Melati Octavia Journal

Diberdayakan oleh Blogger.
Facebook Twitter Pinterest LinkedIn
  • Home
  • About Me
  • Disclosure
  • Story of Me
    • My Experience
    • Startup & Digital Life
    • Ngobrolin Passion
      • Talk Of Design
      • Writing Tips
      • Ngobrol Marketing
      • (NEW) Eco Lifestyle
    • Traveling Story
    • Diskon & Referral
  • This Is My Mind
    • Sudut Pandang
    • Boost Yourself
      • Young Mindset
      • Self Improvement
      • Career Talks
    • Review
    • My Project
      • Kongkow Nulis
      • Skill20
      • #ThinkMe
      • Codea Labs
    • Rubrik Seru
      • Date With Book
      • Movie Session
      • Bahas Bisnis
      • Road To Beauty
      • Eat With Me
      • Community Talks
      • Financial Talks
  • Contact Me
    • As Blogger
    • As Freelancer



Kali ini saya kembali dengan Ruang Publik KBR dan Blogger Community memberikan sharing mengenai kabar teman - teman disabilitas dan OYPMK (Orang Yang Pernah Mengalami Kusta)

Dimana di Talkshow kali ini diundang langsung para teman OYMPK yang sudah berdaya dan berkarya menceritakan pengalamannya selama bekerja.

Live Talkshow ini berlangsung hari Rabu, 27 Juli 2022. Live Talkshow yang disiarkan lewat channel Youtube ini dimoderatori oleh penyiar Rizal Wijaya, bersama dengan narasumber Agus Suprapto, DRG, M.Kes  dan Mahdis Mustafa.


Cerita Pak Mahdis, OYPMK yang Berkarya dan Berkarir

Beliau bernama Mahdis Mustafa. Ia  adalah salah satu penyandang OYPMK. Ia didiagnosa pengidap penyakit kusta pada tahun 2010. Awalnya, Mahdis tidak mengetahui bahwa ia terkena penyakit kusta karena orang tuanya tidak memberi tahukannya soal penyakit apa yang sebenarnya dideritanya. Ia hanya diberitahu bahwa ia sedang terkena alergi. Saat itu orang tuanya takut kalau Mahdis akan malu dikarenakan masih adanya stigma negatif di masyarakat tentang penyakit kusta. 

Tapi lama kelamaan Mahdis pun mengetahuinya saat mengecek jenis obat-obatan yang ia konsumsi. Saat Mahdis sedang dirawat di salah satu rumah sakit di Makassar, ia bertemu dengan seorang kader organisasi dan mengajaknya terjun ke dunia organisasi. Awalnya ia menolak ajakan  tersebut. Tapi karena keterbatasan biaya dan tidak ingin membebani orang tuanya, akhirnya ia pun memberanikan diri untuk melamar pekerjaan di salah satu rumah sakit di Makassar sebagai cleaning service untuk membantu membersihkan ruangan di area perawatan kusta.

Kemudian, ketika penyakitnya dikatakan sembuh. Beliau mendapatkan kepercayaan dari perusahaan outsource cleaning service untuk bekerja dan berpindah kontrak dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya. Hingga pada akhirnya, perusahaan tempatnya bekerja merekomendasikan Mahdis dengan kompetensi dan keahliannya untuk memimpin tim dan menjadi supervisor di perusahaan outsource cleaning service. Kini Mahdis Mustafa menjabat sebagai SPV cleaning service di PT.Azaretha Hana Megatrading.   

Baca Juga : Para Disabilitas Berhak Tahu Edukasi Seksual


Tantangan Akses Kerja untuk Para OYPMK

Secara statistik, pada 2019 tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) disabilitas sebesar 45,9%, artinya dari 10 penyandang disabilitas usia kerja, hanya 5 yang masuk dalam angkatan kerja. Angka ini hanya sepertiga dari TPAK non disabilitas. Rendahnya TPAK disabilitas menandakan kesulitan yang dialami penyandang disabilitas dan OYPMK dalam pasar tenaga kerja.

Penyandang disabilitas termasuk OYPMK dianggap kelompok yang tidak produktif, tidak memiliki kemampuan yang layak serta adanya kekhawatiran kerugian materil perusahaan dalam menyediakan aksesibilitas di tempat kerja menjadi salah satu hambatan yang ditemukan dari sisi penyedia kerja.

Indonesia sendiri sudah cukup maju dalam pemenuhan hukum hak penyandang disabilitas termasuk Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK), yaitu UU No.8/2016 sebagai tindak lanjut UU No.19/2011 tentang ratifikasi Konvensi Hak Penyandang Disabilitas. Bagi negara kita, penyandang disabilitas termasuk OYPMK memiliki hak atas pekerjaan, kewirausahaan dan terlibat dalam koperasi. Mereka berhak mendapat pekerjaan tanpa diskriminasi, upah setara, akomodasi layak dan pengembangan karir.


Baca Juga : Mereka Juga Bisa Punya Mimpi

Peran Pemerintah Untuk Mendukung Peningkatan Taraf Hidup OYPMK

Sampai saat ini, Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) dan penyandang disabilitas mengalami berbagai tantangan saat kembali ke masyarakat. Salah satu tantangan yang dihadapi yaitu minimnya akses pekerjaan bagi penyandang disabilitas.

Pada tahun 2019, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) disabilitas hanya sebesar 45,9%, artinya dari 10 penyandang disabilitas usia kerja, hanya 5 orang yang masuk dalam angkatan kerja. Angka ini hanya sepertiga dari TPAK non disabilitas.

Penyandang disabilitas termasuk OYPMK dianggap sebagai kelompok yang tidak produktif, tidak memiliki kemampuan yang layak dan adanya kekhawatiran kerugian materil perusahaan dalam menyediakan aksesibilitas di tempat kerja menjadi salah satu hambatan yang ditemukan dari sisi penyedia kerja.

Untuk itu, sharing ilmu dalam Talkshow ini juga membuka pikiran saya bahwa di luar sana masih banyak juga teman-teman disabilitas terutama OYPMK yang kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.

Bapak Mahdis juga menceritakan bagaimana perjuangannya untuk mendapatkan pekerjaan di tempat umum yang awalnya mengalami kendala dalam hal penolakan. Hal pertama yang selalu disampaikan Bapak Mahdis ketika interview kerja adalah jujur dengan kondisinya, bahwa beliau adalah seorang yang pernah mengalami kusta. 


Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Nah, tulisan kali ini merupakan lanjutan dari sharing materi inspiratif kegiatan Forest Talk with Bloggers di Hotel Grand Zuri, pada hari Sabtu, 20 Juli 2019. Jujur saja, awalnya saya tidak tahu kalau event kali ini ada Field Tripnya. Saya sempat meng-iyakan ajakan teman ketika siang untuk agenda lainnya. Tapi ternyata tidak, ada agenda berkunjung. Wah! Seru pastinya. Mengingat belakangan ini saya di-sibukkan dengan kegiatan pindahan barang-barang di rumah, jadi jarang sekali jalan - jalan. Mari simak keseruan perjalanan serunya!

Kami memulai perjalanan pada pukul 11.00 pagi dimulai dengan persiapan. Kami pun menyiapkan diri membawa barang – barang yang dibutuhkan termasuk mengisi tumblr yang menjadi merchandise yang diberikan oleh tim panitia kegiatan Forest Talk with Bloggers kali ini. Kami tahu pasti perjalanan ini memakan waktu cukup lama sekitar 2 jam. Kita diberi sedikit arahan mengenai Desa yang akan dikunjungi. Yaps, nama desa yang kami kunjungi nanti adalah Desa Batu Gajah. Saya dan beberapa teman memilih Bus pertama dan ternyata sepi. Tim Blogger ternyata banyak memilih bus kedua hahahaha.

Memulai Perjalanan

Akhirnya setelah sejam lebih dalam perjalanan, kami dibuat penasaran dengan beberapa pohon yang menjadi pemandangan kami. Pohon – pohon itu menjulang tinggi dengan banyak ranting kecil namun dedaunan yang terpusat di puncaknya, ternyata memiliki nama Pohon Eucalyptus. Kami diberi beberapa penjelasan bahwa kami berada di sebuah kawasan Tapung, Kabupaten Kampar. Lokasi ini berada di area PT Perawang Sukses Perkasa Industri (PSPI). Desa ini merupakan salah satu binaan dari Program DMPA ( Desa Makmur Peduli Asap).
Dikutip dari Presentasi Forest Talk

Program DMPA adalah perwujudan Kebijakan Konservasi Hutan (FCP) APP Sinar Mas dengan pelibatan masyarakat adat dan lokal secara konstruktif dalam upaya menyelesaikan konflik sosial dan juga pemberdayaan masyarakat sekitar hutan secara sosial-ekonomi. Dalam hal ini yang dijelaskan Pak Tahan Manurung, bahwa Riau memiliki permasalahan pelik dalam mengelola hutan. Kita tahu jika, Provinsi Riau terkhusus kota Pekanbaru seringkali dilanda Kabut Asap yang menjadi bencana nasional.

Program DMPA mengedepankan kolaborasi dari berbagai pemangku kepentingan, antara lain masyarakat , perusahaan, pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat dan juga akademisi.

Teman Baru dari Desa Batu Gajah

Ada hal menarik ketika kami menelusuri menuju Desa Batu Gajah yang merupakan Binaan DMPA. Saya melihat sebuah penerapan pengelolaan hutan yang baik dari segala aspek stakeholder. Baik itu perusahaan (industri), masyarakat dan juga alam. Kami pun akhirnya sampai ke balai desa atau juga salah satu perwakilan warga Desa Batu Gajah. Kami disambut dengan gembira oleh mereka dengan berbagai suguhan yang mengugah selera hasil perkebunan. Saya sendiri menyaksikan beberapa lahan sekitar balai tempat kami menyelenggarakan acara terdapat kebun ubi dan juga beberapa tanaman produktif lain. Kami diminta untuk beristirahat setelah melakukan perjalanan panjang dari Pekanbaru yang memakan waktu sekitar 2 jam. Kami diberi suguhan ubi goreng, sukun dan jagung rebus.

Suguhan Hasil Kebun Desa Batu Gajah
 
Warga pun antusias menyambut kami dengan menceritakan apa yang mereka lakukan di Desa Batu Gajah sebagai salah satu desa binaan program DMPA diantaranya mereka produktif dalam menghasilkan kerajinan hasil hutan yang dapat dijual dan menambah nilai tambah. Seperti topi, tudung saji dan alat rumah tangga lainnya. Saya salut, mereka menceritakan bagaimana mereka menggunakan tanaman sebagai pewarna alami untuk kerajinan mereka.

Demo Kerajinan Hasil Hutan dari Warga Desa Batu Gajah
“Kami menggunakan asap lampu togok untuk pewarna hitam dari topi anyam kami,” ucap salah satu warga yang mempresentasikan bagaimana mereka menghasilkan  kerajinan dari hasil hutan
.
Kami pun menyaksikan langsung warga disana terutama Ibu – Ibu warga Desa Batu Gajah sungguh lincah dan kreatif. Salah satu hasil pangan yang menurut saya sangat enak dan juga unik adalah Kripik Tempe Organik. Saya benar – benar ketagihan! Mereka memproduksi tempe sendiri dan juga menjadikannya pangan jadi yang siap di santap. Yummy! Kamu musti coba deh!


Hasil Pangan Warga Desa Batu Gajah

Desa Batu Gajah konon katanya asal usul nama desa ini berasal dari perjanjian antar Gajah dan Manusia. Perjanjian gajah yang menyalahi aturan karena memakan pohon kekededau yang ketika menyebrangi sungai akhirnya menjadi batu. Kita masih bisa loh menyaksikan batu yang menyerupai gajah di sungai tersebut loh.

Saya pun sempat berbincang dengan beberapa anak gadis disana dan berfoto. Mereka sangat ramah sekali menyambut kami. 

Saya yang antusias 
Kami pun melanjutkan perjalanan untuk melihat beberapa peternakan sapi warga Desa Batu Gajah. Sungguh menarik, ternyata bukan hanya perkebunan, kerajinan tangan, dan juga hasil pangan. Desa binaan DMPA juga merambah ke sektor perternakan. Sapi yang kami saksikan gemuk – gemuk dan sehat, menurut informasi yang kami dapatkan. Saat ini mereka sudah memiliki dan berhasil mengembangbiakan 18 sapi loh dari 6 sapi yang diberikan oleh Tim Pembina DMPA. Super!

Perlu kita ketahui, Program DMPA telah dimulai sejak tahun 2014 dengan beberapa program diantaranya : Program ternak sapi, hortilkutura, dan program bantuan untuk para nelayan. Seru banget kegiatan Field Trip ini deh pokoknya! Beberapa hal yang bisa saya dapatkan dan menjadi catatan saya yaitu mengenai kolaborasi yang apik antara warga, industri dan alam.

Peternakan Sapi Warga Desa Batu Gajah

Sepanjang perjalanan menyusuri hutan, saya melihat pohon – pohon yang ada dikawasan tersebut terbina dengan baik. Tidak ada bekas pembakaran, hasil hutan kayu yang ditebang sudah bermunculan bibit baru sebagai pengganti pohon yang ditebang. Ya! Mereka sudah menerapkan program tebang pilih. Saya pun ikut bertanya - tanya tentang bedanya warna – warna pita yang ada di beberapa pohon. Ternyata maksudnya adalah untuk membedakan dan mengenal usia pohon yang boleh dan tidak untuk ditebang.

Menarik ya! Saya ingin sekali datang kesini lagi kapan – kapan! 

Rombongan Para Blogger Keren Abis!!

____________

Tulisan ini di dedikasikan dalam Lomba Blogger Forest Talk with Blogger yang diselenggarakan Yayasan Doktor Sutan Sjahrir.

Informasi Lebih Lanjut : lestarihutan.id

Yayasan Doktor Sjahrir 
Twitter  : @YSjahrir
Instagram : @yayasandoktorsjahrir
Web   : yayasandoktorsjahrir.id

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Akhirnya sampai-lah saya menulis cerita ini setelah menulis beberapa materi dan juga keresahan saya di beberapa artikel sebelumnya. Teman – teman bisa baca disini bit.ly/ForestTalkNotesByMelatiOctavia. Awalnya saya hampir melewatkan kegiatan menarik ini. Kesibukan saya di kantor membuat beberapa kegiatan blogger “sedikit” terabaikan. Saya sempat berpikir, apalah jadinya jika saya tidak jadi mengikuti event menarik dan keren ini. Banyak ilmu dan pengalaman yang sudah saya sia – siakan tentunya.

Kali ini, tidak seperti catatan saya sebelumnya. Saya ingin memberikan kesan personal dalam cerita saya kali ini. Termasuk rangkaian acara sejak awal. Ada hal menarik ketika saya menghadiri event ini. Bisa dikatakan saya orang terakhir yang bergabung menjadi peserta Forest Talk with Blogger. Jadi banyak hal yang tidak saya ketahui, sehingga salah satu kecerobohan saya adalah tidak bertanya dahulu detail lokasi acaranya. Mungkin saya “kurang jalan – jalan” walaupun sudah belasan tahun tinggal di Pekanbaru. Saya “nyasar” ketika mencari lokasi kegiatan Forest Talk with Blogger.

Teman – teman lain tentunya sudah biasa menyikapi salah satu karakter saya yang “absurd” ini. Saya salah membaca nama tempat penyelenggaran acara yang harusnya Grand Zuri tetapi saya malah ke The Zuri. Yaps! Beda satu kata tapi saya bisa nyasar jauh sekali. Bahkan sempat ada adegan hampir mogok, karena saya kelupaan mengisi bensin.

Dibilang terlambat tidak juga. Saya hadir “pas” sekali ketika momen pembukaan dimulai. Tapi yang menyedihkan bagi saya adalah saya tidak sempat mengelilingi booth yang ada di kegiatan Forest Talk with Bloggers. Saya sedihhh banget!


Event ini menyajikan materi yang relatable dengan kondisi lingkungan saat ini. Pematerinya handal banget, tahu dari mana ? Ketika saya melakukan livetweet beberapa me-reply tweet dan mengatakan bahwa beberapa pemateri yang hadir adalah sosok idola beliau. Kebetulan beberapa relasi saya ketika kuliah dulu adalah teman sesama jurnalis di rubrik ForUs Riaupos. Sebuah rubrik lingkungan mingguan dulu tiga tahun saya pernah bekerja dulu. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Yayasan Doktor Sutan Sjahrir.

Sekilas tentang Yayasan Doktor Sutan Sjahrir

Yayasan ini bermula dari sosok panutan yaitu Dr. Sutan Sjahrir. Dr. Sjahrir semasa hidupnya dikenal sebagai ekonom. Beliau yang lahir di Kudus, Jawa Tengah, pada 24 Februari 1945 itu pernah menjabat anggota Dewan Pertimbangan Presiden poada 2007 silam. Kemudian wafat  di Singapura pada 28 Juli 2008 di usia 63 tahun.

Semasa hidupnya, di tahun 2001, Sjahrir mendirikan Perhimpunan Indonesia Baru. Aktivitas utama perhimpunan itu adalah menyelenggarakan cabinet watch yang mengawasi keputusan-keputusan pemerintah atas kebijakan-kebijakan tertentu, dan mengumumkan hasil pengawasan itu ke masyarakat.

Yayasan ini hadir merupakan cita - cita dan misi beliau yang diteruskan dalam bidang pendidikan, kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. Termasuk salah satunya kegiatan kali ini. Kegiatan kali ini berkolaborasi denga The Climate Reality Project dan juga Tropenbos Indonesia sebagai upaya sosialisasi lingkungan dan juga perubahan iklim kepada masyarakat dengan mengundang para media dan blogger agar dapat diteruskan ke masyarakat lebih luas lagi.

Di kegiatan inilah saya mengenal isu lingkungan dan problem lingkungan secara utuh. Banyak ilmu dan materi yang disampaikan pada kegiatan Forest Talk with Blogger di Pekanbaru di awali dengan 


Pemateri pertama adalah Bu Amanda Katili Niode beliau seorang Manager dari Climate Reality Project Indonesia. Di materi pertama beliau menyampaikan mengenai “Perubahan Iklim”. Singkatnya, Bu Amanda menjelaskan bahwa ketidakstabilan iklim yang kita rasakan sekarang. Misalnya hujan tiba – tiba, tidak sesuai dengan aplikasi perkiraan cuaca dan bahkan musibah gempa dan banjir yang tidak dan sulit sekali diprediksi ternyata ada andil kegiatan manusia di dalamnya. Tentu hal ini menjadi renungan bagi kita semua, bahwa kegiatan manusia mengambil andil dalam terjadinya bencana yang terjadi saat ini.



Pemateri kedua dilanjutkan oleh Ibu Atiek Widayati dari Tropenbos Indonesia. Beliau menyampaikan mengenai Pengelolaan Hutan Lestari dan Lanskap. Pada materi ini disajikan, saya terkesima dengan beberapa istilah yang disampaikan seperti deforestasi, konversi hutan, dan banyak lainnya. Ternyata menjaga hutan itu adalah tindakan utama untuk menjaga bumi kita. Ibaratnya hutan kita rusak, itu artinya bumi kita rusak. Pengelolaan hutan yang tak terkendali inilah menjadi akar terjadinya kerusakaan lingkungan lainnya. Hutan adalah sentral dan jantungnya bumi.

Materi selanjutnya seharusnya diisi oleh Mba Murni Titi Resdiana, beliau merupakan bagian dari staff khusus presiden di bidang Pengendalian Perubahan Iklim dengan materi “Pohon dan Ekonomi Kreatif” Namun akhirnya diwakili oleh Ibu Amanda. Seperti tulisan saya sebelumnya, saya tertarik membahas lifestyle kita saat ini mempengaruhi keramahan kita terhadap lingkungan. Materi yang disajikan kali ini menyampaikan berbagai produk pangan dan sandang yang ramah lingkungan namun juga enak. Seperti keripik hasil hutan yang ramah lingkungan, ada juga produk tas terbuat dari rotan yang sekarang sedang hits di kalangan anak remaja putri. Dalam penuturan beliau juga menjelaskan pewarna alami hasil hutan yang bisa kita kembangkan seperti Kulit Secang yang dapat memberi warna merah kecoklatan dan juga akar mengkudu yang memberikan pewarna kain merah. Saya pun kepikiran mau hunting cari – cari alternatif pewarna untuk cat kontrakan kalau ada hihihi *bercanda.



Materi lanjutannya diisi oleh Bapak Tahan Manurung, beliau adalah perwakilan Asia Pulp and Paper menyampaikan Desa Makmur Peduli Api. Nah, materi ini juga menarik nih. Beliau menyampaikan bahwa perusahaannya telah berkontribusi dalam melakukan pembinaan kepada masyarakat hutan yang berdekatan dengan hutan produksi dan juga mengelola hasil kreativitas warganya. Saya tertarik sekali loh dengan program yang mereka laksanakan. Bahkan beberapa contoh dari hasil produksi pangan mereka enak dan juga kaya akan gizi. Saya pribadi siap mendukung untuk ikut membantu untuk hasil pangan yang kreatif dari mereka. Mereka mengatakan menargetkan 236 desa menjadi binaan mereka dengan durasi 5 tahun loh. Dari hasil itu, bisa dikatakan mereka mengelontorkan dana sebesar 67,2 Milyar untuk melaksanaakan program ini. Sungguh angka yang besar ya!

Potret Keseruan Forest Talk with Blogger Pekanbaru 

Nah, sebenarnya masih banyak cerita menarik nya. Kegiatan kami dilanjutkan dengan persiapan Field Trip ke salah satu desa binaan DMPA ( Desa Makmur Peduli Api) yaitu Desa Batu Gajah. Mau tahu ceritanya ?

Simak ceritanya disini >> Forest Talk Stories ; Cerita Perjalanan ke Desa Batu Gajah
____________

Tulisan ini di dedikasikan dalam Lomba Blogger Forest Talk with Blogger yang diselenggarakan Yayasan Doktor Sutan Sjahrir.

Informasi Lebih Lanjut : lestarihutan.id

Yayasan Doktor Sjahrir 
Twitter  : @YSjahrir
Instagram : @yayasandoktorsjahrir
Web   : yayasandoktorsjahrir.id

Share
Tweet
Pin
Share
1 comments

Sebelum sharing mengenai tips menjaga lingkungan yang mudah untuk kita terapkan. Ada beberapa hal yang perlu di highlight dalam event Forest Talk with Blogger dalam sesi materi ke 3 (tiga) oleh Mbak Atiek Widayati perwakilan dari Tropenbos Indonesia. Tropenbos Indonesia adalah yayasan resmi berdiri tanggal 22 Desember 2016 kini diberi nama Yayasan Tropenbos Indonesia. 

Tropenbos Indonesia sendiri memiliki tagline menarik "Menjadikan pengetahuan bermanfaat bagi hutan dan manusia" dan visi "Menjembatani kesenjangan antara pengetahuan dan praktik tentang Tata Kelola Lanskap Hutan yang Lebih Baik". Ini dikutip dari situs resmi Tropenbos Indonesia. Bu Atiek Widayati banyak sekali menceritakan mengenai hutan secara menyeluruh, baik itu istilah – istilah asing mungkin yang kita temui dan juga proses hutan yang menjadi sentral keseimbangan yang ada di bumi.

Dikutip dari The Nature Conservancy Indonesia

Nah, karena hutan adalah sebuah asset berharga yang dimiliki bumi. Maka dari itu menjaga bumi sama dengan menjaga hutan. Benarkah ? Beliau memaparkan hal mudah dan sederhana untuk kita terapkan.
Madu Hutan adalah salah satu hasil hutan Non Kayu

1. Ikut Dukung Melestarikan Lingkungan

Mungkin sedikit terdengar klise dan idealis, tapi hal ini benar adanya. Sesimpel kita menerapkan menggunakan barang konsumtif yang bijak. Misalnya memulai mengurangi kantong plastik, mengurangi jajan air kemasan menggunakan plastik, atau juga membawa wadah sendiri ketika ingin jajan. Sederhana tapi sulit banget dilakukan ya teman – teman ?


2. Ikut menggunakan Hasil Hutan, bukan Kayu

Ketika dijelaskan agak sulit dicerna. Tapi ketika dipaparkan dengan akhirnya paham. Ternyata banyak jenis hasil hutan lainnya bisa menggantikan kayu. Kebutuhan akan kayu bisa dibilang turut andil dalam mengurangi jumlah hutan karena bahan kayu digunakan untuk kebutuhan kita. Sebisa mungkin kita mencoba menggunakan hasil hutan non kayu. Seperti sekarang sedang maraknya, hasil rotan yang menjadikan furniture cantik dan juga estetik untuk dipajang dirumah. Kemudian dalam industri fashion mulai ada kerajinan terbuat dari rotan untuk tas unik handmade yang ciamik. Nah dengan menganti penggunaan tentu kita turut andil menyelamatkan bumi kan ya.


Hasil Pangan Masyarakat Desa Batu Gajah


3. Andil Mendukung Ekonomi Masyarakat Tepi Hutan

Masyarakat tepi hutan biasanya cenderung menggunakan hasil hutan untuk menjadi mata pencaharian mereka. Ketika kita tidak membutuhkan hasil hutan karya mereka. Tentu mereka kesulitan. Belum lagi hasil hutan kayu didominasi oleh industry besar seperti pabrik kertas, sawit, dan karet. Sedangkan masyarakat tepi hutan tidak memiliki kapasistas yang sama dengan perusahaan besar. Padahal dalam ekosistem, masyarakat turut andil mengkontrol keberadaan hutan tetap terjaga. Jika tak ada yang menjaga hutan, hutan akan alihfungsi menjadi lahan industri. Apabila kita mendukung ekonomi mereka dengan hasil hutan seperti madu, rotan, rempah – rempah tentu akan membuat hutan tetap lestari.

4. Turut Andil dalam Pemanfaatan Ekosistem Hutan

Apakah kamu senang berkemping atau juga menyusuri hutan ? Nah ini salah satu bentuk kamu melestarikan hutan untuk menjaga bumi. Keberaadaan ecowisata atau ecotourism turut andil dalam melestarikan hutan dan jaga bumi. Hasil ekonomi yang didapatkan juga bisa mensejahterakan masyarakat sekitar. Selain itu kita bisa belajar untuk mencintai lingkungan dengan belajar langsung dengan alam. Kita bisa memanfaatkan potensi ekosistem hutan seperti wisata pemandian air panas, arung jeram, bisa juga dengan kegiatan outbound alam yang menarik. Kamu mau jadi bagian dari lestarinya hutan ? Mari berkreativias.



5. Sosialisasi Aktif di Media Sosial dan Blog

Nah, hal yang saya lakukan ini juga salah satu bentuk saya turut andil menjaga bumi. Sederhana sih, tapi harapannya tindakan kecil dan sederhana ini dapat mengugah para pembaca untuk terus belajar menjaga bumi. Kita makin sadar bahwa bumi sudah tua yang butuh perhatian khusus dan jangan dirusak! Bencana alam yang banyak terjadi adalah bentuk kemarahan bumi pada kita. Layaknya orangtua kita yang menegur anaknya karena telah membuat kerusakan.

Lakukan gerakan cinta lingkungan dan sampaikan ke teman – teman lainnya untuk semakin sadar menjaga lingkungan dan akhirnya bersama – sama mengugah. Saya termasuk bahagia dengan adanya gerakan #ZeroGrassStraw yang dikampanyekan para pemuda sehingga banyak diterapkan beberapa merchant bisnis yang juga ikut andil mengurangi penggunakan sedotan plastik.

Ada ide apa lagi untuk jaga bumi menurut kamu ?

Baca Juga >> Forest Talk Stories : Cerita Perjalanan ke Desa Batu Gajah

____________

Tulisan ini di dedikasikan dalam Lomba Blogger Forest Talk with Blogger yang diselenggarakan Yayasan Doktor Sutan Sjahrir.

Informasi Lebih Lanjut : lestarihutan.id

Yayasan Doktor Sjahrir 
Twitter  : @YSjahrir
Instagram : @yayasandoktorsjahrir
Web   : yayasandoktorsjahrir.id

Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Bukan rahasia umum masalah sampah dan polusi adalah masalah yang pelik. Gaya hidup warga Indonesia, dan kurangnya edukasi serta banyak perkara lainnya yang menjadikan Indonesia tercatat menjadi nomor 2 sebagai pencemar sampah plastik ke lautan dunia setelah Cina. Menurut situs DW, setiap tahun Indonesia membuang 3 juta ton sampah ke lautan. Angka yang fantastis bukan ?


Bukan hanya itu beraneka ragam sejenis polusi terjadi dengan banyaknya kegiatan manusia yang tanpa kita sadari mempengaruhi iklim dan cuaca di Indonesia. Hal ini dikemukakan oleh Bu Amanda Katili Niode perwakilan The Climate Reality Project Indonesia dalam event Forest Talk with Blogger, 20 Juli 2019 dalam presentasinya 

Dikutip dalam Presentasi Forest Talk

Banyak faktor pengelolaan sampah yang belum baik beberapa diantaranya adalah :

1. TPA (Tempat Pembuangan Sampah) yang masih terbatas
2. Belum meratanya edukasi pengelolaan sampah di Indonesia
3. Gaya hidup masyarakat kita yang tinggi memproduksi sampah
4. Pengelolaan limbah masyarakat kita yang belum baik




Biasanya secara umum kita mempelajari beberapa jenis sampah, namun dalam bagian ini jenis sampah pada umumnya dibagi 2 (dua) secara sifat diantaranya ;

a. Sampah Organik (Degradable); sampah organik adalah sampah yang dapat membusuk dan terurai sehingga bisa diolah menjadi kompos. Misalnya, sisa makanan, daun kering, sayuran, dan lain-lain.

b. Sampah Anorganik (Undegradable); sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang sulit membusuk dan tidak dapat terurai. Namun, sampah anorganik dapat didaur ulang menjadi sesuatu yang baru dan bermanfaat. M)isalnya botol plastik, kertas bekas, karton, kaleng bekas, dan lain-lain.

Percaya deh kita sendiri masih sulit membedakan dua hal ini. Dalam tatalaksana di rumah kita, kita masih sering mencampur dua sampah ini. Mengingat belum adanya peraturan yang mengikat mengenai pemilahan sampah – sampah ini. Padahal di beberapa negara ini adalah hal sederhana. Seperti di Korea Selatan, jadwal penjemputan sampah dan wadah pemilihan sampah bahkan sudah diberi aturan yang jelas mengenai sampah – sampah yang mereka pilah. Alhasil, sampah dapat dikelola dengan baik.

Selanjutnya kita mengulik polusi  Polusi adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya dikutip melalui Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982.

Polusi Asap di Provinsi Riau Setiap Tahun

Seperti saat ini, Kota Pekanbaru mengalami pencemaran udara terparah kembali sejak berakhir 2015 lalu yang menyebabkan Presiden RI akhirnya turun tangan. Indeks udara di pekanbaru saat ini berada dalam kondisi “tidak sehat” bahkan tercatat hanya 1,5 km jarak pandang.

Dikutip dari situs BMKG Nasional

Penyebabnya adalah pembakaran hutan yang sangat tinggi di Provinsi Riau. Bahkan beberapa tahun lalu menyebabkan negara tetangga terkena imbasnya, menurut data bahkan hutan di Provinsi Riau 50% sudah rusak. Hutan sebagai penyeimbang kehidupan adalah elemen penting terjaganya lingkungan dan bumi. Ibu Amanda mengatakan dalam presentasinya, hampir sebagian besar penyebab perubahan iklim dan juga bencana disebabkan oleh deforestasi hutan yang tinggi sehingga menyebabkan banyak berbagai macam bencana. Deforestasi adalah Perubahan permanen dari areal berhutan menjadi areal tidak berhutan atau tutup lainnya sebagai akibat dari aktifitas manusia.

Baca Juga >>  Cerita Hutan dan Asap di Provinsi Riau

Menurut Kompas merilis bahwa kita kehilangan 685.000 hektar setiap tahunnya. Menurut data yang dirilis Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) berdasarkan data dari Global Forest Resources Assessment (FRA), Indonesia menempati peringkat kedua dunia tertinggi kehilangan hutan setelah Brasil yang berada di urutan pertama.

Dikutip dari Kompas.COM


Begitu peliknya masalah lingkungan di Indonesia, setidaknya kita mengambil langkah untuk membudayakan hidup ramah lingkungan. Kalau bukan kita siapa lagi ? Sederhana kita mengelola sampah dengan baik, dan tidak ikut – ikutan menyumbang polusi di lingkungan kita. Sepakat ?


Baca Juga >> Millenials Lifestlye, Ancam Keselamatan Bumi ?

---------------------

Tulisan ini di dedikasikan dalam Lomba Blogger Forest Talk with Blogger yang diselenggarakan Yayasan Doktor Sutan Sjahrir.

Informasi Lebih Lanjut : lestarihutan.id

Yayasan Doktor Sjahrir 
Twitter  : @YSjahrir
Instagram : @yayasandoktorsjahrir
Web   : yayasandoktorsjahrir.id


Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Sharing sedikit tentang timeline berat yang beberapa hari lalu membuat saya penasaran. By the way, mungkin saya orang yang ketinggalan materi ini. Tapi gapapa ya sebagai catatan saya juga. Jadi ada sebuah presentasi TEDx oleh Angela Lee Duckwoorth yang pertama kali menceritakan hal ini. Bisa cek di yutub guys.


Dalam video presentasi itu diceritakan bahwa dua hal tadi itu adalah komponen bakat - bakat sukses manusia. Dalam presentasi tersebut Mba Angel ini cerita tentang hasil studinya dari murid yang dia bimbing.

Dia menemukan kalau tidak ada kaitan antara tingginya IQ dengan sukses anak - anak di sekolah (yang beliau ajar). Salah satu hal yang membuat anak - anak sukses menurutnya yaitu "Grit" yakni kualitas diri yang sabar dan pantang menyerah mau berjuang dalam berbagai medan untuk mengejar impiannya.

That's true.
Kita sering banget ngecap anak - anak akademis yang nilai tinggi itu pasti sukses. Ga sepenuhnya bener dan salah. Kebanyakan anak - anak sukses dilihat dari perjuangannya. Kepintaran dan cerdas seperti gift yang harusnya mempermudahnya untuk mencapai impian lebih tinggi bukan malah menjadi males.

Selain grit itu ada namanya "Growth Mindset" ditulis katanya di buku Mindset Carol Drewk. Disini growth mindset adalah cara berpikir bahwa sesuatu itu dapat di wujudkan dg kerja keras, belajar dan sebagainya. Sebuah optimisme. Ini kebalikannya ya liat sesuatu belum apa2 udah pesimis. Bahaya nih.

Jadi intinya tak ada namanya yang gagal. Jika kita mau berusaha dengan mengasah Grit dan Growth tadi. Segala bentuk kemudahan seharusnya menjadi ujian kita untuk lebih semangat dibanding yang memiliki kekurangan.

Bukan hal langka sekarang, kita lihat orang2 sukses dulunya adalah sosok yang sangat tidak dianggap dan serba kurang tapi kini mereka menunjukkan diri.

Bahwa keberhasilan dan kesuksesan itu hak setiap orang.

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Older Posts

ABOUT ME




Hi, I'm Melati Octavia

Welcome Readers! I'm in love with books, creativity, and think about people. This is my journal and story of my life!
Happy Reading!

Read More>

Follow Us

  • LinkedIn
  • Youtube
  • Facebook
  • Twitter
  • Pinterest
  • Instagram

Labels

Artikel Choice community development Self Improvement Self Reminder Tulisan Young Mindset

My Pageview

Melati's books

Menulis: Tradisi Intelektual Muslim
Indonesia Mengajar
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
Harry Potter and the Prisoner of Azkaban
Harry Potter and the Deathly Hallows
Harry Potter and the Goblet of Fire
Harry Potter and the Half-Blood Prince
Harry Potter and the Chamber of Secrets
Harry Potter and the Order of the Phoenix
The Tales of Beedle the Bard
25 Curhat Calon Penulis Beken
7 Keajaiban Rezeki
Dasar-Dasar Menulis Karya Ilmiah
Notes from Qatar 2
Kuliah Tauhid
99 Cahaya di Langit Eropa: Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa
Habibie & Ainun
Summer Breeze: Cinta Nggak Pernah Salah
Menyimak Kicau Merajut Makna
Berani Mengubah


Melati Octavia's favorite books »

Blog Archive

  • ▼  2022 (14)
    • ▼  November (1)
      • Aksi Nyata Untuk Transisi Energi di Masa Depan
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2021 (13)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (6)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2019 (13)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2018 (27)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (16)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2017 (15)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2016 (37)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (6)
  • ►  2015 (53)
    • ►  Desember (8)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2014 (9)
    • ►  November (2)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2013 (3)
    • ►  Oktober (3)
  • ►  2012 (10)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
  • ►  2011 (3)
    • ►  Desember (3)

Mels Journal Podcast

Melati Octavia's Intellifluence Influencer Badge

Banner Bloggercrony

Facebook Twitter Instagram Pinterest Bloglovin

Created with by BeautyTemplates