Millenials Lifestyle, Ancam Keselamatan Bumi ? #ForestTalk

by - Agustus 06, 2019



Bangun tidur kita membuka smartphone. Setelah itu, kita baru menuju kamar mandi, menggunakan sabun dan shampoo dengan wadah berbahan plastik. Seperti biasa mahasiswa tinggal di rantau sarapan seringkali jajan diluar yang biasanya beli bubur ayam mamang edi di kompleks sebelah. Kita menuju kesana menggunakan motor untuk mempercepat belanja, tak lupa mang edi juga membungkus bubur kesukaan kita dengan bungkusan berbahan plastik.

Dari ilustrasi diatas saja, sejak kita bangun dan melakukan aktivitas pagi yang sederhana, kita sudah menyumbang banyak sekali andil dalam kerusakan lingkungan. Belum lagi, kalau kita benar – benar membuang sampah sembarangan, membakarnya, atau membeli minuman favorit berwadah plastik kemasan. Baru kamu saja, bagaimana ada sekian juta pemuda pemudi yang melakukan hal yang sama setiap harinya.

Sebuah lingkaran lifestyle yang kita biasanya setiap harinya kan ya ? Belum lagi lifestyle jajan tiada henti dengan berbagai penawaran diskon dan promo. Industri fashion kian berkembang, dengan adanya model baru setiap harinya yang bikin greget kalau gak dibeli kan ya ?

Hal ini mendasari juga kegiatan Forest Talk with Blogger bersama para pakar lingkungan dari Yayasan Doktor Sutan Sjahrir. Kegiatan ini benar – benar membuka pikiran saya yang buta akan hal yang kita lakukan ternyata banyak menyumbang andil kerusakaan lingkungan selama ini. Saya pribadi masih belum maksimal melakukan pemilihan sampah. Belum lagi godaan kopi susu nan enak yang rilis racikan terbaru menggoda selalu untuk dicicipi, lagi – lagi wadah yang digunakan pastinya berbahan plastik kan ya ?

Beberapa tahun lalu, ketika saya aktif di Green Student Journalist. Saya diberikan amanah untuk mengisi kolom khusus “Cagar Biosfer Giam Siak Kecil, Bukit Batu. Saya terpana dengan kekayaan alam disana, namun juga mawas mengenai banyaknya para pemburu yang mengambil hasil hutan secara bringas yang ada disana. Tanpa sadar sekian waktu berlalu, ternyata lifestyle kita saat ini juga musuh bumi dan mengancam bumi. Bukan hanya pemburu ataupun para penebang hutan atau juga pembakar hutan.

Dikutip dalam Presentasi Forest Talk


Menurut presentasi yang disampaikan Bu Amanda Katili Niode ketika menyampaikan proses pencemaran yang menyebabkan perubahan iklim. Industri yang turut besar andil dalam kerusakaan lingkungan adalah Industri Fashion. Kenapa bisa ? Bayangkan saja, setiap hari kita mendapatkan model baru untuk jenis pakaian tertentu. Belum lagi jenisnya, mulai dari baju, atasan, blouse, dress, kaos, belum lagi pakaian tertentu dengan brand tertentu yang sepertinya mudah sekali kita tergoda untuk membelinya. Itu mengapa saat ini, beberapa idealis mulai menggerakkan sebuah lifestyle hidup minimalis salah satunya juga mengedukasi masyarakat kita lebih hidup ramah lingkungan dan tidak boros.

Dikutip dari Presentasi Forest Talk

Menurut Vice, Sejak tahun 2000 hingga sekarang, data produksi busana sedunia tercatat meningkat dua kali lipat. Rata-rata kita membeli baju, celana, atau jaket lebih banyak 60 persen tiap tahun dibanding pada tahun-tahun awal Abad 21. Baju - baju itu sebagian besar tidak terlalu lama disimpan lama di lemari, beda dari perilaku konsumen 15 tahun lalu. Di negara-negara maju, bahkan sudah biasa jika baju bekas akhirnya menumpuk di tempat pembuangan sampah. Kita mungkin ingat bagaimana, sampah – sampah tekstil yang sedang menjadi isu hangat baru – baru ini dibuang ke negara kita bukan ?

Dikutip dari VICE.COM

Produsen 50 persen produk tekstil dunia adalah Cina. Negara Tirai Bambu itu akhirnya harus menghadapi persoalan polusi massif dari industri fashion. Negara Cina pula yang paling banyak menampung daur ulang produk pakaian bekas dari seluruh dunia untuk diubah lagi menjadi benang. Namun pemerintah Cina dengan adanya motif proteksi perdagangan, baru saja menetapkan larangan impor 24 bahan baku industri, termasuk baju bekas untuk daur ulang benang. Kondisi itu akan berpengaruh pada tingkat polusi sejagat. 

Media Sosial yang mempengaruhi Lifestyle Millenials

Belum lagi dengan pabrik penghasil bahan baku tekstil yang menyumbang banyak limbah diberbagai bentuk. Baik itu limbah pakaian sisa hasil produksi, begitu pula mesin – mesin tekstil menghasilkan kepulan asap yang banyak. Mari kita coba yuk hidup sedikit lebih ramah dari hari ke hari dengan beberapa cara sederhana untuk diri kita dahulu. Walaupun kita tahu sulit keluar dari lingkaran kebiasaan tak baik ini dalam kehidupan kita.


-----------------

Tulisan ini di dedikasikan dalam Lomba Blogger Forest Talk with Blogger yang diselenggarakan Yayasan Doktor Sutan Sjahrir.

Informasi Lebih Lanjut : lestarihutan.id

Yayasan Doktor Sjahrir 
Twitter  : @YSjahrir
Instagram : @yayasandoktorsjahrir
Web   : yayasandoktorsjahrir.id

You May Also Like

0 comments

What's your opinion about this article ?