facebook google twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • About Me
  • Life Style
    • Self Improvment
    • Financial Talk
    • Women Talk
    • Parenting
    • Education
    • Eco Living
  • Travel Content
  • My Project
    • Digital Writing Studio
    • Lampung Digital Academy
    • ThinkMe Project
  • Disclosure
  • Contact

Melati Octavia Journal

     

        Pernah nonton film X-Men ? Ini film besutan marvel yang digandrungi menceritakan tentang manusia super karena gen yang termutasi. By the way, disini saya tidak akan menceritakan isi filmnya. Tapi mengenai benang merah yang saya temui hampir diseluruh cerita *kelihatan banget saya penyimaknya* haha. Konflik yang terjadi seringkali berkaitan dengan diri pribadi, alias penerimaan atas diri yang “berbeda” dengan manusia lain. Sehingga karena tidak menerima diri tersebut, sulit untuk mengontrol diri hingga timbul kekacauan.

Tulisan ini sebenarnya hasil riset kecil yang saya lakukan untuk saya pribadi untuk menasehati saya, dan juga beberapa teman yang seringkali diajak diskusi ketika mengalami permasalahan. Banyak hal yang baik itu kegagalan, penolakan, hal – hal buruk yang terjadi di sekeliling kita dan terjadi pada kita membuat seringkali kita menyalahkan diri kita sendiri hingga timbul rasa “ketidak menerima”. Itulah seringkali yang terjadi di era sekarang, ketika banyak kasus – kasus bunuh diri yang terjadi belakangan ini oleh para pemuda, karena adanya tekanan yang timbul dari segala permasalahan yang terjadi disekelilingnya sehingga merasa pribadinya “tidak berguna”, tidak menerima hal yang terjadi. Bahasa kasarnya, menjadi pribadi yang “tidak bersyukur”.

Mengapa “Self Acceptance” itu penting ? 

Dalam dunia psikologi pasti kita akan mengenal hal ini. Tonggak dasar dari manusia ketika mengetahui hakikat kehidupannya di dunia pasti tentu akan mudah baginya untuk menerima diri sendiri baik itu atas kekurangan dan kelebihannya. Episode – episode dalam hidup kita sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa sehingga kita sebagai manusia bertugas untuk menjalankannya sesuai peran yang sudah diberikan, namun yang jadi pertanyaan ? Tahukah peran kita ?

Dalam riset kecil yang saya lakukan, self acceptance merupakan suatu proses melihat hidup sebagaimana adanya dan menerima secara baik disertai rasa percaya diri dan bangga. Ketika kita mampu melihat diri kita secara positif dan baik, akan lahir kekuatan murni yang super untuk menjadikan diri kita hebat. Salah satu contoh peran di Film X-Men, Raven merupakan mutan yang memiliki tubuh asli yang berwarna biru yang tak seperti manusia pada umumnya mengalami gejolak batin dan ingin sekali diterima oleh orang lain. Ada konfilk disini, bagaimana ia menerima dirinya ? Baik itu dari sudut pandang positif apa negatif?

Satu catatan lagi, ketika lingkungannya menerima dirinya, manfaat akan mudah didapatkan. Seperti film series terbaru, X-Men Apocalpyse, Raven mau menjadi pengajar ketika seluruh siswa Xaxier School menerima ia dan mengaguminya. Itu juga kenapa dibutuhkan dukungan yang lebih kepada orang – orang istimewa di sekitar kita, misalnya orang – orang berkebutuhan khusus, orang – orang yang mengalami kejadian luarbiasa (penyakit kronis, gangguan jiwa dll) karena dengan penerimaan yang berbeda ia akan memberikan sesuatu manfaat yang lebih bagi orang lain, mengaktifkan kekuatan supernya di dalam dirinya.

Mencintai diri sendiri (self acceptance) maksudnya adalah penerimaan atas diri sendiri, atas kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness), begitupun atas keadaan/kondisi yang ia dapati. Harapannya, dengan adanya menerima diri sendiri sepenuhnya, kita lebih bisa lebih dan lebih bersyukur kepada Sang Pencipta.

Self acceptance dapat menjadi obat bagi kita yang kurang percaya diri, karena pada dasarnya setiap manusia tentu memiliki strength dan weakness dan itu juga berlaku bagi diri kita sendiri. Self acceptance juga bisa membuat siapa saja menjadi bersahabat baik dengan diri sendiri sehingga tidak perlu berperang dengan diri sendiri karena merasa tidak pernah puas atas diri sendiri.

Apa yang membuat penerimaan diri terganggu ?

Adanya kejadian buruk yang terjadi, kesedihan yang amat sangat, tekanan yang luarbiasa, kejadian traumatis, sikap orang lain terhadap seseorang dan kebiasaan – kebiasaan buruk yang terjadi pada diri kita yang berakibat tak baik dikemudian hari. Ini saya kutip dari ummi online, oleh seorang psikiater bernama Dr. Suzy Yusna Dewi, SpKJ (K), ia psikiater dari Talenta Center mengungkapkan hal ini, pentingnya kita mengubah pola pikir dan mulai meningkatkan penerimaan diri.

  • Catat kelebihan dan kekurangan diri. (kembali mengenal diri sendiri) 

Dengan kita mengetahui dan mencatat kelebihan dan kekurangannya, kita belajar untuk makin mengenali diri sendiri. Bagaimana bisa menerima keadaan diri jika belum mengenal utuh siapa diri kita?

  • Berfokuslah pada kelebihan, bukan pada kekurangan!

Kita seringkali mendengarkan banyak hal negatif tentang diri kita daripada hal positif. Kita juga seringkali menilai orang lain sehingga kita hanya fokus pada memperbaiki diri kita menurut oranglain ketimbang fokus pada kekuatan diri sendiri “Good Different” dalam diri kita.

  • Buatlah Goal Setting!

Apa sih yang kita inginkan untuk diri kita? Kebanyakan orang lebih senang mengeluh apa yang tidak dimilikinya daripada berusaha untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Tulislah hal-hal yang kita ingin peroleh dalam waktu dekat! Misalnya: saya ingin rutin berolahraga dan mengurangi lingkar perut dalam 2 bulan, saya ingin bisa membaca Quran lancar bulan ini, saya harus belajar berani tampil di depan umum, saya harus menyelesaikan membaca dua buku pekan ini. Dengan demikian, perhatian dan energi kita akan terpusat pada hal-hal yang kita inginkan, bukan pada yang tidak kita sukai, sehingga yang datang adalah apa yang kita pikirkan.

  • Bergaul dengan orang yang “lebih susah”

Banyak orang yang lebih sulit kondisinya daripada kita. Misalnya, tertimpa penyakit, dililit utang, sulit memperoleh keturunan, dsb. Dengan bergaul dan menjalin silaturahim dengan mereka, kita akan semakin menyadari, betapa kita tidak pantas mengeluh. Ini yang terjadi pada diri saya sebelumnya, apabila terjadi sesuatu yang kurang baik dalam diri saya, saya akan pergi keluar memandang lebih luas melihat orang – orang yang tidak seberuntung saya, disitu akan muncul diri kita yang lebih memahami dan menerima, satu lagi pribadi yang bersyukur.

  • Awali dengan bersyukur!

Bersyukur merupakan kunci penerimaan diri. Maka awali segalanya dengan mensyukuri apa yang kita peroleh hari ini! Bukankah kita masih bisa bernafas? Masih bisa makan? Apalagi yang kurang?
 “Bila kita belum selesai tentang diri kita, bagaimana kita bisa bermanfaat dan menyelesaikan permasalahan orang lain?”
----------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

Keep Inspiring!

Kali ini saya ingin bercerita keluarga baru yang sudah lama diidamkan, Kongkow Nulis. Di mulai dari hal sederhana, ketika banyak anak muda lain melakukan banyak perubahan dan kemudian menginspirasi teman – teman lainnya. Saya begitu terkagum dan terkesima ingin berbuat sesuatu juga.

Kongkow Nulis adalah impian saya sejak kecil. Impian bertemu teman – teman yang saya harapkan hadir sejak dulu Sejak saya duduk di sekolah dasar. Saya pernah mendapatkan predikat siswa aneh, di ‘label’ makhluk aneh karena mengoleksi buku dan membaca buku yang tak seharusnya di baca anak sekolah dasar karena dua tingkat lebih tinggi. Hmm.. tapi bukan berarti karena saya suka dengan buku, saya tergolong siswa excellent, saya masih tergolong siswa lemot dengan prestasi akademik yang biasa, naik turun tergantung keberuntungan. Dibanding teman – teman yang lain, ibu saya sendiri mengatakan saya perlu effort lebih untuk menjadi mengerti, saya perlu belajar tengah malam untuk ujian sekolah. Itu rutinitas yang saya lakukan setiap ujian, Alhasil masih selalu kalah dengan nomor satu yang memang lahir dalam keadaan jenius hehe.
Kebiasaan saya yang berbeda dengan buku dan aktifitas menulis diary menjadi hal aneh bagi teman – teman saya terhadap saya, tak jarang saya sulit mendapatkan teman asyik berbicara. 

Keresahan itu berlangsung hingga saya duduk dibangku perkuliahan, Hingga akhirnya kongkow nulis yang saya bangun bersama teman satu pemikiran dan keresahan yang sama membincangkan hal ini. Walau kami memiliki style dan selera bacaan yang berbeda. Kongkow Nulis memberikan suasana baru dan menemukan teman baru yang sebagian besar barangkali punya masalah yang sama, teman asyik untuk ngobrol mengenai buku dan menulis. Sederhana :) kan ? dimulai dari sebuah keresahan.
Sepanjang perjalanan ini, kongkow nulis memiliki misi besar untuk membuat core environment untuk menyampaikan asyiknya membaca buku dan menulis. Awal yang sederhana.

Zaman modern saat ini, orang – orang beralih dengan gadget dan televisi. Belum selesai indonesia ingin di edukasi mengenai melek baca dan budaya membaca, sudah kehadiran tamu baru bernama globalisasi teknologi. Alhasil, kita terjebak. Hitung deh, yang menjadikan membaca adalah aktivitas utama dalam hidupnya ? Beli buku masih dapat dihitung jari teman – teman yang menyukai aktivitas ini. Paling - paling membeli karena paksaan. Virus anti membaca ini hadir di kalangan generasi lanjutan yang saat ini lebih tahu gadget dan televisi ketimbang buku yang mereka katakan sudah kuno. Kita pandangi adek – adek kita satu – satu, bagaimana reaksi mereka mengenai gadget atau buku ?

Walaupun kehadiran media online sudah membuat sebagian besar masyarakat Indonesia melek akan informasi, tapi tidak seiring dengan peningkatan kualitas yang di dapat.  Saya harap saya mendapatkan data konkret melihat fenomena ini. Indonesia masih kalah jauh mengenai literasi, masih banyak anak – anak pelosok yang masih menikmati buku – buku lama dan sudah kelewat basi informasi. Tak usah jauh – jauh, cukup di kota kita, kita masih menemukan fakta itu dengan melihat mirisnya keadaan perpustakaan.

Kongkow nulis ibarat satu paket impian, impian dari orang – orang yang di dalamnya dengan beraneka ragam background. Ada mahasiswa, blogger, praktisi media, penulis sastra, penulis buku non fiksi, dokter, psikolog, dan mereka itu masih dalam satu kesatuan teman – teman relawan, belum berkenalan dengan teman – teman member yang masih kita himpun datanya.
Ditengah keterbatasan yang kami miliki untuk bertemu karena kesibukan. Kami menjadikan kecanggihan teknologi meng – influence semangat itu dengan rasa kekeluargaan, dimana kami tidak pernah akan bosan bertemu, selalu rindu, dan banyak hal lainnya.

Kami ingin mengajak teman – teman yang belum tersentuh, dan masih asing dengan dunia buku yang cenderung di strereotip kan anak – anak akademis, menggunakan kaca mata tebal, kuper dan hal lainnya. Inget gak label itu kepada anak – anak yang suka baca buku ?
Label itu secara tidak langsung membuat kita terpengaruh bahwa baca buku = kuper, culun, cupu, dan ga gaul, ya kan ?

Coba deh kita nilai diri sendiri, kalau baca buku di tempat umum ? masih malu kan ? Walaupun keberadaan ebook sebenarnya membantu kita untuk membuat kita lebih mudah membaca dengan banyak bacaan dengan bawaan yang ringan, tapi bisa dihitung jari deh dari kita yang membaca. Misalnya lagi jalan – jalan, nungguin angkot dan lain – lain, jarang sekali dari kita disaat kita buka gadget itu sedang membaca e-book, paling – paling buka sosial media, chatting ? bener gak ? 

Gengsi banget deh baca buku. Takut dikatain sok pinter-lah, lagi jaim dah, masih banyak stereotip yang muncul di benak kita tentang pandangan orang lain kalau kita sedang bawa buku dan membacanya ditempat umum.

Fenomena kecil ini yang sederhana ini sebenarnya menunjukkan virus gengsi yang berkembang di kalangan anak muda yang sebagian besar masih belum sadar akan pentingnya membaca dan kemudian memberikan pengaruh atau berbagi dengan menulis.
Jika negara maju, satu orang bisa mengkonsumsi bacaan lebih dari empat buku. Indonesia masih dapat dihitung satu orang bisa baca apa enggak. Masih banyak orang – orang yang belum melek literasi, angka buta huruf juga masih ada.

Kongkow nulis memang tidak membuat langkah besar secara langsung yang barangkali di lakukan oleh teman – teman lainnya yang mengirimkan paket buku ke pelosok, atau melakukan terjun lapangan langsung ke berbagai daerah untuk memberikan bantuan langsung berupa buku. Kongkow Nulis masih sangat muda belia, di dasari oleh keresahan anak muda yang ibaratnya kesepian mencari teman berkawan. Tapi ternyata ada misi besar yang harus kami emban sebagai seorang pembaca dan penulis untuk mengajak yang lainnya untuk berbuat sesuatu dimulai dari hal kecil, yakni mengajak lingkungan terdekat kami, teman – teman dekat kami dahulunya untuk beranjak dari hal buruk ke dalam hal baik. dan kami memiliki tagline : read, write, publish, and inspire. Tagline yang menggambarkan sebagian besar aktifitas kami di kongkow nulis.

Istilah kongkow juga yang ‘stereotip’ istilah anak gaul itu ingin dibentuk agar menarik siapapun orang terutama menjadikan si gaul yang anti baca, menjadi siapapun baca buku dia adalah anak yang gaul. Bahwa nongkrong itu bisa melakukan hal bermanfaat, bisa berdiskusi literasi, sharing ilmu, dan melakukan aktifitas positif. Bukan bergunjing, main game, apalagi judi. Duh enggak bangeet.
Kongkow nulis menyadari bahwa ia masih sangat kecil dan muda, untuk tumbuh dan berkembang ia butuh asuhan orangtua yang bisa mendidik mereka. Maka dari itu dimulai, kongkow nulis membuka tangan dan lebar untuk berkolaborasi dan menampung banyak ide dan aspirasi untuk inovasi kongkow nulis kedepannya.

Lalu, saya sendiri memiliki prinsip bahwa mengajak kebaikan itu bukanlah kepada orang – orang yang sudah baik saja, tapi hal yang paling penting yang sering dilupakan para da’I (yakni diri kita) adalah orang – orang yang masih belum tersentuh akan itu. Agar kita menjadi cahaya buat mereka. InsyaAllah:)

Ingin tahu lebih banyak tentang kongkow nulis, bisa cek di www.kongkownulis.com
Salam Menginspirasi! Salam Kongkow-ers
        Beberapa hari belakangan ini, di sela – sela kesibukan internship. Saya menyadari kapasitas aktivitas saya melebihi dari biasanya.  Walaupun sudah tidak mengikuti perkuliahan seperti biasa. Saya seringkali kelelahan dan tak jarang kondisi fisik menurun. Sampai pada akhirnya saya menemukan artikel yang di bagikan Mas Saptuari Sugiarto, mentor TDA sekaligus pengusaha desain inspiratif di laman sosial medianya. Benar – benar mencerahkan.


Di era globalisasi saat ini tanpa kita sadari kita tidak dapat hidup rasanya dengan “Smartphone berinternet”. Hidup tanpa sinyal dan kuota saja, sudah setengah mati merengek – rengek Karena kondisi ini( Ini pengalaman saya ketika mendengarkan keluhan teman – teman di akhir bulan )

Coba deh di flashback kembali, apa yang dilakukan ketika bangun tidur ? Langsung cek handphone kan ? Hayoo ngaku ? Saya sendiri sengaja menunda menyalakan handphone dua jam setelah bangun, sehingga aktivitas pagi tidak di sia kan untuk menyimak timeline terbaru dari siapapun itu diberanda sosial media. Dengan resiko yang seringkali saya alami, ketika dosen tidak hadir saya terlambat membaca pesan sehingga sudah sampai di kampus sendiri.

Kecanduan dan ketergantungan seperti ini seharusnya tidak kita pelihara. Tak sadar banyak hal yang kita lewati di dunia nyata. Hal yang paling tidak kita sadari adalah berpikir dan menerima informasi terlalu banyak sehingga hal – hal penting membuat kita lupa, dan bahkan tingkat kegalauan dan stress lebih tinggi di masa sekarang. Contoh, ketika heboh informasi wabah virus di media massa, kasus pembunuhan dan masih banyak sebuah informasi yang merebak dengan mudahnya dan berbeda setiap hari. Kita disajikan banyak ketakutan, kecemasan, dan tentunya informasi sebagian besar hoax atau berita bohong. Coba kita berpikir, seperti itukah makanan otak kita sehari – hari. Carut marut, kekeraasan, pornografi yang mudah diakses dimana saja, hal – hal yang sangat merusak kondisi fisik dan juga paling utama mental kita.

Well, saya akui saya berlebihan di artikel ini. But, tapi itulah yang tidak kita sadari. Kita dipapar oleh banyak informasi. Mau tak mau, kita harus bijak memilih dan juga memberikan jeda ruang otak kita untuk berpikir bukan menerima.

Overload Think, kita sibuk menyimak banyak hal di media terutama media internet, grup chatting menjamur, asik bercerita di dunia maya sehingga lupa dengan realita yang terjadi.


    “Otakku ini layaknya hard drive, aku akan menggunakannya untuk hal yang perlu aku gunakan. Apabila informasi itu tidak berguna untukku, untuk apa aku menyimpannya. Aku menggunakannya untuk hal yang benar - benar berguna, kamu John Watson menyuruhku mengingat teori solar system dan tatasurya, aku akan segera membuangnya dari memoriku," ungkap Sherlock Holmes, dalam buku Penelusuran Benang Merah.


Awalnya saya sempat tak setuju dengan pandangan Sherlock Holmes, tokoh detektif yang fenomenal itu. Masa ? kita harus melupakan pembelajaran tentang Tata Surya yang sudah kita pelajari itu . Tanggapan awal yang saya sadari ketika membaca buku fenomenal karya Sir Arthur Conan Doyle itu. Sampai pada akhirnya saya mengerti maksudnya, kita seringkali mengambil semua informasi, pengetahuan tanpa berpikir terlebih dahulu patutkan informasi, pengetahuan yang tersebar kita adopsi dan kita konsumsi ? Baikkah dan bergunakah ?


Satu hal lagi, kesibukan baru kita saat ini membuat kita lupa tugas utama yang seharusnya dilakukan. Selama 24 jam kita asik memantengi sosial media atau gadget sehingga menghabiskan banyak waktu yang tidak produktif. Yuk, kita selektif lagi memilih informasi dan mendapatkan informasi.


    "Barangsiapa yang bangun di pagi hari dan hanya dunia yang dipikirkannya, sehingga seolah-olah ia tidak melihat hak Allah dalam dirinya maka Allah akan menanamkan 4 penyakit dalam dirinya :

    1. Kebingungan yang tiada putus-putusnya.

    2. Kesibukan yang tidak pernah ada ujungnya.

    3. Kebutuhan yang tidak pernah terpenuhi.

    4. Dan keinginan yang tidak akan tercapai." (H.R. Imam Thabrani)


Next post saya akan posting mengenai “Gadget Time Warning” bagaimana mengelola dan mengatur gadget agar dapat produktif dan berguna.


Di sela – sela dilema yang hadir beberapa bulan ini. Belum lagi memasuki awal – awal tahun.Saya berusaha menyibukkan diri dari kekosongan yang hadir. It’s not me. Usai sudah matakuliah yang saya harus ikuti dan hadir. Lega ? Bisa jadi, kesibukan bimbingan dan dilema masa depan jauh lebih berat tekananannya dari hanya kebebasan waktu untuk menghadiri perkuliahan – perkuliahan. Hmm.. sejenak kampus berasa asing.

Beberapa artikel yang saya baca dan blog walking sana sini di blog teman – teman. Mereka menuliskan berbagai rencana luarbiasa di awal tahun yang benar – benar membuat saya wow sambil berkaca sama diri sendiri yang rasanya masih belum melakukan apa – apa. Sebenarnya saya hanya menikmati cara saya melewati hari demi hari dengan cara saya sendiri, saya paling tidak suka didesak -_- tapi suka desak orang lain hehehe.

Tantangan saya saat ini adalah komitmen dengan apa yang saya rencanakan. Kondisi fisik yang menurun belakangan ini, saya rasa hadir dari gaya hidup dan juga stres berlebihan yang saya alami. I’m human readers. Saya juga sesekali suka membatalkan rencana membuat saya pusing sendiri dan membuat rencana baru dadakan. Nah loh! Its time to focus mel. Yaps, ini waktu saya buat fokus.

Fokus saya sekarang menulis banyak hal. Termasuk merutinkan blog ini agar bermanfaat bagi pembaca setia. Saya tidak banyak berharap visitor blog ini rame, karena saya juga perlu waktu untuk membuat sebuah tulisan bagus dan tepat menurut saya. Saya mengejar konten baik bukan kuantitas, jadi maklum dan saya minta maaf kadang jeda antara artikel satu dan lainnya agar berjauhan jaraknya.

Saya terharu ketika ada teman saya yang kemudian kirim komentar via bbm yang bilang “ Mel, teruslah menulis ga usah dipikirkan bakal dibaca apa enggak, yang pasti aku akan selalu baca dan pasti akan ada yang baca” ini komentar bikin merah – merah pipi deh. Jujur saja, saya pribadi menulis untuk menasehati diri saya sendiri, sedikit – sedikit dan kadang banyak juga curhat #ups.

“Fokus kamu apa sih mel, kegiatan banyak amir ?” ini gak satu dua orang yang memberikan statement seperti ini ke saya. Padahal agenda saya mah ga banyak, bahkan ada kadang seminggu menung ga jelas dirumah. Keluar rumah juga kadang kalau ada perlunya saja. Saya pribadi mencintai kegiatan yang berhubungan dengan banyak orang, karena saya pribadi ekstrovert walau kadang – kadang penyendiri introvert ketika fokus mengerjakan sesuatu. Ada sebuah energi yang saya dapat ketika berkumpul dengan orang banyak dan berdiskusi banyak hal, perspektif baru, ide baru, suasana baru, kenangan yang baru. I’m really love new things in the life. Saya suka dengan hal – hal baru dan patut dicoba. asalkan tentang hal baik yaa.

Kita perlu fokus pada sebuah hal yang sedang kita perjuangkan. Benar! Nah, coba sekarang lihat diri kamu. Apa yang sedang kamu perjuangkan ? Cita – cita, studi, masa depan, apa lagi ? Namun bukan berarti kamu menutup kemungkinan akan hal – hal baru setidaknya menambah perspektif baru dari kehidupanmu. Sampai kapanpun masa depan itu misteri dan tidak ada yang pernah tahu. Tiap kita proses mencapai sukses beda – beda jalannya. Kamu inget gak ? Impian kamu ketika mulai di sekolah dasar hingga saat ini ? Berubah tidak ? Yups, sedikit banyaknya berubah sesuai situasi dan kondisi. Bukan berarti hidup kita hancur ketika kita tidak mendapatkan impian kita itu, bisa jadi impian lain yang lebih hebat sedang dipersiapkan. Right ?

Fokus adalah ketika energy kamu terkuras untuk sebuah hal yang kamu geluti dan mengasahnya terus demi hari sehingga kamu menjadi bertumbuh. Nah, ini saatnya saya fokus pada impian saya dan karir saya di Ilmu Komunikasi. I’m so passionate with that.

Ada beberapa cara bagaimana kita menjadi FOKUS :

1.    Identifikasi
Coba didata kembali apa saja yang menjadi prioritas dalam hidup kita. Baik itu kesukaan kita, potensi kita, rencana – rencana kedepan, masalah – masalah yang timbul. Lalu, tuliskan prioritas itu dalam sebuah agenda kerja. Walau terkadang melihatnya melelahkan, tapi ini harus dilakukan karena ini yang membuat kita jadi terarah.

2.    Mengambil Keputusan
Ambil keputusan mana yang harus kita lakukan dan tidak dilakukan. Hal apa saja yang harus dihindari dan diabaikan. Bila ada sebuah pilihan, putuskan segera. Buat skala waktu didalamnya, kapan ingin diselesaikan kapan akan dimulai. Plan all !

3.    Klasifikasi
 Pisah-pisahkan pekerjaan yang harus dilakukan sekarang, segera, terjadwal, ditunda. Fokuslah pada pekerjaan sekarang. Ambil tindakan cepat untuk menyelesaikannya. Lupakan pekerjaan lain. Kita tidak perlu khawatir dengan pekerjaan lain sebab sudah kita simpan pada sebuah sistem “di luar” kepala. Inilah inti cara fokus, kita hanya perlu memikirkan yang memang perlu dipikirkan.

Review kembali daftar ini setidaknya seminggu sekali karena pasti banyak mengalami perubahan. Ambil lagi keputusan, mana yang akan menjadi fokus. Lakukan terus menerus.

Fokus itu perlu latihan, latihan untuk memaksimalkan sesuatu. Melatih fokus sama halnya melatih kekuatan penuh dari diri kita. Bila ada sesuatu kegagalan bisa jadi itu karena tidak fokus pada sebuah hal yang sudah direncanakan.

So, for you! Its time to ready ! Its time to be FOCUS
*nasehat untuk diri saya sendiri dan kita semua.
----

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca


Segala sesuatu itu dimulai dari sebuah langkah. Perubahan besar yang kita miliki itu awalnya dimulai dengan sederhana ? Percaya gak ?
Saya ingat ketika itu saya pernah sharing dengan teman – teman TDA Kampus dulunya mengenai memulai sebuah bisnis. Rekan saya bilang begini, “Bukannya penemu apple alias steve jobs itu membangunnya dulu dari garasi rumah ya ?” Itu dia. Kita seringkali berpikir terlalu besar, ribet, rumit, memikirkan awalnya begitu sulit. Kemudian berpikir tentang sesuatu itu dengan awal yang waah, minjem uang gede – gede buat bisnis, dan kemudian berpikir dalam waktu yang singkat bisa berhasil. Pada kenyataannya tidak semudah yang dibayangkan. Sehingga tak jarang dari kita akhirnya berhenti melanjutkan keinginan menjadi sebuah realisasi yang nyata.

Saya pernah mengalaminya dan sering mengalaminya. Saya sadar pemikiran demikian di awali dari kesalahan kita yang tidak menghargai dan mengerti arti dari sebuah proses sesungguhnya. Selalu berpikir muluk – muluk dan lain sebagainya. Bukannya segala sesuatu dimulai dari hal yang sederhana kan, ?

Sama halnya ketika kita ingin merubah sebuah kondisi apakah lingkungan kita, keluarga kita, teman – teman kita. Hal yang sering kita lupakan adalah merubah diri sendiri terlebih dahulu. Cara kita berpikir, cara kita bersikap dan berperilaku, dan juga apa yang kita lakukan. Sembari itu kita juga perlahan merubah hal lain diluar diri kita.
Tidak mudah memang untuk mengawali sebuah hal, ketika menghadapi cemooh, tanggapan pesimistis, dan negatif sehingga mempengaruhi diri kita untuk melakukan perubahan baik.
Saya suka sekali dengan quote Lao Tzu, salah satu filsuf asal cina kuno.
Salah satunya mengatakan bahwa 

“Perjalanan yang berkilometer dimulai oleh sebuah langkah” sederhana tapi memiliki makna yang dalam.

Satu lagi kata bijaknya 
“Orang hebat mampu mengendalikan oranglain, tapi lebih hebat lagi ketika ia mampu mengendalikan dirinya sendiri”

Terkadang dari kita mampu mempengaruhi oranglain dengan sikap dan perkataan kita, tapi kita sendiri sulit untuk menasehati diri kita dari hal yang tak baik untuk berhenti.
Kebaikan apapun itu harus disegerakan, dimulai dari hal yang paling sederhana dahulu dan mulai dari sikap kita untuk menghargai dan mengapresiasi diri kita dari hal yang kita bangun. Memulai tidak harus sempurna kan ? Memulai tidak harus langsung ujuk – ujuk jadi yang terbaik ?
Dari setiap perjalanan tentu ada yang memulai kan ? Walaupun pada akhirnya nanti gagal, bisa jadi gagal kita adalah awal gerbang kita untuk masuk dan memulai sukses di hal lain yang tidak kita sadari.

*duh penulis ini kayaknya pandai ngomong aja ya,* dugaan pembaca
 
Saya pribadi menulis kan hal ini sebenarnya adalah menasehati diri saya sendiri untuk tidak takut untuk memulai apapun itu. Terutama saya yang belakangan ini sering takut dengan suasana pagi hari karena satu dan lain hal. Padahal sebuah hari itu dimulai dari pagi hari kan ? semoga gejala tidak baik dari saya ini bisa segera pulih. Aminn..

Nah, kamu masih berpikir untuk diam terlalu lama merenung untuk memulai sesuatu ?

-------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
 
Keep Inspiring !

Hari ini untuk kesekian kalinya mengunjungi pameran pendidikan luar negeri. Suasana excited dan semangat menggebu – gebu untuk bisa kuliah dan mendapatkan pendidikan yang baik di luar negeri seketika muncul ketika di ruangan tersebut. Para konsultan pendidikan di tiap – tiap stand menjelaskan dengan baik apa benefit yang didapat ketika berkuliah di luar negeri. Sekaligus oase kompetisi untuk memperbaiki skor standar bahasa asing, seperti IELTS dan TOEFL menjadi bayang – bayang kita yang ingin berkuliah di negara asing. Lalu pertanyaannya ? akan kah ? haruskah ?

Beberapa hari yang lalu, rapat bersama teman – teman komunitas. Teman saya kala itu, mengutip kembali pertanyaan saya tentang “Apa alasan kita kuliah ke luar negeri ?” Inilah yang menjadi diskusi seru kami sore itu.

Jujur saja belakangan ini, keinginan saya berkuliah di dalam negeri sebagai kuliah lanjutan semakin mantap. Ketika restu dan juga tanggungjawab untuk meneruskan perjuangan yang sudah dimulai sejak awal perkuliahan menjadi lebih jelas arahnya. By the way, setiap orang punya pilihan bukan ?

… mel kamu sering ikut acara nasional sih .. cinta Indonesia banget deh ..
… mel kamu ingat mimpi kamu gak …
… mel, ini loh kamu bisa …

Ini suara – suara indah yang mampir di telinga saya ketika menyampaikan minat saya itu. Siapa sih yang gak ke pengen merasakan oase berbeda belajar di negara yang memiliki kualitas pendidikan lebih baik daripada di negara sendiri ?
Saya juga menuliskan mimpi di sebuah negara di benua biru kok. Lalu ? Apakah mimpi itu pergi ? Tapi kalau saya bilang mimpi itu dalam perjalanan waktu semakin jelas dan terarah.

Semua itu masalah niat dan juga potensi. Saya pernah baca, trend untuk lanjut studi semakin meningkat. Baik dan positif tentunya, karena menandakan minat pemuda Indonesia untuk belajar dan mengenyam pendidikan tinggi semakin tinggi. Berkaitan dengan kualitas SDM negara kita yang akan semakin baik. 

Media informasi semakin tak terbendung arusnya, oase kompetisi di era saat ini sangat terasa sekali. Karya A Fuadi dan Andrea Hirata telah menghipnotis seantero muda mudi Indonesia untuk melanjutkan kuliah diluar negeri bukan sekedar mimpi, siapapun bisa. Walaupun ia berasal dari daerah terpencil sekalipun. 

Tapi, segelintir orang menjadikan tujuan utama untuk lanjut studi jadi buram. Niat tercampur jadi keinginan untuk tampil keren, ingin jalan – jalan, ingin foto di landmark, dan banyak lainnya. Wajar saja, ketika ada sebuah artikel tentang seleksi LPDP yang para kandidatnya gugur karena ketika sampai di meja interview. Kita sendiri bingung, sebenarnya apa tujuan kita berkuliah jauh untuk sampai – sampai ke luar negeri. Memang diakui, pendidikan di Indonesia memang banyak sekali masalah yang perlu diperbaiki. Sehingga kuliah di luar negeri menjadi jawaban. But, kita tentunya harus menemukan niat yang lurus dan realistis untuk menggapai impian kita.

Jangan sampai, karena ambisi yang kita miliki kita kehilangan momen berharga dalam hidup kita. Kita semua istimewa, hal yang terpenting kita fokus pada kekuatan kita. Fokus untuk menjadi diri sendiri bukan menjadi orang lain.

So jawabannya ?
Studi ke luar negeri itu harus, bila studi ke luar negeri merupakan jawaban untuk kita berkarya lebih baik dan lebih bermanfaat.  Bila studi lanjutan di sana kita akan menjadi pribadi yang lebih baik ketimbang kita berada di dalam negeri. Jadi pepatah, gapailah ilmu sampai ke negeri china, pas deh. Cari ilmu sampai ilmu dagingnya.

Lalu, jawaban kedua ga harus. Kalau niat kita hanya untuk tampil keren, tampil beken, dan pendidikan yang kita ambil nantinya sama kualitasnya dengan di dalam negeri. Alias kita tidak perlu jauh – jauh, lalu meninggalkan banyak hal yang seharusnya menjadi prioritas teratas hidup kita.

Setiap kita punya jalan suksesnya masing – masing. Maka dari itu, temukan jalannya !

-------------------

Keep Inspiring !

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca


Older Posts

HELLO, THERE!


Hello, There!


Hello, There!

Let's read my story and experience


Find More



LET’S BE FRIENDS

Sponsor

OUR CATEGORIES

Entrepreneurship Event Financial Talks Forest Talk Good For You Happiness Healthy Talks Ngobrolin Passion Parenting Pendidikan Review Self Improvement Self Reminder Tips Travel Wirausaha Young Mindset community development experience

OUR PAGEVIEW

recent posts

Blog Archive

FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by beautytemplates