Belajar dari Mereka, Belajar dari Kehidupan

by - Juni 01, 2015


 Akhir-akhir ini aktivitas update blog adalah hal yang paling menyenangkan bagi saya. Selain mengasah disiplin dan juga daya ingat saya. Saya menemukan berbagai pembaca setia yang senang sekali mengajak saya berdiskusi di sosial media. Saya menemukan ilmu baru setiap menulis. 

Belakangan lumayan banyak project yang membutuhkan kemampuan menulis lebih sering dan banyak. Padahal kemampuan menulis saya jauh dari kata sesuai dengan EYD. Lebih banyak curhat tidak jelas ketimbang sesuai dengan ejaan yang benar.

Inspirasi kali ini mengenai esensi sebuah karya. Masih berkaitan dengan artikel sederhana yang pernah saya posting tentang Contribution Unlimited. Seberapa jauh kapasitas kita hidup di dunia ini. Seperti apa alat ukurnya ? Banyak dari kita yang senantiasa membanding-bandingkan diri sendiri dengan oranglain dengan bagaimana ia menghasilkan perkara duniawinya. Hartanya, kedudukannya, gelarnya, dan apa embel duniawi yang dimiliki.

Beberapa hari yang lalu saya diberi kesempatan membaca semua tulisan-tulisan sahabat saya di forum indonesia muda dalam ajang wrising project. Ada ilmu baru dan kutipan baru yang membuat saya tertegun, perkara idealisme. Idealisme yang seringkali menghilang ketika kita mendapatkan sebuah posisi nyaman, idealisme yang sirna menjadi bayang-bayang semu ketika hal duniawi ia dapatkan. Balik lagi kemana kita melangkah di muka bumi ini. Tidak semua orang menginginkan sebuah prestise embel-embel duniawi yang melengkapi, melainkan kepuasan yang lahir dari hatinya terhadap dirinya sendiri, prinsip hidupnya, ketenangan jiwanya.

Kita seringkali salah langkah, salah merenung. Bahwa kehidupan hedonisme dan kapitalis membuat kita seringkali terbuai dengan angan-angan semu. Banyak lagi yang saya pelajari dari teman-teman.
Kali ini, saya hanya bercerita bahwa kehidupan itu memiliki sebuah sandi yang perlu kita pelajari dan ambil hikmahnya. Baik itu melalui orang terdekat kita, hal-hal sepele, dan juga pertemanan. Saya senang berteman, bagi saya berteman itu menambah semua keberuntungan yang Allah berikan pada kita melalui mereka. Seringkali kita lupa bahwa sebuah hubungan silaturrahim yang terbina baik itu sangatlah penting. Jangan sekali-kali menyakiti hati orang lain dengan tindakan kita, memang kita tidak sempurna. Tapi jangan biarkan diri kita bisa melukai mereka. Selalu lah berusaha menjadi orang baik. Bukankah kita hidup di dunia mencari saudara ? Bukan mencari musuh. Karena masih ada saya lihat orang yang punya kebiasaan unik dengan mengusik kehidupan oranglain dengan hal yang menyakitkan, walaupun dengan niat yang baik untuk mengingatkan. 

Semua tergantung diri kita, bisakah kita menjaga ego kita apa tidak. Seperti kutipan ini, salah mencintai itu ada dua : apakah salah orang, artinya orang tersebut tidak menyambut baik perlakuan kita karena karakter mereka kurang cocok, atau kita yang salah menyampaikan perasaaan yang baik tersebut dengan cara yang salah. Kutipan dari Mario Teguh bisa kita aplikasikan dalam kehidupan pertemanan.
Yuk kita berniat untuk selalu jadi gelas kosong yang berusaha senantiasa belajar, belajar dari mereka. Jangan sepelekah orang walau dia hanya anak kecil, atau orangtua renta yang barangkali sering kita anggap sebelah mata perkataannya. Lihatlah apa yang disampaikan bukan siapa orangnya :D

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca :)

semoga menginspirasi !

You May Also Like

0 comments

What's your opinion about this article ?