Tik .. ketikan huruf terakhir, mengakhiri malam panjang itu. Mata yang sudah sayu seolah tak ingin dianiaya untuk menyelesaikan naskah itu segera. Ana hanya coba mengedipkan mata berusaha mengurangi rasa lelah berlebih ini, tapi bukannya malah berkurang. Ia makin menjadi-jadi sehingga mata pun terlelap dilaptop yang baru saja ana shut down segera.Ntah mimpi apalagi yang mengkasak-kusuk pikiran ini membuat nyenyak tapi tak berbuah inspirasi. Mimpi, begitulah keajaiban saat tertidur. Engkau tak akan bisa mengendalikan pikiranmu yang melayang bebas entah kemana, jika dirimu menautkan dan menitipkan jiwa itu pada pemilikNya, InsyaAllah ia tak akan kemana. Wudhu, shalat, dan berdoa. Untungnya 2 hal itu telah aku lakukan, namun sayang lelah telah mengabaikanku melakukan amalan terakhir, Nau'zubillah.
Kumandang azan, membuatku terbangun. Alhamdulillah Allah masih menjagaku tadi malam. Sehingga tidurku begitu menyenangkan. Namun, posisi tidur tak sengaja itu membuat tubuhku jadi pegal tak karuan. Yah, begitulah nasib aktivis dakwah berprofesi, maksudnya berprofesi menulis. Tulisan tadi malam seharusnya menjadi berita untuk minggu lalu, namun lagi-lagi aktivitas terjun ke lapangan dakwah, menyita sedikit waktu sehingga sedikit melalaikan. InsyaAllah berita ana siapkan hingga larut malam, sudah bisa ana kirimkan ke sebuah majalah dakwah islam dimana tempat ana bekerja sambilan.
"Khansa, tolong ingatkan nenek untuk minum obatnya" ucap bunda mengingatkan ana.
"Iya bunda, nanti khansa ingatkan.."jawabku.
berlahan-lahan kutitih langkah menuju kamar neneku, dengan secangkir air putih hangat dan beberapa butir vitamin serta obat untuknya. "Nek .." panggilku pelan
"eh.. iya cucuku, obat untuk nenek ya ?" jawabnya serak sambil membalikkan tubuhnya yang lunglai dari kasurnya.
"Iya nek, biar batuk nenek berkurang .. bunda tadi mengingatkan khansa.." kuambil beberapa butir obat dari kantong dan kuberikan padanya.
"Makasih Khansa, nenek lemas.. nenek mau istirahat,"
"Nenek ga makan dulu, udah siang nek ..?"
"nanti saja, ntar kalo nenek panggil yaa .." suaranya makin bergetar, kerut-kerut kulitnya yang semakin tipis membuatku berkaca-kaca memandangnya. Tapi ana salut melihat kegigihannya menjadi seorang nenek yang disukai dan selalu bergembira, namun beberapa hari ini penyakit mengerogoti tubuhnya yang mungil sehingga semakin tampak usianya telah membungkam semangatnya dulu.
"eh.. iya cucuku, obat untuk nenek ya ?" jawabnya serak sambil membalikkan tubuhnya yang lunglai dari kasurnya.
"Iya nek, biar batuk nenek berkurang .. bunda tadi mengingatkan khansa.." kuambil beberapa butir obat dari kantong dan kuberikan padanya.
"Makasih Khansa, nenek lemas.. nenek mau istirahat,"
"Nenek ga makan dulu, udah siang nek ..?"
"nanti saja, ntar kalo nenek panggil yaa .." suaranya makin bergetar, kerut-kerut kulitnya yang semakin tipis membuatku berkaca-kaca memandangnya. Tapi ana salut melihat kegigihannya menjadi seorang nenek yang disukai dan selalu bergembira, namun beberapa hari ini penyakit mengerogoti tubuhnya yang mungil sehingga semakin tampak usianya telah membungkam semangatnya dulu.