Save Your Money!

by - Februari 20, 2016

Kemarin saya baru membongkar pustaka mini yang saya miliki di kamar saya. Saya baru ingat ada beberapa buku bazar yang saya beli beberapa bulan lalu dan masih dalam antrian bacaan. Judulnya menarik sejak awal saya membelinya. Save your money!

Tapi kali ini saya tidak akan mereview isi buku ini secara keseluruhan, melainkan mengambil point of view mengenai finansial. Saya sadar topik finansial itu sering sekali kita lupakan loh, terutama bagi anak muda yang masih tanggungan orang tua. Tak jarang dari kita yang orangtuanya ketika kita kecil lupa menanamkan pengetahuan bagaimana mengatur uang dengan baik. Jujur, masa lalu saya berkaitan dengan hal ini. Bukan saya, tapi keluarga saya. Saya belajar banyak dari pengalaman yang terjadi dahulunya untuk saya di masa yang akan datang.
Mengatur keuangan itu, dimulai dari kebiasaan sejak kecil loh, bila kita tak mempunyai mindset benar dan utuh tentang apa itu uang dan pengelolaannya, kita akan sulit mengatur uang kedepannya. Alhasil, akan timbul rasa tidak nyaman dalam hidup. Benar gak ?

Ingatkah kamu, faktor utama motif bunuh diri yang ada di Indonesia ? Ekonomi yang sulit. Faktor perceraian ? juga
ekonomi keluarga. Banyak sekali berita mengenai hal ini, yang ujuk – ujuk beralih ke masalah ekonomi.
Barangkali karena saya sudah banyak belajar dari kesulitan ekonomi yang pernah keluarga saya alami membuat saya jadi pribadi hemat, perfeksionis masalah ini.

Sebagian besar financial book yang tersebar di manapun, pasti membahas satu poin yang urgent yaitu Utang. Utang menjadi topik pembicaraan yang paling banyak babnya, termasuk di buku Save Your Money.

Menurut saya, utang itu menular. Ketika kita melihat teman lain melakukan, kita juga tak sadar terpengaruh untuk melakukan juga. Satu hal lagi, kita tanpa sadar juga ter-edukasi dari lembaga keuangan kita bukan ? Bank – bank berlomba – lomba menawarkan kartu kredit, menawarkan paket KPR, dan jenis produk bank lain yang berbasis utang – piutang. Kartu kredit selalu di promosikan lebih easy, banyak diskon, mudah, murah, keren dan banyak label menarik yang membuat siapa saja terpincut.
Tanpa sadar, kita sendiri tersugesti untuk melakukannya alias memiliki. Baik itu kepada teman sekitar, orangtua, teman kantor, dan berbagai lingkaran pertemanan kita.

Apa sih itu utang ?

Dalam buku yang saya baca, orang yang berutang menandakan ia tidak mampu mengelola keuangannya dengan baik, artinya pengeluaran lebih besar daripada pemasukan. Solusinya yaa berhutang. Bahkan ada juga mungkin karena sudah kebiasaan, dia memiliki uang, tapi karena ia ingin hemat dan mungkin tidak ingin ribet dia melakukan hutang. Ketika saya SMA saya juga menemukan beberapa orang yang memiliki habits seperti itu, walaupun hanya sebentar. Misalnya ke kantin, dia meminjam uang kemudian ia mengembalikan ketika di kelas. Selalu begitu. Saya melihatnya sudah menjadi habits yang ia lakukan dan tanam. Percaya gak kalau hutang itu habits ? Saya percaya, berhutang itu candu. Candu yang berbahaya.

Saya ingat almarhum ayah saya yang selalu mewanti – wanti saya untuk tidak menjadikan itu kebiasaan, yang barangkali menjadi tertanam di diri saya. Jika memang tidak perlu sekali, tidak usah berhutang. 

“Berhutang membuat hubungan yang sudah dibangun jadi renggang, segan, gengsi, tidak mulus seperti apapun. Kamu lihat A dulu dengan B baik sekali, sampai pada akhirnya si A berhutang cukup banyak. Yang dulunya sering berkunjung, main ke rumah. Akhirnya jadi lost kontak dan jarang lagi ketemu. Walaupun utangnya sudah lunas” saya ingat persis ini yang ayah saya katakana ketika dulu. Saya sangat takut, baik itu saya memberi bantuan berupa hutang ataupun saya yang berhutang, hubungan saya bersama teman menjadi rusak, tidak enakan dan rengang. Saya tidak ingin. Saya sadar mungkin teman saya ada juga yang men-stigma kan saya susah banget dipinjemin. Karena prinsip saya kalau memang butuh, saya akan berikan Cuma – Cuma bukan pinjam. Saya takut sekali, apalagi kapan kita mati itu rahasia Allah, saya tidak ingin merepotkan oranglain dengan utang – piutang saya di dunia nantinya. Baik itu oranglain yang berhutang atau diri kita.

Kutipan yang benar – benar menginspirasi di buku “save your money”
“Yang terpenting bukan seberapa besar yang anda dapatkan / hasilkan, tetapi apa yang anda lakukan dengan itu dan bagaimana anda menggunakan dan mengaturnya”
Saya ingat pesan sahabat nabi, bagaimana menilai seseorang yang pernah saya post sebelumnya ?
Melakukan perjalanan jauh, bermalam bersamanya selama tiga hari, dan melakukan bisnis dengannya (melakukan transaksi ekonomi dengannya).

Jangan sampai ketika kita memiliki kebiasaan itu, kita kehilangan teman bahkan saudara kita karena salah –salah mengelola kepercayaannya.
Utang adalah uang yang bukan miliki kita dan harus dikembalikan. Seberapa pun besarnya uang yang kita milki akan habis jika hutang kita lebih besar” di halaman 8 buku  Save Your Money,

Review lebih lanjut bisa dibuka di sini : Save Your Money – Bebas Utang Banyak Uang 

Sebenarnya Allah sendiri menjanjikan rejeki yang lancar lagi baik dalam Al-Quran bagaimana cara mendapatkannya. Ibu saya pernah bilang “Bukan banyaknya harta, tapi berkahnya ia,”Biar uangnya banyak tapi ga berkah, banyak kesulitan, kesehatan tak baik, orang membenci kita, banyak kesusahan lain kita miliki bisa jadi harta yang kita miliki tidak berkah. Biarpun cukup pas – pasan, tapi hati kita lapang, jika berkeinginan ada saja jalan Allah memberikan kita rejeki. “

Ini jadi pegangan saya kemanapun. Alhamdulillah, saya hidup cukup baik. Saya menjadikan hati lapang dan teman banyak adalah pelengkap kebutuhan luarbiasa yang saya inginkan.
Bila saya sedang dalam keadaan susah, baik kekurangan uang atau kesulitan lain. Saya mencoba untuk evaluasi, gimana ibadah saya, ngaji saya, atau saya kurang sedekah barangkali, atau saya bikin dosa besar. Buku – buku seperti karya Ippho santosa, Yusuf Mansur, dan konsep keuangan dalam islam menginspirasi saya berprinsip demikian.

Pasti ada penyebabnya Allah mempersempit rejeki kita, nah itu yang kita telusuri kenapa. Apa karena kita malas berburu rejeki , atau mungkin kurang berbagi dan lupa berzakat.
Bagi mahasiswa dan para pelajar, belajar sedari dini untuk menghasilkan sesuatu agar terbiasa untuk tidak bergantung dengan oranglain, dan jangan membiasakan untuk menunda membayar sesuatu atau berhutang. Walaupun itu uang orangtua kita, misalnya nunggak uang SPP, kost-kostan dan masih banyak lagi. Secara ga langsung kita membiasakan diri kita untuk hal yang tidak baik dan pengaruhnya nanti ketika dewasa kelak dan menjadi orangtua.
-------------------------
Semoga menginspirasi,
Yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
Nasehat buat diri penulis juga
Save your money !

You May Also Like

1 comments

What's your opinion about this article ?