WHAT IS HAPPINESS ? BAHAGIA ITU

by - Januari 10, 2015

 
Kebahagiaan, banyak dari kita menjadikan hal itu sebagai tujuan Benarkah ?
Ketika sebuah pertanyaan yang dilontarkan kepada banyak orang.

What do you basicly so really you want to your life ? I wanna Happiness.

Sebagian besar menjawab, saya mencari kebahagiaan. Kita kembali bertanya, apa itu bahagia ? Seperti apa ia ? Dan banyak dari kita menjawab pertanyaan itu dengan apa yang mereka lakukan.

Bagi ia yang mengartikan bahagia itu adalah melimpahnya harta, ia mencari harta sebanyak-banyaknya. Bagi ia yang mengartikan bahagia itu adalah bersama pasangan dan berkeluarga, ia akan menjadi pecinta sejati yang selalu ada buat keluarga dan pasangannya. Ketika ia mengartikan bahagia adalah mendapatkan penghormatan dan kedudukan, ia akan berusaha untuk mendapatkannya. Dan banyak hal lain, karena definisi bahagia setiap orang berbeda-beda. Menurut anda bagaimana ? Benarkah ?
Seringkali dalam hidup kita mengabaikan pertanyaan-pertanyaan mendasar yang ada dimuka bumi. Saya sendiri senang belajar kepada hal yang paling mendasar dan mengakar. Nah, teman- teman yang pernah menonton film Petualangan Sherina tentu tahu kutipan ini “Lihatlah segalanya lebih dekat dan kau akan mengerti serta lebih bijaksana”

Pantas saja lagu itu menjadi favorit saya jaman masih kecil di sekolah dasar, setiap acara yang musik ketika saya dikerjain untuk bernyanyi saya selalu melantunkan lagu itu. Waktu itu saya belum mengerti maknanya, tapi saya suka musiknya dan ketika saya semakin dewasa ketika mengingat kembali ternyata kutipan lagu itu memiliki makna yang dalam. “Mengapa bintang bersinar... Mengapa air mengalir... Mengapa dunia berputar...” itu lirik pertanyaan mendasar. Akankah kamu pernah memikirkan pertanyaan mendasar itu ?

Basic question “aksentuasi ala-ala film hollywood. Pernahkah kamu menanyakan hal mendasar dalam hidup kamu dan terutama bahagia itu. Kutipan pertama buat kamu,
 berpikirlah mendasar hingga kamu bisa menentukan langkah yang lebih besar. 
Saya sendiri mengalami hal luarbiasa ketika berusaha berpikir mendasar. Saya lebih mudah mempelajari sesuatu dan memahami sesuatu yang baru saya pelajari. Wajar saja para filsuf dan ilmuwan itu menguasai berbagai bidang pengetahuan karena mereka selalu berpikir sangat dalam dan mendasar. Seperti Archimedes, Kenapa air tumpah karena dirinya masuk kedalam bejana ? Its simple right. Tapi karena pertanyaannya ia mendapatkan sebuah rumus luarbiasa yang sampai saat ini masih digunakan. Ketika Al-Khawarizmi menemukan rumus dasar aljabar yang kita gunakan sampai saat ini. Ibnu Rusyd, Ibnu Sina, dan para filsuf Yunani Arisoteles, Plato. Mereka pelopor dasar keinginan untuk mencari tahu “curious” tentang kehidupan.

Back to topic.

Kebahagiaan. Buku Lapis-lapis keberkahan, karya terbaru Ust. Salim A Fillah membuka pandangan kita seperti apa bahagia dengan kata penuh makna dan mempesona

“Bahagia adalah kata paling menyihir dalam hidup manusia. Jiwa merinduinya. Akal mengharapinya. Raga mengejarnya. Tapi kebahagiaan adalah goda yang tega. Ia bayangan yang melipir jika difikir, lari jika dicari, tak tentu jika diburu, melesat jika ditangkap, menghilang jika dihadang. Di nanar mata yang tak berjumpa bahagia; insan lain tampak lebih cerah. Di denging telinga yang tak menyimak bahagia, insan lain terdengar lebih ceria. Di gerisik hati yang tak merasa bahagia, insan lain berkilau bercahaya.

Susunan kalimat dibuku lapis-lapis keberkahan dibuat dengan keinsyafan kecil ; bahwa jika bahagia dijadikan tujuan, kita akan luput menikmatinya sepanjang perjalanan. Bahwa jika bahagia dijadikan cita, kita akan kehilangan ia sebagai rasa. Bahwa jika bahagia dijadikan tugas jiwa, kita akan melalaikan kewajiban sebagai hamba. Bahwa jika bahagia dijadikan tema besar kehidupan, kita bisa kehilangan ia setelah kematian.

Bahagia adalah kata yang tak cukup untuk mewakili segenap kebaikan. Hidup kita umpama buah beraneka aroma, bentuk, warna, serta rasa. Yang diris-iris dan ditumpuk berlapis-lapis. Tiap irisan itu, punya wangi maupun anyirnya, lembut atau kasarnya, manis serta pahitnya, masam juga asinnya. Tapi kepastian dariNya dalam segala yang terindra itu ialah ada bergizi yang bermanfaat bagi ruh, akal dan jasad kita.

Ialah lapis-lapis keberkahan, Mungkin bukan nikmat atau musibahnya. Tapi syukur dan sabarnya. Bukan kaya atau miskinnya, tapi shadaqoh dan doanya. Bukan sakit atau sehatnya, tapi dzikir dan taffakurnya.bukan sedikit atau banyaknya, tapi ridha dan qana’ahnya. Bukan tinggi atau rendahnya, tapi takziyah dan tawadhu’nya. Bukan kuat atau lemahnya tapi adab dan akhlaqnya. Bukan sempit atau lapangnya, tapi zuhud dan wara’nya. Bukan sukar atau mudahnya, tapi amal dan perjuanganya. Bukan berat atau ringannya, tapi ikhlas dan tawakkalnya”

Rangkaian indah mempesona karya beliau. Buku yang berhalaman setengah seribu itu masih sebagian saya baca, karena perlu perenungan lebih dibanding buku lainnya.

Bagaimana kita hidup jika kita selalu statis bersama bahagia ? Kamu tak perlu belajar, tak perlu melakukan apapun untuk apapun karena sudah bahagia. Pada nyatanya bahagia bagai sebuah abstraksi memastikan sebuah rasa.

Setelah saya telusuri, bahwa definisi kebahagiaan pada lain sudut, lain kota dan negara memiliki paradigma berbeda. Dalam buku “The Geography of Bliss” karya Eric Weiner.Siapa beliau ? Ia merupakan koresponden asing untuk National Public Radio (NPR) dan telah menyampaikan berbagai laporan dilebih 30 negara. Saat ini beliau merupakan seorang mantan reporter untuk The New York Times dan seorang Knight Journalism Fellow di Stanford University dan menetap di Washington. Buku ini menimbulkan rasa ingin tahu, karena kutipannya “Kisah seorang penggerutu yang berkeliling dunia mencari negara yang paling membahagiakan”

Memang, buku ini penuh dikotomi. Reporter asing telah terdogma bahwa islam selalu tidak baik. Dan yaa akan tertemukan banyak hal tentang hal itu di buku ini mudah-mudahan kita dapat memilah. Namun, sepanjang ceritanya ia berusaha netral untuk mendeskripsikan keadaaan berbagai kota yang ia kunjungi.

Pertama, Belanda, kebahagiaan disana adalah angka. Menurut saya memahaminya karena negara itu sangat kecanduan dengan ilmu pengetahuan. Mereka mendefinisikan bahagia dengan definisi ilmiah. “Ilmu pengetahuan baru tentang kebahagiaan memerlukan data. Angka. Apalah arti ilmu pengetahuan bila tidak mengenai angka. Lebih baik lagi, angka besar dengan banyak titik desimal. Dan bagaimana ilmuwan mendapatkan angka-angka ini. Mereka melakukan pengukuran. Eric menceritakan, di dunia mereka kebahagiaan direduksi menjadi stasistik saja, data dibagi-bagi, dipotong-potong, diceraikan, dibaca dikomputer, dan akhirnya tak terelakkan lagi. Direduksi menjadi lembaran data.

Lain hal nya di Swiss, kebahagiaan adalah kebosanan. Eric menceritakan demikian karena ketika ia berkunjung disana tidak ada mereka yang menyenangkan. Mereka tidak peduli dengan oranglain katanya. Kutipan jelas bagi orang Swiss hal yang membuat mereka bahagia adalah rasa iri. Mereka bahagia apabila berhasil membuat orang lain tidak iri pada mereka. Mereka tidak suka berbicara soal uang, padahal mungkin sebelumnya kita tahu bahwa ekonomi Swiss memiliki perbankan yang baik. Ketika mereka membicarakan uang yakni dengan isyarat. Seolah-olah adalah sesuatu hal yang tabu. Bagi mereka uang merupakan pemicu terjadinya rasa iri. Peneliti kebahagiaan disana telah menemukan bahwa dari sudut pandang stasistik, orang Swiss menyadari sesuatu lebih baik hidup di rentang tengah daripada terus menerus berayun dari titik tertinggi dan titik terendah. Kamu akan menemukan mereka tanpa selera humor.

Lain halnya di negara Bhutan, Qatar, Islandia, Moldova, Thailand, India, dan negara lainnya.

Lagi-lagi buku ini bukan buku renyah dan ringan. Perlu berulang-ulang dan berkonsentrasi tinggi memahaminya. Lain waktu akan saya review kelanjutannya.

Saya sendiri percaya bahwa Islam telah menjelaskan bagaimana menyikapi hidup, mendefinisikan bahagia dan bagaimana mendapatkannya. Kebahagiaan hakiki bukanlah saat ini ? benarkan ? melainkan di surgaNya. Perasaan apa yang kamu rasakan ketika bahagia ?

Bukankah kita diberikan banyak pengindra oleh Allah untuk merasakan lebih dari satu rasa. Happiness is on your mind. Kebahagiaan adalah soal apa yang kamu pikirkan. Ada orang yang bahagia hanya karena sebungkus nasi. Dan ada pula orang yang tak bahagia yang bisa membeli apa yang ia inginkan.


 -------

For your inspiration

Chapter selanjutnya >> Menunggu

You May Also Like

0 comments

What's your opinion about this article ?