman bertumbuh, teman yang membuat mu terpacu berakselerasi untuk berkembang dan maju.

1. Mengenal Diri Sendiri

Kenapa ini penting. Ketika kita kenal sama diri sendiri kita akan jadi pribadi matang. Tidak mudah terombang - ambing. Kita menjadi tahu kemana harus bermuara, teman mana yang nanti akan menjadi partner yang tepat untuk mengakselerasi diri mengapai mimpi dan cita. Mengenal diri sendiri mempertemukan kita dengan lingkaran yang sesuai dengan potensi yang kita punya, bahkan memperbaiki kekurangan yang kita miliki. Bayangkan ketika kita gak kenal diri kita, bagaimana kita bisa mengatur diri kita berada di lingkungan mana dan berkembang. 

2. Kategorisasi Potensi Diri

Setiap kita pasti punya banyak bakat dibidang manapun. Mengkategorisasi potensi itu artinya siap membagi diri untuk bertumbuh di beberapa lingkungan. Misalnya, teman yang hobi menggambar padahal disisi lain kamu ga ada background pendidikan menggambar. Menggambar hanya sebuah hobi, tapi ketika kamu tahu dimana potensi mana yang harus dikembangkan, di fokuskan atau juga ga begitu harus dikembangkan kamu ga menyia-nyiakan waktu untuk mengakseslerasi potensi dengan beberapa orang. Kategorisasi Potensi itu penting, bahkan sekedar potensi menghibur orang lain. Hmm termasuk inceran *eh.

3. Kategorisasi Pertemanan

Pasti ada yang komentar " Ihh kan kita ga boleh pilih - pilih temen, ga boleh gitu". Disini bukan minta buat kita mengkategorisasi pertemanan dalam artian pilih - pilih gitu. Tapi minta supaya kita bisa menempatkan diri di lingkaran yang sesuai dengan potensi dan kesamaan frekuensi tadi. Mungkin ada teman yang bisa diajak serius bahas passion kita, mereka antusias untuk upgrade skill kita. Ada juga teman yang bagus diajak jalan untuk refreshing atau juga membahas hobi baru dan menarik. Ga bisa kita menempatkan diri di satu tempat pertemanan saja. Bukan masalah pragmatis, melainkan bisa mengatur diri dan tidak mudah di kontrol dengan keadaan. Karena ada beberapa lingkaran bisa saja meremehkan kemampuanmu, atau mimpimu bukan malah mengapresiasinya. Kebanyakan dari mereka adalah teman main, sekedar bercanda, bersenda gurau kamu. Apa pernah kamu dalam membahas target dan mimpi kamu dan keresahanmu dibaliknya pasti gak pernah kan ya? Teman yang tepat akan menghantarkan kamu juga berada di tempat ter baik.

4. Dampingin Yang Ingin Bertumbuh Bersama

Ini masuk ke ranah teman hidup nih , Ehem. Tapi gak harus kok, mungkin ada teman - teman yang memiliki visi dan mimpi yang sama buat bareng - bareng diwujudkan sebagai supporter terbaik. Kamu ingat film Negeri 5 Menara. Jujur saja, film itu dan bukunya benar - benar menggambarkan teman yang bertumbuh bersama. Mereka mengapai mimpi mereka masing - masing, saling mendampingi, saling memaki jika ada yang lemah dengan mimpinya, saling menangis jika ada yang terluka. Adakah teman se-so sweet itu ? Ada. Banyak kok. Begitu juga buku yang ditulis Andrea Hirata, Laskar Pelangi dan Tetraloginya. Bahkan Harry Potter pun punya Ron Weasley dan Hermione Granger. Kamu sudah menemukan teman tumbuh kamu ? Jika belum coba cari, yang benar - benar bisa dipercaya, bisa jadi mentor juga bisa jadi sahabat yang saling menasehati dan mengingatkan.

Sedangkan untuk teman hidup balik ke versi keinginan masing - masing. Visi dan misi kehidupan rumah tangga kamu masing - masing. Saya yakin kamu pasti punya rancangan dan impian akan hal itu. Saya pribadi punya impian sendiri untuk menemukan yang ingin berjuang bersama dan bertumbuh bersama, melebihi teman dekat yang saya miliki untuk mengapai impian masing - masing.

Apakah akan menemukannya ? Allah yang jawab, InsyaAllah

Semoga menginspirasi.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Sudah lama sekali ga bercerita panjang disini. Dengan drive yang menumpuk dan ide yang meluap – luap ga terlaksana. Dasar manusia ya! Saya ga menyangka tulisan mengenai apresiasi sudah pernah saya tulisan 2 tahun lalu mengenai "Apresiasi". Dan makin kesini setelah perjalanan ke Jakarta dan Bandung kemarin membuka mata saya. That’s the point! Hal yang selama ini bikin karya itu tertahan karena kita selalu mikir komentar orang lain sebelum mengeksekusi sesuatu. Yaa bener sih kita harus berpikir dulu sebelum bertindak. Tapi kalo mikirnya kelamaan terus berpikir dan mengira semua komentar orang lain terhadap karya dan hal yang pengen dibuat itu ga bagus dan bermanfaat yang terjadi hanyalah karya tadi hanya jadi kenangan. Yaps kenangan! Suatu saat ide dan karya tadi bakal dirilis oranglain, bisa jadi sama atau mirip. Intinya kita bakal gigit jari deh.

Baca yang lain disini :
Generasi Masa Kini, Generasi Apresiasi

Sebuah kerandoman di tulisan kali ini yang saya beri judul “Tepuk Tangan untuk Dirimu dan Orang Lain”. Saya tinggal, besar, dan dominasi hidup di Pekanbaru sejak Sekolah Dasar sampe Perguruan Tinggi. Tapi tetap aja ga bisa menisbatkan diri jadi orang Pekanbaru. Karena memang keluarga ke Pekanbaru merantau memulai hidup dari awal sejak terjadi krisis di 1998. Saya dulu tinggal di Jakarta dan lahir di Bogor. Sedangkan Ibu dari Sumatera Selatan. Kalau teman terdekat tentunya sudah tahu cerita ini. Tapi apa yang menjadi hal dipikiran ketika sesekali pergi “balek kampung” eh “balik ke kota asal” namanya membandingkan pasti gak lepas kan ya.

Saya sering merasakan bahwa ide dan cita – cita saya terasa sulit sekali bisa berkembang di kota Pekanbaru. Bahkan penuh perjuangan yang luarbiasa hingga rasanya keinginan untuk menyerah itu menjadi hal yang sering terjadi. Ketika ke kota Jakarta atau kota di daerah Jawa saya merasa bahwa apapun yang disampaikan begitu di “Apresiasi” dan di dengarkan banyak orang dengan mata yang berbinar serta rasa ingin tahu yang tinggi buat saling berbagi. Teman – teman tahu gak ketika teman kita berbicara tentang sebuah cita – cita dan juga banyak hal ketika kita menyambutnya dengan sepenuh hati ada sesuatu yang tumbuh. Optimisme yang membubung tinggi dan sebuah semangat double kali lipat untuk mewujudkannya. Walaupun ada juga teori yang mengatakan bahwa sesuatu yang disampaikan akan berbanding kebalik dengan apa yang dilaksanakan. Namun untuk sharing kali ini saya ga berbicara tentang itu, tapi berbicara feedback ya dari sebuah ide melainkan cerita tentang sebuah karya dan ide itu sudah meluncur ke permukaan dalam bentuk sesuatu hal.

Dan saya rasa problem ini juga di idap oleh hampir semua masyarakat Indonesia terhadap apapun sesuatu yang muncul. Hal negative menjadi magnet yang sangat kuat untuk mengkritisi dan memberikan caci maki. Bukan ga boleh, tapi kenapa jadi sebuah tanggapan awal sih. Gerah aja kadang hahaha. Mungkin ini yang bikin negara kita sulit maju.

Saya selalu kagum dengar orang – orang yang tebal mata dan telinga dengan berbagai komentar orang lain terhadap karyanya bukan hanya pujian dan juga cacian. Benar-benar luarbiasa untuk bisa mengendalikan dan mengontrol diri dengan hal demikian. Sharing lebih lanjut, sebenarnya konsep apresiasi itu ada teori sains dan psikologisnya loh!

“Bahwa siapapun yang diberikan apresiasi dukungan sama seperti kita sudah memberikan sebuah kebutuhan kepada orang tersebut untuk berkembang, sama halnya seperti makanan yang merupakan kebutuhan kita sebagai manusia kalau kita ga makan kita lemes kan ya. Nah seperti itu “Apresiasi” ketika ketika memberikan hal demikian ke orang lain, kita seperti sudah melengkapi kebutuhannya, apa yang terjadi kalo kita sudah makan, tentu bertumbuh bukan ?”
Ketika saya browsing saya menemukan beberapa teori yang sedikit banyak berkaitan teman – teman bisa buka di sini 5 Psychological Theories of Motivation to Increase Productivity.

Beberapa diantaranya ada teori Maslow dan juga Two-Factor Theory of motivation oleh Frederick Herzberg pada tahun 1950. Herzberg sendiri bercerita bahwa dalam eksperimennya ada 2 hal yang mempengaruhi 200 pegawai akuntan yang dijadikan objek penelitiannya, bahwa motivasi dan kepuasan mereka dipengaruhi.
1. Motivator factors – Simply put, these are factors that lead to satisfaction and motivate employees to work harder. Examples might include enjoying your work, feeling recognised and career progression.

2. Hygiene factors – These factors can lead to dissatisfaction and a lack of motivation if they are absent. Examples include salary, company policies, benefits, relationships with managers and co-workers.

Bentuk motivasi di dalamnya adalah sebuah apresiasi. Makanya penting bagi seorang pimpinan ataupun leader di berbagai lini apapun berperan sebagai motivator dalam hal ini juga mengapresiasi hal yang dilakukan oleh timnya. Ini yang menjadi factor peningkatan kinerja dan juga kepuasan serta loyalitas timnya.

Menurut saya hal ini juga termasuk memberikan tepuk tangan pada diri sendiri. Alias mengapresiasi diri sendiri. Kadang beberapa orang sulit untuk mengekspresikan kegelisahan atas karya yang dimiliki ataupun sikap yang ada. Ga semua orang mengerti dan menerima. Hal yang tahu hanya diri kita dan bagaimana pertumbuhan kita juga hanya kita yang tahu. Misal nih kamu mungkin pemalas banget, males belajar. Ketika kamu punya sebuah cita – cita mengubah kebiasaan ga baik itu atau membuat nyaman ruangan kamar kamu tidak mungkin kamu menuntut orang lain mengapresiasinya. Kadang kala efeknya malah dibilang riya atau sombong dan lain sebagainya. Pasti ada hal – hal yang kita filter dari semua apa yang kita lakukan. 

Gimana cara memenuhi kolom apresiasi dari factor kebutuhan sebagai manusia untuk diapresiasi ? Yaps mengapresiasi diri sendiri. Bagaimana caranya ?Sederhana sekali. Kita bisa saja memberikan hadiah pada keinginan diri sendiri. Misalnya kamu kalo berhasil mengubah kebiasaan kamu. Kamu akan beli baju baru, atau sesuatu yang kamu idamkan sejak lama. Mengajak diri sendiri liburan atau menonton satu tayangan episode atau film yang kamu ingin tonton sejak lama dan kamu tahan – tahan karena ingin tak ingin terdistraksi pekerjaannya. Hal kecil dan sederhana ini menjadi sebuah wujud mengapresiasi diri yang sederhana namun ga sadar efektif untuk mengchallenge diri dan bertumbuh tanpa sibuk meminta apresiasi dari orang lain. Haha benar kan ?

Dua hal ini jika lakukan seimbang, bisa mengakselerasi diri kita jadi manusia yang lebih baik. Nah mengenai akselerasi teman – teman bisa.

Baca tulisan ini : Akselerasi Kehidupan

Nah gimana menurut kamu ?
Sudah ingin mencoba mengapresiasi diri sendiri ?

Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Kegiatan saya yang sangat mobile belakangan ini membuat waktu saya, di perjalanan terkadang banyak membuat momen kontemplasi tak sengaja datang. Ketimbang pekerjaan sebelumya saya lebih statis bercengkarama dengan jobdes dan laptop seharian. Mobilitas sekarang lebih kompleks, bukan hanya melibatkan dua benda itu tapi juga kendaraan dan tempat. Beberapa hari ini saya juga menemui banyak peristiwa sederhana dan juga curhatan beberapa sahabat dekat tentang kabar kehidupannya, keluh kesahnya, resahnya, rencana masa depannya. Menarik sekali kalau di simak.

Saya buru - buru menuliskan ini padahal ada tulisan lain yang saya draft belum jua selesai hahaha. Sebelum kontemplasi yang saya buat sendiri takut - takut terbang dibawa lalu. Kemarin di perjalanan menuju tempat lanjutan menyelesaikan beberapa pekerjaan, saya menelusuri ingatan - ingatan peristiwa yang saya hadapi sebelum - sebelumnya. Introspeksi kegagalan, kesalahan saya dan kekurangan yang saya miliki sehingga menjadi batu sandungan atau bisa jadi juga batu loncatan saya untuk lebih maju. Saya menangis di perjalanan, karena saya sebelumnya lebih banyak mengutuk diri.  
Mengapa saya tidak bisa menjelaskan dengan baik apa keinginan saya sebenarnya untuk merancang apa - apa saja yang akan saya lewati ke depan ?

Kita suka sekali membandingkan hidup kita dengan orang lain bukan ? Padahal kita sedang menanam duri pada hidup yang seharusnya bahagia yang kita miliki. Benar tidak? Coba kita ubah paradigma kita membandingkan diri kita dengan orang lain dalam sudut pandang kerja keras dan hasil yang kita tuai. Saya terharu dengan orang - orang bekerja siang malam dengan lembur namun berpenghasilan tidak lebih banyak dari kita. Bahkan hari liburnya ia manfaatkan untuk mendapatkan tambahan lainnya. Namun kebanyakan kita seringkali membandingkan dengan kenikmatan hidup orang lain, ketimbang mengukur kenikmatan yang Allah berikan pada kita. Kesehatan, waktu yang baik, koneksi dan pertemanan yang sehat.

Rasanya jadi manusia yang tidak tahu bersyukur.

Mengeluh ?
Mengeluh dalam hati ya seringkali. Apalagi kalau ada yang nanya ini itu menghakimi sama jalan yang kita mau. Mereka ga salah, kadang di kitanya juga salah menanggapinya. Kasih tahu secukupnya sih, Tapi kalau mau kepo lagi, it's so annoying. Ga semua orang yang mau cerita semua apa yang ia rencanakan. Saya dulu bisa dibilang ekstrovert banget, tapi makin kesini introvert saya lebih dominan. Why ? Mungkin keseringan bareng benda mati kali ya haha *laptop maksudnya.

Saya sering kali terluka sendiri kalau cerita tentang mau nya pribadi, entah cita - cita rencana dan lain halnya. Lukanya karena yang ada dikasih ketakutan, dikasih sama cemooh, atau bisa jadi dukungan yang berlebihan. Lebih baik secukupnya, itu kayak mantra ajaib buat cerita. Karena jaman sosmed sekarang. Orang - orang terlatih jadi narsistik banget, orang introvert bisa jadi sangat ektrovert di dunia maya karena dia ngerasa interaksi sama benda mati. Padahal teman, tetangga dan orang lain pada tahu apa yang dia sampaikan di media sosial.

Jadi tulisan ini sebenarnya pengingat diri dan mungkin kita semua ketika kita dalam keadaan low banget, coba deh kita hitung nikmat yang Allah kasih dengan sangat detail. Jangan selalu menyoroti masalah dan hal yang gak baik menimpa kita. Karena kebanyakan kita ga bahagia karena selalu fokus pada hal yang gak baik tadi.

Belum lagi pesimisme yang selalu muncul ketika kita lagi berencana, bermimpi ingin melakukan banyak hal. Saya ga ngerti saya merasa annoying kalo ada yang curhat ke saya isinya ngeluh - ngeluh semua. Padahal saya juga sering ngeluh sih, cuman jadi pengingat sendiri. Gini loh rasanya kalau kita ngeluh ke temen, gini loh kalau orang lain ngeluh ke kita. 

Jadi kalau kita mau ngelakuin hal yang kurang baik, coba koreksi dulu yakin bisa bertanggungjawab sama apa yang dilakuin. Kalau berbuat baik yakin bisa selalu kasih contoh selalu baik. Karena ga jarang beberapa orang dengan mudah menjudge orang lain dalam pihak kiri dan kanan. Memang sih manusia kan ya selalu mengkategorisasi.

Balik ke awal, kenapa judulnya menjadi insan bahagia rumusnya adalah syukur tanpa batas ?
Karena kalo menurut saya, ketika syukur seorang manusia tanpa batas itu kekayaan yang luarbiasa ketimbang himpunan harta lainnya. Syukur tadi kunci dari syarat dari bahagia. Kalaupun kita dikasih bermilyar harta, dikabulkan impian pun. Tapi kita ga bersyukur. Not feeling about that, itu sia - sia aja. Mau ditambah Allah ? Boro - boro, toh kita ga bersyukur sama yang sudah dikasih sama Allah.

Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim [14]: 7)

Janji Allah apabila kita bersyukur, Allah akan tambah nikmatnya. Gimana caranya ?
Salah satunya berterimakasih dengan ibadah yang makin baik, Saya kutip dari beberapa referensi ada tiga hal yang harus kita lakukan sebagai manusia ketika menerima nikmat Allah agar ia dipandang sebagai hamba yang bersyukur kepada-Nya ;

Pertama: secara batiniah ia harus mengakui telah menerima nikmat dari Allah.
Kedua: secara lahiriah ia mengucapkan syukur atas nikmat itu.  
Ketiga: ia harus menjadikan nikmat itu sebagai pendorong untuk lebih giat beribadah kepada Allah Swt. Bila ketiga hal tersebut telah berpadu dalam diri seorang hamba, maka ia layak dikatakan sebagai hamba yang bersyukur kepada Allah.

Jadi kalau kita masih lalai berarti kita masih belum bersyukur dengan apa yang Allah berikan pada kita. Kalau kita masih sedih, berarti kita masih belum bersyukur atas nikmat yang Allah kasih ketika.

Tersenyum, Bersyukur, Bahagia

Semoga bermanfaat!


Share
Tweet
Pin
Share
No comments




Parah!! Jadwal saya kemudian terganggu dengan acara keren yang diselenggarakan @kemkominfo dengan tema besar “Menuju Indonesia Maju” dalam rangka #FlashBlogging musti ikut dong.
Kegiatan ini diawali dengan pemaparan dan sambutan dari bagian inti @kemkominfo baik itu Perwakilan Kadiskominfo Riau, Dirut kemitraan Kominfo dan juga materi dari Mas Enda Nasution yakni Founder Sebangsa ID. Sebuah platform digital media social Indonesia. Banyak hal yang sebenarnya yang saya tangkap dari kegiatan ini. Salah satu highlightnya adalah “Menjadi Seorang Blogger”. Awalnya saya tidak menyangka, bahwa blogger telah menjadi bagian yang esensial dalam sebuah kehidupan bermasyarakat saat ini terkait juga penyebaran informasi dan kebijakan – kebijakan di pemerintahan.

MEMULAI BLOGGER, MEMULAI KEMAJUAN

Indonesia Maju, siapa sih yang ga pengen negara yang kita cintai maju ya readers. Seperti salah satu paparan dari kegiatan ini adalah bahwa blog dulu sebelumnya bernama web blog hingga kemudian lahirlah blogger.com yang diciptakan oleh Pyra Labs pada tahun 1999 dan kemudian menjadi platform asuhan Google saat ini yang sedang saya gunakan.

Nah, kamu sendiri menggunakan platform seperti apa ?

Banyak sebenarnya jenis – jenis platform blog saat ini, ada wordpress, tumblr, ada berbagai media lainnya. Belum lagi yang dibuat lebih mudah dan menarik. Saya sendiri merasakan manfaat besar memulai ngeblog, salah satunya selain bisa berbagi saya mendapatkan banyak teman, dan juga bisa hadir dalam kegiatan flashblogging. Dan tahukah teman – teman, bahwa banyak loh yang memulai ngeblog dan kemudian mendunia dengan karya – karyanya. Salah satunya Raditya Dika dan Gita Savitri. Mereka membuat perubahan dengan karya positif untuk anak muda.

Nah, kamu sendiri bisa memulai merubah Indonesia dengan hal kecil. Salah satunya memulai ngeblog.


BLOGGER MAKE BIGGER 

Kalau diingat – ingat dulu blogger bukanlah sebuah sesuatu hal yang menjadi sorotan. Namun sekarang, masyarakat berbondong – bondong menjadi pembaca setia blog mengingat kredibilitasnya yang lebih dipercayai karena ia mengenal secara pribadi orang yang  menulis. Belum lagi kecenderungan media mainstream saat ini yang dianggap sering kali ditunggangi banyak kepentingan sehingga info yang disampaikan menjadi bias.
by OciYM

KETULUSAN BLOGGER

Salah satu hal yang menjadi menarik dari seorang blogger adalah “trust dan honestly” yang dimiliki. Karena ketulusan dan kejujuran yang dimiliki blogger menjadi media efektif untuk mengkritik, memberi saran, dan juga penyampai kebijakan yang tulus terhadap apapun kegiatan, kebijakan baru serta masukan terhadap apapun yang menjadi pedoman hidup bermasyarakat kita. Saya rasa ini juga inti dari kegiatan #FlashBlogging dari Kominfo juga bersama Kadis Kominfo Riau yang menjalin silaturrahmi dan juga hubungan baik kepada para Blogger agar bias menjadi corong penyampaian informasi yang lebih merata dan tentunya jauh dari banyak kepentingan sehingga terjadi bias yang sering terjadi di media lain. It’s Our Strong To Be Blogger.

BLOGGER ITU KREATIF
Di salah satu sesi yang disampaikan oleh Mas Enda Nasution adalah tips trik menjadi blogger yang super kreatif adalah senantiasa menemukan sudut pandangan baru serta memilih menjadi seorang blogger yang seperti apa. Baik itu blogger lifestyle, sport, bola dan politik. Tentunya kalau mau jadi blogger keren yang ikut berkontribusi dalam konten positif dan kebijaksanaan bangsa. Kita juga bisa menulis hal yang positif dibidang itu dari berbagai bidang terutama ikut mensosialisasikan bagaimana perkembangan hal – hal menarik yang bisa kita dapatkan dari konten yang kita fokuskan. Contohnya, saya pernah menulis bagaimana perkembangan perpustakaan dan literasi Indonesia. Teman – teman bisa baca disini ; Cermin Literasi, Perpustakaan, Minat Baca Indonesia.

PERANG KONTEN NEGATIF

Salah satu aksi nyata kita memajukan dan mengkerenkan Indonesia melalui blog adalah #PerangiKontenNegatif. Yaps! Terlalu banyak konten negatif demi meraup keuntungan sehingga informasi yang kita dapatkan bias. Belum lagi kita sebagai masyarakat menjadi musuh pemerintah. Karena konten – konten yang senantiasa memojokkan ataupun sebaliknya. Kita perlu memerangi konten negative salah satu nya jangan menjadi bagian dan pelopor dari konten negatif tersebut. Kalau dari saya sendiri cara perang yang mulia dan terbaik untuk melawan konten negative adalah menjadi seseorang yang positif. Menjadi Blogger yang Positif.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Jleb! Saat mau nulis berkaitan dengan judul diatas. Sebenarnya, sebelum tulisan ini saya sudah membuat draft tulisan mengenai anak muda agar bisa memudahkan hidupnya dengan hal sederhana sesuai perkembangan zaman. Tapi sepertinya, topik ini lebih menarik dan sengaja saya pikirkan lebih dulu ketika mendapatkan suntikan insight baru saat pantengin TEDx Talks yang belakangan sering absen. Biasanya saya senang mantengin TeDx Indonesia tapi karena rasanya sudah saya simak semua. Saya pun  mencoba untuk menyimak TeDx versi luar, dengan kekhawatiran bahasa inggris saya yang ga bagus – bagus amat yang juga bikin nunda nyimak versi luarnya. Namun ketika mencoba searching dan menontonnya,  ternyata ga sesulit yang saya pikir haha *kecurhat deh.

Jadi kegalauan tersendiri pasti diri kita - kita. Terutama yang baru selesai perkuliahan. Ketika sadarnya apa kata televisi dunia begitu banyak onak berduri dalam berjuang haha. Saya sebagai orang yang masih dalam hangat – hangatnya setahun lalu lulus masih ingat cemasnya kala itu. Bagaimana kegalauan teman – teman, ketika belum menentukan status akan kemana dan bagaimana. Termasuk saya di tahun sebelumnya. Bisa lihat tulisan flashback saya di 2017 yang menguras emosi.

Masa transisi wajar sebenarnya mengalami kekhawatiran. Walaupun kelak sudah mendapatkan pekerjaan, atau hal baru yang sudah diputuskan. Kekhawatiran kita pada hidup gak sampai situ aja. Tapi juga masih bercabang sama hal lainnya. Termasuk usia kelak semakin meninggi, tanggungjawab akan hidup bertambah, sikap “main – main” dan santai udah ga bisa jadi kebiasaan.


Saya akan sharing tentang apa yang saya simak dari TedX Talks yang diisi pemuda nan tampan dan inspiratif. Sungguh sederhana, hal yang beliau sampaikan berkaitan dengan hidupnya. Lalu kemudian dia petik hingga menemukan jawaban. Pemuda nan tampan tersebut merupakan CEO Muda Gerakan 80.000 hours sebuah gerakan membantu anak muda untuk menemukan dimana arah hidupnya untuk berkarya. Yaps, si ganteng itu bernama Benjamin Todd. Di awal presentasi disampaikan begitu menarik.

Dia bercerita bahwa dahulu memiliki interest (ketertarikan) menjadi ahli martials arts. Namun pada kenyataannya beliau gagal, sambil nunjukin foto yang dia tinju habis – habisan di ring. Audiens pun tertawa. Setelah itu dia kemudian tertarik mempelajari filsafat dan mendalaminya, setelah mengalami kegagalan tersebut. Sampai pada akhirnya dia menyadari, bahwa ia tidak mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang dia dapat dari filsafat. Kemudian akhirnya dia memutuskan berhenti. Sambil menceritakan ia mengutip kata – kata ini ;
“Philosophy  is a bunch of empty ideas” – Peter Unger
Ia pun tidak putus aja dan mengeksplorasi kembali mencoba mempelajari dunia finansial dan investasi. Dalam menjalani hal itu, ia masih mencari tahu apa arah yang dituju. Dari cerita tersebut terllihat ya guys, ia yang tidak berputus asa dan terus bergerak.

Dalam persentasinya dia juga memberi pemahaman dan juga pertanyaan kepada kita kemanakan 
yang kita ikuti sekarang ?

Mengikuti orang tua kah ?
Mengikuti uang dimana berada ?
Mengikuti passion kita ?

Benar- benar kekhawatiran yang sering terjadi di diri kita bukan. Apakah dengan ikut passion yakin bakal sukses ? Apa dengan passion yang sesuai dengan pekerjaan dapat menjamin kesuksesan ? Pertanyaan yang begitu mendalam. Ternyata ketika dijabarkan tidak ada hal pasti untuk jawaban tersebut.

Saya mengambil kutipannya “ Your present interests are not a solid basis for career decisions”
Jadi ketertarikan kita akan sesuatu tidak bisa menjadi dasar sebuah karir yang pasti. Entah itu karena suka nulis kita wajib jadi penulis. Karena kita suka masak karir kita akan menjadi chef. Pasti teman – teman menyadarinya bukan ? Bahkan jurusan perkuliahan yang teman – teman ambil belum menentukan dan menjamin kelak apa yang benar – benar menjadi arah tujuan teman – teman.

Saya mungkin bakal mencampur pembahasan ini. Karena ada dua video yang relevan mengenai tema kali ini selain Si mas-mas ganteng tadi hehe. Sebelumnya saya sebenarnya pernah bercerita juga tentang hal ini pada tahun 2016. Sebuah pandangan saya tentang sebuah berharganya value (nilai) dan dampak (impact) Lemahnya, saya menuliskannya sangat berbasis opini dan sulit dipahami orang lain, saya rasa demikian haha. Di karenakan saya masih minim referensi pada saat itu. Teman – teman bisa baca di sini :

Baca Juga : Value, Purpose, and Impact

Video lain yang relevan diisi oleh mbak cantik. Beliau adalah seorang trainer, dan juga praktisi branding di Amerika Serikat. Ohya saya lupa memberi tahu bahwa mas sebelumnya merupakan alumni Oxford jadi wajar banget pake data dan sangat teoritis.
Sedangkan mbak mbak ini cerita berbasis “ Kata Emaknya” Unik kan ya ?

Di awal sharing si mbak bernama Terri Tescipio itu cerita kalau dia ikut – ikut hal yang lagi booming sekarang mengenai follow your passion. Dia sudah berkali – kali berganti pekerjaan, menjadi editor, host radio, dan berbagai pekerjaan lain. Dia cerita tentang di awal dia selesai kuliah dan seringkali ada pertanyaan “ What's Next ?” Dan menurutnya hal itu sangat mengintimidasinya dan kita juga sering kan ya mendengarnya  “Ternyata orang amerika sama juga ya wei” –author comment-

Kemudian dia juga mengatakan bahwa banyak buku passion juga sering menyesatkan bahkan makin membingungkan orang – orang kini. Hingga suatu hari, ibunya teriak ke kamarnya. Pada saat ia mengalami depresi akibat menjawab pertanyaan tersebut. Terri sudah banyak berganti pekerjaan dan profesi. Dia sempat mengurung diri beberapa bulan karena tidak tahu apa yang akan dia perbuat lagi.

“Heei jangan diam aja terri, keluar rumah lah ambil pekerjaan. Ambil lah kerjaan apa saja.. jangan seperti itu!”

By the way, ini real life banget lah yaa..

Akhirnya dia pun mencoba mengambil pekerjaan tersebut dan dia membuang semua yang dia pikirkan tentang passion, "my experience for the job is zero and nothing," Ucapnya saat menjelaskan keadaannya. Ketika ia berusaha keluar dari lingkaran ketidak bergerakan dan keterdiamannya itu.

Banyak hal yang ia dapatkan dari pekerjaan itu, ia kemudian lambat laun mencintai apa yang dia lakukan. Walau di awal ia tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman akan bidang tersebut. Dia seperti hidup kembali katanya. Terri mengatakan dengan tegas, bahwa "passion is feeling" Yaps! Passion adalah perasaan," and feeling will be change", sambungnya. Perasaan akan berubah.

Simpulan yang sangat dramatis bahwa dia mengatakan, biarlah passion yang mengikutimu bukan kamu yang mengikuti passion. Jika kamu mengkhawatirkan masa depan, itu bukan kamu saja orang – orang juga memikirkannya. So, it’s Okay! Jangan mempressure diri pada keraguanmu jalani dan bina dirimu menjadi orang yang lebih baik dan berkembang.

Jadi apa yang harus kita lakukan teman – teman ?

Apa simpulan yang kita dapat dari dua inspirator ini ?

Benjamin Todd kemudian mengakhirinya dengan sebuah kata yang menjadi judul tulisan ini. Kata yang membuat saya mengangguk. “Do What’s Valuable” Buatlah sesuatu yang bernilai.
[ Lalu saya bergaya swag dengan kaca mata hitam, yo yo men !] garing banget dah hahaha.

Helping people, make something, sesuatu yang bisa membuat sedikit banyak dunia menjadi lebih baik karena ada diri kita.

Sebenarnya simpulan tersebut sudah dijelaskan Qur’an mengenai apa peran manusia ada dibumi ? Yaps, sebagai seorang khalifah, membuat dunia menjadi lebih baik. Tapi untuk menjabarkannya begitu luas termasuk dimintanya kita banyak mengambil pengetahuan dan juga memahami Al-Qur'an. Intinya, ketika kita percaya akan Allah. Tandanya kita percaya untuk selalu bergerak, jika kita dalam keadaan buta akan arah yang kita tuju bisa jadi kita sedang jauh dari sang pemilik dunia, yakni Allah SWT. 

Jadi jangan berhenti berkarya, jangan berhenti berjuang, jadilah apapun yang baik! Bikinlah sesuatu untuk membuat dunia lebih baik karena kita,

Eh, yang baca smile dulu dong !

Semoga bermanfaat!
Share
Tweet
Pin
Share
4 comments


JUST FLASHBACK

Judulnya anti mainstream dan ga tahu grammar nya bener apa enggak. Intinya di akhir tahun ini saya hanya ingin flashback. Bukan malah cerita resolusi. Why? Menurutku, hal itu penting banget dilakukan seharusnya. Kalau bisa tiap hari kita lakukan untuk merenung dan memperbaiki diri. 

Jujur, di tahun 2017 ga banyak momen yang bisa dibagikan selain kebahagiaan bisa wisuda di Bulan Februari setelah perjuangan revisi pasca sidang yang begitu menguras perasaan. Bahkan teman – teman shock mengetahui tantangan yang saya hadapi sejak awal mengazzamkan diri buat skripsi bahkan berharap bisa lancar ketika sidang dengan penguji yang diharapkan. Namun, Allah kasih yang lebih baik.

Kenapa ? Saya ga nyangka kesulitan yang saya hadapi berakhir dengan senyum sumringah para penguji ketika di sesi selesai revisi dan pamit mendaftar wisuda. 

“Melati kamu berbakat, lanjutkan S2 yaa .. kamu punya modal di penelitian kamu” kata – kata ini keluar dari seorang penguji yang ternisbat “Cukup mengerikan dan keras” memberikan penilaian.

Di tahun ini, saya lebih banyak mencari makna. Mengambil keputusan – keputusan besar. Mengambil jalan hidup, dan kejutan hidup yang lebih banyak. Bahkan dengan keputusan yang saya ambil kebanyakan membuat kejutan bagi orang lain. Termasuk pekerjaan apa yang saya pilih, kemudian rencana rencana yang dimiliki. Di tahun ini juga saya belajar banyak karakter orang yang lebih kompleks. Saya bahkan begitu takjub karakter manusia yang begitu kompleks sepanjang usia mereka meninggi dan pengalaman yang begitu banyak. Hingga kemudian, saya menjadi pribadi yang lebih “menahan diri”. Karena aslinya, saya idealis dan cukup keras untuk berprinsip.

Bukan mengalah, tapi ga semua hal di tanggapi dengan idealism yang tertuang lewat lisan. Adakalanya kita harus koreksi dulu. Apa idealism yang dimiliki sejalan dengan oranglain dan bisa langsung terlugas. Karena ga jarang terjadi pertengkaran karena tak cukup pintar beradaptasi dengan situasi.

Contoh kata – kata pemaknaan, saya tipikal orang yang sangat lugas dan jelas. Kalau bilang iya tentu iya, jarang sekali saya menyimpan makna lain dibilang iya. Ternyata diluar sana, ada yang menanggapi kata iya justru merasa dibalik kata iya ada sebuah sindirian, bahkan kata tidak. Jadi pembelajarannya, saya lebih mendetailkan kata iya dengan tindakan dan sikap yang lebih jelas menunjukkan kata “iya” tersebut.

Dan benar kata – kata orang ketika kamu sudah membalikkan tali topi wisuda itu. Kenyataan yang kamu jalani akan beda sama keluh – keluh waktu jaman kuliah. Kalau dulu bisa aja dengan lugas ngeluh tugas banyak, dosen kasih kuis ini dan itu. Ketika kamu sudah lewat masa itu. Ujian lebih nyata lagi, ga ada tuh namanya ngeluh – ngeluh. Karena udah malu dong mau ngeluh – ngeluh.. plus ga punya banyak teman yang mudah kamu komunikasikan semua perasaan kamu, karena udah jalan sendiri – sendiri sama cita – cita dan impiannya. Bener gak ?

Tanggung jawab yang sepenuhnya udah ditangan. Orangtua mungkin beberapa masih banyak nuntut ini itu. Tapi pada kenyataannya keputusan itu di kamu semua. Mau tinggal sendiri kelak, menikah misalnya, memilih pekerjaan, bahkan berwirausaha. Semua paket tanggungjawab ada di kita.

Bicara flashback, bagi saya prestasi yang saya dapatkan adalah ketika saya memutuskan untuk benar – benar memilih akan berada dimana untuk kedepan. Di awal – awal bulan pertama, saya cukup sedikit terlarut emosi karena harus beradaptasi dengan banyak hal termasuk mengenal orang dan lingkungan. Ga jarang nangis sendiri di pojokan kamar tapi ga tahu nangis kenapa. Pokoknya pengen melepas semua penat gitu. Saya selalu nanya ke diri sendiri, kenapa mereka begitu. Saya harus bagaimana, ini dan itu. Semuanya bercampur jadi satu. Tapi setelah itu dan sekarang, saya malah ditanyain kapan balik lagi ke Kota Pekanbaru. 

Kapan tinggal lagi.. dan lain sebagainya. Di bilang rindu pasti ada, tapi ternyata rasa penasaran mengurangi sedikit demi sedikit rindu itu. Saya penasaran bagaimana saya akan berkembang kelak, saya penasaran untuk menempatkan diri secara dewasa di sebuah tempat. Saya penasaran bagaimana saya mendewasa dengan fokus impian yang berlahan – lahan tampak dipermukaan. Jadi kuncinya apa ; Just Positive! 

Apapun itu harus dimulai dengan pemikiran positif terlebih dahulu. Walaupun sering kali masalah datang dengan segala penat, hadapi dulu dengan positif. Saya juga kaget pernah meng- tweet kata – kata ini dan sampai sekarang jadi salah satu perisai pamungkas ketika menghadapi masalah ;

“Masalah itu datang penuh kejutan datang ga pake permisi dulu, tahu – tahu bikin ribet aja. Tapi pas dihadapi kita ga sadar kalau masalah tadi udah berlalu gitu aja”

Jadi kadang kala, masalah itu yang bikin ribet diri kita sendiri yang menyikapinya udah negatif duluan. Riweuh duluan gak sih .

SPIRIT COMEBACK

Kata comeback udah kayak istilah artis yang mau launching single baru yaa haha. Di awal tahun sebenarnya ga ada yang perlu dirayain tapi malah disikapi dengan hati yang tawadhu dan positif. Sama hal ketika memulai tahun hijriah sebelumnya. Hal yang diflashback bagaimana kualitas ibadah kita sejauh ini, pencapaian – pencapaian kita dan banyak hal. Nanti dulu bicara resolusi kalau banyak pencapaian di tahun sebelumnya banyak belum terealisasi. Malu sendiri kan yaa hihi.. Hayoo liat impian – impian tahunannya yang kamu tempel. Saya pribadi di tahun 2018 ingin memupuk diri untuk menjadi pribadi yang bersemangat dan positif paling utama. 2018 saya harap banyak kesempatan baru yang terbuka untuk saya berkembang dan juga bertemu jodoh hahaha.

Sssstt.. saya ga pernah cerita ke banyak orang kalau dari dulu saya pengen banget nikah di usia 22 tahun. Muda banget kan yaa..  tapi berhubung saya seneng banget angka 22 sejak kecil saya pengen banget kalau usia nikah dan tanggal lahir saya sama. Hahaha, gimana orangtua ? Woles deh .. kan udah kelar kuliah sama kerja. Apalagi dongs hahaha. Saya malu deh cerita ini. Tapi semoga readers juga ikut mendoakan dipertemukan yang menjadikan saya tujuan yaa bukan “pilihan” uhuk. 

Ternyata, maunya Allah sama saya mengenai pertemukan dengan seseorang tersebut ga tercapai di usia tersebut. Selain sayanya juga lelet buat wisuda, saya juga merasa masih banyak tanggungjawab yang belum tertunai dan terencana untuk keluarga. 2018 sendiri saya masuk 24 nanti. Ahhh masih muda kok meel :D betul betul betul. Yaa sekedar doa apa salahnya yaaa kan readers.

Jadi spirit di 2018 lebih kepada saya berani mengambil banyak keputusan. Selain saya akan mulai berbisnis kembali InsyaALLAH, kemudian rutin ngeblog dan juga mencoba vlog juga kelak hihi. Mengingat dikasih kesempatan ama Abang Google dengan mengaccept Adsense untuk nongol disini. Waaah… senengnyaa.. Tapi lagi – lagi awal nulis di blog masih dengan niat awal untuk berbagi hal positif dan meramaikan konten positif tentunya. Tawaran ini dan itu bagi saya adalah bonus dari berbagi, bukan jadi sasaran utama yang pelak melupakan kewajiban untuk senantiasa positif.

Saya juga masih minta tolong para readers nanti, kalau nongol di konten ga sesuai dengan diri saya di beranda – beranda yang terafiliasi google, mungkin bisa di skip dan ditutup aja. Saya juga masih belajar mengelolanya nih.

Wah cukup sekian cerita semangat saya mengenai hal – hal menarik di 2017 yang saya maknai dengan rasa syukur masih diberi kesempatan waktu oleh Allah untuk melewatinya. Bagaimana spirit kamu untuk kedepan ? Apa – apa aja yang menurut kamu patut kamu koreksi dengan semakin banyaknya tahun dan hari yang terlewat?

Diskusi disini yuk :D

Salam Menginspirasi!
Share
Tweet
Pin
Share
8 comments


Sharing sedikit tentang timeline berat yang beberapa hari lalu membuat saya penasaran. By the way, mungkin saya orang yang ketinggalan materi ini. Tapi gapapa ya sebagai catatan saya juga. Jadi ada sebuah presentasi TEDx oleh Angela Lee Duckwoorth yang pertama kali menceritakan hal ini. Bisa cek di yutub guys.


Dalam video presentasi itu diceritakan bahwa dua hal tadi itu adalah komponen bakat - bakat sukses manusia. Dalam presentasi tersebut Mba Angel ini cerita tentang hasil studinya dari murid yang dia bimbing.

Dia menemukan kalau tidak ada kaitan antara tingginya IQ dengan sukses anak - anak di sekolah (yang beliau ajar). Salah satu hal yang membuat anak - anak sukses menurutnya yaitu "Grit" yakni kualitas diri yang sabar dan pantang menyerah mau berjuang dalam berbagai medan untuk mengejar impiannya.

That's true.
Kita sering banget ngecap anak - anak akademis yang nilai tinggi itu pasti sukses. Ga sepenuhnya bener dan salah. Kebanyakan anak - anak sukses dilihat dari perjuangannya. Kepintaran dan cerdas seperti gift yang harusnya mempermudahnya untuk mencapai impian lebih tinggi bukan malah menjadi males.

Selain grit itu ada namanya "Growth Mindset" ditulis katanya di buku Mindset Carol Drewk. Disini growth mindset adalah cara berpikir bahwa sesuatu itu dapat di wujudkan dg kerja keras, belajar dan sebagainya. Sebuah optimisme. Ini kebalikannya ya liat sesuatu belum apa2 udah pesimis. Bahaya nih.

Jadi intinya tak ada namanya yang gagal. Jika kita mau berusaha dengan mengasah Grit dan Growth tadi. Segala bentuk kemudahan seharusnya menjadi ujian kita untuk lebih semangat dibanding yang memiliki kekurangan.

Bukan hal langka sekarang, kita lihat orang2 sukses dulunya adalah sosok yang sangat tidak dianggap dan serba kurang tapi kini mereka menunjukkan diri.

Bahwa keberhasilan dan kesuksesan itu hak setiap orang.

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Sudah lama nih absen di blog ini. Ada sekitar 3 bulanan ya setelah postingan sebelumnya. Perlu effort yang tinggi untuk menyusun kata demi kata disini. Ada beberapa draft yang sedang saya susun untuk tulisan sedikit dalam dan mini project di blog ini yang sedikit melow. 

Pasca kuliah dan kemudian bekerja secara penuh ternyata benar - benar butuh pengadaptasi yang tinggi. Bahkan saya merasa lebih survive dan terencana ketika masih di bangku perkuliahan. Walau dengan keluhan - keluhan kecil entah itu saat magang atau kerja part time lain. Sensasi memadatkan waktu bekerja adalah jadi bagian samping sedangkan menuntut ilmu menjadi bahan utama sangat saya nikmati sekali. 

Berbeda ketika saya kemudian lepas di masyarakat sepenuhnya menentukan diri saya berada di mana dan bermanfaat dimana. Kadang menurut kita, kita bisa bermanfaat di sebuah tempat dengan versi kita yang sudah kita himpun dari berbagai pengalaman yang kita miliki, tapi ternyata pada kenyataannya tak sejalan dengan apa yang kita awalkan pikirkan. Banyak beragam manusia dengan berbagai latar belakang, karakter, pola pikir, sistem yang sangat berbeda dan bisa jadi menjadi boomerang. Saya merasa momen demikian patut dirayakan dan disyukuri, lagi - lagi pertemuan kita tidak pernah ada yang kebetulan bukan ? Pasti Allah menyelipkan ibroh ataupun juga hikmah yang dapat kita pelajari dalam hal ini.

Merayakan hal - hal kecil di hidup kita adalah hal penting. Merayakan dalam wujud syukur kita untuk kembali berbenah diri ataupun mengapresiasinya dengan kenyamanan yang kita inginkan. Saya belakangan lalu mendapatkan tawaran untuk merawat wajah di sebuah beauty clinic yang sedang dibuka untuk dibantu memberikan pandangan dan reviewnya, menggantikan orang sih sebenarnya.
Dibandingkan saya dan beberapa teman lain, hanya saya tak banyak keluhan. Dengan perawatan standar. Voila saya dianjurkan dokter klinik itu untuk lebih menjaganya dengan memakai tabir surya keluar rumah. tahu banget sih dokter mah! saya ga pake gitu. Sampai pada akhirnya saya merasakan rasa syukur walaupun saya mendapatkan perawatan standar (ga mahal haha) tapi saya bersyukur saya diberikan wajah yang cukup mudah dirawat dan diatur dengan hanya berbekal wudhu dan pelembab dan pembersih. Tak ada keluhan berarti, selain misalnya saya yang bisa jadi kurang merawat tiga poin itu. 

Saya tak membayangkan teman - teman lain yang mungkin menggeluarkan sekian juta rupiah hanya untuk tampak nyaman saja wajahnya tanpa keluhan (beda ya nih sama teman yang pengen cantik bak artis). Ada yang mungkin wajahnya membutuhkan penanganan khusus karena hormon atau mungkin garis keturunannya yang membuat kulitnya demikian sensitif sehingga sulit untuk dirawat. Sedikit saja lupa mencuci muka berjerawat, bahkan mengelupas. atau mengitam jika sedikit saja terkena matahari. It's hard kalo saya pikir!
Rasa syukur adalah hal tepat untuk merayakan apapun itu. Karena disini temanya merayakan karya kecil. Bisa jadi apapun yang kita lakukan, entah itu karya tulisan kita, sikap kita yang semakin baik, ataupun target pencapaian berbenah seperti saat ini bertepatan di Bulan Puasa ini atau kegiatan - kegiatan positif yang kita lakukan untuk orang banyak mari kita syukuri dan rayakan. Diawali dengan merayakan diri kita dulu kemudian jika kita mampu berbuat demikian kita juga mampu mengapresiasi orang lain. 

Ketidakbahagiaan yang bisa jadi ada pada kita saat ini adalah karena kekurangan kita terhadap rasa syukur yang seharusnya ada di tiap - tiap hal dihidup kita. Bahagia yang timbul dari rasa syukur tentu Allah beri tambahan nikmat yang ntah dari mana datangnya, bisa saja rejeki kita yang dimudahkan pertemanan yang baik, kehidupan keluraga yang tentram, permasalahan yang diselesaikan dengan mudah.

Yuk kita merayakan karya keci dengan bersyukur :)


---------------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

Semoga menginspirasi
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Kamu yang baca ini pernah gak mikirin sesuatu yang dalam banget? Lamaa! Terus penuh dengan masa perenungan cukup lama, bikin gelisah, bikin khawatir. Bukan lagi galau sama something “perasaan” gitu tapi lebih kepada apa yang kira kira bakal kamu lakuin ke depan. 
Saya sebagai seseorang yang sedang dalam masa transisi selalu ngalamin hal -hal ini. Sama halnya ketika waktu transisi dari SD ke SMP, SMP ke SMA, SMA ke kuliahan dan ntar lagi kuliahan kelar. Sensasi mikirin hal itu makin lama makin berat. Ternyata jadi orang “gede” gak mudah yaa. 
Pada suatu momen. Hal yang saya lakuin itu adalah lebih banyakin momen sendiri dulu, menemukan apa sih yang sebenarnya akuh mau kedepan buat gak ikut- ikutan orang, terus juga nanya ama orang orang yang sudah ngelewatin masa – masa itu gimana cara menghadapinya, gimana bisa ngelewatinnya, apa hal – hal yang bikin easy nerima hal itu.

Somehow, kita gak akan pernah tahu masa depan, right?

Tapi yang bisa kita lakuin adalah di masa kini. Seperti yang pernah saya denger dari motipator dulu yang lagi kena ujian kehidupan “you know lah siapa”, masa depan sesungguhnya adalah masa kini. Karena masa kini lah yang bisa merubah masa depan, jadi kalau ingin masa depannya baik yaa berhati – hatilah dan berusahalah yang terbaik di masa kini, karena implikasinya adalah di masa depan.
Terus gimana kalau kejadian hal – hal yang gak kita rancang tiba – tiba datang ?

Ada beberapa mindset yang bisa nenangin pikiran kita kalau datang hal – hal yang kita duga ;

1. Tuhan gak akan kasih ujian dari batas kemampuan hambanya
Well, mindset ini harus ditanam banget di diri kita. Semua yang terjadi pasti ada maksud oleh Allah kenapa kita dikasih ujian atau hal – hal mendadak dihidup kita. Kalau balik ke sebuah ayat Quran yang mungkin kamu pernah denger “Jangan mengaku beriman kalau kamu tidak diuji”

2. Kita gak sendirian dapat ujian atau masalah
Gak ada di dunia ini yang gak punya masalah, pasti punya. Kalau gak ada masalah berarti dia bermasalah alias jiwanya ga idup. Atau orang – orang yang udah ga bernyawa lagi. Masalah lah yang membuat manusia itu yaa manusia. Satu lagi, kalau ngerasa sendiri dan masalahnya yang paling berat, inget semakin tinggi pohon semakin kencang anginya bertiup. Kalau kamu kelasnya anak SD dapat ujian yaa anak SD kalau kamu kelas konglomerat kalo rugi dalam berbisnis ya kelas konglomerat juga.






3. Naik level
Gak ada namanya jalan mulus, jadi ketika kejadian hal yang gak sesuai atau mendadak. Anggap aja ujian naik ke level lebih tinggi. Ibarat main games di PS atau game hp deh. Kalau levelnya naik yaa makin susah, kalau lolos kita bakal nemuin hal – hal baru dan lebih sulit dari level sebelumnya. Sepakat gak ?

4. Hadapi dan Nikmati !
Mudah banget ngomongnya, tapi susah loh! Kadang kita itu suka mikir kepanjangan. Mikir terlalu jauh sampe lupa hal yang deket – deket yang seharusnya kita lakuin. Galau sama hal yang belum kejadian, tapi mengabaikan apa yang seharusnya dilakukan di masa sekarang. And then saran banget kalau kita kepikiran hal gitu bikin kita ga mood, terus bete – bete. Balik mikirin sesuatu yang simpel, “Kalau kamu susah berpikir hal di masa depan, kenapa tidak mikirin dahulu sesuatu apa yang bakal kamu lakukan esok hari?” ini kutipan saya kutip Oppa Hyun Joo, Hyungnya Kim Tan dari drama Korea “ The Heirs” haha jangan ketawa yaa readers!

      Saya menulis juga bukan karena saya juga udah beres dan gak galau, malah ini lagi masa – masanya alone timing-nya saya buat fokus pada sesuatu dan juga ngetrack jalur random yang dulu udah saya bikin jaman – jaman dulu. Saya selalu punya plan tahunan yang saya bikin art atau dream plan buat ngelakuin sesuatu, tapi nyatanya kadang kala ga sesuai harapan, atau kitanya yang lupa hingga keluar jalur. Ibarat lupa baca peta deh, atau salah baca peta. Jadi perlu banget bagi kamu yang mungkin sampe sekarang gak punya dream plan bikin dari sekarang. Gak usah takut dan malu kalo punya impian tinggi. 

      Btw, ini kata – kata sebenarnya nasehatin saya banget yang sedang krisis impian dan goyah – goyah ga jelas. Tapi makin lama saya beruntung ada teman – teman yang selalu ngesupport dan ada aja momen yang datang buat selalu inget sama impian – impian yang pernah disampein ke mereka. Inget gak waktu masih usia kecil dulu, jaman SD deh. Kalau ditanya mau jadi apa? Kita selalu teriak kenceng dengan impian yang tinggi! Aku mau jadi dokter, aku mau jadi pejabat! Aku mau jadi presiden. Banyak impian yang begitu luarbiasa hebatnya. Tapi sekarang kalau ditanya, gak banyak juga yang akhirnya surut langkah dengan kata – kata, aku mau kerja di kantor ini ajah, atau mau bergaji sekian, dan lain – lain. Why ? Kenapa kejadian hal ini ? karena kita terpengaruh sama lingkungan, temen – teman, tekanan – tekanan yang bikin kita goyah. Satu lagi, cemooh yang kadang – kadang hadir kalo kita punya impian tinggi bikin kita jadi down kan ?

      Satu lagi, satu – satunya orang yang bisa memperjuangkan impian itu siapa lagi kalau bukan kita? Kan kita yang ngejalanin, kita yang bermimpi, kadang saya sendiri suka sebel ama orang – orang yang suka komentar yang gak diminta buat komentarin keinginan kita. Lagi – lagi paling kita ngomong ke hati, “ke depan akan saya buktiin pokoknya!”


Ada beberapa tips yang baik buat kamu dalam masa – masa nanya ke diri sendiri 
“what the next?”

1. Kalau lagi berat banget, kasih jeda sama aktivitas yang dipunya. Misalnya lagi aktif banget di sebuah kegiatan yang rutin. Coba minta break dulu dalam beberapa waktu tanpa mengindahkan tanggung jawab. Di momen ini adalah momen buat lebih ngedengerin kata hati yang dulunya kebanyakan gak didengerin karena hal luar yang berisik dan ganggu pikiran kita.

2. Lakukan aktivitas flashback, misalnya ketemu orang – orang lama yang kira – kira bisa dimintain cerita buat sharing, nasehat dan lain – lain. Kadang kala momen ini bisa dapatin insight baru dan penilaian baru buat diri sendiri di masa lalu dan masa sekarang. Kita bisa dapat pencerahan dan penilaian mereka terhadap kita yang sekarang, dan apa definisi yang mereka liat dari kita. Misal nih ketemu teman lama, “ Eh mel, sekarang nulis aja yaa.. kegiatan apa lagi ?” atau “Ca, kamu kerja disitu ngapain aja, apa aktivitasnya ?” Pertanyaan mereka seputar diri kita yang sekarang dan mereka bandingkan di masa masih bersama mereka bisa jadi insight yang baik buat kita menyusun puzzle perubahan diri kita buat mengenal diri.

3. Buka – buka buku diary, nah ini penting juga nih. Bisa jadi kita nulisin harapan – harapan kita buat kedepan. Atau ngeliatin curhatan aneh dan emosional kita kalau lagi galau atau lagi semangat! Semuanya ke gambar dibuku itu. Kadang kala saya juga sempat menuliskan impian – impian yang terrekam di buku diary tapi lupa ketulis di dream plan. Bisa jadi kita nerusin haluan kita yang mungkin udah jauh dari diri kita yang sebenarnya.

4. Ikut seminar atau talkshow pengenalan diri, nah ini keren juga. Saya belakangan ini ngincer kegiatan kayak begini. Entah itu manajemen diri, motivasi pasca kampus, job plan, financial plan dan lain – lain. Kita bisa dengerin langsung pengalaman dari ahlinya atau orang – orang yang udah ngelakuin atau berada pada masa – masa transisi ini. Kita juga bisa belajar dari kesalahan yang mungkin mereka lakuin dan dulu – dulu lakuin biar gak kejadian juga sama kita. Nah ini ada yang saya ikutin, Ngobrol Pasca Campus oleh Kak Afif yang diselenggarakan fim club 10, salah satu forum yang pernah saya ikutin tahun lalu sebagai alumni. Kak Afif ini juga alumninya, doi perfek banget kalo saya nilai buat ngeplanning impiannya. Super deh! Bisa kunjungi reviewnya di blog doi nih. “Sharing Pasca Kampus bareng Kak Afif dari FC 10”

5. Nah ini yang penting, ditulis! Dan di lakuin sesuai apa yang udah direncanain. Pilah pilih yang kira – kira bisa dilakuin sekarang, beberapa bulan kedepan atau tahun depan. Temen – temen bisa searching aja bikin dream canvas gimana. Kalau saya pribadi masih random banget, banyak di tempel di kamar. Tapi kadang kala lupa dipilah pilih realistis apa enggak. Kebiasaan khayal sayanya hehe.

6. Terakhir, jadi diri sendiri! Impianmu yaa ceritamu! Gak ada tuh ceritanya ikut – ikutan haha. Tapi bisa aja nanti kamu udah berkeluarga atau berencana untuk itu pastinya bakal ada kolaborasi impian sama si partner itu hehe. 

Nah pesan saya pribadi dan buat nasehat saya sendiri, “jangan sampai impian kita itu mencederai orang lain. Sebaik – baiknya keputusan adalah yang juga memikirkan dampaknya dari orang orang penting di sekitar kita”

Don’t be arrogant!

Sekian terimakasih!
Semoga menginspirasi!

*** 

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca.

Share
Tweet
Pin
Share
4 comments
Older Posts

ABOUT ME




Hi, I'm Melati Octavia

Welcome Readers! I'm in love with books, creativity, and think about people. This is my journal and story of my life!
Happy Reading!

Read More>

Follow Us

  • LinkedIn
  • Youtube
  • Facebook
  • Twitter
  • Pinterest
  • Instagram

Labels

Artikel Choice community development Self Improvement Self Reminder Tulisan Young Mindset

My Pageview

Melati's books

Menulis: Tradisi Intelektual Muslim
Indonesia Mengajar
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
Harry Potter and the Prisoner of Azkaban
Harry Potter and the Deathly Hallows
Harry Potter and the Goblet of Fire
Harry Potter and the Half-Blood Prince
Harry Potter and the Chamber of Secrets
Harry Potter and the Order of the Phoenix
The Tales of Beedle the Bard
25 Curhat Calon Penulis Beken
7 Keajaiban Rezeki
Dasar-Dasar Menulis Karya Ilmiah
Notes from Qatar 2
Kuliah Tauhid
99 Cahaya di Langit Eropa: Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa
Habibie & Ainun
Summer Breeze: Cinta Nggak Pernah Salah
Menyimak Kicau Merajut Makna
Berani Mengubah


Melati Octavia's favorite books »

Blog Archive

  • ▼  2022 (14)
    • ▼  November (1)
      • Aksi Nyata Untuk Transisi Energi di Masa Depan
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2021 (13)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (6)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2019 (13)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2018 (27)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (16)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2017 (15)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2016 (37)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (6)
  • ►  2015 (53)
    • ►  Desember (8)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2014 (9)
    • ►  November (2)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2013 (3)
    • ►  Oktober (3)
  • ►  2012 (10)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
  • ►  2011 (3)
    • ►  Desember (3)

Mels Journal Podcast

Melati Octavia's Intellifluence Influencer Badge

Banner Bloggercrony

Facebook Twitter Instagram Pinterest Bloglovin

Created with by BeautyTemplates