Unforgetable Moment : Kelas Inspirasi II Pekanbaru 2013

by - Agustus 07, 2014



Setahun yang lalu, tepat tanggal 20 Februari 2013. Saya diberi kesempatan spesial untuk menjadi pengajar di Kelas Inspirasi Pekanbaru. Loh kok bisa ? Sebetulnya ajang ini hanya boleh diikuti oleh para professional dan para praktisi. Niatnya iseng dan untuk mencoba ketika teman saya menawarkan link pendaftaran kelas inspirasi saat itu saya buru-buru mendaftar. Kebetulan sekali saat itu saya sedang bekerja di Riaupos ForUs edisi lingkungan mingguan. Saya menawarkan diri untuk memberikan inspirasi sebagai seorang wartawan.

Voila ! Ketika hari pengumuman nama saya termasuk diantara lebih kurang 60-70 pengajar Kelas Inspirasi II Pekanbaru. Kaget bukan main, ketika cek ricek semua daftar pengajar benar-benar professional bangett alias praktisi yang sudah jadi sarjana dan bekerja di perusahaan atau memiliki usaha dan profesi unik. Ada arsitek, pengusaha, karyawan swasta, kontraktor, marketers, pegawai bank, guru dan dosen masih banyak lagi. Awalnya ada niat dari hati untuk mengundurkan diri dari kegiatan itu karena ‘ minder’ cuyy. Bisa bisanya anak ingusan yang masih semester 2 bisa lulus dan ngajar bareng orang-orang yang waaah diatas saya banget. Tapi semakin mendekati hari H, saya merasa event ini sangat sayang untuk dilewatkan. Ternyata benar, efeknya benar-benar menginspirasi dan banyak pengalaman yang diambil hanya dalam ‘1 hari’.

Rapat terakhir akhirnya saya memutuskan ikut. Saya tidak bisa memilih kelompok Karena tidak hadir brefing akbar di Balai Adat Riau waktu itu. Sehingga rapat online dengan para professional di kelompok saya menjadi alternatif, ternyata ada dua orang dari Jakarta yang memilih mengikuti kelas inspirasi pekanbaru .. jauhh banget J tapi itulah alasan mereka, mereka ingin mendapatkan pengalaman super lebih di daerah yang tidak mereka ketahui dibanding daerah asalnya.
Nervous, gugup, dan entah apa yang dikepala ini. Ketua tim kami ternyata  General Manager Riau Investment Corp jadi kami diundang untuk rapat di gedung tinggi itu. (Keringat dingin, nervous bukan main kalo diingat-ingat). Baju kusam ala mahasiswa pulang kampus menambah daftar penyebab gemeteran disekujur tubuh. Rapat sore itu membuat saya mengabsen satu matakuliah demi rapat terakhir kegiatan kelas inspirasi ini.

Tiba-tiba datang dua orang perempuan dengan pakaian sederhana menghampiri saya dan mengenalkan diri. Ternyata mereka adalah relawan kelas inspirasi di kelompok kami yang berasal dari Jakarta. Ibu Rossi dan Ibu Ika. Ketika memasuki ruang rapat modern rasanya making a karuan ini pikiran. Saya menenangkan diri dan mengakui sejujurnya apa yang terjadi. Beruntung saya mendapatkan apresiasi yang luarbiasa karena menjadi relawan termuda disana *cekikikan.

Pada saat itu saya sedang giat-giatnya  menulis sejak 2011 akhir sudah memulai aktivitas menulis di koran tersebut. Saya sedikit menceritakan pengalaman saya menulis disana.
Sebagian besar relawan sudah mempelajari modul yang sudah diberikan. Tinggal saya yang belum sama sekali menyentuhnya dan berpikir. “Mengajar siswa SD di 4 kelas selama 2 jam, apa yang saya sampaikan?” itu pikiran yang muncul. Lagi-lagi semangat mengebu-gebu mengikuti kegiatan super itu merelakan mata ini untuk melek merancang metode pengajaran yang saya gunakan untuk esok harinya tanggal 20 Februari 2013. Alhamdulillah dengan modal buku-buku ice breaking dan juga pengalaman games indoor dan outdoor diberbagai organisasi tidak menyulitkan saya merancangnya. Cuman lagi lagi mental ini yang belum siap seutuhnya.

Pada hari H, gara-gara begadang . Saya jadi relawan ceroboh yang kesiangan, ternyata jam tangan saya mati yang membuat jadwal keberangkatan ke sekolah yang dituju jadi terlambat. *tepokjidat*
Bawa kendaraan ala the power of kepepet yang hal yang tak terlupakan, hampir saja pergi sendiri ke tempat yang tidak saya ketahui. Ternyata saya ditunggu, “syukurlah ..” elus dada.
Aksi dalam kelas ^_^
Kami ditugaskan di SD Negeri 119 Limbungan, Rumbai. Saya takjub sekali sepanjang perjalanan, ternyata masih ada tempat terpencil di Pekanbaru. Sesampai disana, saya melihat sebuah sekolah tak begitu luas dengan kelas yang tidak begitu banyak. Seingat saya, untuk kelas 5 dan 6 hanya satu kelas. Sedikit sekali pokoknya. Tidak semua siswa menggunakan seragam secara utuh, ada yang ga pake topi, dasi, dan tidak menggunakan sepatu. Sebelum kami mengikuti upacara, kami melakukan brefing singkat dengan pihak sekolah tentang keadaan sekolah. Dan ternyata hampir sebagian besar siswa disana adalah dari golongan kurang mampu. “sedihnya ..”


Tim Relawan saya dan para guru



Ketika upacara di mulai wajah berbinar-binar dari para siswa menambah semangat kami untuk memberikan inspirasi dikelas mereka. Kami akan mengajar siswa kelas 4 dan 5 seingat saya karena tidak terlalu sulit diatur dibanding kelas yang dibawah kata gurunya.
Kelompok saya terdiri dari orang-orang super deh except saya T_T. Pertama ada ibu Rossi yang merupakan marketing team perusahaan multinasional di Jakarta, setelah ngobrol dengan beliau. Beliau mengurusi branding perusahaan seperti nestle, unilever, dan perusahaan yang terkenal dahdan satu lagi beliau penggiat lingkungan yang menambah wawasan saya seputar aksi lingkungan di jakarta. Kemudian ada ibu Dewi Ika, saya senang sekali dengan beliau karena karakter beliau sangat mirip dengan bude saya di Jakarta. Humble, asik, berjiwa muda walau udah ga masuk lagi kategori mudanya hehe maap ya buk ..beliau karyawan pertambangan di perusahaan multinasional, hobinya jalan-jalan karena kerjaan beliau menuntut beliau jalan-jalan. Trus ada mbak Diah dan mbak Ilfi, mbak diah merupakan karyawan di Bank Commowealth dan mbak Ilfi bekerja Chevron Pasifik Indonesia dan jebolan ITB setahu saya.
Makin makin ga ada apa-apanya saya dibanding mereka. Lanjut, ada sosok pria only one dikelompok ini, namanya mas Adit beliau bekerja di PLN dan jabatannya udah tinggi banget setahu saya. Dan ada sosok ibu bijaksana asal pekanbaru yakni Ibu Essy merupakan dosen Universitas Lancang Kuning dan Tri Ranti merupakan ketua kelompok kami GM Riau Investment Corp.
Setiap relawan mempunyai metode masing-masing untuk berbagi inspirasi. Ada yang membawa alat peraga dan kostum yang dipakai ketika bekerja (Bu Dewi) membawa buku cerita dan motivasi membaca ( Ibu Ranti) mengajari untuk menabung dan bernyanyi “ Yuk kita nabung” (ala mbak diah) dan saya menggunakan banyak ice breaking dan membawa alat-alat ke’wartawanan’ seperti kamera, dan pake kostum lapangan juga hehe. Nah, saya menjelaskan bahwa wartawan profesi unik, dan umur berapapun asal memiliki kemampuan membaca, menulis, dan berbicara bisa jadi wartawan. Saya memotivasi mereka untuk aktif bertanya dan percaya diri. Saya juga menyiapkan banyak kuis berhadiah hihihi
Semua Inspirator di Kelas Inspirasi II Pekanbaru
Sebagian besar dari mereka masih bercita-cita pada umumnya seperti dokter, guru, tentara, pilot, sepak bola. Mungkin hanya beberapa yang memiliki minat profesi lain, dan di kelompok kami jarang sekali profesinya sesuai dengan cita-cita mereka.:) lagi-lagi prihatin dengan keadaan sekolah, minat belajar mereka masih kurang. Maklum keterbatasan sumber bacaan disekolah dan metode pengajaran para guru yang masih monoton sering menjadi pemicu para siswa bosan untuk belajar. Dan yang mengiris hati ketika ada siswa yang saya ajar curhat tentang tempat tinggalnya yang super jauh dari jam 4 pagi berjalan kaki ke sekolah dari rumahnya. Hikss .. hikss..

Kegiatan ini mengajarkan saya menjadi seorang guru tidak semudah yang kita pikirkan dahulu, menghadapi adik-adik siswa yang sulit diatur, membuat saya menyadari dosa-dosa saya terhadap guru waktu dulu .. Maafkan saya ya pak dan Ibu .. dan bersyukur bahwa perjuangan ku ketika masih sekolah dulu (SD) tidak sesulit mereka yang berjalan kali berkilo meter, tidak berseragam, atau keterbatasaan lainnya. Dan satu lagi, saya mendapatkan efek negatif yang super dahsyat dari tayangan televisi. Guru disana bercerita pada saya, sebagian besar siswa disana merupakan anak-anak dari orangtua yang juga berpendidikan minim. Mereka juga tidak tahu bagaimana mendidik anak dengan baik, dan membiarkan televisi selalu menjadi bahan pengajaran anak mereka.

Tak jarang saya mendapatkan umpatan ataupun kata-kata kurang pantas dan kotor yang dilontarkan para siswa. Dan juga hal-hal yang mereka seharusnya ‘tidak’ ketahui tapi mereka tahu padahal belum saatnya. Setelah saya tanya, memang benar dominasi mereka adalah menonton televisi dan mereka update sekali dengan infotainment .. ckckck *geleng-geleng.

Suara saya kian serak ketika memasuki kelas terakhir yang akan saya ajar. “begini ternyata menjadi seorang guru, terutama guru sekolah dasar” dan ketika kelas berakhir. Kelompok kami sejak awal telah menyiapkan kejutan menarik buat mereka, yakni menuliskan cita-cita mereka di balon udara super banyak. Inget film “Up” ? Nah begitulah. Mereka sangat tertarik sekali, sehingga terjadi kejar-kejaran dan juga tarik menarik antara kami dan siswa yang rebutan meminta balon. Fiuh ..

Dan sesi inti yang ditunggu, mereka menuliskan cita cita mereka disebuah kertas dan menempelkannya.
Ini momen paling indah ketika menerbangkan balon nya secara bersama-sama, melihat balon itu terbang bebas diudara. Yaaa bercita- citalaah yang tinggi hingga balon itu tidak terlihat lagi J

--- “Bermimpilah, karena Allah akan memeluk mimpi kita,” Andrea Hirata----

Jadi ingat motto itu. Saya juga menuliskan cita-cita saya di balon itu, singkat padat dan terangkum .. J sebuah doa yang sering kita panjatkan.
balon cita-cita yang terbang tinggi

Pokoknya kegiatan ini unforgettable moment dalam hidup saya, tentu saya juga ingin ikut lagi. Tapi tahun ini sayang tidak bisa mengikutinya karena bentrok dengan ujian di kampus dan udah tidak bekerja sebagai wartawan hahaha. Mungkin saya ikut saya ingin menjelaskan sebagai seorang penulis atau Profesional Marketer dan wirausaha, haha “banyak bener..” intinya cita-cita kita harus selalu tinggi. Tapi ingat jangan sampai kita lupa untuk lebih sering lihat kebawah agar kita semakin bersyukur dengan hidup yang diberikan Allah pada kita.
Ayoo bercita-citalaah dan bersyukurlaah !


You May Also Like

0 comments