facebook google twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • Travel
  • Life Style
    • Category
    • Category
    • Category
  • About
  • Contact
  • Shop

Melati Octavia Journal


Wah, cukup lama ini ga rutin nulis di blog. Maafkan teman – teman, belakangan ini beberapa kesibukan melanda. Saya merasa bersalah dengan diri saya sendiri tidak dapat menuntaskan rutinitas ini. InsyaAllah akan di prioritaskan kembali. Kali ini beberapa hal yang menyita perhatian adalah edit mengedit. Bukan hanya edit naskah tapi juga skripsi. So, tentunya tiap hari saya ga pernah absen nulis.

Ada beberapa buku yang mengalihkan dunia saya sejenak belakangan ini. Ditengah arus padatnya aktivitas, saya tetap memberikan ruang setidaknya untuk bertumbuh, memperbaiki terutama nutrisi untuk otak. Nah apa itu, kemarin saya menyisakan beberapa budget jajan untuk beli buku fenomenal yang harganya yaa lumayan, tapi ga nyesel dan bikin nagih. Buku Self Driving yang ditulis salah satu mentor saya pada pelatihan Forum Indonesia Muda tahun lalu, oleh Prof Rhendali Kasali. Ada satu bab yang ngena banget nih, yakni tentang Creative Thinking selain Critical Thinking. Tapi fokus utama saya kali ini tentang kesederhanaan. Yuhuu, sederhana menjadi topic yang menarik dan sering dibahas. Bukan hanya rumah makan sederhana ya..

Saya sadar kita nih anak muda suka banget berpikir ribet, saya pun merasa saya orangnya ribet. Ketampar banget sama tulisan ini. Salah satu tulisan beliau terbit di harian kompas mengenai simplicity. Yaps simple! Anak muda sekarang gayanya suka di ribet-in. Bener gak ?
 
Suka pakai pakaian yang ribet, asesories sana dan sini, bawa barang banyaak. Ribet deh. Kalau pake gadget, semua dan segala alat bantunya baik itu charger, power bank,  fish eye, lensa ini itu, tongsis dll Semua dibawa tiap hari. Yaa ga masalah kalau semua nya dipake, tapi kalo enggak. Yaa ribet kan, mubazir. And then, saya mengalaminya. Suka ribet kalau urusan buku. Kemana – mana bawa buku ini itu, padahal belum tentu di pake pas lagi belajar, alhasil sakit punggung karena tasnya berat. Ditimbang sama beratnya bawa beras sekarung. T_T Kebayang masa depan kita jadi sakit tulang. Gaaa bangetts!

Tulisan ini selain sharing juga tamparan buat diri kita khususnya saya untuk belajar berpikir lebih sederhana, simple, singkat, ga ribet dan jelimet.
 
Saya inget kata – kata pak Hermawan Kertajaya, pakar marketing dunia yang kemarin baru – baru aja datang ke Pekanbaru ngisi dalam event Indonesia Marketeers Festival 2016

“Saya gak ngerti kenapa pak Philip Kotler suka banget ngajak saya nulis bareng buku marketing, padahal saya ga mahir bahasa inggris tapi dia seneng. Akhirnya saya nanya kenapa dia mau bareng terus sama saya, bapak itu bilang kalau pak hermawan itu orangnya easy, pikirannya simple, dan bisa menyederhanakan yang susah jadi mudah dimengerti, saya ga bisa.. makanya saya butuh orang kayak pak hermawan,”

Jleeb, itu. Orang – orang yang di cari di jaman sekarang ya gitu orang – orang yang berpikir simpel tapi kena. Mudah di mengerti, dan predictable ( menurut buku Self Driving Prof Rhenaldi Kasali), jadi pemimpin predictable itu mudah dipahami oleh para followersnya, ga labil gitu. Nah, untuk menyederhanakan sesuatu itu ga mudah. Kita harus kerja keras dan memiliki wawasan luas sehingga bisa menangani berbagai permasalahan dan juga memahami suatu hal dengan mudah dan praktis.

Albert Einstein  pernah bilang 
“Menyederhanakan sebuah pengetahuan itu membutuhkan kerja keras,”

Perlu kerja keras untuk membuat hal menjadi sederhana misalnya ketika mengungkapkan tentang konsep penelitian yang sedang diteliti kepada para penguji dan pembimbing supaya judul dan penelitiannya ga diganti. Ini case saya banget, apalagi di era globalisasi banyak istilah  - istilah baru yang muncul. Saya pun belajar di paling dasarnya supaya bisa memahami akar akarnya pengetahuan yang pas untuk penelitian yang saya sedang laksanakan.

Bayangin sekarang kalau ga ada internet, bayangkan ga ada telepon. Semua penemuan – penemuan yang hadir sekarang itu menyederhakan sesuatu. Dulu kita kirim surat berbulan – bulan dan berminggu – minggu cuman kasih kabar singkat banget. Nah sekarang, sampe ujung kulon atau ujung dunia ini kalau ada koneksi internet dan sinyal terus juga handphone atau PC yang bisa nyala, kita bisa kasih kabar apa aja dalam hitungan detik.

Penemuan yang menyederhanakan waktu kan ?
Penemuan pesawat, alat transportasi lain. Itu juga menyederhakan kerja kita kan. Semua perubahan – perubahan yang ada sebagian besar bertujuan menyederhanakan sesuatu. Menguraikan benang kusut menjadi lurus. Alias menyelesaikan masalah. Nah kalo pikiran kita udah ribet dan ruwet, berarti pikiran kita lagi bermasalah. Kepribadian bermasalah, dan cara menyelesaikannya ya kita berpikir untuk memperbaiki diri membiasakan berpikir lebih sederhana dan simpel.

Note : Buat kamu yang mau qoute keren tentang berpikir simpel dan kreatif, kunjungi link ini https://blog.slideshare.net/2014/07/14/the-art-of-simplicity


Make a change, think simplicity!
Semangat berkarya !



Sebenarnya banyak sekali yang ingin saya tulis belakangan ini. Sampai penuh dan bingung hal mana satu yang ingin di tuliskan. Berhubung saat sedang dalam penggarapan naskah dan mendapatkan tugas editing naskah. Saya sedikit kelimpungan. *Akibat tidak fokus T.T maafkan saya*
Ide ini saya dapatkan dari seorang psikolog keren ditengah perbincangan, makan siang bareng ketika saya berada dalam internship di salah satu rumah sakit di pekanbaru. Kebetulan mba keren ini merupakan alumni Universitas Padjajaran yang menjadi salah satu list target sasaran untuk saya kuliah lanjut kelak hehe.
Perawakannya yang imut - imut saya jadi ngerasa seumuran, padahal doi udah pantes banget jadi dosen, soalnya udah gelar master nih. Tapi belum sempat nanya masih single atau enggak lagi hehe.. Maaf permirsa. Panggil saja mba Mifta. Beliau waktu itu juga pembicara dalam seminar parenting nasional yang kebetulan kerjasama dengan tempat saya internship bersama kak Sinyo Egie dan kak Kusuma dari Yayasan Peduli Sahabat. Mereka para penggiat sosial yang menanggani masalah masa depan, baik itu hal - hal parenting, pendidikan, dan juga membantu secara moril orang - orang penggidap HIV/AIDS. Buku - bukunya terkenal loh.

Balik lagi ke cerita kak Mifta. Waktu itu ia nanya - nanya tentang kegiatan saya, terutama ketika ia melihat stiker Forum Indonesia Muda. Dia begitu apresiasi. Saya jadi heran. Ternyata pesona FIM itu dimana - mana ya. Hehe
Dia bilang gini, 
"Kamu tahu gak mel, kamu pasti nyaman kan disana ? (read : dalam Forum Indonesia Muda)" Saya pun mengangguk
"Hal yang beda di forum forum gitu dan forum forum positif lain, ketika kamu gabung itu kamu mendapatkan apresiasi. Dalam psikologi lingkungan positif kayak gini yang bikin orang - orang itu berkembang menjadi lebih baik," saya pun menyimak.
"Semakin sering kumpul dengan orang - orang positif dan mengapresiasi apa yang kita lakukan, semakin giat kita dan produktif kita menghasilkan karya. Bukan hanya karna pujian, tapi ada bentuk rasa terimakasih, apresiasi karya dalam bentuk komentar, perhatian, partisipatif, hal yang kayak gini yang harus dipertahankan,"

Saya sangat mengingat pesan mba psikolog cantik ini. Ini jadi catatan buat kita para penggiat komunitas, perkumpulan, dan teman - teman terdekat. Budaya apresiasi dukungan itu sangat berpengaruh untuk kehidupan kita dan teman - teman kita.

Kali ini ga jamannya, mengomentari pedas atau menjatuhkan mimpi - mimpi. Ingat gak ? Masih banyak barangkali teman - teman kita yang suka banget meremehkan apa yang kita lakukan.
"Ihh apaan sih, yakin tu?"
"Bikin - bikin gituaan, emang bisa jadi kenyataan?"

Masih banyak ribuaan komentar lain yang sering kali membuat kita jatuh. Ada kalanya komentar itu juga membuat kita bangkit menunjukkan kemustahilan apa yang dikatakan orang lain. Harapan - harapan negatif orang lain akan diri kita.
Saya ingat ada qoute yang menginspirasi seperti ini, 

"Lebih baik menciptakan sesuatu yang dikritik oranglain daripada sibuk mengkritik oranglain dan tak melakukan sesuatu"
- Ricky Gervais -
Saat ini jamannya berkolaborasi, gotong royong untuk membuat sesuatu lebih mudah. Mengubah semua "keluhan - keluhan" kita menjadi sebuah solusi yang nyata. Mengapresiasi segala bentuk kebaikan atas sebuah problem yang harus dipecahkan salah satu hal yang membuat sesuatu lebih cepat bertumbuh.

Bantulah teman - teman kita dan orang di sekitar kita untuk semakin bertumbuh dan menjadi orang yang lebih baik lagi. 
Tapi tentu dimulai dari diri kita yang mengapresiasi apapun yang kita lakukan, pencapaian - pencapaian kecil yang sudah kita lakukan.

Selamat mengapresiasi ! Selamat bertumbuh!

----------------------------------

"Be a good listener, your ears will never get in you trouble" (Frank Tyger)
Tulisan yang sudah lama sekali ingin saya tulis. Ini nasehat untuk kita dan diri saya sendiri. Sudah lama rasanya merasakan bahwa intensitas menulis saya sedujut berkurang di blog ini lebih dari biasanya, walaupun saya menulis di beberapa blog dan media lain. Tapi ada kekecewaan sendiri sih pada diri saya terkhusus untuk blog ini. Mohon doanya device saya dalam keadaan baik sehingga bisa terus menerusnya kegiatan berbagi sedikit melalui tulisan -tulisan sederhana ini.

Menurut saya, mendengar adalah kemampuan istimewa. Kemampuan kita menurunkan ego untuk mengetahui oranglain, untuk mengetahui hal baru. Anehnya, kita seringkali tidak sadar kalau kita lebih suka berbicara ketimbang mendengar benar gak ?
Walaupun dalam data yang saya dapatkan dari 70% aktivitas komunikasi kita dalam kehidupan yang 45% nya mendengar lebih tinggi ketimbang berbicara. Tapi banyak dari kita yang memang mendengar tapi bukan menjadi pendengar yang baik.

Apalagi era gadget seperti ini. Saya sendiri pengalaman di tegur oleh kawan lama (senior) karena tak lepas memandangi handphone karena saya takut ada urusan info dadakan datang ketika ketemuan. Itu jleb banget! Di saat kita ketemu kawan jauh - jauh, susah ketemu dan berkomunikasi, giliran dikasih momen malah diabaikan. Duh ga banget deh saya kala itu. Saya berjanji dalam hati untuk lebih memperhatikan. 
Itu salah satu contoh, bahwa kita perlu dan wajib menjadi seorang pendengar yang baik.
Kenapa ?
Semua berpengalaman dari saya yang dulunya sangat sulit menjadi seorang pendengar, sulit mendengarkan dengan seksama. Sulit mencerna sehingga seringkali lawan bicara menjadi kecewa pada akhirnya. Saya juga berbicara tak berjeda, kecepatan diatas rata-rata. Namun bukan berarti sekarang sudah berubah drastis, tapi dalam proses untuk memperbaiki hal yang ga baik ini. Termasuk memberi waktu kepada orang yang kita cintai untuk bercerita, yakni orangtua kita.
Saya sulit sekali memberi waktu kala itu. Seperti remaja pada umumnya yang masing ‘ego’ tak peduli, dan hal lainnya. Beriring waktu dan sadar saya mencoba untuk berusaha menjadi pendengar yang baik. Menyiapkan telinga untuk orang lain yang perlu kita apresiasi, dukung, dan juga perhatikan. Lalu apa yang kita dapatkan ?
Cahaya ! Saya menemukan cahaya !

Saya menemukan banyak cahaya dari siapapun yang berbicara. Sejak saat itu saya percaya bahwa setiap manusia memiliki cahayanya. Cahaya yang menuntun oranglain ke arah yang lebih baik, cahaya yang bisa jadi membuat kita bahagia karena leluconnya, cahaya yang barangkali membuat kita belajar dari segala kegagalan atau kesedihan yang ia alami.
Setiap orang itu memiliki cahaya, sekalipun ia orang tua yang baru kita temui sore tadi yang tidak kita kenal. Sekalipun ia preman yang ditakuti oleh banyak orang, sekalipun ia orang yang sering diabaikan. Semua memiliki pelajaran dan itu bernilai.
Seringkali kita mengkotak - kotakan orang sehingga mengabaikan banyak hal dan melewatkan hal baik dari seseorang. Tak ada yang tak berarti tentunya.

Kita akan menyadari hal itu, ketika kita senantiasa memposisikan diri kita sebagai seorang pendengar yang baik. Itu makanya telinga kita diciptakan sepasang, karena Tuhan mengingatkan kita untuk mendengar lebih banyak, belajar lebih banyak. Indra yang disediakan Tuhan untuk mendapatkan ilmu, menemukan hikmah.

Ada empat cara menumbuhkan keterampilan kita mendengarkan secara efektif: Door Openers, dorongan minimal, frekuensi pertanyaan, dan diam penuh perhatian. Lengkapnya teman - teman bisa cari tahu di beberapa buku psikologi.

Dari referensi yang saya baca, diam itu bisa menjadi kekuatan powerful untuk orang yang sedang dalam keadaan emosi yang intens. Pernah ketemu momen kita diam sejenak, tidak ada kata - kata, namun kita mengerti akan situasi dan suasana. Diam melatih kita untuk lebih peka akan situasi, jika belum bisa melatih itu kita bisa melatihnya untuk berbicara berlahan. (referensi yang saya dapatkan dari makalah mahasiswa psikologi)

Menjadi pendengar yang baik tentu feedback kebaikan akan hadir kepada diri kita juga. Bukan hanya kita mendapatkan cahaya dan ilmu baru dari orang yang kita dengarkan, tapi juga dilain kesempatan kita menjadi sosok yang di dengar untuk bercahaya bagi orang lain. 
InsyaAllah ...

“Most people do not listen with the intent to understand, they listen with the intent to reply”- Stephen Covey


-----------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca 

Keep Inspiring!
Kali ini saya merasa sedih tidak dapat memenuhi target memposting beberapa tulisan dalam hitungan bulan. Mengingat ada kerusakan device yang menyebabkan beberapa tulisan menganggur untuk diselesaikan.

Lalu tulisan ini menurut saya penting untuk disegerakan, karena takut idenya lenyap ditelan waktu. Kebiasaan saya “pelupa”.

Beberapa minggu saya internship saya menyadari pentingnya sebuah sikap. Sikap adalah masa depan.Why ? Saya masih ingat pelajaran kampus beberapa semester lalu pada matakuliah psikologi komunikasi dan teori komunikasi. Banyak sekali teori ini yang menjelaskan tentang esesnsi sikap, pengertian, dan maksudnya. Sikap adalah sebuah kecenderungan, sedangkan perilaku adalah actionnya.

Sikap menurut saya juga bicara niat, kecenderungan berpihak, berprinsip. Ingat tidak pembelajaran budi pekerti jaman sekolah dasar ? Nilai - nilai sikap menjadi hal utama, bagaimana bersikap pada orangtua, pada guru, dan oranglain. Sederhana sih?

Tapi saya merasa sikap itu penentu kesuksesan kita. Sikap itu bukan hanya menggambarkan diri kita di masa depan, tapi sebuah kunci jalur untuk menentukan arah yang tepat menuju kesuksesan di masa akan datang.
Banyak orang sudah hebat, baik itu tahta, kepemilikian harta, dan beberapa hal yang melambangkan kesuksesannya tapi ia menjadi gagal di kemudian hari karena sikap.
That’s ! Misalnya sikap tidak jujur atau sikap egois.

Yuhuu, lebih kurang yang saya maksud karakter. Kalau bahas karakter lebih luas lagi melainkan sudah mendarah daging didalam diri kita, yakni watak.
Tapi sikap itu sesuatu yang spontanitas hadir ketika saat-saat tertentu. Sikap itu memiliki beberapa komponen yaitu kesadaraan, perasaan, dan perilaku.
Sedangkan karakter sifat batin yang mempengaruhi segala pikiran, perasaan, dan hidup kita yang kemudian timbul menjadi sebuah identitas.
Ingat tidak Thomas Alva Edison yang mengatakan hanya 1% sumbangsih kesuksesan, sedangkan kerja keras dan usaha 99%. Bukankah kerja keras itu sebuah sikap diri ?

Sikap dan karakter ini komponen penting meraih sebuah pencapaian. Perlu diingat, tiap manusia tentu memiliki ketidak sempurnaan akan hal ini karena keberagaman pola pikir, perasaan, kebiasaan. Ini yang seringkali menjadi gesekan diantara kita.
Walaupun begitu, kita sedari dulu diminta untuk senantiasa bersikap dan membudayakan karakter baik. Agama kita mengajarkan kita untuk tiap hari kita belajar untuk terus memperbaiki diri kan ?

Begitu juga kesempatan - kesempatan yang berlalu begitu saja dihadapan kita karena kita salah bersikap. Kita mengabaikan, atau sikap kita membuat peluang - peluang itu menjauh. 
Maka dari itu, mulai dari sekarang kita mulai mengevaluasi bagaimana sikap kita terhadap apapun yang hadir di hidup kita. 
Jangan sampai sikap susah senyum, sikap ketus bikin kita ga jadi ketemu jodoh.#eh
Hmm, selain itu bisa saja rejeki, teman baru, proyek baru hilang husssh.. ga keliatan karena hal kecciiil banget dari sikap kita yang ga baik itu. Seharusnya dua tahun akan datang kita mungkin mendapatkan hal luarbiasa, jadi gagal deh.

Yuk perbaiki sikap, perbaiki masa depan kita :D


----------

Semoga menginspirasi :)

Yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
Newer Posts
Older Posts

HELLO, THERE!


Hello, There!


Hello, There!

Let's read my story and experience


Find More



LET’S BE FRIENDS

Sponsor

OUR CATEGORIES

Entrepreneurship Event Financial Talks Forest Talk Good For You Happiness Healthy Talks Ngobrolin Passion Parenting Pendidikan Review Self Improvement Self Reminder Tips Travel Wirausaha Young Mindset community development experience

OUR PAGEVIEW

recent posts

Blog Archive

FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by beautytemplates