facebook google twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • Travel
  • Life Style
    • Category
    • Category
    • Category
  • About
  • Contact
  • Shop

Melati Octavia Journal

     

        Pernah nonton film X-Men ? Ini film besutan marvel yang digandrungi menceritakan tentang manusia super karena gen yang termutasi. By the way, disini saya tidak akan menceritakan isi filmnya. Tapi mengenai benang merah yang saya temui hampir diseluruh cerita *kelihatan banget saya penyimaknya* haha. Konflik yang terjadi seringkali berkaitan dengan diri pribadi, alias penerimaan atas diri yang “berbeda” dengan manusia lain. Sehingga karena tidak menerima diri tersebut, sulit untuk mengontrol diri hingga timbul kekacauan.

Tulisan ini sebenarnya hasil riset kecil yang saya lakukan untuk saya pribadi untuk menasehati saya, dan juga beberapa teman yang seringkali diajak diskusi ketika mengalami permasalahan. Banyak hal yang baik itu kegagalan, penolakan, hal – hal buruk yang terjadi di sekeliling kita dan terjadi pada kita membuat seringkali kita menyalahkan diri kita sendiri hingga timbul rasa “ketidak menerima”. Itulah seringkali yang terjadi di era sekarang, ketika banyak kasus – kasus bunuh diri yang terjadi belakangan ini oleh para pemuda, karena adanya tekanan yang timbul dari segala permasalahan yang terjadi disekelilingnya sehingga merasa pribadinya “tidak berguna”, tidak menerima hal yang terjadi. Bahasa kasarnya, menjadi pribadi yang “tidak bersyukur”.

Mengapa “Self Acceptance” itu penting ? 

Dalam dunia psikologi pasti kita akan mengenal hal ini. Tonggak dasar dari manusia ketika mengetahui hakikat kehidupannya di dunia pasti tentu akan mudah baginya untuk menerima diri sendiri baik itu atas kekurangan dan kelebihannya. Episode – episode dalam hidup kita sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa sehingga kita sebagai manusia bertugas untuk menjalankannya sesuai peran yang sudah diberikan, namun yang jadi pertanyaan ? Tahukah peran kita ?

Dalam riset kecil yang saya lakukan, self acceptance merupakan suatu proses melihat hidup sebagaimana adanya dan menerima secara baik disertai rasa percaya diri dan bangga. Ketika kita mampu melihat diri kita secara positif dan baik, akan lahir kekuatan murni yang super untuk menjadikan diri kita hebat. Salah satu contoh peran di Film X-Men, Raven merupakan mutan yang memiliki tubuh asli yang berwarna biru yang tak seperti manusia pada umumnya mengalami gejolak batin dan ingin sekali diterima oleh orang lain. Ada konfilk disini, bagaimana ia menerima dirinya ? Baik itu dari sudut pandang positif apa negatif?

Satu catatan lagi, ketika lingkungannya menerima dirinya, manfaat akan mudah didapatkan. Seperti film series terbaru, X-Men Apocalpyse, Raven mau menjadi pengajar ketika seluruh siswa Xaxier School menerima ia dan mengaguminya. Itu juga kenapa dibutuhkan dukungan yang lebih kepada orang – orang istimewa di sekitar kita, misalnya orang – orang berkebutuhan khusus, orang – orang yang mengalami kejadian luarbiasa (penyakit kronis, gangguan jiwa dll) karena dengan penerimaan yang berbeda ia akan memberikan sesuatu manfaat yang lebih bagi orang lain, mengaktifkan kekuatan supernya di dalam dirinya.

Mencintai diri sendiri (self acceptance) maksudnya adalah penerimaan atas diri sendiri, atas kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness), begitupun atas keadaan/kondisi yang ia dapati. Harapannya, dengan adanya menerima diri sendiri sepenuhnya, kita lebih bisa lebih dan lebih bersyukur kepada Sang Pencipta.

Self acceptance dapat menjadi obat bagi kita yang kurang percaya diri, karena pada dasarnya setiap manusia tentu memiliki strength dan weakness dan itu juga berlaku bagi diri kita sendiri. Self acceptance juga bisa membuat siapa saja menjadi bersahabat baik dengan diri sendiri sehingga tidak perlu berperang dengan diri sendiri karena merasa tidak pernah puas atas diri sendiri.

Apa yang membuat penerimaan diri terganggu ?

Adanya kejadian buruk yang terjadi, kesedihan yang amat sangat, tekanan yang luarbiasa, kejadian traumatis, sikap orang lain terhadap seseorang dan kebiasaan – kebiasaan buruk yang terjadi pada diri kita yang berakibat tak baik dikemudian hari. Ini saya kutip dari ummi online, oleh seorang psikiater bernama Dr. Suzy Yusna Dewi, SpKJ (K), ia psikiater dari Talenta Center mengungkapkan hal ini, pentingnya kita mengubah pola pikir dan mulai meningkatkan penerimaan diri.

  • Catat kelebihan dan kekurangan diri. (kembali mengenal diri sendiri) 

Dengan kita mengetahui dan mencatat kelebihan dan kekurangannya, kita belajar untuk makin mengenali diri sendiri. Bagaimana bisa menerima keadaan diri jika belum mengenal utuh siapa diri kita?

  • Berfokuslah pada kelebihan, bukan pada kekurangan!

Kita seringkali mendengarkan banyak hal negatif tentang diri kita daripada hal positif. Kita juga seringkali menilai orang lain sehingga kita hanya fokus pada memperbaiki diri kita menurut oranglain ketimbang fokus pada kekuatan diri sendiri “Good Different” dalam diri kita.

  • Buatlah Goal Setting!

Apa sih yang kita inginkan untuk diri kita? Kebanyakan orang lebih senang mengeluh apa yang tidak dimilikinya daripada berusaha untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Tulislah hal-hal yang kita ingin peroleh dalam waktu dekat! Misalnya: saya ingin rutin berolahraga dan mengurangi lingkar perut dalam 2 bulan, saya ingin bisa membaca Quran lancar bulan ini, saya harus belajar berani tampil di depan umum, saya harus menyelesaikan membaca dua buku pekan ini. Dengan demikian, perhatian dan energi kita akan terpusat pada hal-hal yang kita inginkan, bukan pada yang tidak kita sukai, sehingga yang datang adalah apa yang kita pikirkan.

  • Bergaul dengan orang yang “lebih susah”

Banyak orang yang lebih sulit kondisinya daripada kita. Misalnya, tertimpa penyakit, dililit utang, sulit memperoleh keturunan, dsb. Dengan bergaul dan menjalin silaturahim dengan mereka, kita akan semakin menyadari, betapa kita tidak pantas mengeluh. Ini yang terjadi pada diri saya sebelumnya, apabila terjadi sesuatu yang kurang baik dalam diri saya, saya akan pergi keluar memandang lebih luas melihat orang – orang yang tidak seberuntung saya, disitu akan muncul diri kita yang lebih memahami dan menerima, satu lagi pribadi yang bersyukur.

  • Awali dengan bersyukur!

Bersyukur merupakan kunci penerimaan diri. Maka awali segalanya dengan mensyukuri apa yang kita peroleh hari ini! Bukankah kita masih bisa bernafas? Masih bisa makan? Apalagi yang kurang?
 “Bila kita belum selesai tentang diri kita, bagaimana kita bisa bermanfaat dan menyelesaikan permasalahan orang lain?”
----------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

Keep Inspiring!


Voila, akhirnya hadir setelah hampir sebulan jurnal ini sepi dari postingan rutin. Beberapa hari yang lalu terjadi trouble pada website yang menyebabkan laptop saya tak bisa mengakses website sendiri. Saya kemudian berkutat pada IP Address, command prompt dan bahasa alien lain yang sudah sekian lama absen dari rutinitas ubek – ubek coding men-coding, terkecuali coding – coding (baca: kode) pak dosen biar cepat  - cepat ACC Skripsi hehe. Begitulah. 

Saya pribadi masih rutin menulis di tumblr atau beberapa laman lain, yang orang bilang banyak amet. Namun, saat ini tulisan – tulisan itu berada di tumpukan folder yang harus di posting satu persatu, ada sekitar delapan tulisan di writing challenge Ramadhan kali ini yang belum terposting. Saya minta maaf sebelumnya karena saya sempat demam tinggi tiga hari ditambah bolak – balik revisi dan mempersiapkan segala keperluan riset yang menguras tenaga dan hati. (Duh ini penulis alasannya banyak amet). Pada intinya saya mohon maaf,spesialnya untuk Meri dari Gorontalo yang sudah menjadi penyimak setia jurnal ini, dan sedikit sharing di beberapa media sosial lain, dan rela ngirimin e-mail nanyain “Kaaa mana update-annya,” . Ini pelajaran bagi saya bagaimana saya bisa konsisten ditengah segala permasalahan yang hadir baik itu bisa diprediksi dan tidak.

“Keterbatasan itu sebenarnya pijakan untuk melompat lebih tinggi, namun seringkali juga dijadikan alasan untuk tidak melakukan perubahan sama sekali”

Kata – kata ini yang menjadi teringat belakangan ini sehingga sepertinya patut kita diskusikan. Di minggu ini saya masih menuntaskan dua buku yang seringkali menampar diri saya, yakni Buku The 7 Habit Highly Effective karya Stephen Covey dan buku #Sharing Handry Satriago. Barangkali saya termasuk telat membaca buku ini dibanding teman – teman lainnya, mengingat buku dalam list incaran ini cukup sulit didapatkan. Entah mungkin karena laris, satu lagi agak menguras kantong. Untung saja buku kedua #Sharing bisa saya pinjam di perpustakaan kota. Dua buku ini menginspirasi saya, memahami keterbatasan. Sebenarnya bukan terbatas, melainkan diri kita sendiri yang membuat batas dan perbandingan. Kekayaan, kemahsyuran, kepintaran. Keterbatasan yang kita buat sendiri (mental block).

Baca juga : tulisan mengenai ‘mental block’

Banyak orang – orang sukses saat ini lahir dari keterbatasan yang mereka miliki dari kebanyakan orang. Bisa kita lihat biografi dan milestone orang – orang sukses, bagaimana tahap demi tahap mencapai suksesnya. Banyak dari mereka yang mengalami berbagai ujian demi ujian dalam hidupnya, dan karena keadaan itu ada hasrat dalam diri mereka untuk berubah, ingin mengubah hidup, ingin merasakan yang lebih baik. Itu kenapa keterbatasan seharusnya menjadi hal yang patut kita syukuri sebagai ujian yang Allah berikan pada kita yang mengatakan bahwa kita “istimewa”. Bukan hanya bercerita mengenai keterbatasan fisik, melainkan juga keterbatasan yang kita anggap menjadi hal yang tantangan menuju jalan impian kita, misalnya mengenai keuangan, keharmonisan, sikap, karakter, masa lalu. Batas yang kita anggap kita kurang dibandingkan oranglain.

Saya ingat sekali, saya menjadi sering sekali berkunjung di pusat konseling sekolah sejak saya duduk di sekolah menengah pertama. Dimana pertama kalinya saya menemui banyak permasalahan remaja, dan saya menjadi korban atau penengahnya. 
“Waah, ga nyangka melati masuk ruang BP wooii, pasti gara – gara si fulaan” 

ini beberapa tanggapan yang saya dapatkan ketika terjadi kejadian itu. Saya juga bingung, kenapa saya ditempatkan diposisi itu. Jadi saksi mata momen jambak menjambak kaum hawa -_- mirip di sinetron dan ini nyata, jadi sarana curhat sana sini tentang sahabat satu dan yang lain, atau penipuan masalah uang spp yang welas kasih akhirnya teman – teman berikan ternyata kita adalah korban. Banyak saya temui teman – teman yang memiliki masalah kepribadian di masa remaja itu. Bu guru selalu cerita tentang banyak masalah teman – teman termasuk juga menjadi peramal handal (read : psikolog) ketika menebak – nebak permasalahan yang saya hadapi. Setiap saya sekolah, saya seringkali mengalami fase depresi yang sulit dikendalikan ( dulu ). Lalu kata – kata penyemangat muncul dari ibu guru yang menjadi prinsip hidup agar saya bangkit. 

“Jadikan setiap masalahmu menjadi batu loncatan kamu menjadi lebih baik anakku,” kata – kata ini yang terekam begitu manis di ingatan. Termasuk mengenai keterbatasan ini. 

Keterbatasan akan menjadi hal yang tak menyenangkan apabila kita sebagai seseorang yang memahaminya demikian, menjadikan batas itu alasan untuk tidak berbuat apa – apa, menjadikan keterbatasan sebagai keluhan kita, sehingga kita tenggelam dalam hidup tanpa risiko. 
Namun keterbatasan menjadi kado indah ketika kita mensyukurinya sebagai ujian Allah untuk kita naik kelas, untuk kita membuktikan kepada semesta kita mampu menjadi seseorang yang luarbiasa bermanfaat ditengah keterbatasan yang kita miliki.
Semoga keterbatasan yang kita miliki saat ini, sebagai upaya Tuhan mengingatkan kita untuk berjuang lebih hebat lagi. 

“Tak ada beban, tanpa pundak”
Selamat berjuang!

---------------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

semoga menginspirasi :)
Newer Posts
Older Posts

HELLO, THERE!


Hello, There!


Hello, There!

Let's read my story and experience


Find More



LET’S BE FRIENDS

Sponsor

OUR CATEGORIES

Entrepreneurship Event Financial Talks Forest Talk Good For You Happiness Healthy Talks Ngobrolin Passion Parenting Pendidikan Review Self Improvement Self Reminder Tips Travel Wirausaha Young Mindset community development experience

OUR PAGEVIEW

recent posts

Blog Archive

FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by beautytemplates