facebook google twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • Travel
  • Life Style
    • Category
    • Category
    • Category
  • About
  • Contact
  • Shop

Melati Octavia Journal


Belakangan ini kata pejuang passion terbayang di pikiran saya. Bukan mengenai apa yang kita miliki atau kita punya (dalam hal passion) tapi bagaiman kita memperjuangkannya agar tetap menjadi miliki kita.

Kenapa passion harus di perjuangkan ?
Beberapa artikel yang saya tahu mengatakan passion itu bisa dicari. Sambil mengerjakan pekerjaan, berada dalam berbagai aktivitas kita akan menemukannya. Tapi bagaimana jika sejak awal dia berkecimpung di beberapa hal, ia sudah menemukan hal asing di dirinya. Misalnya, dia ada di jurusan biologi tapi tanpa sadar dia menemukan diri dia dapat berkarya dan bermanfaat dalam bidang gambar dan melukis. Sedangkan hal yang ia jalani sedikit bertolak belakang dengan apa yang ia kerjakan. 

Ada banyak cerita yang menurut saya cerita tentang ini. Entah bagaimana saya selalu beranggapan jika passion itu dekat sekali dengan impian kita. Walau ada beberapa orang yang bisa jadi menjadikannya sebagai aktifitas melepas penat tanpa memimpikannya lebih lanjut. Tapi ada juga orang – orang yang harus berada dalam kondisi yang dilema. Kita ia memahami dirinya berbeda pandangan orang lain memandang dirinya.

Masa dilema ini semakin kuat ketika kita berada di masa transisi. Saya ingat betul ketika saya dilema masuk SMA atau SMK atau bahkan sekolah madrasah Aliyah. Ingat ? Masa transisi. Begitu pula ketika memilih jurusan di kampus. Tak jarang banyak orang yang salah jurusan karena tak siap menghadapi masa transisi itu.

Passion itu apa ?
Di beberapa artikel bilang begini “ah passion itu istilah yang muncul yang lagi ngetrend aja sekarang sebenarnya passion itu dimana aja bisa ketemu”
And see, itu tergantung orang mempercayainya apa enggak. By the way, saya pribadi punya pandangan sedikit berbeda apa yang di maksud passion. Menurut saya passion itu seperti penemuan. Yups! Setiap kita menjalani beberapa hal yang random setiap hari, kita pasti menemukan sesuatu yang berkesan dan kemudian kita gak berhenti untuk melakukannya lagi dan lagi. Kemudian kamu melanjutkannya lagi di hari berikutnya menambah kemampuan skill dan lainnya agar rasa ingin tahu dan rasa puas itu bertambah. Bagi penulis, menulis aktivitas menyenangkan bahkan dilakukan berkali – kali menghabiskan waktu untuk menulis. Tapi bagi orang yang memang bukan penulis, bagi mereka menulis adalah hal membosankan dan tak menyenangkan.
Dan kita gak akan bisa memaksakan passion seseorang sekalipun orang tua dan orang terdekat kita. Karena menurut saya lagi – lagi passion itu penemuan. Ibarat harta karun yang kamu cari – cari kemudian kamu ketemu.
Lalu seperti judul diatas, bagaimana dan mengapa passion perlu diperjuangkan ?
Karena banyak hal diluar sana yang berasa “sok tahu” sama diri kita sendiri. Mereka tanpa sadar mempengaruhi kita sehingga kita jauh dari hal yang sebenarnya seperti apa diri kita. 
Apa maksudnya ?

Kita sering mendengar orang lain dan juga memberikan peluang orang lain untuk ikut andil “memilih hidup kita”. Bukannya orang lain tugasnya itu hanya menganjurkan dan memberi masukan, selain itu membuka pandangan. Lagi – lagi segala keputusan ditangan kita, kita lupa akan hal itu. Sehingga kita jadi pengikut dan pengekor. Contoh ketika kamu memilih untuk tetap stay rasa patah hati, entah itu sama pasangan yang belum tahu jodohnya (nah loh!), sama kegagalan lama kamu atau juga hal – hal yang bikin kamu berkutat pada hal yang tidak baik. Itu sama artinya kita memberi kesempatan orang – orang yang menyakiti kamu mengambil hidup kamu yang harusnya bahagia, dan yang harusnya berkarya lebih banyak. Kamu juga memberikan waktu dan kesempatan kepada gagal untuk menjangkiti jiwa kamu untuk berhenti mencoba lagi. Kamu memberikan peluang pada gagal untuk menjadi jawaban akhir dari hidup kamu, benarkan ?

Ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk memperjuangkan passion menurut saya yang bisa kamu renungi dan juga lakukan ?
 
1.    Ikhlas

      Ikhlas disini ketika kamu punya passion tapi pada suatu waktu kamu ga bisa mengerjakaannya dengan penuh karena sesuatu hal. Banyak orang di luar sana karena terjebak dengan kondisi yang dia miliki sehingga sesuatu yang dia miliki itu belum bisa di-usahakan maksimal. Ikhlas dalam artian tidak memaksa keadaan untuk mengikuti kemauan kita, tapi dalam menjalani kita jalani dengan penuh rasa ikhlas tanpa meninggalkan sesuatu yang kita sukai. Saya selalu percaya, Allah akan kasih jawaban jalan mana yang harus kita pilih kedepannya.

2.    Berkomitmen menembus batas tantangan
       Ini penting juga, kita seringkali kejebak zona nyaman dalam kondisi realitis. Misalnya, dalam lubuk hati terdalam kamu ga pengen bekerja di perusahaan besar, kamu ingin sekali tetap menjadi pelukis yang idealis menciptakan banyak karya. Ini skill yang kamu pendam banget. Tapi karena kondisi misalnya kamu harus ngebiayaain adek kamu kuliah, terus kamu anak yang menjadi tulang punggung keluarga. Ini tantangan berat buat kamu. Gimana bisa memilih  Nah orang – orang yang keren menurut saya itu adalah yang bisa memecahkan problem pilihan – pilihan ini, bisa menembus batas tantangan, tapi juga tak egois dengan dirinya. Tetap realitis dengan keadaan. Jika kamu berkomitmen pada hal demikian, kamu adalah pejuang!

3.    Fokus sama diri sendiri
     Ini penting, kita suka kebawa arus. Apakah itu pertemanan, cara pikir, pandangan – pandangan yang membuat tentunya kita terbawa arah. Syukur banget kalo baik, kalo semua pandangan yang dimiliki membuat kita jadi manusia yang jatuh, ga percaya diri, hancur. Yang ada kita sudah menutup jalan hal baik di masa depan. Please deh, ga semua omongan orang yang memang harus kita telan mentah, jika ada saran ataupun masuk walaupun terkesan menghakimi ambil aja hikmahnya untuk kita perbaiki. Fokus pada perbaikan diri kita saja, karena cuman kita sendiri yang tahu siapa diri kita. Be grow and focus for yourself!

4.    Berkompromi dengan banyak hal ( mengkomunikasikan)
    Ini peer juga bagi saya, saya juga walaupun berkutat di ilmu komunikasi sebagai bidang ilmu perkuliahan. Ilmu komunikasi itu ilmu kompleks. Tiap orang punya kesan tersendiri kita menangkap sebuah sinyal komunikasi, tak jarang kita suka miscom! Terutama kalau kita bergesekan dengan dunia baru dan hal baru. Satu lagi yang perlu kita pahami, kalau manusia itu senantiasa berubah dan dinamis. Kita sering banget ngejudge orang atas sesuatu hal hingga kedepannya berpikir orang itu akan “selalu begitu”. Tiap orang selalu mengalami proses kepribadian dalam hidupnya terkecuali dia sudah tak bernyawa. Jadi, mau tak mau ketika kita sedang memperjuangkan passion komunikasikan hal itu kepada orang lain yang berkaitan dengan passion dan impian kita, berkomunikasi tentang bagaimana saling mendukung, saling mendorong hal – hal baik, dan mengingatkan akan hal – hal tak baik.

5.    Slow motion ~ 
            Apaan nih sok english banget?! Saya belajar slow motion itu istilah di salah satu mata kuliah saya di ilmu komunikasi pada mata ajar fotografi. Jadi ambil gambar foto yang keliatan proses berpindah alias bergerak misalnya buku yang tertiup angin. Ada bekas jejak lembaran yang terbang tertiup gitu. Nah kalo menurut saya hidup kayak gitu juga sebaiknya. Kita seringkali pengennya instan, apalagi kalau ngomongin sukses. Menurut saya, seharusnya kita harus slow motion pada proses yang berkaitan dengan dalam diri kita. Seperti belajar berkepribadian baik, skill baru yang sifatnya membutuhkan curahan emosional yang tinggi. Kecenderungan yang saya perhatian, apabila ada sesuatu hal yang terlalu cepat dalam memproses menuju sukses. Akan berat dalam menghadapi tantangan – tantangan yang jauh lebih sulit, karena ia terlalu cepat berlari hingga lupa ternyata ada kerikil yang disiapkan yang sudah tampak sebenarnya di awal pertandingan namun ia lupa hingga terkena kerikil tajam itulah di puncak finish (istilahnya seperti itu). But kita dalam menjalani juga harus memperhatikan langkah, kapan kita harus bisa berjalan sedikit lebih cepat kapan kita memang harus menikmati proses dan memperhatikan langkah kita lebih rinci.
Jangan kecewa mungkin proses kamu belajar dan berhasil lebih lamban ketimbang teman – teman kamu yang lain. Tapi bisa jadi kamu memiliki cara pandangan lebih luas dan lebih dibutuhkan ketika kamu menjalani proses lebih lama dari yang lain.

Semoga menginspirasi!

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca!

Hello, judul ini sebenarnya saya dapat dari sebuah program project kak Iqbal Hariadi di Soundcloud ketjehnya. Keren deh buat menjelaskan situasi saat ini. Seperti biasa kejadian kayak gini sebenarnya banyak dialami sama temen – temen yang sudah kelar kuliahnya.  

Mau kemana ? Ngapain abis ini ? Kok aku ga keren kayak mereka ya ?
Semuanya diri sendiri yang bisa jawab. Jujur nin, saya sendiri cukup lama berkutat dengan pertanyaan itu. Di sela – sela ngerjain skripsi, hal yang ditanyakan itu menjadi sesuatu yang lebih pressure ketimbang corat coret dari dospem akan skripsi kita, atau sibuknya #perjuanganskripsi. Menurut saya lebih berat bertanya akan pertanyaan diatas. Saya lebih takut ditanyaain, “mel habis ini kamu ngapain ?” ketimbang “skripsi kamu gimana kabar?” haha, sama aja sih bebannya tergantung yang nanya haha. 

Tadi malam, saya ga sengaja bisa berkontak ria sama temen jaman SMA dulu yang sekarang sedang kuliah di luar kota. Biasa deh namanya reunian, nanyain kabar setelah itu kegiatan, dan kesibukan. And then dari segala macem capture yang doi upload di medsosnya, saya jadiin pertanyaan balik ke doi. Dia jadi cerita kalau apa yang ia rekam di medsosnya ga sengaja dia tekuni, dan doi ga yakin yang dia kerjain sekarang bakal bisa jadi sesuatu hal “berguna” di masa yang akan datang. Doi itu akademis banget waktu SMA. Ikut olimpiade, lomba – lomba, pelatihan, lalu doi terusin bidang itu buat ngambil bidang perkuliahan yang linier banget sama jurusan doi waktu SMA dulu. Saya pribadi awalnya yakin itu jadi passion dia, tapi pas saya nanyain ulang. Ternyata ga seperti yang saya duga, ternyata ada sebuah kedilemaan yang terjadi di pikirannya. Saya ga tahu persis sebabnya, mungkin aja dia menemukan sesuatu yang lebih asik atau bisa jadi doi masih belum yakin bisa menguasai bidang yang dia tekuni sekarang, sekarang dia malah jadi hand lettering handal. *maap wik jadi ceritain kamuu*

Jadi keinget cerita saya dulu yang jaman kecil suka banget hal – hal berbau scientist, ikut lomba matematika, ipa, sampe jurusan di SMA juga mulus juga di IPA dan segala kegiatannya. Lalu, ntah apa yang terjadi sekarang, ketika saya malah berada di jurusan sosial pas kuliahan yang notabene jauh banget sama yang saya pelajari waktu dulu. What Happen ?
 
Merasa waktu sia – sia ?
Gak banget! Saya yakin semua yang kita jalani dan kita pilih pasti ada hikmahnya. Mungkin saya harus ngelewatin beberapa fase itu supaya menemukan apa yang saya cari sebenarnya, apa yang bisa saya lakukan sebenarnya. Saya memang suka nulis sejak kecil, seperti nulis diary. Karena waktu dulu juga belum ada internet, blog yang secanggih sekarang. Tapi sedikitpun dan tak pernah terlintas ingin jadi penulis. Bahkan dulu sempat mikir ingin jadi penyanyi. Barangkali karena waktu kecil saya suka banget dikomporin teman – teman buat nyanyi karena ada di klub paduan suara, teater, dan rebana.

Tapi saya bersyukur banget gak kelamaan nemuin apa yang saya suka, dan saya senang berhasil ngambil jurusan kuliah saya saat ini yang “guee banget dah” walaupun orang – orang banyak yang bilang kalau kamu suka sama jurusan kamu tekuni saat ini di perkuliahan dan kamu yakin ga salah jurusan setidaknya IPK kamu itu sempurna 4.0! Lalu saya ? Hampir – hampir deh yaa, tapi belum sampe. Gara – gara omongan ini saya pernah gak pede, “beneran sih kamu meel suka ama jurusan itu ? serius sama yang kamu pilih?”

Kalau flashback, ketika jaman seleksi snmptn, daftar kuliah sana sini. Saya sering banget dapat cemooh. Karena jurusan yang saya ambil ga linier banget sama aktivitas saya waktu SMA yang notabene serius. Terutama aktif di kegiatan ilmiah remaja.
“Yakin kamu meel ? itu jurusan buat orang – orang yang ngomong kedepan loh mel ?”
“Kamu tahu kan jadi wartawan gimana ?”
“Yakin meel, disitu bakal ada ini itu dan bla bla bla”

SAKIT ?
Yups, ada masa nya waktu itu merasa gitu, Karena pertentangan demi pertentangan bukan hanya dari orang terdekat teman – teman tapi juga orang tua. Karena saya anaknya yang benar – benar melenceng. Notabene keluarga rata – rata basicly anak – anak scientist, akademical, terus rata – rata berkutat di medis, tehnik, hal gitu – gitu terkecuali alm ayah saya yang diploma ekonomi di jamannya. Tapi ya ekonomi masih ada matematikanya kan.
Itu lain ceritanya dilemma pasca SMA. Nah sekarang dilemma pasca kampus.
Pertanyaaannya lebih menjubel lagi. Jaman dulu mungkin kita nemuin hanya ada beberapa pilihan untuk kita. Kalau sekarang, kalau mau memilih bekerja ada banyak lanjutannya, mau kerja kayak gimana ?
Kerja yang kantoran kah, kerja yang project oriented kah, atau buka usaha. Bahkan trend abis kuliah nikah dan ambil S2 sudah jadi pilihan banyak orang ketimbang dulu, yang dua pilhan ini jadi second line yang hanya dipikirkan orang – orang tertentu. Kesempatan beasiswa lanjut studi yang kian luas, cerita nikah muda jadi trend untuk menghindari zina dan say no to pacaran karena dunia kini makin tak terkendali. Jadi membuat banyak pilihan bukan ?

Jadi galau anak sekarang lebih mengerikan ya ?
Hmm bisa jadi, karena pressure yang lebih tinggi. Sentuhan perubahan dan globalisasi yang kian cepat membuat kita gak bisa jadi orang yang tertinggal informasi dan peluang. Kompetisi kian berat. Kalau galaunya lama – lama yaa susah juga. Kita hanya jadi manequine di dunia yang fana ini. Duh bahasanya ..
Menurut saya galau adalah sesuatu hal yang “diam ditempat”, Why ?
Orang galau sulit mengambil keputusan, cenderung pada kondisi tak memilih. Kondisi nyaman dan diam. Gak nyaman sih, tapi bingung dengan segala pertimbangan yang ada di kepalanya, terlalu over untuk memikirkan apa yang akan terjadi yang ada di masa depan, sayangnya khawatirnya itu negatif semua. 

Lalu saya ? Yups saya pernah! Lalu salahnya saya pada saat itu adalah, saya hanya memikirkannya sendiri. Saya diam, saya tak berbagi dan bertanya dan saya tak berusaha keluar dari lingkaran “devil” itu, yang bikin recovery nya jadi lama.
Lagi lagi komitmennya ke diri sendiri,
“aku ga bisa nih gini – gini terus harus berubah”
And then ketika hal itu muncul di pikiran kita, kita menjalankan sesuatu dengan let it flow dan berusaha menerima segala kemungkinan yang terjadi di masa yang akan datang. Lalu apa yang akan terjadi
BLAAP!
Allah kasih jawaban ke kita! Yups! Entah itu peluang, entah itu kesempatan, apa itu sebuah hal yang kita saat ini risaukan akan muncul titik terangnya kalau kita memahami. Yaa! Allah tidak tidur. Allah selalu dengar dan tahu apa yang diinginkan hambanya. Makanya ilmu ikhlas itu berat, tapi ketika berhasil menjalaninya, keajaiban demi keajaiban akan datang sebagai bentuk karunia Allah dan hadiah dari Allah kalau hambanya berhasil menjalani ujian yang diberikan. Ujian menerima, ujian berusaha dan berikhtiar.

Kamu sedang galau ?
Kalau kamu masih stagnan sama posisi sekarang dan ga maju – maju saya pastikan kamu dalam fase itu. Normal kah apa aib kah ? Hmm, nikmati prosesnya tapi kalau udah sadar dalam posisi seperti itu harus cepat – cepat berkomitmen untuk berubah. Belajar terus, dan selalu mencari teman – teman yang positif yang bisa dongkrak rasa percaya diri dan melepas rasa khawatir kamu sama hal yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Mungkin cara kita menanggapi masa depan berbeda, versi sukses tiap orang berbeda. Kita suka galau karena liat kondisi orang lain yang menurut kita lebih baik, padahal belum tentu. Bisa jadi dia malah tidak nyaman dengan kondisinya saat ini. Jangan banyak menduga – duga dan just focus for yourself!
Kalau kamu belum mendapatkan apa yang kamu cari, ngerasa salah jurusan atau masih dalam mencari dan mencari. Belum tentu masa depan kamu suram karena kamu terlambat menemukan diri kamu ada dimana,
Saya jadi ingat quote ini
“Belum tentu orang yang terlebih dahulu maju itu adalah yang paling baik. Terkadang orang yang dulunya berproses menjadi yang lebih baik walau prosesnya lambat akan menemukan sesuatu yang lebih bernilai karena dia menikmati segala prosesnya dan dia mengerti perjuangan untuk menjadi yang terbaik, ketimbang orang yang melewatkan hal itu dan cepat maju” Dream High
– Ini scene dimana Hye Mi sedang curhat kalau merasa tersaingi dari sahabatnya yang progress untuk debut menjadi entertainer lebih cepat ketimbang dia yang harus mulai dari 0 lagi karena karakter buruk yang ia miliki. Guru Kang yang jadi pembinanya saat itu menasehatinya quote keren itu, and then Hye Mi menjadi sukses versi dia sendiri dan terbebas dari karakter lamanya yang egois dan ga peduli akan orang lain.-
Jangan lihat kalau itu qoute dari drama korea (teruntuk dramahaters) *tutup mata
------------------
Semoga curahan ini menginspirasi!
For the next!
Cerita tentang hari melewati pasca kampus

Keep Reading !
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

Newer Posts
Older Posts

HELLO, THERE!


Hello, There!


Hello, There!

Let's read my story and experience


Find More



LET’S BE FRIENDS

Sponsor

OUR CATEGORIES

Entrepreneurship Event Financial Talks Forest Talk Good For You Happiness Healthy Talks Ngobrolin Passion Parenting Pendidikan Review Self Improvement Self Reminder Tips Travel Wirausaha Young Mindset community development experience

OUR PAGEVIEW

recent posts

Blog Archive

FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by beautytemplates