Melati Octavia Journal

Diberdayakan oleh Blogger.
Facebook Twitter Pinterest LinkedIn
  • Home
  • About Me
  • Disclosure
  • Story of Me
    • My Experience
    • Startup & Digital Life
    • Ngobrolin Passion
      • Talk Of Design
      • Writing Tips
      • Ngobrol Marketing
      • (NEW) Eco Lifestyle
    • Traveling Story
    • Diskon & Referral
  • This Is My Mind
    • Sudut Pandang
    • Boost Yourself
      • Young Mindset
      • Self Improvement
      • Career Talks
    • Review
    • My Project
      • Kongkow Nulis
      • Skill20
      • #ThinkMe
      • Codea Labs
    • Rubrik Seru
      • Date With Book
      • Movie Session
      • Bahas Bisnis
      • Road To Beauty
      • Eat With Me
      • Community Talks
      • Financial Talks
  • Contact Me
    • As Blogger
    • As Freelancer

Tadi malam salah seorang adik favorit  saya meng- whatsapp saya untuk sharing menarik yang membuat saya merasa sepertinya perlu di tulis karena cukup inspiratif dan juga sebagai catatan pengingat bagi saya.
Hal ini berkaitan dengan hubungan harmonis dalam sebuah keluarga, dari yang muda dan yang tua hehe. Orangtua maksudnya. Tiap saya menghadiri seminar luarbiasa, para pembicara selalu menyelipkan doa dan juga hal – hal yang menbuat kita meneteskan air mata.  Mereka bercerita bagaimana keajaiban yang mereka dapatkan ketika doa orangtua mereka sangat ajaib untuk percepatan pencapaain yang mereka dapatkan.

Selayaknya seorang anak yang masih mengenal, egois, kekanak – kanakan. Kita sebagai yang muda nih apalagi remaja baru gede sering sekali menjadi sosok 'sok' super hero dalam lingkaran keluarga. Pengaruh media yang sangat intens yang menampilkan adegan kurang baik dan tontonan yang sangat negatif, membuat kita tanpa sadar tersugesti untuk tidak menghormati orangtua kita, bahkan berbuat kekerasan secara psikis.

Itu makanya kita sering sekali mempertahankan ego kita begitu kuat ketika berdebat dengan orangtua ataupun kakak kita sehingga terjadilah gempuran tangis, kekerasan, dan juga adegan ngambek dan cemberut-nitas. Bener gak ? Kekerasan psikis alias hati yang kita dapatkan ketika kita tak ada yang mau mengalah untuk meredam emosi, Alhasil lidah kita seperti duri – duri yang menusuk hati dan membekas karena kata – kata tajam yang terlontaar.

Mobilitas kehidupan anak muda sekarang yang tinggi membuat komunikasi kita sebagai seorang anak sangat minim sekali dengan orangtua. Orang tua kita yang bekerja misalnya, kita juga bersekolah atau kuliah. Ada yang kuliah diluar kota barangkali. Sampai kita berada dirumah, kita sibuk dengan gadget masing – masing. Baik itu orangtua ataupun anak. Belum lagi, untuk saling bertukar pesan di telepon atau sms sangat jarang dibanding komunikasi dengan teman sebaya dan sehati *ehem. Biasanya menghubungi orangtua ketika ada perlunya seperti ketikaa minta jajan, uang spp belum di transfer, dan hal – hal yang berkaitan dengan kebutuhan pribadi ? Egois gak sih ?

Hal sederhana ini bumerang loh bagi kita, di generasi globalisasi seperti ini. Bumerang di masa yang akan datang yang tanpa sadar membuat kita menjadi pribadi “kurang berperasaan”. Ini pendapat saya, kalau gadget itu benda mati yang seolah – olah hidup, tapi disana kita sulit menemukan kebenaran. Kita dipalsukan dengan banyak hal pada benda itu.

Wah kamu sendiri mel ?

Saya mengalaminya kok, dan menyadarinya sedikit demi sedikit kesalahan – kesalahan saya selama ini. Saya berterimakasih diberikan kesempatan oleh Allah untuk menegur saya tanpa sadar dengan mempertemukan saya dengan orang – orang luarbiasa. Saya sering sekali terteguh ketika seminar membahas tentang rejeki, keberkahan hidup, rasa aman dan tenang. Akhirnya saya paham, ada hal yang salah dengan komunikasi saya dengan orangtua, saya paham dan menyadari emosional yang saya belum stabil. Begitu juga orangtua kita yang semakin lama semakin bertambah usia juga mengalami perubahan dan gejolak emosional yang berubah. Ingat kata Quran gak tentang rentang usia manusia dan karakternya ?

If you want other people care with you, you must be the first caring for him.
Jika ingin kita oranglain peduli dan menghargai diri kita, jadilah yang pertama berbuat demikian.
Hukum take and giving berlaku dalam kehidupan sosial. Kita suka berpikir egois untuk minta dilayani dan dihargai, tapi kita belum mampu berbuat demikian untuk orang lain. Bagaimana bisa ? Egoisnya diri kita?

Curhatan adik saya itu mengenai kesulitaannya mengkomunikasikan apa yang dia inginkan, terutama berkaitan dengan impian anak – anak muda yang aktif, jalan – jalan misalnya, berorganisasi, bahkan untuk berprestasi dibidang lain yang kita sukai yang notabene sedikit jauh melenceng dari pendidikan yang sedang di tempuh.

Why ?
Orangtua bersikeras untuk mempertahankan pendapatnya tentang masa depan anaknya, membatasi banyak langkah. Yaps! Kita tahu ini tidak boleh berlebihan. Sebagai orangtua masa depan. Orang tua harus open minded dengan perkembangan jaman. Jangan sampai senantiasa membandingkan antara masa dirinya dan anaknya ketika sedang berpetuah, terkecuali berkaitan dengan norma dan prinsip nilai – nilai agama dan kesopanan.

Misalnya studi kasusnya gini :
Orangtua : “ Zaman ibuk ga ada pake laptop sama handphone .. kamu ga usah pake !?”
Anak :  "Jaman ibuk sama adek kan beda bu, jangan disamain dung ?! (ikutan ngotot)
Orangtua : "Pokoknya ibu ga mauu, nanti kamu begini begini begini dll"
(ini ketika momennya orangtua sedang nonton berita kriminal tentang human trafficking lewat sosial media)
Kalau pada momen ini kita kalah berargumen dan berkomunikasi yaa gitu. Perlu kita evaluasi bagaimana cara penyampaian kita, argumentasi kita, dan cara kita bersikap. (edisi sok bijak)
Gimana yaa kita mengemukakan keinginan kita ? Di saat kita sendiri saja belum bisa mengakomodir keinginan mereka sebagai orangtua terhadap diri kita ?

Hidup harus adil kan ?

"Give respect to earn respect"

Yuk jawab bareng – bareng :
  • Pernah gak kita telponan romantis menanyakan kabar orangtua kita, (misalnya jauh dari luar kota) nanya apa kabarnya, udah makan belum, sedang ngapain dengerin segala keluh kesahnya dalam hidup yang seperti kita biasa melakukannya dengan teman sebaya kita ?
  • Pernah gak kita bikin sweet momen bareng orangtua sekedar dinner bareng, nonton bareng, jalan – jalan wisata dengan orangtua ?
  • Pernah gak ketika kita inget momen special, kasih hal spesial buat mereka?
  • Pernah gak kita menyampaikan kisah kita di sekolah, kampus , dengan tentang hal gembira lainnya seputar jalan impian yang kita pilih dan impian kita bersama – sama  dengan orangtua ?
Kebanyakan kita malu buat jalan bareng dengan orangtua kemana – mana. Ketimbang jalan – jalan dengan teman Padahal momen bahagia ini adalah momen paling tepat untuk cerita banyak hal termasuk keinginan dan impian. Kita juga sering salah menyampaikan opini kita kepada orangtua ketika sedang dalam ‘ panas ‘ mempertahankan sesuatu.

Coba pilih padanan kata yang baik, positif, dan sampaikan argumentasi yang benar itu secara perlahan dengan alasan yang bisa di terima akal pikiran. Satu hal lagi, berikan kepercayaan kepada mereka. Bila mereka (orangtua) takut, khawatir, over protective, sampaikan bagaimana kuatnya kita, bagaimana penanganan bila ada hal yang tidak baik terjadi, kemungkinan – kemungkinan yang mungkin muncul dipikiran orangtua kita dan sampaikan bila mereka tidak percaya apa yang akan terjadi.

Ternyata ilmu negosiasi itu tidak hanya dibutuhkan di dunia organisasi dan bisnis saja loh. Tapi ini skill general yang harus kita miliki dan diterapkan dimanapun.
Semoga kita menjadi insan yang mulia, menghormati orangtua, berbakti kepadanya dan bersama – sama menuju surgaNya. Aminn
.
Ketika Muda dan Tua Berbicara 
Seketika dunia berubah menjadi lebih indah 
(taglinenya so sweet yahh..)

--------

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Kreativitas saatnya ini menjadi sebuah soft skill yang dicari untuk bertahan menghadapi persaingan yang kian ketat. Saya teringat ketika menghadiri beberapa seminar seputar marketing dan diskusi komunikasi, pemateri sering menyampaikan elemen – elemen penting bertahannya sebuah perusahaan yang mana ia menjadi ujung tombak keberlangsungan akan “kesadaran” dunia baru kita yang sangat dinamis. Sampai pada akhirnya saya mengajukan kritik manis beberapa big company yang akhirnya runtuh, padahal memiliki kelengkapan di berbagai bidang. Apa alasannya ?
Yaps, elemen yang sering dilupakan. Inovasi ! Inovasi menjadi hal yang menjadi catatan siapapun. Baik itu diri sendiri ataupun sebuah organisasi besar dalam perusahaan atau lsm. Manusia itu dinamis, memiliki ketertarikan yang heterogen dan berubah – ubah. Kalau bilang kita sebut, seleranya beda – beda. Hoho.
Kecepatan informasi, dan juga hal – hal yang baru muncul tentunya mempengaruhi banyak hal. Apalagi di dunia bisnis. 

Bagaimana kreativitas muncul ?
Menurut saya, kreativitas itu muncul dari sebuah permasalahan. Loh ? Ketika kita dihadapi sebuah kasus, pemikiran, dan sebagainya. Secara tidak langsung, kita berpikir bagaimana jalannya hal tersebut terselesaikan. Nah, orang yang kreatif itu adalah orang – orang yang memiliki kepekaan yang tinggi atas sebuah permasalahan. Tidak hanya itu, misalnya saja orang lain tidak melihat sesuatu itu adalah sebuah masalah. Bagi orang kreatif sesuatu hal bisa ia anggap sebuah hal unik yang menjadi sumber inspirasi untuk membuat sesuatu. Make it something! Ia melihat sesuatu dari sudut yang berbeda dari kebanyakan orang.

Membangun kreativitas itu perlu proses dan latihan. Keinginan untuk menjadi beda. Beda yang seperti apa, beda berpikir, beda untuk membuat sesuatu. Ia terus berlatih untuk mendapatkan wawasan agar meramunya menjadi sebuah modal dalam mencapai inspirasi dalam bentuk kreativitas. Yaps! Yang dari awal saya sampaikan tadi, ia sangat peka akan kondisi ketimbang yang lain. Sehingga ia dapat berpikir visioner untuk melihat masa depan akan sesuatu hal.

Ingat tidak pamor smartphone blackberry yang menguncangkan dunia ? Saya ingat dulu, banyak orang berbondong – bondong membelinya dan kemudian merogoh kocek dalam untuk terlihat elit mengingat brand itu sedang naik daun dengan fitur canggih terbaru. But, sekarang kita bisa lihat dalam kurun waktu beberapa tahun, mereka mengambil langkah kreatif untuk fokus pada aplikasi blackberry messenger. Ketika orang – orang pada meninggalkan smartphone ini karena kehadiran smartphone berbasis android dengan touch screen yang lebih lengkap aplikasi, lebih murah, canggih, dan praktis.

Perusahaan sekelas apapun akan runtuh apabila tidak mampu untuk peka dan mengembangkan budaya kreatifitas serta inovasi dalam lingkungannya. Nah, apa lagi manusia ? Kenapa sih kita dituntut kreatif.

Ditengah tekanan yang kita hadapi saat ini, orang – orang kreatif akan melihat sesuatu itu berbeda. Persaingan dan globalisasi yang semakin mencekam, mengharuskan kita menjadi pribadi demikian. Kreatif bersikap, kreatif berpengetahuan, kreatif untuk melakukan sesuatu hal yang baik dan positif. Nah, apa yang terjadi jika kita tidak merubah diri ? Kita akan ketinggalan. Yaps!

Saya ingat, banyak Sunnah rasulullah yang menganjurkan kita pulang dari ibadah melewati jalan yang berbeda. Nah, bukan kah itu salah satu cara menemukan sudut pandang baru dan inspirasi.
Dari dulu, saya sangat tertarik dengan tema kreativitas. Sampai akhirnya pada tahun 2014 saya melahirkan buku berjudul “The Idea Factory” secara selfpublish saya terbitkan. Saya berpikir untuk merevisi buku ini kembali di tahun ini mengingat banyak hal yang kita lewati dan berbeda yang menambah inspirasi saya :) untuk buku ini mohon doanya.

Nah bagaimana cara simple membangun kreativitas ?

  1. Menjadi pribadi Open minded atau terbuka dengan pandangan baru tapi masih dalam rule yang baik dan benar
  2. Senantiasa beraktivitas yang unik dan berbeda ( misalnya pulang melalui jalan yang berbeda, kegiatan yang unik dan beragam di setiap hari atau minggunya)
  3. Menambah wawasan dengan aktif belajar baik itu dari berbagai media, baik buku, blog, seminar dan lain – lain.
  4. Suka dengan hal baru dan tantangan baru
  5. Baca buku “The Idea Factory” hehehe 


Masih banyak lagi yang dapat menjadikan kamu pribadi yang kreatif dan penuh inovasi. Gali terus potensimu dan temukan keunikan dalam diri kamu.

Happy reading!
Keep improving and Inspiring!

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Kemarin saya baru membongkar pustaka mini yang saya miliki di kamar saya. Saya baru ingat ada beberapa buku bazar yang saya beli beberapa bulan lalu dan masih dalam antrian bacaan. Judulnya menarik sejak awal saya membelinya. Save your money!

Tapi kali ini saya tidak akan mereview isi buku ini secara keseluruhan, melainkan mengambil point of view mengenai finansial. Saya sadar topik finansial itu sering sekali kita lupakan loh, terutama bagi anak muda yang masih tanggungan orang tua. Tak jarang dari kita yang orangtuanya ketika kita kecil lupa menanamkan pengetahuan bagaimana mengatur uang dengan baik. Jujur, masa lalu saya berkaitan dengan hal ini. Bukan saya, tapi keluarga saya. Saya belajar banyak dari pengalaman yang terjadi dahulunya untuk saya di masa yang akan datang.
Mengatur keuangan itu, dimulai dari kebiasaan sejak kecil loh, bila kita tak mempunyai mindset benar dan utuh tentang apa itu uang dan pengelolaannya, kita akan sulit mengatur uang kedepannya. Alhasil, akan timbul rasa tidak nyaman dalam hidup. Benar gak ?

Ingatkah kamu, faktor utama motif bunuh diri yang ada di Indonesia ? Ekonomi yang sulit. Faktor perceraian ? juga
ekonomi keluarga. Banyak sekali berita mengenai hal ini, yang ujuk – ujuk beralih ke masalah ekonomi.
Barangkali karena saya sudah banyak belajar dari kesulitan ekonomi yang pernah keluarga saya alami membuat saya jadi pribadi hemat, perfeksionis masalah ini.

Sebagian besar financial book yang tersebar di manapun, pasti membahas satu poin yang urgent yaitu Utang. Utang menjadi topik pembicaraan yang paling banyak babnya, termasuk di buku Save Your Money.

Menurut saya, utang itu menular. Ketika kita melihat teman lain melakukan, kita juga tak sadar terpengaruh untuk melakukan juga. Satu hal lagi, kita tanpa sadar juga ter-edukasi dari lembaga keuangan kita bukan ? Bank – bank berlomba – lomba menawarkan kartu kredit, menawarkan paket KPR, dan jenis produk bank lain yang berbasis utang – piutang. Kartu kredit selalu di promosikan lebih easy, banyak diskon, mudah, murah, keren dan banyak label menarik yang membuat siapa saja terpincut.
Tanpa sadar, kita sendiri tersugesti untuk melakukannya alias memiliki. Baik itu kepada teman sekitar, orangtua, teman kantor, dan berbagai lingkaran pertemanan kita.

Apa sih itu utang ?

Dalam buku yang saya baca, orang yang berutang menandakan ia tidak mampu mengelola keuangannya dengan baik, artinya pengeluaran lebih besar daripada pemasukan. Solusinya yaa berhutang. Bahkan ada juga mungkin karena sudah kebiasaan, dia memiliki uang, tapi karena ia ingin hemat dan mungkin tidak ingin ribet dia melakukan hutang. Ketika saya SMA saya juga menemukan beberapa orang yang memiliki habits seperti itu, walaupun hanya sebentar. Misalnya ke kantin, dia meminjam uang kemudian ia mengembalikan ketika di kelas. Selalu begitu. Saya melihatnya sudah menjadi habits yang ia lakukan dan tanam. Percaya gak kalau hutang itu habits ? Saya percaya, berhutang itu candu. Candu yang berbahaya.

Saya ingat almarhum ayah saya yang selalu mewanti – wanti saya untuk tidak menjadikan itu kebiasaan, yang barangkali menjadi tertanam di diri saya. Jika memang tidak perlu sekali, tidak usah berhutang. 

“Berhutang membuat hubungan yang sudah dibangun jadi renggang, segan, gengsi, tidak mulus seperti apapun. Kamu lihat A dulu dengan B baik sekali, sampai pada akhirnya si A berhutang cukup banyak. Yang dulunya sering berkunjung, main ke rumah. Akhirnya jadi lost kontak dan jarang lagi ketemu. Walaupun utangnya sudah lunas” saya ingat persis ini yang ayah saya katakana ketika dulu. Saya sangat takut, baik itu saya memberi bantuan berupa hutang ataupun saya yang berhutang, hubungan saya bersama teman menjadi rusak, tidak enakan dan rengang. Saya tidak ingin. Saya sadar mungkin teman saya ada juga yang men-stigma kan saya susah banget dipinjemin. Karena prinsip saya kalau memang butuh, saya akan berikan Cuma – Cuma bukan pinjam. Saya takut sekali, apalagi kapan kita mati itu rahasia Allah, saya tidak ingin merepotkan oranglain dengan utang – piutang saya di dunia nantinya. Baik itu oranglain yang berhutang atau diri kita.

Kutipan yang benar – benar menginspirasi di buku “save your money”
“Yang terpenting bukan seberapa besar yang anda dapatkan / hasilkan, tetapi apa yang anda lakukan dengan itu dan bagaimana anda menggunakan dan mengaturnya”
Saya ingat pesan sahabat nabi, bagaimana menilai seseorang yang pernah saya post sebelumnya ?
Melakukan perjalanan jauh, bermalam bersamanya selama tiga hari, dan melakukan bisnis dengannya (melakukan transaksi ekonomi dengannya).

Jangan sampai ketika kita memiliki kebiasaan itu, kita kehilangan teman bahkan saudara kita karena salah –salah mengelola kepercayaannya.
” Utang adalah uang yang bukan miliki kita dan harus dikembalikan. Seberapa pun besarnya uang yang kita milki akan habis jika hutang kita lebih besar” di halaman 8 buku  Save Your Money,

Review lebih lanjut bisa dibuka di sini : Save Your Money – Bebas Utang Banyak Uang 

Sebenarnya Allah sendiri menjanjikan rejeki yang lancar lagi baik dalam Al-Quran bagaimana cara mendapatkannya. Ibu saya pernah bilang “Bukan banyaknya harta, tapi berkahnya ia,”Biar uangnya banyak tapi ga berkah, banyak kesulitan, kesehatan tak baik, orang membenci kita, banyak kesusahan lain kita miliki bisa jadi harta yang kita miliki tidak berkah. Biarpun cukup pas – pasan, tapi hati kita lapang, jika berkeinginan ada saja jalan Allah memberikan kita rejeki. “

Ini jadi pegangan saya kemanapun. Alhamdulillah, saya hidup cukup baik. Saya menjadikan hati lapang dan teman banyak adalah pelengkap kebutuhan luarbiasa yang saya inginkan.
Bila saya sedang dalam keadaan susah, baik kekurangan uang atau kesulitan lain. Saya mencoba untuk evaluasi, gimana ibadah saya, ngaji saya, atau saya kurang sedekah barangkali, atau saya bikin dosa besar. Buku – buku seperti karya Ippho santosa, Yusuf Mansur, dan konsep keuangan dalam islam menginspirasi saya berprinsip demikian.

Pasti ada penyebabnya Allah mempersempit rejeki kita, nah itu yang kita telusuri kenapa. Apa karena kita malas berburu rejeki , atau mungkin kurang berbagi dan lupa berzakat.
Bagi mahasiswa dan para pelajar, belajar sedari dini untuk menghasilkan sesuatu agar terbiasa untuk tidak bergantung dengan oranglain, dan jangan membiasakan untuk menunda membayar sesuatu atau berhutang. Walaupun itu uang orangtua kita, misalnya nunggak uang SPP, kost-kostan dan masih banyak lagi. Secara ga langsung kita membiasakan diri kita untuk hal yang tidak baik dan pengaruhnya nanti ketika dewasa kelak dan menjadi orangtua.
-------------------------
Semoga menginspirasi,
Yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
Nasehat buat diri penulis juga
Save your money !
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
Sudah hampir satu bulan saya saat ini merasakan oase dunia yang sebenarnya alias dunia kerja. Walaupun sebelumnya ketika awal perkuliahan saya sudah bekerja sama halnya saat ini. Ada dinamika berbeda yang saya hadapi. Setiap pekerjaan itu memiliki style yang berbeda, kedisiplinan, baik itu waktu, aturan – aturan, budaya kerja. Tergantung dengan menjadi acuan atau target dari program kerja. Well, sejauh ini pekerjaan yang saya geluti sebelumnya hanya ketat di perkara deadline, maklum wartawan. Tapi untuk budaya dan suasana kerja sangat fleksibel. Kita bisa merasakan hal menyeramkan kalau dalam situasi konflik, atau merasakan kekenyangan kalau ketika menghadiri acara yang mengundang wartawan hehehe.. pengalaman.
Tapi kali ini saya diberikan momentum yang sangat berbeda dari sebelumnya. Harus tepat waktu, disiplin dengan jam kantor yang padat dan lembur. Lalu menjadi sosok "power ranger's". Saya menyadari bekerja dibidang bisnis dan marketing itu adalah sosok power rangers, yang harus siap menjadi apa saja.
Seperti beberapa minggu belakangan, saya harus berganti jubah menjadi dokter, perawat, terkadang jadi MC dan juga guru TK. Yups, cukup menyenangkan.

Nah, sampai akhirnya saya menyadari mengapa berorganisasi itu sangat penting dan perlu. Dimana banyak dari kita yang masih asik dengan aktivitas yang kaku. Alias diem dirumah pasca pulang dari kampus dan sekolah. Ketika kita berada di dunia sebenarnya, ketika kita tak memiliki kemampuan soft skill untuk berkomunikasi, percaya diri, mengorganisasikan sesuatu. Saya tidak dapat membayangkan apa yang terjadi dalam diri kita bila kita tidak memiliki pengalaman berorganisasi apapun. Walaupun pekerjaan yang kita geluti sangat menarik dan sangat dekat dengan jiwa atau passion kita.

Saya sadar bahwa ilmu dan pengalaman yang saya dapatkan di organisasi lebih aplikatif ketika saya bekerja. Baik itu perusahaan besar ataupun startup yang masih merintis. Ketika berorganisasi kita belajar untuk berhadapan dengan dunia nyata, setidaknya dalam konflik nyata yang minimalis di lingkaran kecil kita. Baik itu konflik kecil bersama teman satu divisi, barangkali dengan ketua, atau dengan keluarga karena apa yang dikerjakan. And then, semuanya bakal dirasakan ketika memang sudah didunia nyata. Kita diberikan tanggung jawab baru, yakni menjadi dewasa dan juga diri sendiri. Kita diberi tantangan untuk menjadi diri yang terdidik, bermoral, santun. Attitude adalah pelajaran berharga yang seharusnya di dapatkan, tapi sayang pembelajaran ini hanya di dapatkan di keluarga, gitu kata Ibu saya yang sering menasehati saya. Jika pun ada dalam organisasi atau pun pendidikan formal sangat sedikit sekali penerapannya, lebih banyak teori – teori yang kita dapatkan.

 
Dunia sebenarnya kejam ? 
 
Stereotip yang sering dikatakan banyak orang. Yaaps, kejam bagi orang – orang yang tidak mempersiapkan diri dari awal. Bagi orang – orang yang sudah berpikir maju selangkah, ia sudah mempersiapkan diri dengan berlelah – lelah dan berletih – letih untuk mencari pengetahuan lebih banyak ketimbang orang lain. 

Tantangan ini dinamis, semakin lama kian menarik. Kita sebagai pemuda masa depan harus ekstra lebih keras jika tidak ingin ketinggalan. Berita seliweran tentang PHK besar – besaran, teknologi yang menjadi teman, dalam isu seringkali menjadi menjadi momok menakutkan untuk menggantikan tugas manusia.
Kreativitas, inovasi, dan nilai yang menjadi penyelamat itu, tidak akan mudah dimiliki bila tidak dalam usaha keras untuk mendapatkannya. 
 
Biar deh orang bilang kita sok sibuk dengan kegiatan, biar deh orang bilang kita terlalu serius, biar deh orang lain mengatakan ini dan itu tentang apa yang kita jalani.

Toh, hidup kita yaa kita yang menjalani seperti apa. Mau kita kedepannya sukses dan mudah dalam hidup ? atau dalam gelimang penyesalan.
Yuk, kita siapkan masa depan mulai dari sekarang. Bagi kita yang belum sadar walau sudah berada di dunia sebenarnya, ayo segera bangun. Jika ingin mimpinya terwujud.


Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
        Beberapa hari belakangan ini, di sela – sela kesibukan internship. Saya menyadari kapasitas aktivitas saya melebihi dari biasanya.  Walaupun sudah tidak mengikuti perkuliahan seperti biasa. Saya seringkali kelelahan dan tak jarang kondisi fisik menurun. Sampai pada akhirnya saya menemukan artikel yang di bagikan Mas Saptuari Sugiarto, mentor TDA sekaligus pengusaha desain inspiratif di laman sosial medianya. Benar – benar mencerahkan.


Di era globalisasi saat ini tanpa kita sadari kita tidak dapat hidup rasanya dengan “Smartphone berinternet”. Hidup tanpa sinyal dan kuota saja, sudah setengah mati merengek – rengek Karena kondisi ini( Ini pengalaman saya ketika mendengarkan keluhan teman – teman di akhir bulan )

Coba deh di flashback kembali, apa yang dilakukan ketika bangun tidur ? Langsung cek handphone kan ? Hayoo ngaku ? Saya sendiri sengaja menunda menyalakan handphone dua jam setelah bangun, sehingga aktivitas pagi tidak di sia kan untuk menyimak timeline terbaru dari siapapun itu diberanda sosial media. Dengan resiko yang seringkali saya alami, ketika dosen tidak hadir saya terlambat membaca pesan sehingga sudah sampai di kampus sendiri.

Kecanduan dan ketergantungan seperti ini seharusnya tidak kita pelihara. Tak sadar banyak hal yang kita lewati di dunia nyata. Hal yang paling tidak kita sadari adalah berpikir dan menerima informasi terlalu banyak sehingga hal – hal penting membuat kita lupa, dan bahkan tingkat kegalauan dan stress lebih tinggi di masa sekarang. Contoh, ketika heboh informasi wabah virus di media massa, kasus pembunuhan dan masih banyak sebuah informasi yang merebak dengan mudahnya dan berbeda setiap hari. Kita disajikan banyak ketakutan, kecemasan, dan tentunya informasi sebagian besar hoax atau berita bohong. Coba kita berpikir, seperti itukah makanan otak kita sehari – hari. Carut marut, kekeraasan, pornografi yang mudah diakses dimana saja, hal – hal yang sangat merusak kondisi fisik dan juga paling utama mental kita.

Well, saya akui saya berlebihan di artikel ini. But, tapi itulah yang tidak kita sadari. Kita dipapar oleh banyak informasi. Mau tak mau, kita harus bijak memilih dan juga memberikan jeda ruang otak kita untuk berpikir bukan menerima.

Overload Think, kita sibuk menyimak banyak hal di media terutama media internet, grup chatting menjamur, asik bercerita di dunia maya sehingga lupa dengan realita yang terjadi.


    “Otakku ini layaknya hard drive, aku akan menggunakannya untuk hal yang perlu aku gunakan. Apabila informasi itu tidak berguna untukku, untuk apa aku menyimpannya. Aku menggunakannya untuk hal yang benar - benar berguna, kamu John Watson menyuruhku mengingat teori solar system dan tatasurya, aku akan segera membuangnya dari memoriku," ungkap Sherlock Holmes, dalam buku Penelusuran Benang Merah.


Awalnya saya sempat tak setuju dengan pandangan Sherlock Holmes, tokoh detektif yang fenomenal itu. Masa ? kita harus melupakan pembelajaran tentang Tata Surya yang sudah kita pelajari itu . Tanggapan awal yang saya sadari ketika membaca buku fenomenal karya Sir Arthur Conan Doyle itu. Sampai pada akhirnya saya mengerti maksudnya, kita seringkali mengambil semua informasi, pengetahuan tanpa berpikir terlebih dahulu patutkan informasi, pengetahuan yang tersebar kita adopsi dan kita konsumsi ? Baikkah dan bergunakah ?


Satu hal lagi, kesibukan baru kita saat ini membuat kita lupa tugas utama yang seharusnya dilakukan. Selama 24 jam kita asik memantengi sosial media atau gadget sehingga menghabiskan banyak waktu yang tidak produktif. Yuk, kita selektif lagi memilih informasi dan mendapatkan informasi.


    "Barangsiapa yang bangun di pagi hari dan hanya dunia yang dipikirkannya, sehingga seolah-olah ia tidak melihat hak Allah dalam dirinya maka Allah akan menanamkan 4 penyakit dalam dirinya :

    1. Kebingungan yang tiada putus-putusnya.

    2. Kesibukan yang tidak pernah ada ujungnya.

    3. Kebutuhan yang tidak pernah terpenuhi.

    4. Dan keinginan yang tidak akan tercapai." (H.R. Imam Thabrani)


Next post saya akan posting mengenai “Gadget Time Warning” bagaimana mengelola dan mengatur gadget agar dapat produktif dan berguna.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Di sela – sela dilema yang hadir beberapa bulan ini. Belum lagi memasuki awal – awal tahun.Saya berusaha menyibukkan diri dari kekosongan yang hadir. It’s not me. Usai sudah matakuliah yang saya harus ikuti dan hadir. Lega ? Bisa jadi, kesibukan bimbingan dan dilema masa depan jauh lebih berat tekananannya dari hanya kebebasan waktu untuk menghadiri perkuliahan – perkuliahan. Hmm.. sejenak kampus berasa asing.

Beberapa artikel yang saya baca dan blog walking sana sini di blog teman – teman. Mereka menuliskan berbagai rencana luarbiasa di awal tahun yang benar – benar membuat saya wow sambil berkaca sama diri sendiri yang rasanya masih belum melakukan apa – apa. Sebenarnya saya hanya menikmati cara saya melewati hari demi hari dengan cara saya sendiri, saya paling tidak suka didesak -_- tapi suka desak orang lain hehehe.

Tantangan saya saat ini adalah komitmen dengan apa yang saya rencanakan. Kondisi fisik yang menurun belakangan ini, saya rasa hadir dari gaya hidup dan juga stres berlebihan yang saya alami. I’m human readers. Saya juga sesekali suka membatalkan rencana membuat saya pusing sendiri dan membuat rencana baru dadakan. Nah loh! Its time to focus mel. Yaps, ini waktu saya buat fokus.

Fokus saya sekarang menulis banyak hal. Termasuk merutinkan blog ini agar bermanfaat bagi pembaca setia. Saya tidak banyak berharap visitor blog ini rame, karena saya juga perlu waktu untuk membuat sebuah tulisan bagus dan tepat menurut saya. Saya mengejar konten baik bukan kuantitas, jadi maklum dan saya minta maaf kadang jeda antara artikel satu dan lainnya agar berjauhan jaraknya.

Saya terharu ketika ada teman saya yang kemudian kirim komentar via bbm yang bilang “ Mel, teruslah menulis ga usah dipikirkan bakal dibaca apa enggak, yang pasti aku akan selalu baca dan pasti akan ada yang baca” ini komentar bikin merah – merah pipi deh. Jujur saja, saya pribadi menulis untuk menasehati diri saya sendiri, sedikit – sedikit dan kadang banyak juga curhat #ups.

“Fokus kamu apa sih mel, kegiatan banyak amir ?” ini gak satu dua orang yang memberikan statement seperti ini ke saya. Padahal agenda saya mah ga banyak, bahkan ada kadang seminggu menung ga jelas dirumah. Keluar rumah juga kadang kalau ada perlunya saja. Saya pribadi mencintai kegiatan yang berhubungan dengan banyak orang, karena saya pribadi ekstrovert walau kadang – kadang penyendiri introvert ketika fokus mengerjakan sesuatu. Ada sebuah energi yang saya dapat ketika berkumpul dengan orang banyak dan berdiskusi banyak hal, perspektif baru, ide baru, suasana baru, kenangan yang baru. I’m really love new things in the life. Saya suka dengan hal – hal baru dan patut dicoba. asalkan tentang hal baik yaa.

Kita perlu fokus pada sebuah hal yang sedang kita perjuangkan. Benar! Nah, coba sekarang lihat diri kamu. Apa yang sedang kamu perjuangkan ? Cita – cita, studi, masa depan, apa lagi ? Namun bukan berarti kamu menutup kemungkinan akan hal – hal baru setidaknya menambah perspektif baru dari kehidupanmu. Sampai kapanpun masa depan itu misteri dan tidak ada yang pernah tahu. Tiap kita proses mencapai sukses beda – beda jalannya. Kamu inget gak ? Impian kamu ketika mulai di sekolah dasar hingga saat ini ? Berubah tidak ? Yups, sedikit banyaknya berubah sesuai situasi dan kondisi. Bukan berarti hidup kita hancur ketika kita tidak mendapatkan impian kita itu, bisa jadi impian lain yang lebih hebat sedang dipersiapkan. Right ?

Fokus adalah ketika energy kamu terkuras untuk sebuah hal yang kamu geluti dan mengasahnya terus demi hari sehingga kamu menjadi bertumbuh. Nah, ini saatnya saya fokus pada impian saya dan karir saya di Ilmu Komunikasi. I’m so passionate with that.

Ada beberapa cara bagaimana kita menjadi FOKUS :

1.    Identifikasi
Coba didata kembali apa saja yang menjadi prioritas dalam hidup kita. Baik itu kesukaan kita, potensi kita, rencana – rencana kedepan, masalah – masalah yang timbul. Lalu, tuliskan prioritas itu dalam sebuah agenda kerja. Walau terkadang melihatnya melelahkan, tapi ini harus dilakukan karena ini yang membuat kita jadi terarah.

2.    Mengambil Keputusan
Ambil keputusan mana yang harus kita lakukan dan tidak dilakukan. Hal apa saja yang harus dihindari dan diabaikan. Bila ada sebuah pilihan, putuskan segera. Buat skala waktu didalamnya, kapan ingin diselesaikan kapan akan dimulai. Plan all !

3.    Klasifikasi
 Pisah-pisahkan pekerjaan yang harus dilakukan sekarang, segera, terjadwal, ditunda. Fokuslah pada pekerjaan sekarang. Ambil tindakan cepat untuk menyelesaikannya. Lupakan pekerjaan lain. Kita tidak perlu khawatir dengan pekerjaan lain sebab sudah kita simpan pada sebuah sistem “di luar” kepala. Inilah inti cara fokus, kita hanya perlu memikirkan yang memang perlu dipikirkan.

Review kembali daftar ini setidaknya seminggu sekali karena pasti banyak mengalami perubahan. Ambil lagi keputusan, mana yang akan menjadi fokus. Lakukan terus menerus.

Fokus itu perlu latihan, latihan untuk memaksimalkan sesuatu. Melatih fokus sama halnya melatih kekuatan penuh dari diri kita. Bila ada sesuatu kegagalan bisa jadi itu karena tidak fokus pada sebuah hal yang sudah direncanakan.

So, for you! Its time to ready ! Its time to be FOCUS
*nasehat untuk diri saya sendiri dan kita semua.
----

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Older Posts

ABOUT ME




Hi, I'm Melati Octavia

Welcome Readers! I'm in love with books, creativity, and think about people. This is my journal and story of my life!
Happy Reading!

Read More>

Follow Us

  • LinkedIn
  • Youtube
  • Facebook
  • Twitter
  • Pinterest
  • Instagram

Labels

Artikel Choice community development Self Improvement Self Reminder Tulisan Young Mindset

My Pageview

Melati's books

Menulis: Tradisi Intelektual Muslim
Indonesia Mengajar
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
Harry Potter and the Prisoner of Azkaban
Harry Potter and the Deathly Hallows
Harry Potter and the Goblet of Fire
Harry Potter and the Half-Blood Prince
Harry Potter and the Chamber of Secrets
Harry Potter and the Order of the Phoenix
The Tales of Beedle the Bard
25 Curhat Calon Penulis Beken
7 Keajaiban Rezeki
Dasar-Dasar Menulis Karya Ilmiah
Notes from Qatar 2
Kuliah Tauhid
99 Cahaya di Langit Eropa: Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa
Habibie & Ainun
Summer Breeze: Cinta Nggak Pernah Salah
Menyimak Kicau Merajut Makna
Berani Mengubah


Melati Octavia's favorite books »

Blog Archive

  • ▼  2022 (14)
    • ▼  November (1)
      • Aksi Nyata Untuk Transisi Energi di Masa Depan
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2021 (13)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (6)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2019 (13)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2018 (27)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (16)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2017 (15)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2016 (37)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (6)
  • ►  2015 (53)
    • ►  Desember (8)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2014 (9)
    • ►  November (2)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2013 (3)
    • ►  Oktober (3)
  • ►  2012 (10)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
  • ►  2011 (3)
    • ►  Desember (3)

Mels Journal Podcast

Melati Octavia's Intellifluence Influencer Badge

Banner Bloggercrony

Facebook Twitter Instagram Pinterest Bloglovin

Created with by BeautyTemplates