facebook google twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • Travel
  • Life Style
    • Category
    • Category
    • Category
  • About
  • Contact
  • Shop

Melati Octavia Journal



 
 
 
 

Sudah lama banget ga cerita – cerita seru di blog ini dengan pemikiran pribadi. Di tengah berbagai hal baru yang diriku alami. Akhirnya mencoba lagi menulis hal bertema demikian di tengah keadaan diri yang sempat kehilangan minat melakukan apapun. Jadi rindu banget waktu 2016 lalu Ketika banyak tulisan – tulisan seputar pemikiranku rilis di blog ini.
 
Oke mari kita mulai, sebelum menjawab pertanyaan diatas. Diriku mau kasih gambaran sedikit tentang keadaan digital saat ini. Jadi sebenarnya trigger dari judul diatas adalah fenomena banyaknya edtech baru yang akhirnya menjamur. Serius banyak banget. Sampe kita kayaknya bondong – bondong ikutan kelas online sana sini. Semua itu dimulai ketika pemerintah meluncurkan program prakerja, kemudian berlanjut dengan kampus merdeka, dan juga kelas online yang sudah dipahami oleh masyarakat kita karena kebijakan PPKM.
 
Awal – awalnya mungkin masih bisa kita kenali, seperti ruangguru yang kemudian meluncurkan Skillacademy. Kemudian maubelajarapa, yang mana aku juga sekarang baru menjadi bagian tim mereka. Ada juga Binar Academy, Glints, dan kian bertambah dari waktu ke waktu. Program yang ditawarkan juga banyak dan beragam. Ada sistem belajar online, mentoring, coaching, berbentuk rekaman video, dan juga bootcamp yang saat ini sangat popular. Setiap ed tech (education technology) peningkatan skill benar – benar membuat promosi bootcamp besar – besaran mulai dari harga Rp 500.000 sampe harga yang sangat fantastis yaitu belasan hingga puluhan juta.
 
Kok bisa sampai puluhan juta? Banyak yang mengambil program bootcamp ini, dengan harapan adanya bimbingan dari para mentor yang dianggap sudah mumpuni di bidangnya. Selain itu jaminan job connector atau penempatan kerja di perusahaan besar. Bahkan dijanjikan mendapatkan gaji cukup fantastis.
 
Fenomena ini jadi ngingetin diriku sama viralnya semua produk yang memiliki relevansi dengan identitas muslim, seperti hijab, kosmetik halal wardah dll, di saat itu banyak bisnis fashion berlomba – lomba membuat brand fashionnya sendiri. Selanjutnya menjamur brand perawatan kecantikan dan skincare yang pilihannya makin beragam, sampe pusing sendiri sih diriku. Semua itu masih kita rasakan hingga sekarang nuansanya.
 
Tapi balik lagi, bisa saja fenomena ramai belajar ini mungkin hanya relevan bagi anak – anak millennials, Gen Z saja. Dibandingkan generasi – generasi lainnya. Jadi apa bener kita jadi candu belajar? Teman – teman bisa jawab sendiri, kenapa sih rajin ikut kelas – kelas online ? Apa yang pengen dicapai sih?
 
Baca Juga : Nulis Bermanfaat, Nulis Bermartabat
 
Sejak influencer di bidang pendidikan makin terdepan, mengubah cara pandang “belajar” di Indonesia menjadi sesuatu yang keren. Jujur seneng banget sih, menjadi pintar atau dianggap pintar menjadi sesuatu yang dikejar banyak orang. FOMO? Iya bagian dari itu. Tapi kalo FOMO nya hal yang baik menurutku itu perlu dibudidayakan sih ya. Inget gak? Momentum Maudy Ayunda yang berbincang bersama Mba Najwa Shihab yang bilang “kita suka banget belajar dan ujian”, dengan tawa yang jenaka di sebuah video youtube yang ditonton jutaan orang itu. Orang – orang berpengaruh seperti itu benar – benar membuat statement yang sangat mengubah sebagian besar masyarakat kita. Publik pasti bertanya – tanya “ Kenapa ya mereka suka? Kenapa ya aku ga sesuka mereka?” *ini netijennya adalah aku. Hahahah.
 
Publik pun dihantam fakta kompetisi menjadi sukses saat ini benar – benar mengocek emosional. Maudy Ayunda contohnya, sosok yang menjadi panutan karena pendidikannya berkuliah di dua universitas terbaik dunia. Bisa dibilang sulit ditembus masyarakat kita. Ia jadi sebuah standar yang sering dijadikan bahan komentar netijen “Kasian ya tetangganya maudy ayunda” dengan arti bahwa setiap orang tua menjadikan maudy ayunda menjadi contoh anak yang sukses dan dapat dibanggakan, dan dibandingkan untuk jadi bahan motivasi anaknya agar sukses seperti dia. Hayo siapa yang dibanding – bandingin? *puter lagu farel.

 
Belum lagi kehadiran Jerome Polin yang membuat citra anak – anak pinter berbalik 100% yang dulunya dianggap nerd, tidak seru, sangat serius, tidak pandai berbicara, bahkan tidak keren. Jadi sesuatu yang, wah ternyata jadi orang pinter itu ga melulu punya karakter seperti itu. Jerome membuat citra belajar adalah sesuatu yang keren yang harus diadaptasi dan dicontoh.
 
Sayangnya percepatan minat akan belajar ini, tidak seiring menurutku dengan akses pembelajaran dan pendidikan sekolah formal. Diriku merasa banyak kurikulum baik itu sekolah ataupun jenjang perguruan tinggi masih jauh sekali tertinggal untuk bisa adaptif dengan kebutuhan pasar kerja saat ini. Ga jauh – jauh soal saya lulusan Ilmu Komunikasi. Mungkin secara fundamental saya banyak dapatkan banyak ilmu di dunia kampus. Tapi secara implementatif yang siap menghadapi kompetisi ini, sulit kalo tidak bergerak di saat masih kuliah. 
 
Kegiatan magang dan organisasi benar-benar membantu mengembangkan diri. Syukurnya, sejak pandemi. Transformasi itu pelan – pelan mulai digerakkan, seperti kampus merdeka juga praktisi mengajar. Kadang ngerasa nih diriku yang lulus >5 tahun lalu, wah bener – bener beruntung ya teman – teman gen z saat ini dengan kesempatan yang ada. Tidak seperti diriku dulu dapat info internship atau part time dari koran lokal atau relasi organisasi hihi.

Diriku sih berharap, pergeseran mindset soal kegiatan belajar menjadi sesuatu “hal baik” ini adalah harapan buat generasi kita lebih memaknai belajar adalah kebutuhan dan juga fitrah sebagai manusia yang “menjadi manusia” karena belajar. Walaupun diawali niat yang tren dahulu, kedepannya semoga esensi belajar dan menjadi manusia beradab, *tugas selanjutnya kita nih* benar – benar tertumbuh di diri setiap insan anak negeri. (wadaw bahasanya dalem banget)
 
Baca Juga : Catch Your Dream Jobs
 
Tapi sekedar saran bagi teman – teman yang ketemu tulisan ini, atau emang sengaja baca. Ada beberapa pemikiran yang mungkin bisa jadi bahan renungan untuk menyikapi apa yang yang terjadi. Nasehatnya untuk diriku juga.

1.    Tetapkan Goals  (Tujuan)

Ketika kita punya goals spesifik akan mudah kita memantau bagaimana kita berkembang dalam belajar dan bertumbuh. Walau mungkin di tengah jalan ketemu momen, “duh aku kok ga berhasil – hasil ya di jalan ini apa bener ini jalan hidupku” Aku pun juga pernah di momen ini. Bahkan baru terjadi beberapa bulan lalu. Semua itu bisa jadi karena kita sedang dalam keadaan ego yang tidak stabil. Bisa juga ngerasa punya capaian yang mungkin terlalu lebar untuk kita melangkah. Tetapkan tujuan sederhana dengan poin – poin kecil yang bisa kita capai satu per-satu.

Semisalnya ingin ambil kelas belajar digital marketing, tapi mungkin kita di ranah pekerjaan berbeda. Tapi karena ngerasa, kok aku gini – gini aja ya apa ambil kesempatan ini. Lagi – lagi pikirkan dulu. Apa bener mau switch karir? Pengorbanan apa yang dilakukan? Biaya dan resiko apa yang didapatkan. Baca peluangnya dan coba pahami diri sendiri lebih dalam lagi.

2.    Stop Membandingkan


Jadi inget lagu yang viral belakangan ini, lagu Ojo dibanding bandingke. Bener – bener relevan lagunya sama keadaan kita yang sekarang hobi banding – banding dan juga jadi kaum mendang-mending. Jujur, bener – bener capek ketika kita hidup dalam ranah banding – banding.

Baik dari skala sukses belajar, mungkin pencapaian kepemilikian, atau juga karir dan keluarga. Inget aja kalo kita punya dunia yang berbeda dengan jalan hidup dan garis perjuangan yang berbeda.


3.    Pelan – Pelan Aja

Bagi orang perfeksionis atau juga orang yang rasanya buru – buru mau cepat sukses dan kaya raya. Kita kayak memaksakan banyak hal. Hidup hustle culture *ini reminder buat aku hiks atau memaksakan segala sesuatu berjalan sempurna.

BIasanya aku afirmasi diri kalo udah mulai tu, kena virus buru – burunya trus menyalahkan diri kalo ga bisa menyelesaikan masalah, menghadapi masalah, atau ga mengerjakan pekerjaan sempurna. Coba katakan ini “pelan pelan yuk diri ini, ga semuanya instan dapat terwujud, ada proses yang mungkin harus dilewati. Sabar yuk menghadapinya”

Baca Juga : Kebiasaan Baik, Capai Impianmu

4.    Jangan Dengki

Salah satu penyakit hati itu adalah dengki. Apa aja tanda – tandanya kalau sudah terjangkit? Kita ga senang dengan kesuksesan orang lain. Kita ga rela orang lain sukses, kita berusaha mencari celah mereka untuk menutupi kekurangan kita bahkan dengan ingin menjatuhkannya.

Kalau ada hawa seperti ini, tandanya kita udah terjangkit sama penyakit ini. Pelan – pelan yuk perbaiki diri agar ga timbul perasaan seperti ini.

5.    Cari Teman Bertumbuh

Ga semua teman itu bikin kita bertumbuh. Malah mungkin kita ga sadar, kita di tempat yang sama gitu aja dalam jangka waktu yang lama tanpa ada perubahan yang berarti. Itu tandanya kita perlu mengembangkan pertemanan.

Lebih bahaya lagi kalau malah ketemu teman yang bikin kita jadi rendah diri, ga berkembang, atau malah sering bikin kita down. Carilah teman yang selalu mendukung dan juga menasehati kamu kalo udah kelewat jalur ga tidak semestinya. Lebih seru lagi, cari teman yang mau sama sama bertumbuh dan belajar bareng. Mantep banget tu belajarnya makin semangat.

Jadi beneran orang – orang lagi candu belajar? Apakah kamu termasuk orang – orang yang ikut semangat dengan fenomena ini untuk senantiasa belajar. Sharing di komentar yuk!

 
 

 

Haloo, sudah lama sekali ya diriku ga menulis di blog kesayangan ini. Terakhir kali itu ya karena ada event yang mengharuskan menulis. Saya ikut menyesal nih. Maafkan yaa! Jujur sejak beraktivitas sebagai tim content. Saya terkadang terlarut riset sana sini untuk improving akun konten kantor ketimbang diri sendiri. Duh mel si cari alasan, ya kadang ada beberapa hal di hidup kita yang harus di korbankan tentunya.

Tapi tenang, diriku tetap aktif melakukan postingan receh dan juga menyampaikan pemikiran di akun instagram diriku. Walau kadang kurang penting. Sesekali serius, tapi diriku ga tahu apa para warganet di sana ikut memahaminya. Wah jadi curhat ya! Hmm, banyak kejadian dari tahun lalu hingga tanpa sadar. Di tahun 2020 sudah berjalan 8 (delapan) bulan, dimana tinggal 4 (empat) bulan lagi menuju 2021. Cepatt sekali berlalu! Banyak merasa diantaranya belum melakukan apa - apa di tahun ini. Pandemi yang merebak ke seluruh dunia di akhir Januari, hingga saat ini membuat kita semua harus terjebak dengan kebiasaan baru yang tentunya bikin stress semua orang di dunia. Termasuk judul kali ini, #DirumahAja atau #StayAtHome. Semua orang harus mengatur ulang konsep bisnis, bersekolah, konsumsi, dan segala kegiatan sosial lain di muka bumi. Yaps! Di muka bumi. 
 
Apalagi manusia adalah makhluk sosial. Digital, jujur  saja menurut diriku benar- benar membantu kita di saat seperti ini. Tetap bekerja dalam mode #WorkFromHome dan jadi #RemoteWorker. Saya sedikit banyak sangat bersyukur, bekerja dalam perusahaan teknologi dan digitalisasi sehingga tak perlu kesulitan shifting dalam pola kerja demikian. Tapi bagaimana yang di tempat lain ya. Itu PR besar buat kita semua.

Hal yang benar - benar berpengaruh dalam hidup kita adalah shifting gaya hidup yang lebih higienis, sehat, dan juga tentunya mengurangi aktivitas sosial. Sebagai anak introvert sih, tentu hal yang menyenangkan barangkali. Tapi mungkin beberapa hal akan mempengaruhi, kayak event offline yang biasanya dihadiri para blogger, atau juga mencari inspirasi keluar rumah. Pasti ada sesuatu yang berbeda, dengan kita in touch langsung dengan beberapa hal.
 
Walaupun sebagai seorang introvert saya tetap suka jalan - jalan! Bahkan beberapa target negara hasil nabung - nabung mau dijalakan. Saya cukup bersyukur, sempat traveling dalam kegiatan gathering kantor di Malaysia dan Singapore awal tahun, sebelum pandemi akhirnya tersiarkan di seluruh dunia di bulan Januari 2020. Tapi nih, saya tetap harus merelakan cita -cita saya liburan ke Korea Selatan bulan September - Oktober dengan melakukan refund hasil berburu promo tiket murah tahun 2019 lalu. Saya yakin semuanya ada hikmahnya. Walau tetep sedih huhuhu



Tentu seru ketika kita memulai cerita tentang teman hidup. Banyak spekulasi banyak cerita dibaliknya. Banyak buku - buku yang jadi referensinya. Hmm bisa jadi. Eits, belum ngobrol ke sana dulu.

Banyak yang tak begitu tahu kalo saya sendiri struggle menemukan lingkaran yang tepat sejak kecil. Mengingat masa kecil saya dihiasi momen berpindah dari satu tempat ke tempat lain, selalu memulai beradaptasi. Sehingga tak jarang cukup susah membangun trust baru yang dalam dari lingkaran ditemui. Saya ingat sekali ketika saya reuni lagi dengan teman SD ketika duduk di bangku SMA. Dia berkata "Serius ini melati? Rasanya beda banget, aku inget jaman SD dia ga pernah mau ngomong kalo pembahasannya ga begitu penting selain tentang pelajaran" Saya berpikir seambisius itu kah diri ini dimasa kecil. Tertawa mengingatnya dan saya menyadari itu. Mereka ga tahu bagaimana diri ini struggle dengan otak yang pas pasan ini untuk dapat Top 3 di sekolah. Kenapa harus juara? Kalo ga juara aku ga bisa sekolah kayak teman - teman *kemudian sedih. Itu juga berlaku ketika SMP dan SMA. Kesulitan ekonomi dan juga perkara usia dan juga asal jadi momok aneh yang datang untuk bersekolah di pekanbaru. Hmm.

Bicara teman bertumbuh. Kita mungkin merasakan momen sekolah dulu. Perubahan sikap apa yang terjadi. Pengkhianatan apa yang dihadapi. Haha, pasti pernah kan bertengkar dengan teman. Saya termasuk cukup baper jaman sekolah dasar dulu ketika tahu beberapa teman mencoba menjadi sahabat terdekat agar dimudahkan saat ujian atau mengerjakan PR. Sedih ya ada teman sepragmatis itu haha. Hingga saatnya waktu berlalu saya tahu niat itu, saya benar - benar kecewa, sehingga makin sulit saya membuka diri untuk oranglain pada kenyataannya.

Saya percaya, kamu sendiri pasti pernah memiliki pengalaman juga menemukan teman terbaik. Teman yang menerima kamu apa adanya, teman yang selalu support dan juga memaki kamu ketika kamu salah. Saya akhirnya mencoba menemukan diri sehingga lambat laun menemukan mereka. Tapi lagi - lagi pindahnya saya dari satu tempat ke tempat lain, membuat saya selalu silih berganti mendapatkan teman baru. Saya belajar untuk menerima diri sendiri dan mengenal diri sendiri terlebih dahulu untuk mencoba membangun sebuah hubungan dengan siapapun.

Lalu bagaimana dengan istilah Teman Bertumbuh ? Sebelum membahas mengenai teman hidup ya. Teman dalam KBBI adalah 1 kawan; sahabat: hanya -- dekat yang akan kuundang; 2 orang yang bersama-sama bekerja (berbuat, berjalan); lawan (bercakap-cakap): -- seperjalanan; ia -- ku bekerja; 3 yang menjadi pelengkap (pasangan) atau yang dipakai (dimakan dan sebagainya) bersama-sama: ada jenis lumut yang biasa dimakan untuk -- nasi; pisang rebus enak untuk -- minum kopi; (lucu ya kok jadi lumut gitu pengertiannya wkwk)

Tak ada yang mengabaikan kebenaran kalo teman itu adalah bagian yang berarti dalam diri kita. Pembentukan karakter kita bahkan decision making (pengambilan keputusan) kehidupan kita. Disamping orangtua dan saudara kita dipengaruhi mereka. Bahkan tak jarang, keterbukaan lebih sering kita lakukan ke teman ke timbang orangtua. Benar kan ya ? walau seharusnya itu tidak baik juga. Takut takut tak terkontrol, atau nanti mengambil keputusan yang salah.

Saya percaya, bahwa teman benar - benar berpengaruh. Kesulitan yang saya hadapi ketika kecil dulu untuk berteman, membuat saya belajar bahwa pertemanan itu dinamis. Kita memang harus bisa mengontrol diri menempatkan mereka sesuai di porsi kehidupan kita. Di mulai dari kita mengenali diri sendiri. Hidup berteman adalah bentuk sosial yang juga merupakan fitrah manusia itu sendiri. Lalu bagaimana memaknai teman bertumbuh dan juga teman hidup. Teman bertumbuh menurut saya luas maknanya. Selain teman atau sahabat terdekat yang selalu ada mengapresiasi, menasehati dan juga membuat kita tumbuh dan memperbaiki diri. Teman bertumbuh adalah orang yang benar - benar mau bersama menikmati proses pertumbuhan. Dan filosofi ini saya ilhami kelak ketika saya bertemu teman seumur hidup, yaitu pasangan.

Saya sendiri menginginkan visi tumbuh senantiasa ada ketika saya berkeluarga kelak. Walaupun beberapa buku saya pelajari mengatakan bahwa ketika kita kelak nanti menerima seseorang menjadi teman hidup. Kita tak akan bisa menghardik jati diri nya, atau masing masing berharap untuk berubah sikap / karakter semau kita kepada pasangan (teman hidup)

Namun menurut saya, apa salahnya jika masing - masing bersepakat untuk berkomitmen mengubah diri sendiri menjadi lebih baik di setiap hari. Bukankah sebuah keharusan ke dalam diri sendiri ? Dan itu yang termasuk dalam perintahNya kan ya. Saya selalu memiliki visi demikian, bukan masalah mengubah karakter, melainkan saling berkompromi untuk bertumbuh dan mengenal. 

Balik menemukan teman bertumbuh sebelum lebih jauh ngobrol teman hidup. (Lah wong belum ketemu teman hidup, jadi mau ngobrolin apa hahaha). Menurut saya ada 4 (empat) cara menemukan teman bertumbuh, teman yang membuat mu terpacu berakselerasi untuk berkembang dan maju.

1. Mengenal Diri Sendiri

Kenapa ini penting. Ketika kita kenal sama diri sendiri kita akan jadi pribadi matang. Tidak mudah terombang - ambing. Kita menjadi tahu kemana harus bermuara, teman mana yang nanti akan menjadi partner yang tepat untuk mengakselerasi diri mengapai mimpi dan cita. Mengenal diri sendiri mempertemukan kita dengan lingkaran yang sesuai dengan potensi yang kita punya, bahkan memperbaiki kekurangan yang kita miliki. Bayangkan ketika kita gak kenal diri kita, bagaimana kita bisa mengatur diri kita berada di lingkungan mana dan berkembang. 

2. Kategorisasi Potensi Diri

Setiap kita pasti punya banyak bakat dibidang manapun. Mengkategorisasi potensi itu artinya siap membagi diri untuk bertumbuh di beberapa lingkungan. Misalnya, teman yang hobi menggambar padahal disisi lain kamu ga ada background pendidikan menggambar. Menggambar hanya sebuah hobi, tapi ketika kamu tahu dimana potensi mana yang harus dikembangkan, di fokuskan atau juga ga begitu harus dikembangkan kamu ga menyia-nyiakan waktu untuk mengakseslerasi potensi dengan beberapa orang. Kategorisasi Potensi itu penting, bahkan sekedar potensi menghibur orang lain. Hmm termasuk inceran *eh.

3. Kategorisasi Pertemanan

Pasti ada yang komentar " Ihh kan kita ga boleh pilih - pilih temen, ga boleh gitu". Disini bukan minta buat kita mengkategorisasi pertemanan dalam artian pilih - pilih gitu. Tapi minta supaya kita bisa menempatkan diri di lingkaran yang sesuai dengan potensi dan kesamaan frekuensi tadi. Mungkin ada teman yang bisa diajak serius bahas passion kita, mereka antusias untuk upgrade skill kita. Ada juga teman yang bagus diajak jalan untuk refreshing atau juga membahas hobi baru dan menarik. Ga bisa kita menempatkan diri di satu tempat pertemanan saja. Bukan masalah pragmatis, melainkan bisa mengatur diri dan tidak mudah di kontrol dengan keadaan. Karena ada beberapa lingkaran bisa saja meremehkan kemampuanmu, atau mimpimu bukan malah mengapresiasinya. Kebanyakan dari mereka adalah teman main, sekedar bercanda, bersenda gurau kamu. Apa pernah kamu dalam membahas target dan mimpi kamu dan keresahanmu dibaliknya pasti gak pernah kan ya? Teman yang tepat akan menghantarkan kamu juga berada di tempat ter baik.

4. Dampingin Yang Ingin Bertumbuh Bersama

Ini masuk ke ranah teman hidup nih , Ehem. Tapi gak harus kok, mungkin ada teman - teman yang memiliki visi dan mimpi yang sama buat bareng - bareng diwujudkan sebagai supporter terbaik. Kamu ingat film Negeri 5 Menara. Jujur saja, film itu dan bukunya benar - benar menggambarkan teman yang bertumbuh bersama. Mereka mengapai mimpi mereka masing - masing, saling mendampingi, saling memaki jika ada yang lemah dengan mimpinya, saling menangis jika ada yang terluka. Adakah teman se-so sweet itu ? Ada. Banyak kok. Begitu juga buku yang ditulis Andrea Hirata, Laskar Pelangi dan Tetraloginya. Bahkan Harry Potter pun punya Ron Weasley dan Hermione Granger. Kamu sudah menemukan teman tumbuh kamu ? Jika belum coba cari, yang benar - benar bisa dipercaya, bisa jadi mentor juga bisa jadi sahabat yang saling menasehati dan mengingatkan.

Sedangkan untuk teman hidup balik ke versi keinginan masing - masing. Visi dan misi kehidupan rumah tangga kamu masing - masing. Saya yakin kamu pasti punya rancangan dan impian akan hal itu. Saya pribadi punya impian sendiri untuk menemukan yang ingin berjuang bersama dan bertumbuh bersama, melebihi teman dekat yang saya miliki untuk mengapai impian masing - masing.

Apakah akan menemukannya ? Allah yang jawab, InsyaAllah

Semoga menginspirasi.

Takut sekali jika tulisan ini terkesan sok tahu, menjadi menggurui atau menyatakan diri menjadi orang paling bahagia di muka bumi. Sesederhana niat menghimpun cerita bahagia dan sedih kali ini jadi sebuah tulisan yang bisa diri sendiri baca kalau dalam keadaan tidak logis di dalam hidup.

Apa sih tidak logis ? Terkadang kita jadi manusia benar - benar merasa di sebuah batas ketika menghadapi masalah, sedang bersedih, depresi atau juga merasa berada titik terendah dalam hidup. Saya berharap tulisan ini kelak jadi sebuah surat membuat sedikit simpul senyum ditengah hiruk pikuk permasalahan. Dan saya harap juga begitu dengan kamu.

Saya senang berdiskusi, kadang ingin menjadi orang menjadi sandaran untuk terdekat untuk diajak cerita panjang perjalanan kehidupannya. Saya percaya kalau kita semua pasti punya BEHIND THE SCENE. Baik itu kejadian buruk atau sebuah bahagia, kehidupan kita semuanya seperti rasa asam, manis, pahit, atau asin ketika kita mencicipi sebuah makanan. Dan manusia ketika dalam kondisi tertentu merasa rasa itu lebih dominan, sehingga menghancurkan segala bentuk logis dan hal positif dalam pikiran kita.

Kenapa tulisan ini meminta untuk fokus untuk bahagia, karena pada kenyataannya dunia ini semu semua standar dalam ini hanya memberikan sebuah motivasi lebih untuk berusaha lebih banyak dan lagi - lagi, bahagia yang ditawarkan juga semu.

Dalam Quran, Allah berfirman :
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,  kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS Al-Qashash : 77)

Disebutkan di awal bahwa kita diminta kebahagiaan di akhirat terlebih dahulu, baru di mulai dengan bahagia dunia. Saya bukan seorang ahli tafsir namun jelas bahwa bahagia di dunia itu sementara dan semu.  Bagaimana maksudnya bahagia haqiqi ? Adalah bahagia akhirat, seperti apa ? Itu ada di dalam hati menurut saya. Ketika hati beriman, penuh prasangka baik pada Allah SWT, surga itu hadir sendiri di dunia kita. Apapun masalah yang dihadapi, problema yang kita rasakan sirna karena lagi - lagi percaya Allah yang maha tahu kebaikan apa yang ia beri dari semua cobaan yang diberikan.

Masih banyak yang belum beruntung dari kita, itu kenapa kita diminta sering mengelana sering mendengarkan masih ada yang sulit makan, masih ada saudara kita kebebasannya terancam, masih ada yang tidak sekolah masih ada yang memiliki masalah lebih besar dari kita. Kenapa kita harus berputus asa ? Kenapa kita masih saja mengeluh dari sekian masalah ini, masih banyak yang lebih malang dari kita. Pantaskah menyerah? Coba katakan ini dalam hati ketika kita didera sebuah masalah yang tak tertahankan. Ucapkan zikir, jadikan Allah penenang. Katakan bahwa semuanya akan terlewati dan semuanya baik - baik saja.

Pada kenyataannya kita adalah makhluk yang sedang diuji dan masih jauh dari rasa syukur. Bagaimana menerapkan modul konsep bahagia dalam hidup kita ? Jadikan langkah kita itu adalah langkah kebaikan, jadikan semua yang dilakukan adalah proses pembelajaran dan pengumpulan pahala di tempat yang kekal sana. Untuk apa risau kalau perkara yang sering kita sulitkan adalah hal duniawi ?  Kenapa yang sering kita tangisi adalah bagian yang sangat receh kalau kita pikir - pikir.

Fokus bahagia membantu kita untuk lebih tegap berdiri menyelesaikan banyak hal, termasuk masalah kita. Masih melihat secercah cahaya ditengah kegelapan. Fokus bahagia mengambil alasan, bahwa bahagia adalah ciptaan kita sendiri.

Lalu apa mungkin kita senantiasa bahagia dengan bersikap demikian ? Ya tidak mungkin, apa saya selalu bahagia yaa enggak juga. Menangis itu anugerah untuk menyalurkan semua emosi diri, bentuk penyesalan, bentuk pengampunan, menyatakan diri kalau kita manusia biasa yang mengalami berbagai rasa itu.Tapi kita seringkali  asing dengan tangis, seolah tangis tidak boleh. Padahal bukan begitu, jadi paradigmanya menangis untuk apa ? Jika ia untuk mengasihani diri pastilah tidak tepat, kita menangis melainkan menangis untuk perbaikan diri, menangis untuk meluapkan dan menumpahkan yang tak tertahan. Lagi - lagi kita manusia biasa, tak ada yang sempurna. Jika kita menuntut sempurna menjadi tujuan, yang ada pasti ada tercederai. Namun jika kita jadikan ketidaksempurnaan menjadi sebuah alasan untuk tidak maju adalah pembodohan diri.

Percakapan yang dalam dengan beberapa sahabat dekat membuat kesimpulan dan kesepakatan yang baik untuk saling mengingatkan ketika dalam masa demikian. Kita pasti semua pernah ada pada fase tersebut, fase merasa kita menjadi yang tak berguna, menjadi masalah kita yang sangat sulit, atau mengalami banyak kedilemaan dalam hidup. Kadang ketika kita sudah di fase tersebut, sulit untuk mengendalikan diri sulit untuk pada jalur yang baik. Saya menulis ini adalah bagian dari kesimpulan dan juga dukungan saya terhadap diri saya sendiri dan teman - teman pembaca ketika mengalami hal terendah dalam hidup.

Bahwa kita tidak sendiri, kita harus melewati hal sulit - sulit itu. Kita harus melewati gagal gagal itu. Semuanya untuk memberikan kita pembelajaran, membuat kita bertumbuh, membuat cerita manis ketika pada saatnya diceritakan. Bahwa hidup yang kita jalani itu adalah perjuangan.

Semoga tulisan ini menjadi cahaya kecil yang setidaknya membuat senyum ketika air mata tak tertahan tumpah ruah di pipimu.

Dari sahabatmu!

Sudah lama sekali ga bercerita panjang disini. Dengan drive yang menumpuk dan ide yang meluap – luap ga terlaksana. Dasar manusia ya! Saya ga menyangka tulisan mengenai apresiasi sudah pernah saya tulisan 2 tahun lalu mengenai "Apresiasi". Dan makin kesini setelah perjalanan ke Jakarta dan Bandung kemarin membuka mata saya. That’s the point! Hal yang selama ini bikin karya itu tertahan karena kita selalu mikir komentar orang lain sebelum mengeksekusi sesuatu. Yaa bener sih kita harus berpikir dulu sebelum bertindak. Tapi kalo mikirnya kelamaan terus berpikir dan mengira semua komentar orang lain terhadap karya dan hal yang pengen dibuat itu ga bagus dan bermanfaat yang terjadi hanyalah karya tadi hanya jadi kenangan. Yaps kenangan! Suatu saat ide dan karya tadi bakal dirilis oranglain, bisa jadi sama atau mirip. Intinya kita bakal gigit jari deh.

Baca yang lain disini :
Generasi Masa Kini, Generasi Apresiasi

Sebuah kerandoman di tulisan kali ini yang saya beri judul “Tepuk Tangan untuk Dirimu dan Orang Lain”. Saya tinggal, besar, dan dominasi hidup di Pekanbaru sejak Sekolah Dasar sampe Perguruan Tinggi. Tapi tetap aja ga bisa menisbatkan diri jadi orang Pekanbaru. Karena memang keluarga ke Pekanbaru merantau memulai hidup dari awal sejak terjadi krisis di 1998. Saya dulu tinggal di Jakarta dan lahir di Bogor. Sedangkan Ibu dari Sumatera Selatan. Kalau teman terdekat tentunya sudah tahu cerita ini. Tapi apa yang menjadi hal dipikiran ketika sesekali pergi “balek kampung” eh “balik ke kota asal” namanya membandingkan pasti gak lepas kan ya.

Saya sering merasakan bahwa ide dan cita – cita saya terasa sulit sekali bisa berkembang di kota Pekanbaru. Bahkan penuh perjuangan yang luarbiasa hingga rasanya keinginan untuk menyerah itu menjadi hal yang sering terjadi. Ketika ke kota Jakarta atau kota di daerah Jawa saya merasa bahwa apapun yang disampaikan begitu di “Apresiasi” dan di dengarkan banyak orang dengan mata yang berbinar serta rasa ingin tahu yang tinggi buat saling berbagi. Teman – teman tahu gak ketika teman kita berbicara tentang sebuah cita – cita dan juga banyak hal ketika kita menyambutnya dengan sepenuh hati ada sesuatu yang tumbuh. Optimisme yang membubung tinggi dan sebuah semangat double kali lipat untuk mewujudkannya. Walaupun ada juga teori yang mengatakan bahwa sesuatu yang disampaikan akan berbanding kebalik dengan apa yang dilaksanakan. Namun untuk sharing kali ini saya ga berbicara tentang itu, tapi berbicara feedback ya dari sebuah ide melainkan cerita tentang sebuah karya dan ide itu sudah meluncur ke permukaan dalam bentuk sesuatu hal.

Dan saya rasa problem ini juga di idap oleh hampir semua masyarakat Indonesia terhadap apapun sesuatu yang muncul. Hal negative menjadi magnet yang sangat kuat untuk mengkritisi dan memberikan caci maki. Bukan ga boleh, tapi kenapa jadi sebuah tanggapan awal sih. Gerah aja kadang hahaha. Mungkin ini yang bikin negara kita sulit maju.

Saya selalu kagum dengar orang – orang yang tebal mata dan telinga dengan berbagai komentar orang lain terhadap karyanya bukan hanya pujian dan juga cacian. Benar-benar luarbiasa untuk bisa mengendalikan dan mengontrol diri dengan hal demikian. Sharing lebih lanjut, sebenarnya konsep apresiasi itu ada teori sains dan psikologisnya loh!

“Bahwa siapapun yang diberikan apresiasi dukungan sama seperti kita sudah memberikan sebuah kebutuhan kepada orang tersebut untuk berkembang, sama halnya seperti makanan yang merupakan kebutuhan kita sebagai manusia kalau kita ga makan kita lemes kan ya. Nah seperti itu “Apresiasi” ketika ketika memberikan hal demikian ke orang lain, kita seperti sudah melengkapi kebutuhannya, apa yang terjadi kalo kita sudah makan, tentu bertumbuh bukan ?”
Ketika saya browsing saya menemukan beberapa teori yang sedikit banyak berkaitan teman – teman bisa buka di sini 5 Psychological Theories of Motivation to Increase Productivity.

Beberapa diantaranya ada teori Maslow dan juga Two-Factor Theory of motivation oleh Frederick Herzberg pada tahun 1950. Herzberg sendiri bercerita bahwa dalam eksperimennya ada 2 hal yang mempengaruhi 200 pegawai akuntan yang dijadikan objek penelitiannya, bahwa motivasi dan kepuasan mereka dipengaruhi.
1. Motivator factors – Simply put, these are factors that lead to satisfaction and motivate employees to work harder. Examples might include enjoying your work, feeling recognised and career progression.

2. Hygiene factors – These factors can lead to dissatisfaction and a lack of motivation if they are absent. Examples include salary, company policies, benefits, relationships with managers and co-workers.

Bentuk motivasi di dalamnya adalah sebuah apresiasi. Makanya penting bagi seorang pimpinan ataupun leader di berbagai lini apapun berperan sebagai motivator dalam hal ini juga mengapresiasi hal yang dilakukan oleh timnya. Ini yang menjadi factor peningkatan kinerja dan juga kepuasan serta loyalitas timnya.

Menurut saya hal ini juga termasuk memberikan tepuk tangan pada diri sendiri. Alias mengapresiasi diri sendiri. Kadang beberapa orang sulit untuk mengekspresikan kegelisahan atas karya yang dimiliki ataupun sikap yang ada. Ga semua orang mengerti dan menerima. Hal yang tahu hanya diri kita dan bagaimana pertumbuhan kita juga hanya kita yang tahu. Misal nih kamu mungkin pemalas banget, males belajar. Ketika kamu punya sebuah cita – cita mengubah kebiasaan ga baik itu atau membuat nyaman ruangan kamar kamu tidak mungkin kamu menuntut orang lain mengapresiasinya. Kadang kala efeknya malah dibilang riya atau sombong dan lain sebagainya. Pasti ada hal – hal yang kita filter dari semua apa yang kita lakukan. 

Gimana cara memenuhi kolom apresiasi dari factor kebutuhan sebagai manusia untuk diapresiasi ? Yaps mengapresiasi diri sendiri. Bagaimana caranya ?Sederhana sekali. Kita bisa saja memberikan hadiah pada keinginan diri sendiri. Misalnya kamu kalo berhasil mengubah kebiasaan kamu. Kamu akan beli baju baru, atau sesuatu yang kamu idamkan sejak lama. Mengajak diri sendiri liburan atau menonton satu tayangan episode atau film yang kamu ingin tonton sejak lama dan kamu tahan – tahan karena ingin tak ingin terdistraksi pekerjaannya. Hal kecil dan sederhana ini menjadi sebuah wujud mengapresiasi diri yang sederhana namun ga sadar efektif untuk mengchallenge diri dan bertumbuh tanpa sibuk meminta apresiasi dari orang lain. Haha benar kan ?

Dua hal ini jika lakukan seimbang, bisa mengakselerasi diri kita jadi manusia yang lebih baik. Nah mengenai akselerasi teman – teman bisa.

Baca tulisan ini : Akselerasi Kehidupan

Nah gimana menurut kamu ?
Sudah ingin mencoba mengapresiasi diri sendiri ?


Yass, sebuah hal yang bikin gatel hari ini buat bahas opini sendiri tentang “Influencer-an” yang mungkin ga bakal muat diceritain di Instagram story atau juga tulisan di feed Instagram. Jadi diawali oleh penuhnya malam kemarin grup – grup receh penuh ngebahas hal ini, sekalian sumber – sumber antah berantah per-media sosialan sampe julid – julidnya di kumpulin. 

Yaah, di tambah diri ini belakangan mem-post beberapa postingan ber promosi yang bikin beberapa orang mungkin julid dan mungkin juga langsung unfollow melihat temannya yang ga beken – beken amet kok bisa dapat endorse-an dari beberapa produk nasional *ini sok banget dah. Intinya banyak komentar, 

“Mel ciyee di endorse”

“Ciee udah jadi selebgram”

“Berapa biaya endorse-annya kaka ?”

Pertama pengen klarifikasi, kenapa pada akhirnya saya luluh untuk ngikut per-endorse-an, selain dan tak bukan juga masih ngerasa tergolong klub sobat misqueen. Saya merasa terbantu untuk mengambil peran sebagai klien, sebagai buzzer dan mungkin influencer. Yaps! Saya bekerja di Digital Marketing. Selama lebih kurang dua tahun mulai menggeluti sejak lulus kuliah. Saya menemukan “AHAA” ini dia. 

Saya menemukan intuisi saya bekerja disana. Saya merasa senang dan bahagia walau penuh dengan deadline dan tekanan akan ide yang deras, dan kompetitif kian luarbiasa. Tapi karena tuntutan itu saya belajar banyak, saya terpaksa belajar hal baru. Mulai cara iklan zaman sekarang yang beda, gimana cara bikin konten yang tidak ada kesan iklan sama sekali padahal iklan loh. Semuanya penuh riset dan reason (alasan). Saya juga bertemu klien yang menjadi influencer, membuat janji, membuat rules. Sehingga menjadi bagian dari kliennya orang lain juga sebuah kesenangan yang luarbiasa, dimana ketika saya ketemu tim agency yang menghire dan menjadikan saya klien-nya dan kemudian berteman, saya bisa bertanya banyak bagaimana dan seperti apa agency bekerja, seperti apa iklan harusnya menjadi result dan kemudian menghasilkan brand awareness atau juga purchased.

Gimana juga brief dan service yang saya berikan pada klien juga merupakan hasil dari saya berperan sebagai klien. Seru gak sih ?

Jadi teman – teman per-followers-an, saya juga ngeblog dan juga mengambil peran menjadi influencer walaupun ga femes – femes banget, Cuma femes satu kota doang kalo diliat dari insight Instagram business ahahahaha. Kalau teman – teman tahu influencer itu punya beban berat loh. Beban duniawi dan akhirat. Duh, masuk sesi permuhasabah-an nih wkwk.

Gak kok, jadi saya ada ngutip beberapa cuitan di twitter yang jleb banget. Isinya gini ;
“ Sebagai influencer, personal branding itu bukan melulu tentang invoice cair, tapi juga tentang potensi diri yang memberi peluang, jaringan kerja/koneksi, pengalaman, portofolio. Jauh artinya dari sekedar angka yang masuk ke rekening kita” @pinotski

“Buatku influencer itu konotasinya positif, seharusnya yaa.. semacam memberi pencerahan, meluruskan pemikiran, dan mengubah perilaku khalayak kea rah yang lebih baik” @ditut

“Ya udaah.. ngomongin influencer coba deh sekarang Tanya ke diri sendiri sudah punya manfaat apa? Udah bisa membawa pengaruh positif belum di sekitar kita. Mulai aja dari yang kecil dulu”

“The real influencer buat saya adalah sebesar – besar manfaat dia buat orang lain dan lingkungannya. Bukan sebanyak – banyaknya dia di endorse produk” @ditut

Baam! Cuitan – cuitan tadi saya retweet di twitter, dan pas banget ketika mas @amrazing atau koh lexy deh cerita tentang iklan – iklan influencer tentang baran – barang ghaib. Apa itu ? seperti iklan spam yang sering muncul di akun – akun kita, pelangsing instan, peninggi badan. Bahkan lucunya aku sendiri pernah kesel karena ada iklan pelangsing muncul ketika aku foto rame – rame sama keluarga di hari raya idul fitri ada di komentar. Gilaa mood jeblok deh! Cuman aku bawa rumpi di grup keluarga besar. Karena emang paham sekeluarga punya rejeki badan gede – gede. Tapi merusak momen ga sih gitu haha.

Banyak mungkin disana mikir followers banyak itu kayak sebuah anugerah. Bahkan subscribers banyak. Sekarang gampang aja sebenarnya kalo mau jadi terkenal uy.. Daku juga kalo pede tinggal ngandelin Facebook Ads atau Instagram Ads tambah butuh followers bikin postingan viral atau dibaca.

Banyak jalan. Tapi lagi – lagi niat, kalo pada akhirnya tujuan utama adalah uang sehingga menghalalkan segala cara dan diri sendiri sehingga semua endorse-an masuk tanpa dilihat seperti apa dampaknya. Ya kita nyumbang dosa, misalnya barang yang di endorse palsu, atau misalnya bikin rusak kesehatan. Itu merugikan orang kan yaa.

Jadi beban berat jadi dikenal. Apalagi kalo udah jadi seleb. Mungkin di akhirat yang paling lama di hisabnya ya orang – orang yang menjadi influencer. Tapi ngumpulin pahala juga cepet kalo mau jadi influencer, jadi tinggal pilih mau seperti apa.

So, postingan ini bukan sebuah tutorial cara menjadi influencer. Bisa jadi karena dari judul berasa pas baca gimana dapat endorse-an, gimana bisa paid promote. Hmm, sebenarnya banyak berteman saja. Sering ikut kegiatan. Bikin konten menarik dan menjadi diri sendiri. Kamu bakal ditemukan kok!
Dan semua itu dimulai dari saya nulis di blog ini. Walaupun sebenarnya blog ini saya pengen banget niche nya adalah saya hal – hal yang ada di pikiran saya tertuang. Saya juga ingin kedepan blog ini juga bermanfaat untuk UKM, usaha – usaha punya nilai baik, punya niat baik dalam usahanya juga bisa diceritakan disini dan bisa bermanfaat.

Feel free kok temen – temen terutama kalo temen – temen ada usaha yang pengen banget diulas.
Just contact me :D

Mungkin sekian receh – receh ini, saya berharap ada komentar para netizen yang katanya maha benar hahahaha mungkin bisa berdiskusi ria disini.

Semoga kerecehan ini bermanfaat!


Older Posts

HELLO, THERE!


Hello, There!


Hello, There!

Let's read my story and experience


Find More



LET’S BE FRIENDS

Sponsor

OUR CATEGORIES

Entrepreneurship Event Financial Talks Forest Talk Good For You Happiness Healthy Talks Ngobrolin Passion Parenting Pendidikan Review Self Improvement Self Reminder Tips Travel Wirausaha Young Mindset community development experience

OUR PAGEVIEW

recent posts

Blog Archive

FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by beautytemplates