Kegiatan saya yang sangat mobile belakangan ini membuat waktu saya, di perjalanan terkadang banyak membuat momen kontemplasi tak sengaja datang. Ketimbang pekerjaan sebelumya saya lebih statis bercengkarama dengan jobdes dan laptop seharian. Mobilitas sekarang lebih kompleks, bukan hanya melibatkan dua benda itu tapi juga kendaraan dan tempat. Beberapa hari ini saya juga menemui banyak peristiwa sederhana dan juga curhatan beberapa sahabat dekat tentang kabar kehidupannya, keluh kesahnya, resahnya, rencana masa depannya. Menarik sekali kalau di simak.
Saya buru - buru menuliskan ini padahal ada tulisan lain yang saya draft belum jua selesai hahaha. Sebelum kontemplasi yang saya buat sendiri takut - takut terbang dibawa lalu. Kemarin di perjalanan menuju tempat lanjutan menyelesaikan beberapa pekerjaan, saya menelusuri ingatan - ingatan peristiwa yang saya hadapi sebelum - sebelumnya. Introspeksi kegagalan, kesalahan saya dan kekurangan yang saya miliki sehingga menjadi batu sandungan atau bisa jadi juga batu loncatan saya untuk lebih maju. Saya menangis di perjalanan, karena saya sebelumnya lebih banyak mengutuk diri.
Mengapa saya tidak bisa menjelaskan dengan baik apa keinginan saya sebenarnya untuk merancang apa - apa saja yang akan saya lewati ke depan ?
Mengapa saya tidak bisa menjelaskan dengan baik apa keinginan saya sebenarnya untuk merancang apa - apa saja yang akan saya lewati ke depan ?
Kita suka sekali membandingkan hidup kita dengan orang lain bukan ? Padahal kita sedang menanam duri pada hidup yang seharusnya bahagia yang kita miliki. Benar tidak? Coba kita ubah paradigma kita membandingkan diri kita dengan orang lain dalam sudut pandang kerja keras dan hasil yang kita tuai. Saya terharu dengan orang - orang bekerja siang malam dengan lembur namun berpenghasilan tidak lebih banyak dari kita. Bahkan hari liburnya ia manfaatkan untuk mendapatkan tambahan lainnya. Namun kebanyakan kita seringkali membandingkan dengan kenikmatan hidup orang lain, ketimbang mengukur kenikmatan yang Allah berikan pada kita. Kesehatan, waktu yang baik, koneksi dan pertemanan yang sehat.
Rasanya jadi manusia yang tidak tahu bersyukur.
Mengeluh ?
Mengeluh dalam hati ya seringkali. Apalagi kalau ada yang nanya ini itu menghakimi sama jalan yang kita mau. Mereka ga salah, kadang di kitanya juga salah menanggapinya. Kasih tahu secukupnya sih, Tapi kalau mau kepo lagi, it's so annoying. Ga semua orang yang mau cerita semua apa yang ia rencanakan. Saya dulu bisa dibilang ekstrovert banget, tapi makin kesini introvert saya lebih dominan. Why ? Mungkin keseringan bareng benda mati kali ya haha *laptop maksudnya.
Saya sering kali terluka sendiri kalau cerita tentang mau nya pribadi, entah cita - cita rencana dan lain halnya. Lukanya karena yang ada dikasih ketakutan, dikasih sama cemooh, atau bisa jadi dukungan yang berlebihan. Lebih baik secukupnya, itu kayak mantra ajaib buat cerita. Karena jaman sosmed sekarang. Orang - orang terlatih jadi narsistik banget, orang introvert bisa jadi sangat ektrovert di dunia maya karena dia ngerasa interaksi sama benda mati. Padahal teman, tetangga dan orang lain pada tahu apa yang dia sampaikan di media sosial.
Jadi tulisan ini sebenarnya pengingat diri dan mungkin kita semua ketika kita dalam keadaan low banget, coba deh kita hitung nikmat yang Allah kasih dengan sangat detail. Jangan selalu menyoroti masalah dan hal yang gak baik menimpa kita. Karena kebanyakan kita ga bahagia karena selalu fokus pada hal yang gak baik tadi.
Belum lagi pesimisme yang selalu muncul ketika kita lagi berencana, bermimpi ingin melakukan banyak hal. Saya ga ngerti saya merasa annoying kalo ada yang curhat ke saya isinya ngeluh - ngeluh semua. Padahal saya juga sering ngeluh sih, cuman jadi pengingat sendiri. Gini loh rasanya kalau kita ngeluh ke temen, gini loh kalau orang lain ngeluh ke kita.
Jadi kalau kita mau ngelakuin hal yang kurang baik, coba koreksi dulu yakin bisa bertanggungjawab sama apa yang dilakuin. Kalau berbuat baik yakin bisa selalu kasih contoh selalu baik. Karena ga jarang beberapa orang dengan mudah menjudge orang lain dalam pihak kiri dan kanan. Memang sih manusia kan ya selalu mengkategorisasi.
Balik ke awal, kenapa judulnya menjadi insan bahagia rumusnya adalah syukur tanpa batas ?
Karena kalo menurut saya, ketika syukur seorang manusia tanpa batas itu kekayaan yang luarbiasa ketimbang himpunan harta lainnya. Syukur tadi kunci dari syarat dari bahagia. Kalaupun kita dikasih bermilyar harta, dikabulkan impian pun. Tapi kita ga bersyukur. Not feeling about that, itu sia - sia aja. Mau ditambah Allah ? Boro - boro, toh kita ga bersyukur sama yang sudah dikasih sama Allah.
Janji Allah apabila kita bersyukur, Allah akan tambah nikmatnya. Gimana caranya ?
Salah satunya berterimakasih dengan ibadah yang makin baik, Saya kutip dari beberapa referensi ada tiga hal yang harus kita lakukan sebagai manusia ketika menerima nikmat Allah agar ia dipandang sebagai hamba yang bersyukur kepada-Nya ;
Pertama: secara batiniah ia harus mengakui telah menerima nikmat dari Allah.
Kedua: secara lahiriah ia mengucapkan syukur atas nikmat itu.
Ketiga: ia harus menjadikan nikmat itu sebagai pendorong untuk lebih giat beribadah kepada Allah Swt. Bila ketiga hal tersebut telah berpadu dalam diri seorang hamba, maka ia layak dikatakan sebagai hamba yang bersyukur kepada Allah.
Jadi kalau kita masih lalai berarti kita masih belum bersyukur dengan apa yang Allah berikan pada kita. Kalau kita masih sedih, berarti kita masih belum bersyukur atas nikmat yang Allah kasih ketika.
Tersenyum, Bersyukur, Bahagia
Semoga bermanfaat!
Rasanya jadi manusia yang tidak tahu bersyukur.
Mengeluh ?
Mengeluh dalam hati ya seringkali. Apalagi kalau ada yang nanya ini itu menghakimi sama jalan yang kita mau. Mereka ga salah, kadang di kitanya juga salah menanggapinya. Kasih tahu secukupnya sih, Tapi kalau mau kepo lagi, it's so annoying. Ga semua orang yang mau cerita semua apa yang ia rencanakan. Saya dulu bisa dibilang ekstrovert banget, tapi makin kesini introvert saya lebih dominan. Why ? Mungkin keseringan bareng benda mati kali ya haha *laptop maksudnya.
Saya sering kali terluka sendiri kalau cerita tentang mau nya pribadi, entah cita - cita rencana dan lain halnya. Lukanya karena yang ada dikasih ketakutan, dikasih sama cemooh, atau bisa jadi dukungan yang berlebihan. Lebih baik secukupnya, itu kayak mantra ajaib buat cerita. Karena jaman sosmed sekarang. Orang - orang terlatih jadi narsistik banget, orang introvert bisa jadi sangat ektrovert di dunia maya karena dia ngerasa interaksi sama benda mati. Padahal teman, tetangga dan orang lain pada tahu apa yang dia sampaikan di media sosial.
Jadi tulisan ini sebenarnya pengingat diri dan mungkin kita semua ketika kita dalam keadaan low banget, coba deh kita hitung nikmat yang Allah kasih dengan sangat detail. Jangan selalu menyoroti masalah dan hal yang gak baik menimpa kita. Karena kebanyakan kita ga bahagia karena selalu fokus pada hal yang gak baik tadi.
Belum lagi pesimisme yang selalu muncul ketika kita lagi berencana, bermimpi ingin melakukan banyak hal. Saya ga ngerti saya merasa annoying kalo ada yang curhat ke saya isinya ngeluh - ngeluh semua. Padahal saya juga sering ngeluh sih, cuman jadi pengingat sendiri. Gini loh rasanya kalau kita ngeluh ke temen, gini loh kalau orang lain ngeluh ke kita.
Jadi kalau kita mau ngelakuin hal yang kurang baik, coba koreksi dulu yakin bisa bertanggungjawab sama apa yang dilakuin. Kalau berbuat baik yakin bisa selalu kasih contoh selalu baik. Karena ga jarang beberapa orang dengan mudah menjudge orang lain dalam pihak kiri dan kanan. Memang sih manusia kan ya selalu mengkategorisasi.
Balik ke awal, kenapa judulnya menjadi insan bahagia rumusnya adalah syukur tanpa batas ?
Karena kalo menurut saya, ketika syukur seorang manusia tanpa batas itu kekayaan yang luarbiasa ketimbang himpunan harta lainnya. Syukur tadi kunci dari syarat dari bahagia. Kalaupun kita dikasih bermilyar harta, dikabulkan impian pun. Tapi kita ga bersyukur. Not feeling about that, itu sia - sia aja. Mau ditambah Allah ? Boro - boro, toh kita ga bersyukur sama yang sudah dikasih sama Allah.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim [14]: 7)
Janji Allah apabila kita bersyukur, Allah akan tambah nikmatnya. Gimana caranya ?
Salah satunya berterimakasih dengan ibadah yang makin baik, Saya kutip dari beberapa referensi ada tiga hal yang harus kita lakukan sebagai manusia ketika menerima nikmat Allah agar ia dipandang sebagai hamba yang bersyukur kepada-Nya ;
Pertama: secara batiniah ia harus mengakui telah menerima nikmat dari Allah.
Kedua: secara lahiriah ia mengucapkan syukur atas nikmat itu.
Ketiga: ia harus menjadikan nikmat itu sebagai pendorong untuk lebih giat beribadah kepada Allah Swt. Bila ketiga hal tersebut telah berpadu dalam diri seorang hamba, maka ia layak dikatakan sebagai hamba yang bersyukur kepada Allah.
Jadi kalau kita masih lalai berarti kita masih belum bersyukur dengan apa yang Allah berikan pada kita. Kalau kita masih sedih, berarti kita masih belum bersyukur atas nikmat yang Allah kasih ketika.
Tersenyum, Bersyukur, Bahagia
Semoga bermanfaat!