Generasi Peduli, Biar Kritik Tapi Solutif

by - Januari 24, 2017



 
“Daripada mengutuk gelap, lebih baik menyalakan lilin”

Well, ternyata respon tulisan lalu tentang millennial sebelumnya cukup mendapatkan perhatian. Beberapa hadir pertanyaan yang saya sendiri masih dangkal memahaminya. Sorry hehe! Janji deh bisa jawab dengan nambahin bacaan lagi. Kali ini saya pengen cerita tentang caring generation. Beberapa saat lalu saya sempat browsing dan ketemu banyak tulisan inspiratif tentang mindset anak – anak muda sekarang yang okeh banget sama lingkungan sekitarnya.

Sering gak kamu tiba – tiba buka medsos terus liat beberapa friends kamu sharing tentang bapak – bapak yang sepi pengunjungnya, lalu teman kamu ngeposting rasa empatinya ke medsos. Setelah itu itu kamu dapet kabar jualan bapak itu jadi laris. Pernah gak ikutan campaign sosial tentang sebuah televisi yang melakukan beberapa kesalahan dengan menayangkan sesuatu yang tak seharusnya terus kamu ikutan menandatangani petisi di sebuah situs. Atau kamu lihat kegiatan volunteering yang menjamur baik itu di dunia nyata dan maya. Gerakan 1000 buku, Gerakan Mengajar, Gerakan Wirausaha dan masih banyak. Kesimpulan yang saya dapat dari contoh diatas, generasi sekarang itu peduli banget deh! Ini dampak positif dari keberadaan medsos selain dampak lain yang lain kali kita bahas.

Saya pribadi sering banget ketemu hal begini di medsos. Saya senang banget, kadang kala juga sedih jika ada beberapa hal yang ga bisa ikut terjun untuk membantu. Nah, keberadaan gerakan – gerakan yang ada saat ini tentunya berdampak perubahan dari nilai kepedulian kita yang kemudian berjamaah untuk mempercepat perubahan itu. Contoh seperti gerakan Indonesia Berkebun yang sudah berada di beberapa daerah, kemudian Akademi Berbagi yang setiap bulan menebarkan inspirasi kelas gratis kepada teman – teman di kotanya. Saya juga salah satu bagian dari relawan di kota saya. Ternyata memiliki warna tersendiri untuk menambah inspirasi dan juga pertemanan. Selain itu saya dan beberapa teman mendirikan komunitas kongkow nulis walau belum begitu lama, saya pribadi merasakan banyak manfaat ke diri saya pribadi untuk semakin semangat menulis dan membaca, karena ada teman – teman yang selalu mensupport.

Nah, walaupun banyak hal positif yang bertebaran tak jarang di berbagai sesi kita sering juga mendapati banyak kritikan di medsos entah itu karena gerakan, opini, kritikan. Tak jarang banyak yang tidak sepakat. Bisa jadi karena gerakan itu ada dampak yang kurang baik, atau bisa jadi dampak itu memiliki enemynya sendiri terhadap sebuah perusahaan. Hmm bisa jadi sih.
Komunitas dan gerakan sosial tak jarang juga mendapati hal demikian. Termasuk kita, coba deh kita renungkan pernah gak mengkritik sesuatu atau membela sesuatu sampai heboh terus bikin pertengkaran tak sengaja karena beda pendapat. Saya ingat kasus pemilu 2014 lalu. Saya sampai no comment banget di medsos, berusaha banget menjauhkan diri dari komentar, share atau membagikan informasi yang berkaitan dengan hal itu. Paling tidak, info - info yang sifatnya umum, gimana tata cara bijak memilih dan lain – lain. Alasannya, karena saya gak mau membebankan diri dari hal yang belum tentu kebenarannya dan kemudian saya bela habis – habisan. Cukup saya keep di cerita – cerita face to face yang mungkin lebih nyaman dan diketahui orang yang mengenal saya pribadi. Medsos itu mengerikan untuk memutus pertemanan hanya karena sesuatu yang mungkin ketika internet tak ada itu adalah hal absurd haha.

Nah, saya ingin sharing untuk kita yang mungkin saja masih belum bisa mengendalikan diri untuk mengkritik. Terutama nasihat untuk saya juga nih. Kadang kala kita tidak mengerti bagaimana sebuah perjuangan orang lain berbuat karya ini dan itu. Entah itu sebuah tulisan, pergerakan, prestasi, ataupun karya lainnya. Namun, seringkali ego kita lebih kita tonjolin ketimbang solusi untuk ikut membantu memperbaiki karya itu, setidaknya memberi masukan bukan hanya sebagai penikmatnya.

Misal nih yang sering juga saya lihat di komentar para komikus ketika mengupload gambarnya,
kak gambarnya kok ini begitu sih, kemarin bagus dan blab la bla. 

Coba kamu bandingkan dengan kata – kata ini. 

Wah gambar kakak hari ini berbeda ya kak, by the way .. aku lebih senang yang kemarin sih kak. Tapi tetap berkarya ya kak! Semoga kedepan lebih baik!

Bisa juga ketika kita bergabung di sebuah acara, mengikuti event, atau mungkin bergabung dalam gerakan. Seringkali kita tak sadar kita lebih mengutamakan mengkritik tanpa arah yang jelas untuk memberikan solusi kedepan. Misalnya, ketika mungkin acaranya ngaret padahal saat itu kita panitia. Walaupun kali itu kita bukan seseorang yang ada di bidang kepanitiaan mengurus waktu, kita menghabiskan energy untuk mengkritik kerja teman kita di divisi mengenai waktu. Hal yang baik menurut saya kita menjadi bagian yang mengevaluasi dan memberikan solusi untuk tidak terjadi kedepannya. Misalnya kita identifikasi masalahnya dulu, penyebabnya, setelah kita tahu yang terjadi barulah kita speak up dan memberikan rancangan solusi untuk masalah tersebut.

Saya percaya para kritikus adalah orang – orang yang memiliki rasa peduli yang sangat tinggi. Tapi tanpa sadar para kritikus lupa keberadaannya untuk menjadi bagian dari perubahan lebih baik atas sesuatu yang di kritiknya. Kadang ego merasa benar, ego merasa paling mengetahui membuat para perkarya diam – diam kecewa dengan dirinya sendiri karena tak mampu membuat sesuatu yang baik, tapi ada juga yang pengkarya yang menjadikannya itu letupan semangat untuk lebih baik.
Nah, entah itu kita sebagai seorang pembuat karya atau para penikmat karya atau kritikus. Hidup itu indah jika kita bareng – bareng bikin perubahan untuk saling melengkapi. Kalo istilah sekolah dulu, kritik membangun itu perlu. Kritik membangun loh ya, bukan kritik untuk menunjukkan ego diri untuk tampak lebih hebat dari yang lain. Karena hal itu tak baik untuk kesehatan hati :)


Semoga Menginspirasi !
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

You May Also Like

0 comments

What's your opinion about this article ?