facebook google twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • Travel
  • Life Style
    • Category
    • Category
    • Category
  • About
  • Contact
  • Shop

Melati Octavia Journal




Polusi udara merupakan salah satu masalah lingkungan yang paling mendesak di dunia saat ini. Di Indonesia, polusi udara juga telah menjadi tema yang tidak lepas dari perbincangan publik akhir-akhir ini karena telah menjadi ancaman serius terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. 

Pada September 2021, laporan Air Quality Life Index (AQLI) yang diterbitkan oleh Energy Policy Institute, University of Chicago (EPIC) menjelaskan bahwa rata-rata orang Indonesia diperkirakan dapat kehilangan 2,5 tahun dari usia harapan hidupnya akibat kualitas udara yang tidak memenuhi ambang aman sesuai pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk konsentrasi partikel halus (PM2.5). Dengan demikian, penanganan polusi udara menjadi prioritas yang harus diatasi oleh pemerintah dan masyarakat.

Banyak kebiasaan - kebiasaan hidup kita yang sederhana, ternyata menyumbang polusi di lingkungan sekitar kita tanpa kita sadari. Apa saja kebiasaan - kebiasaan yang perlu kita hindari dan biasakan agar menjaga kondisi udara di sekitar kita :


1. Menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, and Recycle)


Kita pasti sering mendengar hal ini ya, namun memang sulit untuk kita terapkan dalam kehidupan kita. Reduce ini mengacu pada pengurangan limbah untuk lebih hemat dalam pemakaian energi, hingga bahan baku lainnya.

Reuse dapat meliputi sejumlah gaya hidup seperti penggunaan tas belanja, dan juga mengurangi sampah. Recyle adalah melakukan aktivitas mendaur ulang kembali penggunaan produk - produk yang kita gunakan.


2. Menggunakan Kendaraan Umum


Pasti sulit menggunakan kendaraan umum, apabila kita sudah memiliki kendaraan sendiri. Apalagi jika mengejar waktu tempuh. Saya ingin sekali, saya ingin sekali memberdayakaan kendaraan umum secara utuh, tapi lagi - lagi soal waktu tempuh dan kendaraan umum yang belum memadai jadi alasan.

Saya sempat kepikiran untuk membuat program One Day with Public Transport. Dimana menyicil dalam satu hari dalam satu minggu hanya menggunakan kendaraan umum. Sepertinya program kecil ini, bisa diterapkan semua orang untuk setidaknya mengurangi 1x dalam seminggu tanpa transportasi pribadi. Apa kamu kepikiran menerapkannya?


3. Menanam Pohon dan Tanaman

Kita bisa melakukan penanaman pohon di pekerangan rumah mapun di dalam rumah merupakan langkah kecil untuk mengubah lingkungan menjadi lebih baik. 

Kita tahu bahwa pohon dapat mengubah karbondioksida menjadi oksigen. Pohon juga dapat menyaring kotoron pada udara. Dapat mengubah udara menjadi lebih bersih, kesehatan pun dapat terjaga.


4. Jaga Membakar Sampah

Pembakaran sampah sembarangan tentu menyumbang polusi yang menganggu ke warga sekitar. Terlebih apabila mereka sedang melakukan aktivitas keseharian seperti menjemur pakaian itu akan membuat pakaian menjadi berwarna dan bau asap. Belum lagi, jika mereka memiliki bayi dan balita tentu akan menganggu pernafasannya. Jadi upayakan jangan membuang sampah dengan membakarnya ya.

Pembakaran sampah menghasilkan zat kimia sangat berbahaya bagi tubuh manusia. Asap yang dihasilkan pembakaran sampah tentu mengandung karbon monoksida, formaldehida, arsekin, dioksin, furan, dan juga VOC. Zat -zat berikut ini akan meningkatkan polusi udara.


5. Hindari Rokok

Kamu yang masih merokok? Tahukah jika merokok menjadi kontribusi memperparah polusi udara. Asap rokok mengandung karbon monoksida, hidrogen sianida yang biasa dignakan untuk membasmi hama, dan juga benzena dapat merusak sel darah putih, arsenik kandungan yang memicu kanker kulit.

Jadi bagaimana bisa kita hindari dan lakukan 5 hal ini agar kita berkontribusi jaga polusi di lingkungan kita? Yuk terapkan!

#BersamaBergerakBerdaya #UntukmuBumiku #TeamUpforImpact #EBSSenior #EcoBloggerSquad  
#TeamUpForZeroWaste

 


 

 

 

 

Eco Blogger Squad kembali hadir diawal tahun ini dengan materi seru dan juga bermanfaat terkait dengan menjaga lingkungan. Gathering online kali ini kita bekerjasama dengan WALHI Nasional dan WALHI Sumatera Selatan membahas sebuah isu penting yang di tahun sebelumnya sempat dibahas yaitu mengenai pembedayaan masyarakat adat. Kali ini terkait Masyarakat Adat dan Komunitas LOKAL.

Hal ini terkait Dana Nusantara. Apa itu Dana Nusantara? Dana Nusantara adalah sebuah istilah yang baru dirilis dan diresmikan pada Kongres Masyarakat Adat Nusantara yang berlangsung pada tanggal 24 - 30 Oktober di wilayaH Adat Tabi di Papua. Dana Nusantara ini dikelola oleh Walhi, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) dan Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA)

Cari Tahu Mengenai Dana Nusantara


Dana Nusantara memang merupakan stimulus bagi masyarakat adat dan komunitas lokal (MAKL) agar dapat berdaya dalam merawat lahan dan memulihkan kondisi lahan kedepannya. Pendanaan ini berkat kolaborasi dari Walhi, AMAN,dan KPA. Dana Nusantara ini juga berperan dalam melakukan promosi dan juga perlindungan wilayah kelola dalam mengelola sumberdaya alam dan pemulihan ekosistem dalam upaya kolektif dalam mengurangi dampak krisis iklim dan bencana ekologis

Singkatnya masyarakat adat memegang teguh nilai-nilai adat tentu, mereka memiliki kesamaan suku, nilai dan norma sosial. Sementara komunitas lokal hanya mencakup mereka yang bermukim atau mencari nafkah di wilayah tertentu dan bisa terdiri dari berbagai suku, adat, ras dan agama. Sama hal seperti Desa Nusantara.

Program ini bertujuan untuk mendukung inisiatif komunitas dalam melakukan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dengan memberikan akses bantuan pendanaan yang terjangkau dan mudah diakses.

Dana Nusantara difokuskan pada komunitas yang memiliki akses terbatas terhadap sumber daya dan pendanaan, serta memiliki potensi untuk melakukan pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan. Selain itu, bantuan pendanaan juga akan diberikan kepada komunitas yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan insiatif pengelolaan sumber daya alam secara mandiri dan berkelanjutan.

Kerusakaan Lingkungan Makin Mengancam


Sebuah lembaga penanggulangan bencaran telah merilis 1.945kali bencara di Indonesia sepanjang di tahun 2022 yang mendominasi berdasarkan masalah lingkungan, seperti banjir, tanah longsor, cuaca ekstrem dan lainnya.

Bencana bencana tersebut pasti mengakibatkan ratusan jiwa meninggal dan masih banyak korban lainnya. Kerusakaan lainnya adalah membuat menurutnya kuantitas dan kualitas Hutan Indonesia, kerusakaan aliran sungai (DAS), pencemaran tanah, udara dan air yang meningkat.

Dana Nusantara Untuk Nusantara


Harapannya dengan Hadirnya Desa Nusantara yang berawal dari transmigran dan kemudian diberdayakan dapat mengembalikan alih fungsi lahan yang dulunya adalah area industri menjadi lebih baik lagi dengan menjaga ekosistem seperti sebelumnya untuk menjalankan fungsi hutan sebagaimana mestinya seperti menyerap air dan juga menjaga lingkungan.

 

 

Beberapa hari lalu kita kembali mengikut kegiatan Online Gathering #6 bersama teman - teman Eco Blogger Squad yang kali ini ditemani oleh tim dari @pantaugambut diwakili Mba Kak Ola Abas yang merupakan Koordinator Nasional Pantau Gambut. Kenapa sih kali kita membahas gambut? Sebelum kita membahas apa ini yang disampaikan dalam kegiatan ini. Kita kenalan dulu yuk sama gambut. Mengenal 

 

Apa itu Lahan Gambut? 

Kamu pernah dengar berita yang sempat ramai diperbincangkan beberapa tahun belakangan mengenai kebakaran hutan yang cukup besar di beberapa hutan gambut di Sumatera dan Kalimantan Diriku pernah tulis seberapa mencekamnya suasana itu ketika terjadinya kebakaran itu yang mengakibatkan polusi asap dimana - mana bahkan ekspor ke negara tetangga. 
 
Baca Disini : Cerita Asap dan Kebakaran Hutan
 
Lahan Gambut itu berbeda dengan lahan atau hutan lainnya. Lahan gambut terbentuk dari material - material organik yang beragam, seperti serasah, ranting pohon, akar pohon, dan kayu yang tidak membusuk secara sempurna sehingga membentuk lapisan gambut. 
 
Kita perlu tahu bahwa proses pembentukan gambut berlangsung selama ribuan tahun dimulai dari adanya cekungan atau genangan air yang sangat luas yang mengalami pendangkalan yang terjadi akibat tanaman yang tumbuh di lahan basah (bahan-bahan organik) kemudian mati, menumpuk di dasar cekungan, lalu mengalami pembusukan yang lambat karena tidak adanya udara. secara perlahan dan bertahap. 
 

 
 
Pada umumnya, gambut ditemukan di area genangan air seperti rawa, cekungan antara sungai, maupun daerah pesisir. Foto Gambut Pengelolaan tanah gambut ini bisa kita katakan spesial karena tanah gambut sangat jauh berbeda dnegan tanah mineral pada umumnya. Tingkat kedalaman gambut itu sendiri menentukan jumlah kandungan dan jenis tanaman yang dapat hidup di ekosistem tersebut. Semakin dalam cekungan gambut, maka semakin banyak karbo yang terkandung. 
 
Sehingga secara ilmiahnya jika kering, emisi karbon yang dikeluarkan akan semakin banyak. Jadi jangan heran, kebakaran gambut itu tidak sama seperti kebakaran hutan pada umumnya, apinya sulit mati dan asapnya banyak banget sehingga mengakibatkan polusi karena kandungan yang ada di dalamnya. 

 

Penyebaran Lahan Gambut Indonesia 

Bila kita cari tahu luas lahan gambut Indonesia belum dapat dipastikan. Menurut data yang kita kutip dari tim pantaugambut. - Pada 1992, penelitian Pusat Penelitian Tanah Bogor menemukan bahwa terdapat sekitar 15,4 juta hektar lahan gambut di Indonesia. - Pada 2005, Wetlands International memperkirakan terdapat sekitar 20,6 juta hektar lahan gambut di Indonesia. -Sementara pada 2019, Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian dan Balai Penelitian Tanah memperkirakan ada sekitar 13,43 juta hektar lahan gambut di Indonesia. 

 

Peran Penting Gambut dalam Perubahan Iklim 

Sebenarnya banyak fungsi dari Lahan Gambut itu sendiri. Namun, yang ingin saya highlight disini soal mengurangi dampak bencara banjir dan kemarau. Gambut memiliki tekstur tanah yang tidak padat sehingga memiliki pori-pori yang besar. Besarnya pori-pori tanah gambut relatif tinggi berkisar antara 70%-95% sehingga dapat menampung air sebesar 450%-850% dari bobot keringnya, atau hingga 90% dari volumenya. 
 
Dengan kata lain, tanah gambut juga memiliki kemampuan menyimpan air yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tanah mineral. Daya serap dan simpan air yang besar ini memungkinkan gambut untuk menyimpan air di musim hujan sehingga area sekitarnya tidak banjir. Sebaliknya, pada musim kemarau air yang tersimpan di gambut dapat dilepaskan ke sungai dan area sekitarnya sehingga tidak mengalami kekeringan. 
 

 
Perubahan Iklim Tahun 2022 
 
Sejak tahun 2022, dunia sudah memberikan peringatan waspada mengenai perubahan iklim ekstrim. 
Di beberapa negara, seperti India melaporkan adanya peningkatan suhu diatas rata - rata seperti biasanya.

Bahkan sejumlah wilayah mengalami kekeringan. Seorang peneliti NASA mengatakan bahwa tahun 2022 adalah tahun luar biasa di belahan bumi utara dengan kekeringan panas yang memecahkan rekor di beberapa negara lainnya, seperti Amerika Utara, Eropa, dan Mediterania serta China.

Ini juga berdampak pada ketahanan pangan lebih kurang 59 Juta orang. Perubahan iklim buatan manusia terus menjadi salah satu ancaman terbesar bagi Planet Bumi.

Forum antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB memperingatkan bahwa kita harus bertindak sekarang, atau sudah terlambat, dengan membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat.

NASA mengatakan bahwa pemanasan iklim paling parah terjadi di Kutub Utara selama musim dingin dan di musim panas di daerah lintang tengah seperti wilayah Asia Timur dan Asia Tengah serta Eropa Tengah dan Timur.

Akan lebih banyak penyu betina yang lahir karena suhu pasir tempat telur dikubur, berdampak pada jenis kelamin keturunannya. Kenaikan suhu sesedikit 3,3 derajat-Celcius sudah cukup untuk menciptakan lebih banyak betina dan mendorong penyu ke kepunahan.

Apa Hal Bisa Kita Lakukan?
 
Pasti kita bertanya - tanya apa yang kita bisa lakukan untuk perubahan iklim ini, termasuk menjaga lahan gambut yang notabene adalah sesuatu yang diluar jangkauan kita. Tapi kita bisa berbuat untuk pelan - pelan hidup ramah lingkungan. Masalah ini bukan soal masalah perorangan tapi kolektif dan kita harus bersama menuntaskannya.




 


Pekanbaru, tempat tinggal kotaku. Semakin hari semakin terasa panas. Kota yang terkenal akan masalah lingkungan beberapa tahun silam karena kebakaran hutan. Masih saja menduduki julukan kota cukup panas di Indonesia. Saat ini saja, menunjukkan angka suhu 33 derajat bahkan kadang mendekati 35 derajat. 
 
Di kutip pada Kompas, dengan penjelasan dari website BMKG, Faktor utama yang berperan pada siklus ini dikarenakan ada gerak semu matahari yang melintasi wilayah Sumatera bagian tengah pada periode tersebut. Menurutnya, puncak panas biasanya terjadi tepat setelah titik kulminasi terjadi atau justru setelah posisi matahari telah melewati titik kulminasinya. Bisa dikatakan bulan september - oktober adalah sebuah posisi matahari yang benar - benar pas di tengah dan untuk wilayah yang dilintasi khatulistiwa benar - benar mengalami suhu yang tinggi dibanding rata - rata wilayah lainnya.




Pandemi Itu : Bumi Ingin Beristirahat


Dikutip Climate Columbia melalui CNN Indonesia, sebuah studi baru memprediksi bahwa berdasarkan data di sektor energi, industri dan mobilitas pada tahun 2020, emisi CO2 di tingkat global turun 8 persen atau turun 2,4 miliar ton. Memang angka itu melampaui tingkat penurunan yang tercatat pada tahun 2009

Di Amerika Serikat dan Eropa, tercatat penurunan sekitar 12 persen sepanjang tahun lalu, Prancis mengalami penurunan sebesar 15 persen dan Inggris turun 13 persen.  Para ilmuwan juga menyatakan bahwa selama masa pandemi Covid-19 pada awal 2020 lalu membuat lapisan ozon yang selama ini menjadi ancaman untuk kesehatan manusia dan iklim mengalami penurunan 15 persen secara global. Hal tersebut berdasarkan hasil penelitian yang dipimpin oleh para ilmuwan di Laboratorium Propulsi Jet NASA di California selatan.

Semua adalah kontribusi dengan adanya lockdown dan pembatasan aktivitas harian yang menyumbangkan emisi karbon. Menurut saya, pandemi membuat bumi sejenak beristirahat. Walaupun memang berat untuk beberapa hal lainnya. Tapi perubahan ini, seperti mengingatkan kita kembali. Untuk hidup lebih peduli akan lingkungan dan perubahan iklim.


Setiap Tahun, Bumi Memanas.

Sebuah studi dan penelitian sudah mengatakan bahwa bumi kita semakin hari semakin memanas setiap tahunnya. Di kutip dari kompas, diperkirakan pada tahun 2025  kemungkinan 40 persen temperatur 1.5 derajat celcius lebih panas setahun dibanding masa-masa pra industri di tahun 1850an.

Ada hal yang membuat dilema saya sendiri menghadapi keadaan lingkungan saat ini, sebuah pro kontra dan masalah serius mengenai lingkungan. Terutama kontribusi Indonesia, dan juga kita sebagai bagian #MudaMudiBumi yang memiliki bonus demografi sangat berperan penting.
 
Akankah kamu ingin bumi menjadi neraka bagi kita semua? Tentu tidak bukan.

Dikutip dari Indonesia.go.id, Indonesia bisa dikatakan memiliki dampak yang sangat terasa dengan perubahan iklim. Terutama dengan geografis Indonesia  yang merupakan negara kepulauan, terletak di khatulistiwa. Sejatinya masalah perubahan iklim adalah persoalan yang sangat kongkret. Fenomena alam yang terjadi belakangan ini memberikan bukti nyata.  Meningkatnya bencana, seperti badai, banjir, atau kekeringan, merupakan bentuk perubahan iklim.

Dalam skala yang lebih luas, Indonesia sebagai negara kepulauan sangat rentan terhadap fenomena perubahan iklim. Bayangkan, Pulau Ambon atau pulau-pulau kecil serta pesisir pantai mulai ujung Sumatra hingga Papua sangat rentan dari ancaman kenaikan tinggi muka air laut akibat mencairnya gunung-gunung es di kutub utara maupun selatan.

Kita berharap cukup banyak dengan pemerintah berkaitan aturan yang mempengaruhi lingkungan dengan hal - hal skala global, seperti masalah kebakaran hutan, aturan penerbangan hutan, dan juga memberantas mafia - mafia perusak iklim dan juga lingkungan..

Komitmen pengendalian perubahan iklim juga tertuang ke dalam NDC kehutanan pada perhelatan COP21 Paris sebelumnya salah satuunya yaitu komitmen yang dicapai hingga 2030. Misalnya untuk pengurangan deforestasi, pemerintah telah menetapkan di bawah  <450.000-325.000 hektare per tahun.


Masalah Baru Lingkungan, Era Digitalisasi

Era digitalisasi, memang membuat orang jadi mengurangi banyak mobilitas untuk kemana - mana. Tapi juga tak menutup mata untuk kontribusi sampah dan kerusakan baru yang tanpa kita sadari juga ikut membuat pencemaran lingkungan. Ada bebrapa pengamatan saya yang merupakan bagian dari #MudaMudiBumi menelisik fenomena ini.
 

1.Belanja Online? Sampahnya Kemana

Salah satu yang membuat dilema kontribusi sampah oleh kotak - kotak belanja online kita yang makin hari semakin banyak. Saya berpikir, seharusnya marketplace semakin aware dengan hal ini. Walau pandemi dengan lockdown memang membuat kontribusi karbon terkendali, tapi bagaimana dengan sampah yang makin banyak dan tak tangani ini dengan digitalisasi belanja online. Nah, coba yuk kita kumpulkan dan juga kita filter dan juga bisa daur ulang sampah kita agar tak mencemari lingkungan.


2.Trend Minuman Kemasan dari  Coffee Shop

Menjamurnya berbagai toko - toko makanan baru, terutama Coffee Shop banyak menyajikan minuman kemasan plastik dan juga sedotannya ikut berkontribusi penambahan sampah loh. Apalagi kalo kita minum dan kita buang sembarangan. Dikutip dari wawancara Liputan6.com, Indonesia menghasilkan sampah sebanyak 175.000 ton perharinya. Akan tetapi dari banyaknya sampah ini, hanya 7,5 persen saja yang mampu didaur ulang dan dijadikan kompos. Sisanya, sebanyak 10 persen sampah ditimbun, lima persen sampah dibakar, dan 8.5 persen tidak terkelola," kata Saka Dwi Hanggara, Pelatih Pengelolaan Sampah di Perusahaan Pengelolaan Sampah Waste4Change.

"Pengalihan sampah terbesar adalah sebanyak 69 persen sampah hanya dibuang di tempat pembuangan akhir” tambahnya. Saya cukup salut belakangan ini, banyak sekali coffe shop yang mulai mengurangi penggunaan sedotan dengan gelas yang lebih mudah diminum langsung tanpa sedotan di coffe shop langganan saya. Apa di areamu juga begitu?


3.Fashion Makin Stylish, Tapi

Keresahan saya selanjutnya adalah soal fashion yang semakin stylish. Tapi tak jarang menyumbangkan sampah kain yang semakin banyak. Saya pernah menuliskan hal ini dalam sebuah tulisan blog dan kegiatan Forest Talk tahun lalu.




Menurut Vice, Sejak tahun 2000 hingga kini, produksi busana dunia tercata meningkat dua kali lipat, kita rata - rata memberli baju, celana, jaket 60% lebih banyak tiap tahun dibanding awal tahun 2021. Perilaku kita sekarang sudah berubah. Industri fashion geliatnya makin fantastis, dengan branding yang makin luarbiasa.

Salah satunya negara Tiongkok. Negara ini juga menghadapi masalah polusi masif yang disumbangkan oleh Industri fashion. Saat ini banyak aturan-aturan yang pemerintah tiongkok lakukan untuk mengatasi masalah polusi ini. Salah satunya pembatasan impor 24 impor bahan baku industri, seperti baju dan daur ulang benang karena akan mempengaruhi polusi sejagat.


4. Budaya Traveling

Masa sih traveling bikin kerusakan lingkungan? Hmm, ya dilihat dari mana dulu ya. Hal yang membuat kerusakan lingkungan sebenarnya pada penggunaan alat transportasi. Semakin tinggi mobilitas kita menggunakan kendaraan pribadi contohnya. 
 
Walau untuk keseharian, kita ikut menyumbangkan emisi karbon setiap harinya. Makanya, negara - negara maju sekarang sangat memperbaiki sistem transportasi publik. Selain hemat, transportasi publik yang baik tentu sangat berkontribusi untuk pengurangan emisi karbon dari banyaknya kendaraan. Ini catatan penting bagi kita untuk senantiasa menyuarakan persoalan transportasi. Selain itu, traveling yang tidak ramah lingkungan, seperti membeli barang - barang dan jajan tapi tidak membuang sampah pada tempatnya, merusak hutan, merusak alam juga hal yang harusnya tidak kita lakukan.


Siapkah Kamu Berkontribusi #UntukmuBumiku?

Saya sangat senang, mengikuti kompetisi ini. Saya dulu pernah menjadi bagian jadi kontributor rubrik lingkungan di salah satu koran lokal di daerah saya, jadi flashback keresahan - keresahan yang saya temukan. Masalah berat lingkungan yang seperti tersembunyi, padahal setiap hari menunjukkan dampaknya.

Masalah banjir yang sepertinya dialami hampir semua daerah ketika curah hujan tinggi, kekeriangan ketika musim kemarau, atau soal kebakaran hutan dan juga hewan - hewan langka mulai terancam habitatnya.

Kalau bukan kita siapa lagi? Tak perlu berbuat banyak, hanya merubah kebiasaan dan lifestyle hidup menjadi lebih peduli untuk lingkungan. Bagi kamu yang membaca tulisan ini, saatnya #TimeforActionIndonesia berjanjilah menjadi sosok yang lebih baik untuk lingkungan.

Mungkin bisa kita lakukan dengan tips - tips sederhana ini yang sudah saya lakukan sehari - hari,
 

1. Filter Sampahmu

Saya beruntung di kota saya, ada sebuah startup lokal bernama pemol.id. Startup ini yang benar - benar membantu saya menukar sampah menjadi berarti dengan saya menjualnya. Saya mengumpulkan berbagai sampah plastik saya untuk saya filter dan saya jual kembali. Bagi kamu dimanapun berada, cari tahu adakah gerakan ini di kotamu. 
 

2. Bawa Gelasmu, Bawa Kantong Sendiri

Walau terkadang berat bagi saya juga, sejak pandemi saya mengurangi menggunakan barang - barang orang lain atau kontak dengan benda - benda yang saya beli. Semisalnya minuman kemasan, kadang saya parno bahwa minuman tersebut sempat di pegang orang lain dan lain-lain.

Jikapun terpaksa saya membawanya ke rumah dan masuk ke dalam filter sampah yang akan saya jual nanti. Saya juga membawa sedotan berbagai ukuran stainless dan juga sendok sendiri untuk mengurangi penggunaan. Jika saya berbelanja, saya upayakan mengurangi menggunakan plastik dengan membawa kantong sendiri. Biasanya jika sedikit saya hanya memasukkannya di tas saja.

Walau terkesan berat, dan kadang belum banyak melakukannya kita harus memulainnya. Saya juga mengupayakan untuk membeli barang preloved jika bagus untuk beberapa hal, dan juga sudah beralih ke ebook untuk buku - buku bacaan saya yang baru. Poin - poin sederhana ini bisa kita lakukan pelan-pelan. Misi saya selanjutnya adalah benar-benar membawa kontainer makan sendiri ketika membeli makanan takeaway yang berbahan plastik. Apa kamu ingin ikut misi penyelamatan bumi yang sederhana ini?
 
Saya tidak ingin, bumi kita menjadi neraka bagi anak - anak kita kelak dan generasi penerus. Jadi siapa lagi yang membuat bumi ini menjadi lebih baik dihuni kalau bukan kita.




Saat Sosialisasi PHBS dan Cuci Tangan di SDN bersama Pihak Puskesmas 
 
Ini kali bulan kedua saya menyelami hal – hal medis secara intens yang dulu sempat teridamkan ketika saya duduk dibangku menengah atas. Walaupun background yang saya geluti hal berkaitan marketing dan komunikasi, saya banyak belajar beberapa bulan ini mengenai segala problema kesehatan di negara kita Indonesia. Secuil barangkali pengamatan dan penglihatan saya tentang hal ini, ketimbang teman – teman yang memang memiliki background keilmuan kesehatan yang lebih tahu apa yang terjadi.

Tahun lalu saya diberi kesempatan mengikuti pengabdian kukerta (kuliah kerja nyata) yang merupakan bagian dari kewajiban yang harus saya tempuh untuk menyelesaikan studi S1 dari kampus saya. Well, dalam draft kompetensi pengabdian ada salah satu poin pengabdian kami kepada masyarakat mengenai kesehatan. What!? Padahal tidak ada jurusan kesehatan dikampus setahu saya. Saya dan teman mengakali untuk berkunjung berbincang dengan kepala puskesmas setempat, dimana tempat kami melaksanakan KKN. Saya sangat respek dengan ibu tersebut yang sangat ramah, komunikatif dan juga memiliki wawasan yang luas. Terlihat dari bagaimana beliau respek dengan kami mahasiswa dan cara nya menjelaskan berbagai problema yang ia hadapi sebagai seorang kepala puskesmas disana.

Masih teringat di ingatan saya, ketika ia bercerita tentang pelatihan yang ia ikuti untuk bagaimana meng-edukasi masyarakat untuk berbudaya “BERSIH” alias membuang hajat pada tempatnya. Saya sempat terkaget ternyata masyarakat kita di Indonesia masih banyak yang tidak suka, tidak terbiasa membuang hajat di WC atau kloset. Mereka lebih suka ke sungai atau sembarangan membuang hajat ditempat yang mereka suka. Saya heran setengah mati mendengar fakta tersebut, ditengah tempat KKN saya sudah tergolong kota madya ternyata masih ada warganya yang belum sadar, di era millinieum ini yang ada televisi, internet, hape canggih, masih ada loh masyarakat kita yang masih melakukan hal yang bisa dikatakan “purba” itu.

Belum lagi, tempat saya melaksanakaan KKN sangat minim air bersih. Sudah tak terhitung kenangan saya yang numpang “mandi” karena rebutan air bersih dengan warga lain. Karena kami harus mengeluarkan uang ratusan ribu untuk bisa menggunakan air bersih hanya dalam waktu tiga hari. (true story)
 
Bahkan sampai warganya bilang, mereka tergolong orang banyak uang alias kaya karena untuk air saja mereka membelinya (sindiran banget). Nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan ? Inilah yang membuat saya rindu pulang ke rumah karena bisa mandi sepuasnya, bahkan satu bak penuh saking segarnya.
 
Balik lagi ke problema kesehatan yang terjadi di sudut pelosok negeri kita, saya melihat kurangnya negara kita respek terhadap tenaga kesehatan yang berada di puskesmas dan lain – lain. Saya mendengar sendiri keluhan mereka yang masih menggunakan uang pribadi untuk hal – hal yang berkaitan dengan masyarakat. Apakah itu pengabdian sosial, kegiatan – kegiatan sosialisasi hal kesehatan. Memang dibutuhkan orang – orang yang memiliki hati berlian untuk mengabdi setulus hati untuk negeri kita ini. Saya sangat salut dengan mereka yang terjun langsung mengabdi di masyarakat dengan keterbatasan yang mereka miliki.

Dua bulan ini saya melakukan internship (magang) di salah satu rumah sakit yang sederhananya berpikir karena jarak dekat dengan rumah saya, dan pertimbangan lain yang membuat saya lebih memilih yang dekat dari yang jauh (don’t baper yak bacanya hehe)
 
Ternyata jauh dari dugaan saya, saya menikmati dan mendapatkan banyak pengalaman yang luarbiasa melihat langsung bagaimana pengabdian itu. Ketika masyarakat mengeluh akan sakitnya, kekurangan yang ia miliki, kita berupaya keras untuk menjadi pendengar yang baik. Saya pun harus bisa multi skill dan sedikit banyak harus tahu hal berkaitan kesehatan, seperti pertolongan pertama, beberapa istilah medis, jenis penyakit, dan obat – obatan. Tak jarang masyarakat yang melihat saya menggunakan id card memberikan label bahwa kami adalah dokter atau tenaga medis, yang padahal jauh dari ekspetasi mereka kami bukanlah seperti yang mereka bayangkan (kru marketing)
 
Hal yang saya sukai ketika momen terjun bakti sosial, walaupun harus merelakan kelelahan super dan waktu libur yang berkurang karena tercatat lembur. Tapi ini momen luarbiasa melayani ratusan pasien untuk mendengar dan menyaksikan langsung apa yang terjadi di sebagian kecil masyarakat kita.

Dominasi penyakit apa yang sedang mewabah, tingkat fasilitas kesehatan yang disediakan petinggi desa / kota di daerahnya. Saya rasa memang pemerintah dan pejabat harus memiliki kualifikasi volunteerism untuk melihat langsung fakta lapangan apa yang terjadi. Hingga melihat sendiri apa yang negerinya rasakan. Baik itu di sektor pendidikan, kesehatan, lingkungan, yang merupakan hal vital dari kehidupan sebuah negeri.

Sebuah data menarik saya dapatkan dari Indonesia Institute mengenai problema kesehatan di negeri kita Yang pertama adalah masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Karena dari sekitar 9.599 puskesmas dan 2.184 rumah sakit yang ada di Indonesia, sebagian besarnya masih berpusat di kota-kota besar.
 
Persoalan kedua juga menyangkut masalah distribusi yang belum merata, khususnya tenaga kesehatan. Beberapa daerah masih banyak yang kekurangan tenaga kesehatan, terutama untuk dokter spesialis. 
Data terakhir Kementerian Kesehatan RI memang mencatat, sebanyak 52,8 persen dokter spesialis berada di Jakarta, sementara di NTT dan provinsi di bagian Timur Indonesia lainnya hanya sekitar 1-3 persen saja.
 
Ternyata masih banyak PR kita sebagai penerus negeri ini terutama teman – teman yang memang berkecimpung di bidang kesehatan untuk mengambil langkah dan kontribusinya untuk mengatasi problema bangsa kita.
Kalau bukan kita, siapa lagi ?

---------------------------------------

Source pict : Citizen Daily
Dari judulnya terdengar seperti judul cerpen. Tapi kali ini saya ingin sharing apa yang terjadi di Riau. Provinsi dimana saya berdomisili sekarang. Awalnya tulisan ini adalah bentuk keprihatinan saya terhadap apa yang terjadi di daerah saya. Namun, ada sebuah gerakan menulis kepedulian dari Blogger Muslimah yang membuat saya semakin gencar menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

Sedikit sharing beberapa tahun lalu, saya pernah diberi kesempatan istimewa untuk menjadi wartawan freelance disebuah koran harian di provinsi saya. Disebuah laman khusus tentang lingkungan. Disanalah saya mendapatkan ilmu menulis dan jurnalistik sangat banyak. Belum lagi saya terjun langsung ke lapangan untuk menuliskan berbagai peristiwa lingkungan yang terjadi disekitar saya. Banyak informasi yang saya dapatkan, terutama seputar cerita hutan yang ada di riau. Saya katakan Riau istimewa teman-teman. Sebagian teman-teman yang tinggal di provinsi ini mungkin tahu identitas Riau sebagai provinsi penghasil minyak. Sampai ada istilah unik yang disematkan, mengapa plat kendaraan di Riau itu bertuliskan BM. Alasannya cukup masuk akal, karena itu singkatan dari Banyak Minyak. “didalam tanah banyak minyak, diatasnya juga banyak minyak (penghasil kelapa sawit)”

Jika saya tinjau pribadi untuk biaya hidup masyarakat. Riau termasuk provinsi yang cukup mahal ketimbang provinsi lainnya. Barangkali ada kaitannya dengan demikian. Karena beberapa teman saya bercerita juga tentang tinggal dibeberapa daerah yang penghasil minyak baik “diatas” dan “didalam”. Untuk membeli bahan pangan atau sehari-hari cukup menguras dompet begitulah istilahnya.
Pengalaman saya bekerja dalam bidang itu, membuat saya melihat banyak keganjilan yang terjadi. Ini sebuah opini saya, sebelum akhirnya saya memutuskan untuk berhenti bekerja karena satu dan lain hal. Banyak politisasi yang terjadi di ranah itu. Saya jujur tak kuat hehe. Apalagi saya perempuan. Saya memutuskan menyuarakan lewat hal yang bisa saya kontrol sendiri. 

Riau memiliki hutan gambut yang cukup luas. Penyebab asap yang merupakan kebakaran lahan yang terjadi tiap tahun dikarenakan hutan gambut yang terbakar. Hutan gambut bukanlah hutan biasa. Hutan gambut adalah penyangga air. Ia berbentuk rawa-rawa. Hutan tropis berdaun lebar di mana tanah yang terendam air mencegah dedaunan dan kayu terdekomposisi sepenuhnya. Seiring waktu berlalu, terbentuk lapisan gambut yang bersifat asam. Hutan gambut umumnya dikelilingi oleh hutan hujan pada tanah yang tidak terendam air dan hutan bakau di air payau. (Wikipedia)

Saya teringat materi yang pernah disampaikan dalam young green weekend school, sebuah proyek yang pernah saya lakukan dengan tim komunitas lingkungan beberapa tahun lalu untuk mensosialisasikan cagar biosfer giam siak kecil bukit batu (info tentang cagar biosfer bisa dibuka di link ini http://www.gskbb.blogspot.com). Isi materi mengenai bahwa hutan gambut yang kering menyebabkan hutan mudah sekali terbakar. Mirisnya lagi 56 persen hutan gambut sumatera ada di riau. Lalu yang menyedihkan bagi saya, beberapa lahan di kawasan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu terkena imbasnya juga. Padahal, ini cagar biosfer satu-satunya yang ada di pulau sumatera.

Menurut berita yang saya kutip di Riaupos, bahwa hutan gambut di Riau 50 persennya sudah rusak. Tahukah, bahwa negara Indonesia memiliki 50 % hutan gambut di wilayah tropis dan Indonesia memegang kendali 10% hutan gambut dunia. Apa yang terjadi bila hutan ini terbakar ? Sedangkan hutan gambut adalah pengendali ekosistem yang berpotensi menyerap karbon di planet kita. Its problem not easy.

Saya juga tak mengerti kenapa saudara-saudara saya di provinsi ini rela membuka lahan dengan cara keji. Well, walaupun menurut berita yang saya dapatkan asap kali ini sebagian besar asap kiriman. Tapi titik - titik api masih ada di provinsi riau. Dan asap yang tebal dengan potensi kadar luarbiasa berbahaya yang sudah kami hirup hampir sebulan lamanya.
Memang benar, ini bukan bencana tsunami, bukan bencara gunung meletus dan yang memakan korban jiwa secara signifikan. Tapi udara hal vital yang dibutuhkan manusia. Dampak kedepan yang terjadi adalah ledakan penderita kanker paru-paru yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Jika kita flashback banyak politisasi yang terjadi tentang mengiurkannya di lahan yang ada di Riau ini, terutama kasus hattrick petinggi negeri riau. Setelah saya kulik beberapa berhubungan dengan permasalahan lahan. Dalam riset saya tentang potensi lahan yang dibuka yang saya kutip contohnya. Riset dari CIFOR mencatat bahwa terjadi kenaikan harga lahan sekitar Rp 3 juta setelah pembakaran lahan.
Sebelum terbakar, harga lahan berkisar Rp 8 juta, dan setelah terbakar menjadi Rp 11 juta per hektar.
Setelah ditanami sawit, harganya berlipat lagi, sekitar Rp 50 juta, dan bisa mencapai Rp 100 juta per hektar apabila ditanami sawit bibit unggul. Sehingga wajar banyak investor yang membuka lahan karena dekatnya perbatasan ke negara tetangga barangkali membuat banyak orang gelap mata akan itu. Tanpa melihat konsekuensi yang terjadi. Bila melihat kondisi Riau, memang dahulunya riau berkembang karena keberadaan perusahaan industri sekala besar yakni perusahaan - perusahaan baik minyak dan kelapa sawit ataupun kertas.

Dalam hal ini kita tak seharusnya menyudutkan siapapun tapi fakta itu harus kita pahami. Saya sendiri melihat banyak masayarakat riau belum mencintai lingkungan secara utuh. Masih membuang sampah sembarangan, membakar sampah dengan sewenang-wenang. Banyak kebiasaan kecil untuk kita peduli dengan lingkungan saja sulit dilaksanakan. Bahkan bila terjadi musim hujan, beberapa daerah kabupaten di provinsi riau mengalami banjir.

Ingin menyalahkan siapa dalam hal ini ? Lalu, ketika kemarau asap menjadi langganan di provinsi ini. Ada baiknya kita juga berkaca diri teman-teman. Selain kita cukup kecewa dengan apa yang terjadi di negeri kita sekarang. Setidaknya ada aksi yang kita lakukan untuk diri kita sendiri. Misalnya dalam keadaan seperti ini, di kelilingi asap tebal. Penggunaan masker itu adalah hal wajib. Bukan untuk siapa-siapa, tapi untuk menyelamatkan diri kita dikemudian hari. Sembari menyuarakan keadilan, dan juga mungkin langkah lebih besar menyelamatkan hutan kita bersama-sama.

Mohon doanya teman-teman yang ada di penjuru Indonesia. Agar bencana ini tidak terjadi lagi dan hilang dibumi lancang kuning ini.
Tak ada lagi korban, tak ada tangisan yang terdengar.
Dan kami bisa menghirup udara bersih yang saat ini kami rindukan :)
Semoga Allah memberikan ampunan apabila musibah ini bagian dari azabNya untuk mengingatkan dosa-dosa yang pernah kami lakukan untuk bumiNya.

#SaveHutanIndonesia
-----

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca


Older Posts

HELLO, THERE!


Hello, There!


Hello, There!

Let's read my story and experience


Find More



LET’S BE FRIENDS

Sponsor

OUR CATEGORIES

Entrepreneurship Event Financial Talks Forest Talk Good For You Happiness Healthy Talks Ngobrolin Passion Parenting Pendidikan Review Self Improvement Self Reminder Tips Travel Wirausaha Young Mindset community development experience

OUR PAGEVIEW

recent posts

Blog Archive

FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by beautytemplates