facebook google twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • About Me
  • Life Style
    • Self Improvment
    • Financial Talk
    • Women Talk
    • Parenting
    • Education
    • Eco Living
  • Travel Content
  • My Project
    • Digital Writing Studio
    • Lampung Digital Academy
    • ThinkMe Project
  • Disclosure
  • Contact

Melati Octavia Journal


Well, penuh dengan semangat untuk memulai series ini. Yups untuk membuat #Ngobrol20 stand by terus sama konten selain itu  mengemasnya jadi sajian menarik dan juga penuh insight baru ternyata ga mudah. Awalnya saya pengen series ini diawali cerita ketika kuliah dulu. Kalo di pikir – pikir random gak yah kalo dimulai dari hal yang aku pengen tulis aja hehe. Suka – suka penuh dong ya :D

Terimakasih banyak loh teman – teman yang senantiasa pantengin blog ini, yang kadang kala hilang timbul kayak hujan, ciaa .. jadi galau. By the way, disini saya ga mau kasih banyak alasan, karena saya memang begini orang nya. Ternyata saya belum sepenuh hati sih buat nulis selalu..Just do it sih menurut saya :D

Mau cerita nih, kemarin - kemarin saya ikut kegiatan Akademi Berbagi Palembang. Yaps! Sekarang saya sudah balik ke kampung halaman ya readers! Sudah stay kira – kira tiga bulanan lebih. Well di kelas kali ini di isi oleh salah satu food photography oleh mas mba admin @makanapa.plg di Instagram. Bukan isi kelasnya sih yang pengen di sharing – in tapi cerita tentang gimana mereka ngebangun penghasilan dari apa yang mereka suka. Menurut saya keren, apalagi pas cerita dan bilang.

“Kita bikin akun hanya ngebantu untuk memanjakan teman – teman Instagram buat sajian foto kita, pada kenyataaannya profesi kami memang food photographer. Kita gak ngebuzzing dan apalah itu, karena kalau kita nyari penghasilan dari Instagram, ketika Instagram off kita bakal off juga kan ya.. jadi menurut kita “find your place” dimana kamu menemukan menghasilkan yang settle”

Menarik ya.. disini saya pengen kasih tahu kalau mereka nemuin apa itu dream job mereka dengan cara mereka. Dari judulnya pasti kamu sudah tahu saya pengen bahas mengenai “Dream Job”. Yups pekerjaan impian. Kamu pasti pernah punya kan ya pekerjaan impian atau yang bisa di bilang cita – cita itu. Well, Ketika cerita mengenai dream job kita pasti punya banyak cerita pengalaman hal itu.

 Apalagi kalau udah deket mau lulus, ada yang bilang gini pasti ;

“Aku besok mau kerja di BUMN, terjamin .. prestise juga”

“Kalau aku nyoba PNS deh, biarin sering dikatain temen – temen .. cari kerja susah”

“Aku mau jadi pengusaha aja pokoknya, ga mau kerja sama orang lain”

Banyak segudang komitmen yang sudah kita rancang jauh – jauh hari. 
Tapi apa yang akan terjadi ?
Ga semuanya ngalamin hal semulus itu. Kamu - kamu yang mulai dari nol tentunya akan banyak ngelewatin ujian – ujian entah itu ditolak dibidang yang kamu targetin, bisa juga di desak hal lainnya, dan bahkan sangat jarang banyak yang ikut campur sama keinginan dan komitmen bikin kamu itu. 

Begitu lah ya namanya mengejar “MIMPI” yang susah lagi yaa yang ga punya “MIMPI” down banget dah itu. Kecuali ketika kita masih dalam mode berusaha, impian itu akan terbentuk seiring waktu. Tapi gimana kalau yang ga punya. Hmm yaa, mulai sekarang harus bisa menentukan yaa …
Ngobrolin “Dream Job” ini jadi PR besar bagi saya pribadi. Itung – itung ini tulisan juga curhat colongan kan ya..kalau mau baca monggo yang enggak skip aja hehehe… *peace.

Selama saya bekerja ketika kuliah dulu, saya gak ada hambatan besar buat masuk instansi dapat ilmunya magang, parttime, bekerja apapun itu. Sampe akhirnya saya pindah dan mulai semuanya dari nol termasuk membangun relasi di kota yang baru, walau itu kampung saya sendiri. Dibilang sulit gak juga, mudah enggak juga. Sensasinya itu kaya orang kebingungan gitu kali ya.. 

Ada banyak hal yang kita pikirin kalau udah lulus kuliah, termasuk pekerjaan, perkara jodoh, dan mensettle-kan apa yang belum alias ‘kepastian’. Itu sulit loh, kita gak akan sebebas dulu. Sebenarnya sih yang ngebebasin apa enggak, diri kita sendiri sih. Cuman ada pikiran kita saja. Misalnya kita tahu akan hal apa yang akan terjadi ketika menunda banyak hal termasuk skripsi, pekerjaan, menyicil ini itu. Kita kedepannya nyesal dan merasa rugi. Tentunya ketinggalan sama teman – teman lainnya.

Kalau bicara mengenai “dream job” saya sempat bikin kultwit di twitter, monggo yang mau ngecheck bisa kepo dengan hastag #DreamJob. Saya cerita kalau kita – kita dulu dengan mudahnya menentukan cita – cita. Apalagi di saat berada di bangku TK. Ketika bu guru tanya, kamu besok mau jadi apa ? Dengan tegas kita rebutan angkat tangan dengan bangga bilang, ingin jadi dokter, polisi, pengusaha, ini itu dan berbagai profesi idaman. Role modelnya banyak, baik itu dari cerita orangtua, televisi, atau juga kebanggaan terhadap orangtua yang berprofesi tersebut. 

Tapi ketika dewasa. Keberanian itu pupus satu demi satu ketika menuju tingginya usia. Melihat banyaknya persaingan, sulitnya mendapatkan sesuai keinginan, belum lagi kekhawatiran kita yang stadium tinggi sama masa depan. Pesimisme pengaruh orang luar yang suka sekali mengomentari jalan hidup kita “bukan ngebantu”uhuk (tiba – tiba batuk) membuat rasanya hidup itu sulit. Yaa gak sih . 

Pernah baca fenomena remaja di Jepang gak ? 
Sekarang ada namanya penyakit sosial bernama “Hikikomori”. By the way pas baca ini artikel tentang penyakit ini. Tiba – tiba saya merinding sendiri. Karena gak jarang saya menemukan orang – orang mengalami hal ini di Indonesia. Gak jauh – jauh, orang di kompleks saya ada yang mengalami hal itu. Saya sendiri suka parno kalau misalnya dia itu suka nyimak kegiatan saya pagi – pagi dengan tatapan kosong. Walaupun ga separah di jepang. Orang yang di kompleks saya masih mau bicara, walau memang membatasi diri. Hikokomori dalam bahasa jepang artinya “menarik diri”. 

Menarik diri dalam lingkungan sosial. Faktornya apa? Banyak, baik itu dari orangtua, lingkungan, teman – teman. Seperti kita tahu di asia timur pembully-an itu kuat banget. Belum lagi persaingan akademik dan juga tekanan sosial yang tinggi. Saya dapat data kalau ada 1% remaja jepang terkena hikikomori sekitar 320 ribu orang. Usia mereka rata – rata berada di usia remaja hingga menuju dewasa. Mereka bahkan menarik diri bisa sampai 10 tahun lebih. Lebih lanjut teman – teman bisa searching mengenai detailnya.

Menurut saya, ini terjadi karena kita ga ada target dalam menjalani kehidupan.  Jiaah bahasanya. Kita sering banget menjalani sesuatu dengan menjalaninya saja, tanpa berpikir apa yang kita jalani benar apa tidak. Baik apa tidak bagi kita. Bisa juga menjalaninya karena ikut – ikutan orang lain. Karena keren, kelihatan mudah, kelihatan menyenangkan. Padahal belum tahu itu cocok apa enggak sama kita.

Menemukan diri itu berproses memang. Tapi hal simpel aja dulu, kalau saya ngutip di satu drama. Jiaah. Katanya gini. “Daripada susah – susah kamu memikirkan apa yang terjadi di masa depan, coba mulai dulu kamu berpikir apa yang akan kamu lakukan besok” Just simple! Kita muluk – muluk mikir ini itu, tapi susah untuk merancang hari besok lebih baik dari hari ini. Bukannya kata hadits walau sanad nya lemah namun masih bisa kita ambil fadilahnya berisi, “merugilah orang –orang yang kemarinnya lebih baik dari hari ini”


Bicara menemukan target masa depan, bisa kita tulis dengan hal – hal sederhana. Bukan hanya pencapaian beberapa tahun kedepan. Tapi tulis strategi kita untuk mencapai itu. Tulis disini bukan jadi syarat, melainkan pengingat kita bahwa kita memikirkan, menjalankan, dan melaksanakan. Sebuah usaha yang semoga Allah juga dengar dan ikut terjun mewujudkannya. 

Bicara #DreamJob lagi – lagi butuh proses tentunya readers. Ga semuanya mulus, kita kadang disuruh sana sini untuk bisa menemukan yang bisa jadi ilmunya penting untuk dream job kita. Jadi cukup syukuri perjalanan kita walau pada kenyataannya mungkin berbeda dari keinginan kita. Time is running, sembari itu persiapkan diri dengan keinginan kita tadi dengan fokus yang kita lakukan. 

Pesannya adalah “SELALU BERGERAK” kata Pak Jamil Azzaini di pelatihan Forum Indonesia Muda 2015 lalu. Walaupun kita masih kebingungan atau bisa jadi belum menemukan. Teruslah bergerak. Karena itu yang membuat kita hidup. Termasuk ikan – ikan laut yang segar ketika sampai di darat. Dia harus selalu bergerak.

Semoga bisa menginspirasi :)

Ini juga nasehat untuk diri saya juga :D

Semoga pembaca bisa menemukan #DreamJobnya.

By the way, saya open diskusi loh disini yang mau sharing dan nanya - nanya atau cerita pengalaman mencapai #DreamJobnya comment dibawah yaa ?


Sharing sedikit tentang timeline berat yang beberapa hari lalu membuat saya penasaran. By the way, mungkin saya orang yang ketinggalan materi ini. Tapi gapapa ya sebagai catatan saya juga. Jadi ada sebuah presentasi TEDx oleh Angela Lee Duckwoorth yang pertama kali menceritakan hal ini. Bisa cek di yutub guys.


Dalam video presentasi itu diceritakan bahwa dua hal tadi itu adalah komponen bakat - bakat sukses manusia. Dalam presentasi tersebut Mba Angel ini cerita tentang hasil studinya dari murid yang dia bimbing.

Dia menemukan kalau tidak ada kaitan antara tingginya IQ dengan sukses anak - anak di sekolah (yang beliau ajar). Salah satu hal yang membuat anak - anak sukses menurutnya yaitu "Grit" yakni kualitas diri yang sabar dan pantang menyerah mau berjuang dalam berbagai medan untuk mengejar impiannya.

That's true.
Kita sering banget ngecap anak - anak akademis yang nilai tinggi itu pasti sukses. Ga sepenuhnya bener dan salah. Kebanyakan anak - anak sukses dilihat dari perjuangannya. Kepintaran dan cerdas seperti gift yang harusnya mempermudahnya untuk mencapai impian lebih tinggi bukan malah menjadi males.

Selain grit itu ada namanya "Growth Mindset" ditulis katanya di buku Mindset Carol Drewk. Disini growth mindset adalah cara berpikir bahwa sesuatu itu dapat di wujudkan dg kerja keras, belajar dan sebagainya. Sebuah optimisme. Ini kebalikannya ya liat sesuatu belum apa2 udah pesimis. Bahaya nih.

Jadi intinya tak ada namanya yang gagal. Jika kita mau berusaha dengan mengasah Grit dan Growth tadi. Segala bentuk kemudahan seharusnya menjadi ujian kita untuk lebih semangat dibanding yang memiliki kekurangan.

Bukan hal langka sekarang, kita lihat orang2 sukses dulunya adalah sosok yang sangat tidak dianggap dan serba kurang tapi kini mereka menunjukkan diri.

Bahwa keberhasilan dan kesuksesan itu hak setiap orang.

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

Banyak dari kita yang tak mengerti kalau hijrah itu perlu effort yang besar.
Bukan hanya masalah berubah ke arah berbeda tapi juga melapangkan hati untuk menerima hal baru.

Saya ingat sekali keputusan berhijab yang penuh dengan tantangan. Di saat trend hijab tak semudah saat ini, pertentangan dari orang terdekat kadang ada saja mengoyahkan. Tapi jika lahir dari hati dan itu niat baik. Saya percaya Allah akan stand by terus membela kita di manapun kita berada.

Begitu pula hijrah untuk menetap di sebuah kota. Entah itu kelak seperti perempuan atau laki - laki yang kemudian nantinya berkeluarga dan memutuskan menetap di tempat yang jauh dan berbeda. Dimana segala kenangan, pertemanan, emosional dan kenyamanan ada di kota tersebut. Harus merelakan hal itu dan berusaha melepas cintanya di kota itu untuk memulai hal baru.
Tapi jika melakukannya sendiri bukanlah lebih berat? It's so hard! Saya barulah memahami arti keluar dari zona nyaman. Bahkan untuk kembali ke kampung sendiri merasa sedang merantau. Hal ini beda ketika kita mungkin travelling beberapa hari di sebuah kota.

Sebuah kota mau tak mau menginginkan kita berdampak. Menurut saya demikian, tempat yang saya huni setidaknya saya bisa bermanfaat disana. Di mulai dari keluarga dan tetangga sendiri.
Saya ingin tahu bagaimana perasaan orang yang merantau dan pindah menetap. Apakah sama atau seperti apa.

Lagi lagi apapun keputusannya, jika itu niat baik saya percaya Allah selalu memudahkan jalannya. Bukannya semua sudah di gariskan?

Saya ingat kata seseorang, "mel tinggallah di tempat di mana kamu dapat bermanfaat lebih banyak"

Saya yakin teman - teman pasti pernah mengalami perubahan besar dalam hidup yang kadang membuat kita ragu melangkah. Lagi lagi hanya Allah penguatnya :)
Sudah lama nih absen di blog ini. Ada sekitar 3 bulanan ya setelah postingan sebelumnya. Perlu effort yang tinggi untuk menyusun kata demi kata disini. Ada beberapa draft yang sedang saya susun untuk tulisan sedikit dalam dan mini project di blog ini yang sedikit melow. 

Pasca kuliah dan kemudian bekerja secara penuh ternyata benar - benar butuh pengadaptasi yang tinggi. Bahkan saya merasa lebih survive dan terencana ketika masih di bangku perkuliahan. Walau dengan keluhan - keluhan kecil entah itu saat magang atau kerja part time lain. Sensasi memadatkan waktu bekerja adalah jadi bagian samping sedangkan menuntut ilmu menjadi bahan utama sangat saya nikmati sekali. 

Berbeda ketika saya kemudian lepas di masyarakat sepenuhnya menentukan diri saya berada di mana dan bermanfaat dimana. Kadang menurut kita, kita bisa bermanfaat di sebuah tempat dengan versi kita yang sudah kita himpun dari berbagai pengalaman yang kita miliki, tapi ternyata pada kenyataannya tak sejalan dengan apa yang kita awalkan pikirkan. Banyak beragam manusia dengan berbagai latar belakang, karakter, pola pikir, sistem yang sangat berbeda dan bisa jadi menjadi boomerang. Saya merasa momen demikian patut dirayakan dan disyukuri, lagi - lagi pertemuan kita tidak pernah ada yang kebetulan bukan ? Pasti Allah menyelipkan ibroh ataupun juga hikmah yang dapat kita pelajari dalam hal ini.

Merayakan hal - hal kecil di hidup kita adalah hal penting. Merayakan dalam wujud syukur kita untuk kembali berbenah diri ataupun mengapresiasinya dengan kenyamanan yang kita inginkan. Saya belakangan lalu mendapatkan tawaran untuk merawat wajah di sebuah beauty clinic yang sedang dibuka untuk dibantu memberikan pandangan dan reviewnya, menggantikan orang sih sebenarnya.
Dibandingkan saya dan beberapa teman lain, hanya saya tak banyak keluhan. Dengan perawatan standar. Voila saya dianjurkan dokter klinik itu untuk lebih menjaganya dengan memakai tabir surya keluar rumah. tahu banget sih dokter mah! saya ga pake gitu. Sampai pada akhirnya saya merasakan rasa syukur walaupun saya mendapatkan perawatan standar (ga mahal haha) tapi saya bersyukur saya diberikan wajah yang cukup mudah dirawat dan diatur dengan hanya berbekal wudhu dan pelembab dan pembersih. Tak ada keluhan berarti, selain misalnya saya yang bisa jadi kurang merawat tiga poin itu. 

Saya tak membayangkan teman - teman lain yang mungkin menggeluarkan sekian juta rupiah hanya untuk tampak nyaman saja wajahnya tanpa keluhan (beda ya nih sama teman yang pengen cantik bak artis). Ada yang mungkin wajahnya membutuhkan penanganan khusus karena hormon atau mungkin garis keturunannya yang membuat kulitnya demikian sensitif sehingga sulit untuk dirawat. Sedikit saja lupa mencuci muka berjerawat, bahkan mengelupas. atau mengitam jika sedikit saja terkena matahari. It's hard kalo saya pikir!
Rasa syukur adalah hal tepat untuk merayakan apapun itu. Karena disini temanya merayakan karya kecil. Bisa jadi apapun yang kita lakukan, entah itu karya tulisan kita, sikap kita yang semakin baik, ataupun target pencapaian berbenah seperti saat ini bertepatan di Bulan Puasa ini atau kegiatan - kegiatan positif yang kita lakukan untuk orang banyak mari kita syukuri dan rayakan. Diawali dengan merayakan diri kita dulu kemudian jika kita mampu berbuat demikian kita juga mampu mengapresiasi orang lain. 

Ketidakbahagiaan yang bisa jadi ada pada kita saat ini adalah karena kekurangan kita terhadap rasa syukur yang seharusnya ada di tiap - tiap hal dihidup kita. Bahagia yang timbul dari rasa syukur tentu Allah beri tambahan nikmat yang ntah dari mana datangnya, bisa saja rejeki kita yang dimudahkan pertemanan yang baik, kehidupan keluraga yang tentram, permasalahan yang diselesaikan dengan mudah.

Yuk kita merayakan karya keci dengan bersyukur :)


---------------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

Semoga menginspirasi

Ini sambungan dari artikel yang part 1 (satu) bisa kamu baca disini : Umroh Traveler Part 1

 Ada beberapa tips step persiapan untuk melakukan “Umroh Traveler”

1.    Lakukan Persiapan 40%
         Ini hal penting terutama merencanakan umroh sendiri termasuk tujuan – tujuan kita, kemudian bagi kita yang belum pernah manasik cobalah melakukannya dengan ustad tertentu yang ada di kota kamu, dan tanyakan untuk manasik dengan beliau dengan beberapa teman rombongan umroh traveler kita. Kemudian mempersiapkan makanan termasuk hal – hal tak terduga seperti backup surat – surat penting harus, kita bisa kirimkan dan scan surat - surat kita ke e-mail rombongan, biar jika terjadi sesuatu hal, kita memiliki backup datanya. Hal lainnya yang dipersiapkan adalah hotel, fasilitasnya, dan hal detail lain dan kemungkinan tak terduga lainnya. Satu lagi menyimpan semua nomor KBRI dimana negara dikunjungi.

2.    Selama Perjalanan 40%,
             Selama perjalanan, kita mengikuti rencana, bisa jadi ada rencana yang tak sesuai bersikaplah tenang dan tak gegabah. Banyak bertanya termasuk juga mengkontak orang – orang sekiranya bisa membantu kita. Jangan bosan bertanya deh, Ohya untuk bagi yang perempuan terutama sebelumnya memesan tiket atau berangkat, pastikan tanggal yang "dibooking" dimana biasanya si “bulan datang” berkunjung bisa kita wanti - wanti. Jika sekiranya memang tanggal – tanggal berangkat kamu bertepatan nanti, kamu bisa antisipasi ke dokter atau ada menggunakan obat untuk menunda. Tapi tetap diusahakan dari awal memang kita ketahui jadwal kita yah.

3.    Evaluasi 20%
                Evaluasi penting jika nanti kita dapat rejeki untuk berpergian umroh lagi (Aminn) Kita bisa tahu dalam perjalanan peristiwa – peristiwa yang tak kita temui dan gimana solusinya. Misal kejadian desak – desakan di ka’bah terutama berhadapan dengan orang asing. Kak Mike saran bahkan kita minta bantuan dengan orang bertubuh besar yang berasal dari negara asing untuk melindungi rombongan kita. Untuk membuka jalan kita saat melakukan thawaf. Kemudian berwaspada dengan orang – orang asing yang bermodus kurang baik, misalnya cerita dengan cerita menyentuh tapi yang tak masuk akal. Abaikan saja, kalo orang arab pasti baik dan tak akan melakukan. Biasanya dilakukan imigran sih.

Nah mungkin sekilas sharing yang hampir seribu kata ini, banyak lagi detail – detail inspiring story dari mereka. Nah untuk pemburu tiket ada dua situs yang perlu kita kepoiin manatau ada tiket murah nih menuju umroh www.cheapticket.com dan www.kayak.com. Saran lainnya, mereka bilang ternyata tiket promo ini malah lebih murah ketika kita melakuakn multiple destinations, artinya kita singgah- singgah ke beberapa negara. Rata – rata begitu, lebih murah ketimbang kita hanya fokus ke flight ke Jeddah balik saja.

Nah mau sharing pengalaman nih, karena saya dan teman –teman pekanbaru itu menganggap malasyia lebih murah dari ke lokasi yang ada di seberang pulau contohnya Pulau Jawa. Anak – anak Pekanbaru sering di bilang kalo “wow” banget sama anak – anak di kota lain karena liburannya mudah banget ke Malaysia Singapore hehe.

Jadi kita kalo kemana – mana patokannya ya Malaysia mengingat murahnya dan sebentarnya ke sana, ketimbang Jakarta – Bandung naik kendaraan umum. (Maaf patokannya ini, karena saya ngalamin )

Walaupun belum pernah ke malaysianya, tapi temen – temen lain cerita seperti itu.
Karena banyak sekali tiket promo bertebaran Pekanbaru – Malaysia tiap bulan. Menggoda kantong sekaleeee. Untuk april ini aja ada tuh tiket pp cuman 200 ribuan #mupeng. Bahkan sebelum kejadian Airasia lalu yang membuat semua maskapai menaikkan harga tiket. Kita bahkan sering menemukan tiket 0 rupiaah yang seliweraaan. Udah murah, waktu singkat bahkan lebih sebentar ke Malaysia ketimbang saya bolak balik ke kampus dulu (fix ini lebay, tapi bener)



Baiklah daripada kebanyakan curhat, kita sudahi sharing via tulisan dari kelas akademi berbagi pekanbaru kemarin. Mohon doa pada readers, agar saya bisa berangkat dan juga memberangkatkan orang tua juga. Semoga yang membaca ini juga terhimpun niat dari sekarang untuk berumroh, selain nabung biar cepet di booking tiket kalo ada tiket murah, dan juga niat untuk mempersiapkan diri untuk panggilannya. Umroh bukan masalah mampu tapi masalah niat, kita niat dengan sungguh – sungguh kebaikan itu, niat untuk dimampukan ada jalannya dari Allah SWT. Bahkan dalam cerita pemateri ada mahasiswi berkuliah dan dapat hasil dari kegiatan les private, frelance sana sini bisa berumroh dengan uang pribadinya. 

Dan ada seorang bapak dengan maaf “tidak lengkap fisiknya” kakinya Cuma satu bisa tiap tahun umroh dengan kesederhanaan beliau saja yang menabung bukan tergolong orang berada. Dari cerita ini saja kita bisa pahami bahwasanya umroh itu masalah niat, bahkan walau secara harta kita mampu tapi tidak dapat panggilan dari Allah ya belum bisa juga.

Semoga kita berniat di mulai dari membaca sharing ini, saling mendoakan yang belum pernah berangkat diberangkatkan yang sudah berangkat dapat memberangkatkan orang lainnya.
Poster Event


Belakangan ini kata pejuang passion terbayang di pikiran saya. Bukan mengenai apa yang kita miliki atau kita punya (dalam hal passion) tapi bagaiman kita memperjuangkannya agar tetap menjadi miliki kita.

Kenapa passion harus di perjuangkan ?
Beberapa artikel yang saya tahu mengatakan passion itu bisa dicari. Sambil mengerjakan pekerjaan, berada dalam berbagai aktivitas kita akan menemukannya. Tapi bagaimana jika sejak awal dia berkecimpung di beberapa hal, ia sudah menemukan hal asing di dirinya. Misalnya, dia ada di jurusan biologi tapi tanpa sadar dia menemukan diri dia dapat berkarya dan bermanfaat dalam bidang gambar dan melukis. Sedangkan hal yang ia jalani sedikit bertolak belakang dengan apa yang ia kerjakan. 

Ada banyak cerita yang menurut saya cerita tentang ini. Entah bagaimana saya selalu beranggapan jika passion itu dekat sekali dengan impian kita. Walau ada beberapa orang yang bisa jadi menjadikannya sebagai aktifitas melepas penat tanpa memimpikannya lebih lanjut. Tapi ada juga orang – orang yang harus berada dalam kondisi yang dilema. Kita ia memahami dirinya berbeda pandangan orang lain memandang dirinya.

Masa dilema ini semakin kuat ketika kita berada di masa transisi. Saya ingat betul ketika saya dilema masuk SMA atau SMK atau bahkan sekolah madrasah Aliyah. Ingat ? Masa transisi. Begitu pula ketika memilih jurusan di kampus. Tak jarang banyak orang yang salah jurusan karena tak siap menghadapi masa transisi itu.

Passion itu apa ?
Di beberapa artikel bilang begini “ah passion itu istilah yang muncul yang lagi ngetrend aja sekarang sebenarnya passion itu dimana aja bisa ketemu”
And see, itu tergantung orang mempercayainya apa enggak. By the way, saya pribadi punya pandangan sedikit berbeda apa yang di maksud passion. Menurut saya passion itu seperti penemuan. Yups! Setiap kita menjalani beberapa hal yang random setiap hari, kita pasti menemukan sesuatu yang berkesan dan kemudian kita gak berhenti untuk melakukannya lagi dan lagi. Kemudian kamu melanjutkannya lagi di hari berikutnya menambah kemampuan skill dan lainnya agar rasa ingin tahu dan rasa puas itu bertambah. Bagi penulis, menulis aktivitas menyenangkan bahkan dilakukan berkali – kali menghabiskan waktu untuk menulis. Tapi bagi orang yang memang bukan penulis, bagi mereka menulis adalah hal membosankan dan tak menyenangkan.
Dan kita gak akan bisa memaksakan passion seseorang sekalipun orang tua dan orang terdekat kita. Karena menurut saya lagi – lagi passion itu penemuan. Ibarat harta karun yang kamu cari – cari kemudian kamu ketemu.
Lalu seperti judul diatas, bagaimana dan mengapa passion perlu diperjuangkan ?
Karena banyak hal diluar sana yang berasa “sok tahu” sama diri kita sendiri. Mereka tanpa sadar mempengaruhi kita sehingga kita jauh dari hal yang sebenarnya seperti apa diri kita. 
Apa maksudnya ?

Kita sering mendengar orang lain dan juga memberikan peluang orang lain untuk ikut andil “memilih hidup kita”. Bukannya orang lain tugasnya itu hanya menganjurkan dan memberi masukan, selain itu membuka pandangan. Lagi – lagi segala keputusan ditangan kita, kita lupa akan hal itu. Sehingga kita jadi pengikut dan pengekor. Contoh ketika kamu memilih untuk tetap stay rasa patah hati, entah itu sama pasangan yang belum tahu jodohnya (nah loh!), sama kegagalan lama kamu atau juga hal – hal yang bikin kamu berkutat pada hal yang tidak baik. Itu sama artinya kita memberi kesempatan orang – orang yang menyakiti kamu mengambil hidup kamu yang harusnya bahagia, dan yang harusnya berkarya lebih banyak. Kamu juga memberikan waktu dan kesempatan kepada gagal untuk menjangkiti jiwa kamu untuk berhenti mencoba lagi. Kamu memberikan peluang pada gagal untuk menjadi jawaban akhir dari hidup kamu, benarkan ?

Ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk memperjuangkan passion menurut saya yang bisa kamu renungi dan juga lakukan ?
 
1.    Ikhlas

      Ikhlas disini ketika kamu punya passion tapi pada suatu waktu kamu ga bisa mengerjakaannya dengan penuh karena sesuatu hal. Banyak orang di luar sana karena terjebak dengan kondisi yang dia miliki sehingga sesuatu yang dia miliki itu belum bisa di-usahakan maksimal. Ikhlas dalam artian tidak memaksa keadaan untuk mengikuti kemauan kita, tapi dalam menjalani kita jalani dengan penuh rasa ikhlas tanpa meninggalkan sesuatu yang kita sukai. Saya selalu percaya, Allah akan kasih jawaban jalan mana yang harus kita pilih kedepannya.

2.    Berkomitmen menembus batas tantangan
       Ini penting juga, kita seringkali kejebak zona nyaman dalam kondisi realitis. Misalnya, dalam lubuk hati terdalam kamu ga pengen bekerja di perusahaan besar, kamu ingin sekali tetap menjadi pelukis yang idealis menciptakan banyak karya. Ini skill yang kamu pendam banget. Tapi karena kondisi misalnya kamu harus ngebiayaain adek kamu kuliah, terus kamu anak yang menjadi tulang punggung keluarga. Ini tantangan berat buat kamu. Gimana bisa memilih  Nah orang – orang yang keren menurut saya itu adalah yang bisa memecahkan problem pilihan – pilihan ini, bisa menembus batas tantangan, tapi juga tak egois dengan dirinya. Tetap realitis dengan keadaan. Jika kamu berkomitmen pada hal demikian, kamu adalah pejuang!

3.    Fokus sama diri sendiri
     Ini penting, kita suka kebawa arus. Apakah itu pertemanan, cara pikir, pandangan – pandangan yang membuat tentunya kita terbawa arah. Syukur banget kalo baik, kalo semua pandangan yang dimiliki membuat kita jadi manusia yang jatuh, ga percaya diri, hancur. Yang ada kita sudah menutup jalan hal baik di masa depan. Please deh, ga semua omongan orang yang memang harus kita telan mentah, jika ada saran ataupun masuk walaupun terkesan menghakimi ambil aja hikmahnya untuk kita perbaiki. Fokus pada perbaikan diri kita saja, karena cuman kita sendiri yang tahu siapa diri kita. Be grow and focus for yourself!

4.    Berkompromi dengan banyak hal ( mengkomunikasikan)
    Ini peer juga bagi saya, saya juga walaupun berkutat di ilmu komunikasi sebagai bidang ilmu perkuliahan. Ilmu komunikasi itu ilmu kompleks. Tiap orang punya kesan tersendiri kita menangkap sebuah sinyal komunikasi, tak jarang kita suka miscom! Terutama kalau kita bergesekan dengan dunia baru dan hal baru. Satu lagi yang perlu kita pahami, kalau manusia itu senantiasa berubah dan dinamis. Kita sering banget ngejudge orang atas sesuatu hal hingga kedepannya berpikir orang itu akan “selalu begitu”. Tiap orang selalu mengalami proses kepribadian dalam hidupnya terkecuali dia sudah tak bernyawa. Jadi, mau tak mau ketika kita sedang memperjuangkan passion komunikasikan hal itu kepada orang lain yang berkaitan dengan passion dan impian kita, berkomunikasi tentang bagaimana saling mendukung, saling mendorong hal – hal baik, dan mengingatkan akan hal – hal tak baik.

5.    Slow motion ~ 
            Apaan nih sok english banget?! Saya belajar slow motion itu istilah di salah satu mata kuliah saya di ilmu komunikasi pada mata ajar fotografi. Jadi ambil gambar foto yang keliatan proses berpindah alias bergerak misalnya buku yang tertiup angin. Ada bekas jejak lembaran yang terbang tertiup gitu. Nah kalo menurut saya hidup kayak gitu juga sebaiknya. Kita seringkali pengennya instan, apalagi kalau ngomongin sukses. Menurut saya, seharusnya kita harus slow motion pada proses yang berkaitan dengan dalam diri kita. Seperti belajar berkepribadian baik, skill baru yang sifatnya membutuhkan curahan emosional yang tinggi. Kecenderungan yang saya perhatian, apabila ada sesuatu hal yang terlalu cepat dalam memproses menuju sukses. Akan berat dalam menghadapi tantangan – tantangan yang jauh lebih sulit, karena ia terlalu cepat berlari hingga lupa ternyata ada kerikil yang disiapkan yang sudah tampak sebenarnya di awal pertandingan namun ia lupa hingga terkena kerikil tajam itulah di puncak finish (istilahnya seperti itu). But kita dalam menjalani juga harus memperhatikan langkah, kapan kita harus bisa berjalan sedikit lebih cepat kapan kita memang harus menikmati proses dan memperhatikan langkah kita lebih rinci.
Jangan kecewa mungkin proses kamu belajar dan berhasil lebih lamban ketimbang teman – teman kamu yang lain. Tapi bisa jadi kamu memiliki cara pandangan lebih luas dan lebih dibutuhkan ketika kamu menjalani proses lebih lama dari yang lain.

Semoga menginspirasi!

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca!


 
“Daripada mengutuk gelap, lebih baik menyalakan lilin”

Well, ternyata respon tulisan lalu tentang millennial sebelumnya cukup mendapatkan perhatian. Beberapa hadir pertanyaan yang saya sendiri masih dangkal memahaminya. Sorry hehe! Janji deh bisa jawab dengan nambahin bacaan lagi. Kali ini saya pengen cerita tentang caring generation. Beberapa saat lalu saya sempat browsing dan ketemu banyak tulisan inspiratif tentang mindset anak – anak muda sekarang yang okeh banget sama lingkungan sekitarnya.

Sering gak kamu tiba – tiba buka medsos terus liat beberapa friends kamu sharing tentang bapak – bapak yang sepi pengunjungnya, lalu teman kamu ngeposting rasa empatinya ke medsos. Setelah itu itu kamu dapet kabar jualan bapak itu jadi laris. Pernah gak ikutan campaign sosial tentang sebuah televisi yang melakukan beberapa kesalahan dengan menayangkan sesuatu yang tak seharusnya terus kamu ikutan menandatangani petisi di sebuah situs. Atau kamu lihat kegiatan volunteering yang menjamur baik itu di dunia nyata dan maya. Gerakan 1000 buku, Gerakan Mengajar, Gerakan Wirausaha dan masih banyak. Kesimpulan yang saya dapat dari contoh diatas, generasi sekarang itu peduli banget deh! Ini dampak positif dari keberadaan medsos selain dampak lain yang lain kali kita bahas.

Saya pribadi sering banget ketemu hal begini di medsos. Saya senang banget, kadang kala juga sedih jika ada beberapa hal yang ga bisa ikut terjun untuk membantu. Nah, keberadaan gerakan – gerakan yang ada saat ini tentunya berdampak perubahan dari nilai kepedulian kita yang kemudian berjamaah untuk mempercepat perubahan itu. Contoh seperti gerakan Indonesia Berkebun yang sudah berada di beberapa daerah, kemudian Akademi Berbagi yang setiap bulan menebarkan inspirasi kelas gratis kepada teman – teman di kotanya. Saya juga salah satu bagian dari relawan di kota saya. Ternyata memiliki warna tersendiri untuk menambah inspirasi dan juga pertemanan. Selain itu saya dan beberapa teman mendirikan komunitas kongkow nulis walau belum begitu lama, saya pribadi merasakan banyak manfaat ke diri saya pribadi untuk semakin semangat menulis dan membaca, karena ada teman – teman yang selalu mensupport.

Nah, walaupun banyak hal positif yang bertebaran tak jarang di berbagai sesi kita sering juga mendapati banyak kritikan di medsos entah itu karena gerakan, opini, kritikan. Tak jarang banyak yang tidak sepakat. Bisa jadi karena gerakan itu ada dampak yang kurang baik, atau bisa jadi dampak itu memiliki enemynya sendiri terhadap sebuah perusahaan. Hmm bisa jadi sih.
Komunitas dan gerakan sosial tak jarang juga mendapati hal demikian. Termasuk kita, coba deh kita renungkan pernah gak mengkritik sesuatu atau membela sesuatu sampai heboh terus bikin pertengkaran tak sengaja karena beda pendapat. Saya ingat kasus pemilu 2014 lalu. Saya sampai no comment banget di medsos, berusaha banget menjauhkan diri dari komentar, share atau membagikan informasi yang berkaitan dengan hal itu. Paling tidak, info - info yang sifatnya umum, gimana tata cara bijak memilih dan lain – lain. Alasannya, karena saya gak mau membebankan diri dari hal yang belum tentu kebenarannya dan kemudian saya bela habis – habisan. Cukup saya keep di cerita – cerita face to face yang mungkin lebih nyaman dan diketahui orang yang mengenal saya pribadi. Medsos itu mengerikan untuk memutus pertemanan hanya karena sesuatu yang mungkin ketika internet tak ada itu adalah hal absurd haha.

Nah, saya ingin sharing untuk kita yang mungkin saja masih belum bisa mengendalikan diri untuk mengkritik. Terutama nasihat untuk saya juga nih. Kadang kala kita tidak mengerti bagaimana sebuah perjuangan orang lain berbuat karya ini dan itu. Entah itu sebuah tulisan, pergerakan, prestasi, ataupun karya lainnya. Namun, seringkali ego kita lebih kita tonjolin ketimbang solusi untuk ikut membantu memperbaiki karya itu, setidaknya memberi masukan bukan hanya sebagai penikmatnya.

Misal nih yang sering juga saya lihat di komentar para komikus ketika mengupload gambarnya,
kak gambarnya kok ini begitu sih, kemarin bagus dan blab la bla. 

Coba kamu bandingkan dengan kata – kata ini. 

Wah gambar kakak hari ini berbeda ya kak, by the way .. aku lebih senang yang kemarin sih kak. Tapi tetap berkarya ya kak! Semoga kedepan lebih baik!

Bisa juga ketika kita bergabung di sebuah acara, mengikuti event, atau mungkin bergabung dalam gerakan. Seringkali kita tak sadar kita lebih mengutamakan mengkritik tanpa arah yang jelas untuk memberikan solusi kedepan. Misalnya, ketika mungkin acaranya ngaret padahal saat itu kita panitia. Walaupun kali itu kita bukan seseorang yang ada di bidang kepanitiaan mengurus waktu, kita menghabiskan energy untuk mengkritik kerja teman kita di divisi mengenai waktu. Hal yang baik menurut saya kita menjadi bagian yang mengevaluasi dan memberikan solusi untuk tidak terjadi kedepannya. Misalnya kita identifikasi masalahnya dulu, penyebabnya, setelah kita tahu yang terjadi barulah kita speak up dan memberikan rancangan solusi untuk masalah tersebut.

Saya percaya para kritikus adalah orang – orang yang memiliki rasa peduli yang sangat tinggi. Tapi tanpa sadar para kritikus lupa keberadaannya untuk menjadi bagian dari perubahan lebih baik atas sesuatu yang di kritiknya. Kadang ego merasa benar, ego merasa paling mengetahui membuat para perkarya diam – diam kecewa dengan dirinya sendiri karena tak mampu membuat sesuatu yang baik, tapi ada juga yang pengkarya yang menjadikannya itu letupan semangat untuk lebih baik.
Nah, entah itu kita sebagai seorang pembuat karya atau para penikmat karya atau kritikus. Hidup itu indah jika kita bareng – bareng bikin perubahan untuk saling melengkapi. Kalo istilah sekolah dulu, kritik membangun itu perlu. Kritik membangun loh ya, bukan kritik untuk menunjukkan ego diri untuk tampak lebih hebat dari yang lain. Karena hal itu tak baik untuk kesehatan hati :)


Semoga Menginspirasi !
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

Bahas bullying rasanya berat ya, mengingat sesuatu yang tidak pada semestinya. Bukan bullying bercandaan temen karena keakraban. Tapi bullying yang udah masuk ranah kekerasan baik itu fisik, pikiran, dan hati. Berat! Nah gimana kalo bullying diri sendiri ?

Sebenarnya judul kali ini, pengen bikin tentang bagaimana kita supaya bersyukur sama diri sendiri dan gak menyalahkan diri karena apa yang tidak kita miliki. Tapi sepertinya kata “bullying” cukup kontroversial dan mewakili untuk kita yang keterlaluan banget hopeless sama diri kita sendiri.

Ceritanya saya dapat beberapa curhatan teman belakangan ini ntah itu baru dikenal atau temen lama yang tiba – tiba kontak ngajak berdiskusi. By the way, sepanjang cerita kita gak sadar kita sudah masuk momen berkeluh kesah hehe. Biar deh namanya manusia, kadang kala perlu tempat untuk mencurahkan isi pikiran agak beban sedikit berkurang. Tapi kesini – sini saya paham, kalau saya dulu pernah mem-bully diri sendiri ketika dalam keadaan down, gak semangat, gagal, dapat ujian kehidupan dan lain – lain. Kayaknya semua hal yang terjadi di hidup kita negatif .... muluk. Entah itu cerita tentang kondisi sekarang, masa depan, dan apapun itu. 

Well, kadang kala kita sering melakukan ini. Bullying yang kita lakukan itu sama diri kita sendiri itu baik itu berupa pikiran negatif yang mandek nempel di diri kita, atau keluh kesah negatif yang kita sampaikan ke orang lain. Rasanya udah cukup deh kita nemuin bullying yang sudah jutaaan abrekan ada di media sosial, dimana – mana hinaan, cacian, negatifisme, benci – benci. Cuapek loh, adakalanya saya pengen banget absen dari persosial mediaan, tapi gak bisa. Banyak hal juga yang musti diketahui kalau enggak bakal jadi manusia kudet, mau gak mau harus filter hal – hal yang harus dikomentarin, hal yang perlu dicuekin, dan disupport habis – habisan. *duh keceplos curhat dikit. Oke lanjut!

Apa sih tanda – tanda kita bully diri sendiri ?

Ini beberapa hal yang menurut saya yang bikin kita jadi manusia negatif dan endingnya depresi karena tanpa sadar sikap kita membully diri kita sendiri :

1. Selalu berpikir negatif
Ini sikap yang harus dibuang jauh, kita belum apa – apa udah hopeless udah negatif, udah mundur. Kayaknya semua hal di dunia ini diciptakan gak baik. Entah itu komentarin orang yang berpikir berbeda dengan kita, entah itu sama pilihan – pilihan yang dikasih di hidup kita kita selalu berpikir itu gak baik. Apalagi ujian kehidupan yang didapet, alhasil resah di hati dan pikiran guys!

2. Membandingkan hidup kita sama orang lain

Nah! Ini perlu di highlight banget. Pernah gak dapat momen gini, 
“ihh kakak itu IPKnya sempurna loh!”
“ih si fulanah itu cum laude guys! Dapet tawaran lagi ke luar negeri buat lanjut kuliah!”
“eeh eeh, si itu tu udah cantik sekarang punya butik sendiri,”
“Bro kita itu sekarang udah bikin startup sukses se Indonesia, bentar lagi udah mendunia,”

Parah nih kalau diterusin, kita banyak nemu gosip positif yang kadang kala bikin telinga kita panas. Bukan karena gak seneng mereka jadi sukses. Tapi gak seneng karena kita gak bisa kayak mereka.
Kenapa sih mereka enak banget hidupnya ? Kita gini – gini aja,
Pasti pernah nanggepin atau berpikiran gitu. Kalau enggak pernah, selamat deh! Kamu orang keren bin calon sukses! Karena hal kayak gini gak muncul lagi bagi orang – orang yang udah happy sama diri mereka sendiri.

Kita punya hal istimewa di diri kita miliki, hidup yang kita pilih, jalan yang kita jalani. Semua itu kehendak kita. Jadi stop buat kita ikut – ikutan dan ngebandingin diri kita sama yang lain. Fokus sama diri sendiri, apa yang kamu mau, apa yang bikin kamu bisa tenang, apa yang bisa bermanfaat bagi orang dari hal yang kamu miliki, apa yang perlu kita maksimalkan dari potensi yang kita miliki. Nah untuk prestasi dan kesuksesan adalah hadiah dan bonus dari Allah SWT karena kita udah menjadi hal baik dan menjadi hal terbaik versi kita tersebut.
Be the best yourself!

3. Gak bersyukur dan tidak puas diri

Gak bersyukur itu juga berkaitan sama poin sebelumnya, kita suka bilang ke diri kita kalau kita adalah orang termalang dan tak berdaya di dunia ini. Wuaah ! Bahaya, ini bikin hidup kita terlalu over mengejar sesuatu yang seharusnya tidak menjadi prioritas kita. Bikin ego kita meningkat, alhasil orang – orang di sekeliling kita bakal gak betah dan gak senang dengan kita. Kita jadi orang yang kufur sama pemberian Allah SWT, Allah nanti murka. Yuk perbaiki diri kita!

4. Terlalu over berkeluh kesah atau menyebarkan hal negatif

Hal ini kejadian kalau kita terlalu mengemis – ngemis sama orang terdekat kita buat di dengerin kisahnya. Sampe berkali – kali sampe kita gak sadar kalau sebenarnya orang yang kita curhatin juga punya masalah sendiri. By the way, saya percaya kalau aura manusia itu menular. Kalau kita cerita sedih ke orang lain, aura nya negatif tuh. Nah, ketika kita cerita aura itu jadi mengalir ke mereka yang kita ceritaain alhasil terkumpul. Walaupun ini berkaitan sama orang lain, tapi sebenarnya nanti efeknya membully diri kita sendiri. Karena akan terjadi pantulan aura negatif mereka ke kita. Contoh, mereka akan bosan untuk dengerin cerita kita. Apalagi kalau kita cerita gossip, menebar cerita bohong, negatif, kebencian dan lain – lain. Mau gak mau kedepan konsekuensinya ada di diri kita sendiri yang hidupnya diliputi kebencian dari orang lain, karena kita sarangnya hal negatif itu.
Apalagi zaman millennials sekarang, dengan mudahnya dengan jari – jari kita menyebarkan hal apapun. Sabar dan manajemen diri untuk control hal ini adalah hal yang tepat biar gak keterlaluan. Misalnya dengan menyalurkan ketidaksenangan kita dengan tulisan yang mencerahkan atau kalau emang susah dan benci banget cukup di diary aja apalagi hal pribadi. Jangan jadi konsumsi publik sampe - sampe bikin vlog dan ditonton banyak orang *eh.

5. Terlalu mengkhawatirkan hal yang belum terjadi
Hoho, ini kejadian nih sama kita yang dalam masa – masa transisi. Saya ada cerita di tulisan sebelumnya. Hal ini kadang kala bikin kita depresi dan tanpa sadar ngebully diri kita sendiri. Boleh sih khawatir sama hal kedepan, tapi jangan sampai lupa sama masa kini. Azeeh berasa motivator banget dah. Tapi bener deh, sebenarnya masa depan kita itu di cerminkan dari masa kini. Walaupun emang belum tentu apa yang terjadi sekarang apalagi buruk itu juga buruk kedepan, kita masih ada waktu untuk mengubah diri kita jadi lebih baik. Kalau sekarang kita sadar masih banyak yang kurang, secepat mungkin untuk berkomitmen mengubah diri kita biar masa depan kita bisa cerah. Gak akan ada yang tahu tentang masa depan kita kecuali Allah SWT dan diri kita sendiri sebenarnya pengen masa depan kita ada harapan.

Seperti kutipan sebelumnya, the goal without the plan is just dream. Kita masih bisa merancangnya. Tapi dalam merancang, jangan terlalu over khawatir yang bikin kita jadi manusia penakut.
“Duh gimana kalau gagal?”
“Kalau lamaran aku ditolak gimana?”
Hmm, simpen khawatirnya dengan kata “menerima”. Insyaallah ademm, kayak iklan adem sari.

6. Rendah diri

“Aku kan sekolahnya di pelosok gak bisa deh,”
“Aku bukan orang kaya”
“Aku gak pinter, matematika aja selalu remedial,”
“Aku jelek,”

Banyak deh kita nisbatkan hal negatif di diri kita. Banggalah sama apa yang kita punya, walau itu secercah harapan. Jiaah ~ maksudnya secercah harapan yang kita punya untuk manusia yang lebih baik. Itu udah top deh buat kita plong menjalani hidup. Banggalah sama kesukaan kita, hal unik yang kita punya. Bahkan rumah kecil mini kita. Kadang ada segelintir orang yang memperhatikan kita loh, yang ingin sekali menjadi diri kita. Bahkan dia ingin memiliki apa yang kita miliki entah itu teman yang ramah, orang tua yang penyayang, rumah yang mungil di tengah desa. Padahal barangkali hal demikian bukanlah kelebihan menurut kita, tapi di mata mereka itu adalah sesuatu yang mereka idamkan. Jadi gak patut rasanya kita rendah diri, kalaupun kita gemuk, pastikan otak kita juga gemuk (kayak menghibur diri sendiri wkwk) kalau pun itu bisa diubah ya usahakan kita bisa mengubahnya lebih baik. Misalnya kita kurang pintar dalam hal tertentu kita masih ada waktu untuk belajar, kalau kita kekurangan kita bisa ambil cara supaya bisa kerja keras bisa menghasilkan lebih banyak dengan impact yang lebih baik.

7. Putus Asa

Ini masuk poin, tanda – tanda kita membully diri sendiri. Dengan putus asa, kita sudah menutup harapan Allah untuk menciptakan hal baik di masa depan. Entah itu putus asa pencarian jodoh, ( ini ada nih yang curhat, bisa jadi yang baca) haha. Entah itu pekerjaan yang belum ketemu, naskah tulisan yang belum lolos penerbit manapun. Masih banyak ruang yang sering bikin kita putus asa. Tapi jangan lakukan gaes, semua pasti ada kemudahan. Setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Seperti yang dijanjikan olehNya. Teman – teman bisa baca tulisan saya yang ini : Bertemanlah dengan Kegagalan. Apa yang hal bisa bikin kamu jadi bangkit lagi.

Btw, tujuh hal diatas itu bisa ngewakilin penyebab kita bisa ngebully diri sendiri. Nah! Kalau udah ada tanda itu di kamu pastiin lagi buat dihilangin ya. Karena gak baik kalau dipelihara, hidup kamu yang secerah matahari bakal jadi segelap malam. Duhh peribahasanya hihi.

SELAMAT BAHAGIA UNTUK DIRIMU !

***
Tulisan diatas murni untuk menasehati diri sendiri dan juga berbagi untuk teman - teman. 
Semoga bermanfaat dan menginspirasi!

yang menulis belum tentu lebih baik dari yang membaca


Kamu yang baca ini pernah gak mikirin sesuatu yang dalam banget? Lamaa! Terus penuh dengan masa perenungan cukup lama, bikin gelisah, bikin khawatir. Bukan lagi galau sama something “perasaan” gitu tapi lebih kepada apa yang kira kira bakal kamu lakuin ke depan. 
Saya sebagai seseorang yang sedang dalam masa transisi selalu ngalamin hal -hal ini. Sama halnya ketika waktu transisi dari SD ke SMP, SMP ke SMA, SMA ke kuliahan dan ntar lagi kuliahan kelar. Sensasi mikirin hal itu makin lama makin berat. Ternyata jadi orang “gede” gak mudah yaa. 
Pada suatu momen. Hal yang saya lakuin itu adalah lebih banyakin momen sendiri dulu, menemukan apa sih yang sebenarnya akuh mau kedepan buat gak ikut- ikutan orang, terus juga nanya ama orang orang yang sudah ngelewatin masa – masa itu gimana cara menghadapinya, gimana bisa ngelewatinnya, apa hal – hal yang bikin easy nerima hal itu.

Somehow, kita gak akan pernah tahu masa depan, right?

Tapi yang bisa kita lakuin adalah di masa kini. Seperti yang pernah saya denger dari motipator dulu yang lagi kena ujian kehidupan “you know lah siapa”, masa depan sesungguhnya adalah masa kini. Karena masa kini lah yang bisa merubah masa depan, jadi kalau ingin masa depannya baik yaa berhati – hatilah dan berusahalah yang terbaik di masa kini, karena implikasinya adalah di masa depan.
Terus gimana kalau kejadian hal – hal yang gak kita rancang tiba – tiba datang ?

Ada beberapa mindset yang bisa nenangin pikiran kita kalau datang hal – hal yang kita duga ;

1. Tuhan gak akan kasih ujian dari batas kemampuan hambanya
Well, mindset ini harus ditanam banget di diri kita. Semua yang terjadi pasti ada maksud oleh Allah kenapa kita dikasih ujian atau hal – hal mendadak dihidup kita. Kalau balik ke sebuah ayat Quran yang mungkin kamu pernah denger “Jangan mengaku beriman kalau kamu tidak diuji”

2. Kita gak sendirian dapat ujian atau masalah
Gak ada di dunia ini yang gak punya masalah, pasti punya. Kalau gak ada masalah berarti dia bermasalah alias jiwanya ga idup. Atau orang – orang yang udah ga bernyawa lagi. Masalah lah yang membuat manusia itu yaa manusia. Satu lagi, kalau ngerasa sendiri dan masalahnya yang paling berat, inget semakin tinggi pohon semakin kencang anginya bertiup. Kalau kamu kelasnya anak SD dapat ujian yaa anak SD kalau kamu kelas konglomerat kalo rugi dalam berbisnis ya kelas konglomerat juga.






3. Naik level
Gak ada namanya jalan mulus, jadi ketika kejadian hal yang gak sesuai atau mendadak. Anggap aja ujian naik ke level lebih tinggi. Ibarat main games di PS atau game hp deh. Kalau levelnya naik yaa makin susah, kalau lolos kita bakal nemuin hal – hal baru dan lebih sulit dari level sebelumnya. Sepakat gak ?

4. Hadapi dan Nikmati !
Mudah banget ngomongnya, tapi susah loh! Kadang kita itu suka mikir kepanjangan. Mikir terlalu jauh sampe lupa hal yang deket – deket yang seharusnya kita lakuin. Galau sama hal yang belum kejadian, tapi mengabaikan apa yang seharusnya dilakukan di masa sekarang. And then saran banget kalau kita kepikiran hal gitu bikin kita ga mood, terus bete – bete. Balik mikirin sesuatu yang simpel, “Kalau kamu susah berpikir hal di masa depan, kenapa tidak mikirin dahulu sesuatu apa yang bakal kamu lakukan esok hari?” ini kutipan saya kutip Oppa Hyun Joo, Hyungnya Kim Tan dari drama Korea “ The Heirs” haha jangan ketawa yaa readers!

      Saya menulis juga bukan karena saya juga udah beres dan gak galau, malah ini lagi masa – masanya alone timing-nya saya buat fokus pada sesuatu dan juga ngetrack jalur random yang dulu udah saya bikin jaman – jaman dulu. Saya selalu punya plan tahunan yang saya bikin art atau dream plan buat ngelakuin sesuatu, tapi nyatanya kadang kala ga sesuai harapan, atau kitanya yang lupa hingga keluar jalur. Ibarat lupa baca peta deh, atau salah baca peta. Jadi perlu banget bagi kamu yang mungkin sampe sekarang gak punya dream plan bikin dari sekarang. Gak usah takut dan malu kalo punya impian tinggi. 

      Btw, ini kata – kata sebenarnya nasehatin saya banget yang sedang krisis impian dan goyah – goyah ga jelas. Tapi makin lama saya beruntung ada teman – teman yang selalu ngesupport dan ada aja momen yang datang buat selalu inget sama impian – impian yang pernah disampein ke mereka. Inget gak waktu masih usia kecil dulu, jaman SD deh. Kalau ditanya mau jadi apa? Kita selalu teriak kenceng dengan impian yang tinggi! Aku mau jadi dokter, aku mau jadi pejabat! Aku mau jadi presiden. Banyak impian yang begitu luarbiasa hebatnya. Tapi sekarang kalau ditanya, gak banyak juga yang akhirnya surut langkah dengan kata – kata, aku mau kerja di kantor ini ajah, atau mau bergaji sekian, dan lain – lain. Why ? Kenapa kejadian hal ini ? karena kita terpengaruh sama lingkungan, temen – teman, tekanan – tekanan yang bikin kita goyah. Satu lagi, cemooh yang kadang – kadang hadir kalo kita punya impian tinggi bikin kita jadi down kan ?

      Satu lagi, satu – satunya orang yang bisa memperjuangkan impian itu siapa lagi kalau bukan kita? Kan kita yang ngejalanin, kita yang bermimpi, kadang saya sendiri suka sebel ama orang – orang yang suka komentar yang gak diminta buat komentarin keinginan kita. Lagi – lagi paling kita ngomong ke hati, “ke depan akan saya buktiin pokoknya!”


Ada beberapa tips yang baik buat kamu dalam masa – masa nanya ke diri sendiri 
“what the next?”

1. Kalau lagi berat banget, kasih jeda sama aktivitas yang dipunya. Misalnya lagi aktif banget di sebuah kegiatan yang rutin. Coba minta break dulu dalam beberapa waktu tanpa mengindahkan tanggung jawab. Di momen ini adalah momen buat lebih ngedengerin kata hati yang dulunya kebanyakan gak didengerin karena hal luar yang berisik dan ganggu pikiran kita.

2. Lakukan aktivitas flashback, misalnya ketemu orang – orang lama yang kira – kira bisa dimintain cerita buat sharing, nasehat dan lain – lain. Kadang kala momen ini bisa dapatin insight baru dan penilaian baru buat diri sendiri di masa lalu dan masa sekarang. Kita bisa dapat pencerahan dan penilaian mereka terhadap kita yang sekarang, dan apa definisi yang mereka liat dari kita. Misal nih ketemu teman lama, “ Eh mel, sekarang nulis aja yaa.. kegiatan apa lagi ?” atau “Ca, kamu kerja disitu ngapain aja, apa aktivitasnya ?” Pertanyaan mereka seputar diri kita yang sekarang dan mereka bandingkan di masa masih bersama mereka bisa jadi insight yang baik buat kita menyusun puzzle perubahan diri kita buat mengenal diri.

3. Buka – buka buku diary, nah ini penting juga nih. Bisa jadi kita nulisin harapan – harapan kita buat kedepan. Atau ngeliatin curhatan aneh dan emosional kita kalau lagi galau atau lagi semangat! Semuanya ke gambar dibuku itu. Kadang kala saya juga sempat menuliskan impian – impian yang terrekam di buku diary tapi lupa ketulis di dream plan. Bisa jadi kita nerusin haluan kita yang mungkin udah jauh dari diri kita yang sebenarnya.

4. Ikut seminar atau talkshow pengenalan diri, nah ini keren juga. Saya belakangan ini ngincer kegiatan kayak begini. Entah itu manajemen diri, motivasi pasca kampus, job plan, financial plan dan lain – lain. Kita bisa dengerin langsung pengalaman dari ahlinya atau orang – orang yang udah ngelakuin atau berada pada masa – masa transisi ini. Kita juga bisa belajar dari kesalahan yang mungkin mereka lakuin dan dulu – dulu lakuin biar gak kejadian juga sama kita. Nah ini ada yang saya ikutin, Ngobrol Pasca Campus oleh Kak Afif yang diselenggarakan fim club 10, salah satu forum yang pernah saya ikutin tahun lalu sebagai alumni. Kak Afif ini juga alumninya, doi perfek banget kalo saya nilai buat ngeplanning impiannya. Super deh! Bisa kunjungi reviewnya di blog doi nih. “Sharing Pasca Kampus bareng Kak Afif dari FC 10”

5. Nah ini yang penting, ditulis! Dan di lakuin sesuai apa yang udah direncanain. Pilah pilih yang kira – kira bisa dilakuin sekarang, beberapa bulan kedepan atau tahun depan. Temen – temen bisa searching aja bikin dream canvas gimana. Kalau saya pribadi masih random banget, banyak di tempel di kamar. Tapi kadang kala lupa dipilah pilih realistis apa enggak. Kebiasaan khayal sayanya hehe.

6. Terakhir, jadi diri sendiri! Impianmu yaa ceritamu! Gak ada tuh ceritanya ikut – ikutan haha. Tapi bisa aja nanti kamu udah berkeluarga atau berencana untuk itu pastinya bakal ada kolaborasi impian sama si partner itu hehe. 

Nah pesan saya pribadi dan buat nasehat saya sendiri, “jangan sampai impian kita itu mencederai orang lain. Sebaik – baiknya keputusan adalah yang juga memikirkan dampaknya dari orang orang penting di sekitar kita”

Don’t be arrogant!

Sekian terimakasih!
Semoga menginspirasi!

*** 

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca.


Adakalanya kita telah banyak mengusahakan sesuatu, telah bersusah payah tentangnya tapi kita masih dalam sulit yang tiada putus. Sebuah pertanyaan yang senantiasa hadir di dalam hidup kita apabila kesulitan terjadi. Apa yang terjadi mengapa kesulitan ini tiada akhir ? Jika saya mengalami hal demikian, yang saya salahkan adalah kembali mengingat apa yang telah saya lakukan sebelumnya. Sehingga sedemikian kesulitan itu terjadi. Dosa apa yang pernah terbuat, sehingga terbalas dengan hal yang kurang menyenangkan.

Pada kenyataanya kehidupan yang kita jalani saat ini yang ingin capai adalah seberapa berkahnya. Bukan nilai besarnya, bukan ketenarannya, bukan seberapa banyaknya. Saya sering mendengar bahkan menyaksikan orang – orang yang mungkin tak pernah terlihat dalam hidup kita, berpakaian seadanya, bekerja susah payah, tak berpendidikan, mungkin hanya buruh yang dibayar dengan setara jajan kita bulanan. Tapi ia mampu membiayai anaknya yang banyak dan keluarganya hingga anaknya sukses. Jika bukan karena berkah hidupnya, apalagi ?

“Bukan banyaknya anakku, tapi seberapa berkahnya” itu yang sering terdengar dari ibu saya. Walau terdengar klise tapi ini yang seringkali terlupa oleh kita. Sangat kasat mata. Mungkin saat ini kita bisa merenung, sejauhmana perjalanan kita. Perjalanan melewati kejadian – kejadian dramatis dan kemalangan yang bisa jadi ada dihidup kita, tapi pada kenyataannya kita masih bertahan menghadapinya. Masih kuat, masih mampu untuk berdoa. Bersyukurlah masih ada nilai keberkahan dalam hidup kita.

“Pastikan cucuku, rejeki yang kamu dapatkan itu halal lagi berkah. Karena segala sesuatu yang kamu dapatkan bukan jalan sesungguhnya, suatu saat akan hilang begitu saja dengan mudah. Karena engkau tidak mengambil sesuatu yang bukan hak dirimu,” petuah kakek pada saya ketika momentum saya bercengkrama dengannya.

“Dan tiada dari segala yang melata di bumi melainkan atas tanggungan Allah-lah rizqinya. Dia Maha Mengetahui tempat berdiam dan tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam kita Lauhul Mahfuzh yang nyata” (QS Al Huud 11 : 6 )

Hakikat rizqi lagi – lagi bukan karena banyaknya, tapi berapa nilainya berkah untuk banyak hal memyalurkannya pada pundi - pundi kebaikan – kebaikan. Berkahnya karena banyak kebaikan yang hadir disekelilingnya, tetangga yang bijak, anak yang sholeh, teman yang baik, pasangan yang sakinah, keamanan dan kenyamanan. Segala yang seringkali kasat mata oleh manusia hingga lupa untuk mensyukurinya.

Jika kalau saya mengutip kata – kata merdu Salim A Fillah dalam buku lapis – lapis keberkahan, bahwa rizqi itu soal rasa bukan soal berapa. Seberapa nikmat rasa yang kita dapatkan. Rizqi adalah ketetapan. Cara menjemputnya adalah ujian. Ujian yang menentukan rasa kehidupan. Di lapis – lapis keberkahan dalam setitis rizqi, ada perbincangan soal rasa. Sebab ialah yang paling terindra dalam hayat kita di dunia. Mungkin saja kebaikan yang kita dapatkan adalah bagian dari doa – doa orang – orang yang kita bantu. Orangtua kita yang senantiasa merintih agar dilindungi dan diberikan kemudahan dalam segala hal yang kita lakukan.

Seberapa berkah hidup kita ?

Pertanyaan yang menurut saya sangat mendalam. Mata saya tak hentinya berkaca- kaca mengingat pertanyaan ini. Menurut saya, Berkah bermakna dua hal, yakni kelancaran hidup di dunia dan kebermanfaatan yang baik untuk kemaslahatan banyak orang atau hal lain untuk akhirat. Apakah kehadiran kita baik untuk oranglain ? Berkah untuk banyak orang ? atau bahkan menyusahkan ? Atau kehadiran kita menyakiti hatinya. Apakah pekerjaan kita halal lagi baik, bermanfaat ?

Memanglah tak mungkin hidup kita senantiasa diliputi kesempurnaan. Ditengah kelengahan manusia yang sering lupa dan alfa, tapi bukankah Allah Maha Pengampun. Lalu kita manusia yang seringkali tak tahu diri akan hal ini, takabur tak bersyukur. Padahal itu rasa akan rizqi yang didapat, dan kesulitan itu hadir dari diri kita sendiri.

“Allah meluaskan rizqi dan menyempitkan bagi siapapun yang Dia Kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan dunia ini. Padahal tiadalah kehidupan dunia dibandingkan hayat di akhirat kecuali kesenangan yang sedikit” [ QS Ar-Ra’d (13) : 26 ]

Bercita – citalah dalam hidup kita untuk mengapai keberkahan, karena ini yang paling utama menurut saya. Karena dunia hanya sebentar. Berjuang keras untuk menggapai berkah diawali untuk diri sendiri lalu kemudian banyak orang. Saya sendiri menyimpulkan dengan kutipan yang sering kita dengar namun saya tambahkan sedikit,

“Biarlah sedikit asal berkah, tapi lebih baik banyak lagi berkah untuk banyak orang”
Atau kutipan lirik lagu wali band,

Hidup indah bila mencari berkah J 
-----
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

Semoga menginspirasi dan menjadi renungan bagi kita semua

Voila, akhirnya hadir setelah hampir sebulan jurnal ini sepi dari postingan rutin. Beberapa hari yang lalu terjadi trouble pada website yang menyebabkan laptop saya tak bisa mengakses website sendiri. Saya kemudian berkutat pada IP Address, command prompt dan bahasa alien lain yang sudah sekian lama absen dari rutinitas ubek – ubek coding men-coding, terkecuali coding – coding (baca: kode) pak dosen biar cepat  - cepat ACC Skripsi hehe. Begitulah. 

Saya pribadi masih rutin menulis di tumblr atau beberapa laman lain, yang orang bilang banyak amet. Namun, saat ini tulisan – tulisan itu berada di tumpukan folder yang harus di posting satu persatu, ada sekitar delapan tulisan di writing challenge Ramadhan kali ini yang belum terposting. Saya minta maaf sebelumnya karena saya sempat demam tinggi tiga hari ditambah bolak – balik revisi dan mempersiapkan segala keperluan riset yang menguras tenaga dan hati. (Duh ini penulis alasannya banyak amet). Pada intinya saya mohon maaf,spesialnya untuk Meri dari Gorontalo yang sudah menjadi penyimak setia jurnal ini, dan sedikit sharing di beberapa media sosial lain, dan rela ngirimin e-mail nanyain “Kaaa mana update-annya,” . Ini pelajaran bagi saya bagaimana saya bisa konsisten ditengah segala permasalahan yang hadir baik itu bisa diprediksi dan tidak.

“Keterbatasan itu sebenarnya pijakan untuk melompat lebih tinggi, namun seringkali juga dijadikan alasan untuk tidak melakukan perubahan sama sekali”

Kata – kata ini yang menjadi teringat belakangan ini sehingga sepertinya patut kita diskusikan. Di minggu ini saya masih menuntaskan dua buku yang seringkali menampar diri saya, yakni Buku The 7 Habit Highly Effective karya Stephen Covey dan buku #Sharing Handry Satriago. Barangkali saya termasuk telat membaca buku ini dibanding teman – teman lainnya, mengingat buku dalam list incaran ini cukup sulit didapatkan. Entah mungkin karena laris, satu lagi agak menguras kantong. Untung saja buku kedua #Sharing bisa saya pinjam di perpustakaan kota. Dua buku ini menginspirasi saya, memahami keterbatasan. Sebenarnya bukan terbatas, melainkan diri kita sendiri yang membuat batas dan perbandingan. Kekayaan, kemahsyuran, kepintaran. Keterbatasan yang kita buat sendiri (mental block).

Baca juga : tulisan mengenai ‘mental block’

Banyak orang – orang sukses saat ini lahir dari keterbatasan yang mereka miliki dari kebanyakan orang. Bisa kita lihat biografi dan milestone orang – orang sukses, bagaimana tahap demi tahap mencapai suksesnya. Banyak dari mereka yang mengalami berbagai ujian demi ujian dalam hidupnya, dan karena keadaan itu ada hasrat dalam diri mereka untuk berubah, ingin mengubah hidup, ingin merasakan yang lebih baik. Itu kenapa keterbatasan seharusnya menjadi hal yang patut kita syukuri sebagai ujian yang Allah berikan pada kita yang mengatakan bahwa kita “istimewa”. Bukan hanya bercerita mengenai keterbatasan fisik, melainkan juga keterbatasan yang kita anggap menjadi hal yang tantangan menuju jalan impian kita, misalnya mengenai keuangan, keharmonisan, sikap, karakter, masa lalu. Batas yang kita anggap kita kurang dibandingkan oranglain.

Saya ingat sekali, saya menjadi sering sekali berkunjung di pusat konseling sekolah sejak saya duduk di sekolah menengah pertama. Dimana pertama kalinya saya menemui banyak permasalahan remaja, dan saya menjadi korban atau penengahnya. 
“Waah, ga nyangka melati masuk ruang BP wooii, pasti gara – gara si fulaan” 

ini beberapa tanggapan yang saya dapatkan ketika terjadi kejadian itu. Saya juga bingung, kenapa saya ditempatkan diposisi itu. Jadi saksi mata momen jambak menjambak kaum hawa -_- mirip di sinetron dan ini nyata, jadi sarana curhat sana sini tentang sahabat satu dan yang lain, atau penipuan masalah uang spp yang welas kasih akhirnya teman – teman berikan ternyata kita adalah korban. Banyak saya temui teman – teman yang memiliki masalah kepribadian di masa remaja itu. Bu guru selalu cerita tentang banyak masalah teman – teman termasuk juga menjadi peramal handal (read : psikolog) ketika menebak – nebak permasalahan yang saya hadapi. Setiap saya sekolah, saya seringkali mengalami fase depresi yang sulit dikendalikan ( dulu ). Lalu kata – kata penyemangat muncul dari ibu guru yang menjadi prinsip hidup agar saya bangkit. 

“Jadikan setiap masalahmu menjadi batu loncatan kamu menjadi lebih baik anakku,” kata – kata ini yang terekam begitu manis di ingatan. Termasuk mengenai keterbatasan ini. 

Keterbatasan akan menjadi hal yang tak menyenangkan apabila kita sebagai seseorang yang memahaminya demikian, menjadikan batas itu alasan untuk tidak berbuat apa – apa, menjadikan keterbatasan sebagai keluhan kita, sehingga kita tenggelam dalam hidup tanpa risiko. 
Namun keterbatasan menjadi kado indah ketika kita mensyukurinya sebagai ujian Allah untuk kita naik kelas, untuk kita membuktikan kepada semesta kita mampu menjadi seseorang yang luarbiasa bermanfaat ditengah keterbatasan yang kita miliki.
Semoga keterbatasan yang kita miliki saat ini, sebagai upaya Tuhan mengingatkan kita untuk berjuang lebih hebat lagi. 

“Tak ada beban, tanpa pundak”
Selamat berjuang!

---------------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

semoga menginspirasi :)

"Be a good listener, your ears will never get in you trouble" (Frank Tyger)
Tulisan yang sudah lama sekali ingin saya tulis. Ini nasehat untuk kita dan diri saya sendiri. Sudah lama rasanya merasakan bahwa intensitas menulis saya sedujut berkurang di blog ini lebih dari biasanya, walaupun saya menulis di beberapa blog dan media lain. Tapi ada kekecewaan sendiri sih pada diri saya terkhusus untuk blog ini. Mohon doanya device saya dalam keadaan baik sehingga bisa terus menerusnya kegiatan berbagi sedikit melalui tulisan -tulisan sederhana ini.

Menurut saya, mendengar adalah kemampuan istimewa. Kemampuan kita menurunkan ego untuk mengetahui oranglain, untuk mengetahui hal baru. Anehnya, kita seringkali tidak sadar kalau kita lebih suka berbicara ketimbang mendengar benar gak ?
Walaupun dalam data yang saya dapatkan dari 70% aktivitas komunikasi kita dalam kehidupan yang 45% nya mendengar lebih tinggi ketimbang berbicara. Tapi banyak dari kita yang memang mendengar tapi bukan menjadi pendengar yang baik.

Apalagi era gadget seperti ini. Saya sendiri pengalaman di tegur oleh kawan lama (senior) karena tak lepas memandangi handphone karena saya takut ada urusan info dadakan datang ketika ketemuan. Itu jleb banget! Di saat kita ketemu kawan jauh - jauh, susah ketemu dan berkomunikasi, giliran dikasih momen malah diabaikan. Duh ga banget deh saya kala itu. Saya berjanji dalam hati untuk lebih memperhatikan. 
Itu salah satu contoh, bahwa kita perlu dan wajib menjadi seorang pendengar yang baik.
Kenapa ?
Semua berpengalaman dari saya yang dulunya sangat sulit menjadi seorang pendengar, sulit mendengarkan dengan seksama. Sulit mencerna sehingga seringkali lawan bicara menjadi kecewa pada akhirnya. Saya juga berbicara tak berjeda, kecepatan diatas rata-rata. Namun bukan berarti sekarang sudah berubah drastis, tapi dalam proses untuk memperbaiki hal yang ga baik ini. Termasuk memberi waktu kepada orang yang kita cintai untuk bercerita, yakni orangtua kita.
Saya sulit sekali memberi waktu kala itu. Seperti remaja pada umumnya yang masing ‘ego’ tak peduli, dan hal lainnya. Beriring waktu dan sadar saya mencoba untuk berusaha menjadi pendengar yang baik. Menyiapkan telinga untuk orang lain yang perlu kita apresiasi, dukung, dan juga perhatikan. Lalu apa yang kita dapatkan ?
Cahaya ! Saya menemukan cahaya !

Saya menemukan banyak cahaya dari siapapun yang berbicara. Sejak saat itu saya percaya bahwa setiap manusia memiliki cahayanya. Cahaya yang menuntun oranglain ke arah yang lebih baik, cahaya yang bisa jadi membuat kita bahagia karena leluconnya, cahaya yang barangkali membuat kita belajar dari segala kegagalan atau kesedihan yang ia alami.
Setiap orang itu memiliki cahaya, sekalipun ia orang tua yang baru kita temui sore tadi yang tidak kita kenal. Sekalipun ia preman yang ditakuti oleh banyak orang, sekalipun ia orang yang sering diabaikan. Semua memiliki pelajaran dan itu bernilai.
Seringkali kita mengkotak - kotakan orang sehingga mengabaikan banyak hal dan melewatkan hal baik dari seseorang. Tak ada yang tak berarti tentunya.

Kita akan menyadari hal itu, ketika kita senantiasa memposisikan diri kita sebagai seorang pendengar yang baik. Itu makanya telinga kita diciptakan sepasang, karena Tuhan mengingatkan kita untuk mendengar lebih banyak, belajar lebih banyak. Indra yang disediakan Tuhan untuk mendapatkan ilmu, menemukan hikmah.

Ada empat cara menumbuhkan keterampilan kita mendengarkan secara efektif: Door Openers, dorongan minimal, frekuensi pertanyaan, dan diam penuh perhatian. Lengkapnya teman - teman bisa cari tahu di beberapa buku psikologi.

Dari referensi yang saya baca, diam itu bisa menjadi kekuatan powerful untuk orang yang sedang dalam keadaan emosi yang intens. Pernah ketemu momen kita diam sejenak, tidak ada kata - kata, namun kita mengerti akan situasi dan suasana. Diam melatih kita untuk lebih peka akan situasi, jika belum bisa melatih itu kita bisa melatihnya untuk berbicara berlahan. (referensi yang saya dapatkan dari makalah mahasiswa psikologi)

Menjadi pendengar yang baik tentu feedback kebaikan akan hadir kepada diri kita juga. Bukan hanya kita mendapatkan cahaya dan ilmu baru dari orang yang kita dengarkan, tapi juga dilain kesempatan kita menjadi sosok yang di dengar untuk bercahaya bagi orang lain. 
InsyaAllah ...

“Most people do not listen with the intent to understand, they listen with the intent to reply”- Stephen Covey


-----------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca 

Keep Inspiring!
Kali ini saya merasa sedih tidak dapat memenuhi target memposting beberapa tulisan dalam hitungan bulan. Mengingat ada kerusakan device yang menyebabkan beberapa tulisan menganggur untuk diselesaikan.

Lalu tulisan ini menurut saya penting untuk disegerakan, karena takut idenya lenyap ditelan waktu. Kebiasaan saya “pelupa”.

Beberapa minggu saya internship saya menyadari pentingnya sebuah sikap. Sikap adalah masa depan.Why ? Saya masih ingat pelajaran kampus beberapa semester lalu pada matakuliah psikologi komunikasi dan teori komunikasi. Banyak sekali teori ini yang menjelaskan tentang esesnsi sikap, pengertian, dan maksudnya. Sikap adalah sebuah kecenderungan, sedangkan perilaku adalah actionnya.

Sikap menurut saya juga bicara niat, kecenderungan berpihak, berprinsip. Ingat tidak pembelajaran budi pekerti jaman sekolah dasar ? Nilai - nilai sikap menjadi hal utama, bagaimana bersikap pada orangtua, pada guru, dan oranglain. Sederhana sih?

Tapi saya merasa sikap itu penentu kesuksesan kita. Sikap itu bukan hanya menggambarkan diri kita di masa depan, tapi sebuah kunci jalur untuk menentukan arah yang tepat menuju kesuksesan di masa akan datang.
Banyak orang sudah hebat, baik itu tahta, kepemilikian harta, dan beberapa hal yang melambangkan kesuksesannya tapi ia menjadi gagal di kemudian hari karena sikap.
That’s ! Misalnya sikap tidak jujur atau sikap egois.

Yuhuu, lebih kurang yang saya maksud karakter. Kalau bahas karakter lebih luas lagi melainkan sudah mendarah daging didalam diri kita, yakni watak.
Tapi sikap itu sesuatu yang spontanitas hadir ketika saat-saat tertentu. Sikap itu memiliki beberapa komponen yaitu kesadaraan, perasaan, dan perilaku.
Sedangkan karakter sifat batin yang mempengaruhi segala pikiran, perasaan, dan hidup kita yang kemudian timbul menjadi sebuah identitas.
Ingat tidak Thomas Alva Edison yang mengatakan hanya 1% sumbangsih kesuksesan, sedangkan kerja keras dan usaha 99%. Bukankah kerja keras itu sebuah sikap diri ?

Sikap dan karakter ini komponen penting meraih sebuah pencapaian. Perlu diingat, tiap manusia tentu memiliki ketidak sempurnaan akan hal ini karena keberagaman pola pikir, perasaan, kebiasaan. Ini yang seringkali menjadi gesekan diantara kita.
Walaupun begitu, kita sedari dulu diminta untuk senantiasa bersikap dan membudayakan karakter baik. Agama kita mengajarkan kita untuk tiap hari kita belajar untuk terus memperbaiki diri kan ?

Begitu juga kesempatan - kesempatan yang berlalu begitu saja dihadapan kita karena kita salah bersikap. Kita mengabaikan, atau sikap kita membuat peluang - peluang itu menjauh. 
Maka dari itu, mulai dari sekarang kita mulai mengevaluasi bagaimana sikap kita terhadap apapun yang hadir di hidup kita. 
Jangan sampai sikap susah senyum, sikap ketus bikin kita ga jadi ketemu jodoh.#eh
Hmm, selain itu bisa saja rejeki, teman baru, proyek baru hilang husssh.. ga keliatan karena hal kecciiil banget dari sikap kita yang ga baik itu. Seharusnya dua tahun akan datang kita mungkin mendapatkan hal luarbiasa, jadi gagal deh.

Yuk perbaiki sikap, perbaiki masa depan kita :D


----------

Semoga menginspirasi :)

Yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
Newer Posts
Older Posts

HELLO, THERE!


Hello, There!


Hello, There!

Let's read my story and experience


Find More



LET’S BE FRIENDS

Sponsor

OUR CATEGORIES

Entrepreneurship Event Financial Talks Forest Talk Good For You Happiness Healthy Talks Ngobrolin Passion Parenting Pendidikan Review Self Improvement Self Reminder Tips Travel Wirausaha Young Mindset community development experience

OUR PAGEVIEW

recent posts

Blog Archive

FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by beautytemplates