Kami Bukan Ingin Hebat, Kami ingin Menghebatkan

by - Mei 16, 2015

Sebenarnya artikel ini sangat terlambat untuk terbit. Memerlukan riset yang cukup detail. Semua yang saya tulis merupakan hasil kegelisahan saya. #Tsaah.
Edisi tulisan ini adalah edisi kartini yang sudah lewat bulan lalu. Terlambat sekali untuk mempostingnya. Saya mohon maaf kepada para readers beberapa minggu tidak memposting beberapa inspirasi dan cerita sebulan lamanya.
hampir sebulan mendapatkan beberapa kegiatan diluar kota dan insyaAllah akan saya posting hasil eksplorasi saya.

Kami ingin menghebatkan. Siapa kami ? Kami para perempuan. Beberapa hari lalu saya mengalami sebuah kejadian yang membuat saya mengevaluasi diri terhadap apa yang saya lakukan dan saya kerjakan. Perempuan yang identik sosok yang manut, penurut, dan hal lembut lainnya. Begitulah pandangan seorang laki-laki pada umumnya terhadap sosok perempuan.

So, mau curhat sedikit. Biasanya umur dua puluhan seperti saya banyak kegalauan terjadi. Yaa deh jujur aja. Sejauh mata memandang, saya merasakan sebuah alergi besar lelaki pada sikap saya. T.T . Apa barangkali saya terlalu ambisus atau barangkali saya terlalu aktif dan bagaimana. Saya berusaha menekan diri saya untuk berusaha menjadi diri sendiri. Walau banyak tanda tanya besar terhadap sikap yang saya miliki sehingga ketika ada tawaran berkomitmen lebih serius itu bikin takut lelaki. Saya memang serius untuk membahas hal demikian.

Well, ketika sebuah konflik terjadi saya jarang sekali menyalahkan oranglain. Saya lebih inside memandang diri saya dahulu mengevaluasi diri dahulu ketimbang berkutat pada benar dan salah.
Beberapa teman perempuan saya juga sering bercerita tentang kami para perempuan aktivis yang notabene sibuk. Sibuk membangun komunitas, sibuk berkutat pada hobi, membangun karier, bahkan memimpin organisasi. Seringkali mendapatkan cap wanita karier nantinya yang akan menjadi pribadi yang dominan ketika membangun rumahtangga. Dan bahkan banyak perempuan yang lebih dahulu mapan ketimbang sang pria.
Saya pun melakukan riset kecil-kecilan kepada teman saya yang laki-laki. Apakah laki-laki selalu minder melihat perempuan lebih sukses ketimbang dirinya ?

Mungkin saya tidak melakukan filter terhadap teman laki-laki yang saya tanyai, kecenderungan yang saya pertanyakan adalah sosok teman saya yang kariernya cukup bagus dan pemikirannya cukup luas. Mereka menjawab tidak masalah, walaupun memang ada sedikit rasa ‘iri” atau minder terhadap perempuan yang lebih bisa menghandle dan juga dominan secara wawasan, finansial dan lain-lain.
Konsep memantaskan dan mensejajarkan. Misalnya seorang laki-laki bertemu wanita yang lebih hebat ketimbang beliau. Apa yang sebaiknya dilakukan seorang laki-laki itu ?
Kebanyakan dari wanita, melakukan daya dan upaya untuk berusaha memantaskan diri kepada sang pria yang ia harapkan menjadi suaminya. Tapi menurut riset yang saya dapatkan jarang sekali laki-laki yang melakukan hal demikian.
“Laki-laki yang baik untuk wanita yang baik-baik, begitupun sebaliknya”
Kita tanpa sadar lupa kalo standar kebaikan itu relatif dimata masing-masing oranglain. Standar yang tepat adalah kembali kepada Allah.

Ada tulisan yang saya kutip dari blog teman saya yang juga menjadi hasil riset saya.
Mengapa tidak banyak perempuan mengambil jurusan yang notabene “super” kelaki-lakian seperti tehnik, komputer, dan lain-lainnya. Karena ada stereotip jika wanita mengambil jurusan demikian atau berkutat pada hal yang demikian akan menjauhkan dia dari laki-laki. Alias sulit jodoh. Hadeuuh. //
Ini kutipan yang saya ambil. Ketika saya disini berperan sebagai perempuan, kami perempuan bingung. Bukankah laki-laki mencari sosok ibu yang cerdas untuk anak-anaknya kelak untuk madrasah bagi anak-anaknya. Apakah ada yang salah ketika wanita sekolah tinggi-tinggi ?
Saya ingin bercerita bahwa pada suatu hari saya di message seorang teman saya yang laki-laki yang cukup menyayat hati saya.
“Kamu kenapa mel ambisus gitu, sekolah tinggi-tinggi. Bukannya jadi muslimah itu gampang ya. Bukannya kita didunia ini ingin masuk surga ya ? Gampang kok, kamu tinggal jadi ibu dan istri sholehah aja, ga usah gitu banget”

Jleb.. Seketika itu saya kembali berpikir ulang terhadap apa yang saya lakukan. Saya kemudian hanya menjawab, bukannya kewajiban menuntut ilmu sebanyak-banyaknya perintah Allah ya.. Bukannya wanita dituntut cerdas untuk menjadi madrasah bagi anak-anaknya kelak, generasi selanjutnya kelak. Jadi salah yaa sekolah tinggi-tinggi. Dan beliaupun terdiam.

Intinya saya perwakilan perempuan-perempuan aktivis *dalam ceritanya. Menyampaikan pada pria pria hebat diluar sana. Jangan pernah takut untuk hadir dan sama-sama berjuang untuk menyetarakan diri. Sama-sama membangun mimpi. Perempuan yang baik tidak akan pernah meremehkan kemampuan laki-laki yang sudah bersedia menerimanya apa adanya. Memang ada saudara-saudara kami yang lain barangkali sibuk dengan kariernya hingga melupakan kodratnya sebagai wanita yakni ibu dan istri. Tapi tentu kalian (laki-laki) punya kemampuan mengenali dan bertanya bagaimana masa depan kalian bersamanya.
Dari hasil riset saya juga, bahwa lelaki yang bersikap demikian karena dia takut dan tidak berani untuk bisa mengapai standar tinggi lebih tinggi lagi alias gengsi. Nah inilah penyakit sebagian besar para lelaki. (hasil kepo mas kurniawan gunadi) itu kutipan bukan dari saya melainkan kepada kaum laki-laki langsung.
Well,  Seperti artikel saya sebelumnya, wanita itu mencari sosok yang pantas dihebatkan. Dan pria yang hebat akan mampu mengenali wanita yang bisa menghebatkannya di masa yang akan datang.

Ini kutipan menarik dari sebuah blog :
“Bersekolahlah tinggi-tinggi, belajarlah banyak-banyak, dan kamu akan terus menemukan orang-orang yang kualitasnya lebih baik darimu. Lalu, kamu akan belajar banyak dari mereka, dan meningkatkan kualitasmu sendiri juga. Mungkin kamu belum tahu, tapi di 'atas' sana, mereka juga tidak kekurangan jumlah lelaki" - Noor Titan

Kami perempuan berjuang untuk menghebatkan,
Bukan ingin hebat sendiri :D

#BukanArtikelEmansipasi

"yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca"

You May Also Like

5 comments

What's your opinion about this article ?