facebook google twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • About Me
  • Life Style
    • Self Improvment
    • Financial Talk
    • Women Talk
    • Parenting
    • Education
    • Eco Living
  • Travel Content
  • My Project
    • Digital Writing Studio
    • Lampung Digital Academy
    • ThinkMe Project
  • Disclosure
  • Contact

Melati Octavia Journal

source pict : moco.co.id

Ketika membuat judul ini saya bingung bagaimana cara mengintrepretasikannya. Berat yak ? Sebelumnya saya pernah membuat sebuah status singkat di timeline facebook berkenaan dengan “komitmen”. Duh, bicara komitmen, rata – rata para muda – muda alergi banget. Asosiasi khayalan tingkat tingginya kata komitmen disamakan dengan kata “pernikahan” . Padahal tidak hanya itu, #eh bukan sesempit itu maknanya.

Bicara komitmen adalah bicara tanggungjawab. Ini menjadi peer (pekerjaan rumah) saya untuk memperbaiki diri dengan komitmen. Ingat gak ketika kita kecil dulu ? Kita perlahan diajarkan orang tua kita untuk belajar mandiri, belajar makan sendiri, membereskan mainan sendiri, berkomitmen untuk tidak mengerjakan tugas sekolah ketika malam. Itu dia komitmen, sebuah janji yang amat dalam. Menurut pandangan saya, komitmen ini jauh lebih mendalam pemaknaannya. Sudah masuk dalam sanubari untuk melakukan sesuatu. Janji yang sudah terealisasi menjadi sebuah tindakan nyata dari diri kita baik itu untuk diri kita sendiri maupun oranglain.

Komitmen sudah menyangkut prinsip – prinsip kita. Misalnya ketika kita berkomitmen untuk berhijab, untuk tidak pacaran, hijrah kearah yang lebih baik. Setelah saya renungi, komitmen itu memiliki tahapan atau levelnya. Ketika kita mampu berkomitmen dengan hal sederhana, kedepannya kita akan menghadapi komitmen lainnya yang datang kemudian menawarkan diri untuk kita melakukannya.

Contoh sederhana ketika kita kecil, saat kita mendapatkan tanggungjawab mengurusi keperluan kita sendiri, mandi, makan sendiri, dan lain – lain. Kita mendapatkan kesempatan untuk menjadi seorang kakak, lalu kita akan naik level untuk berkomitmen menjaga adik. Yaa kan ?
Komitmen itu amanah, kekuatan, tanggungjawab. Seperti perkataan yang pernah saya ingat dari Paman Ben dalam sequel Spider-Man kepada ponakannya bernama Peter itu. “Kekuatan yang besar beriringan dengan tanggungjawab yang besar pula”
Atau sama halnya pepatah yang sering kita dengar, semakin tinggi pohon itu tumbuh semakin kencang angin bertiup menggoyangkannya.

Bila komitmen itu memiliki tingkatan. Coba kita nilai diri kita seberapa jauh kita berkomitmen untuk diri kita sendiri untuk hal – hal yang baik ? Dari ketidak sempurnaan yang kita miliki, sejauh apa kita dapat berkomitmen untuk memperbaiki diri. Sederhananya menyelesaikan apa yang sudah kita mulai, seperti perkuliahan dan hal lainnya. *ini nasehatin diri banget*
Semakin tinggi seseorang mampu berkomitmen akan suatu hal, ia akan pantas berkomitmen untuk hal yang lebih besar lagi. Contohnya saya yang sering ditegur orangtua terkadang, “ kamu ga bisa gini …… gimana nanti ……” atau untuk para laki – laki sholeh, gimana mau bangun rumah tangga ? kalau bangun pagi aja susah ? #eh seperti itu deh

Jadi, apabila kita ingin menilai seseorang, kita bisa menilai dari sejauh mana ia mampu berkomitmen dari hal sederhana saja. Semakin tinggi ia mampu berkomitmen berarti dia adalah sosok High Level Personality. Misalnya saja, ia berkomitmen untuk merapikan kamarnya, rutin menulis, tanggungjawabnya dalam berorganisasi, dan hal lainnya. Tapi jangan judge orang, ketika ia belum mampu untuk itu. Berarti ia masih dalam proses, sama halnya seperti kita. Setiap orang memiliki proses menjadi baiknya masing – masing kan ? Kita hargai itu dengan membantunya mempercepat langkahnya untuk menjadi sosok yang lebih baik semampu kita.

Siapa yang mau berprestasi dalam berkomitmen ? menjadi High Level Personality?

“Jika Allah yang engkau tuju, maka kemuliaan akan dekat kepadamu. Segala keutamaan dan kemuliaan sifat – sifatNya akan mengikutimu” (Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah)



Segala sesuatu itu dimulai dari sebuah langkah. Perubahan besar yang kita miliki itu awalnya dimulai dengan sederhana ? Percaya gak ?
Saya ingat ketika itu saya pernah sharing dengan teman – teman TDA Kampus dulunya mengenai memulai sebuah bisnis. Rekan saya bilang begini, “Bukannya penemu apple alias steve jobs itu membangunnya dulu dari garasi rumah ya ?” Itu dia. Kita seringkali berpikir terlalu besar, ribet, rumit, memikirkan awalnya begitu sulit. Kemudian berpikir tentang sesuatu itu dengan awal yang waah, minjem uang gede – gede buat bisnis, dan kemudian berpikir dalam waktu yang singkat bisa berhasil. Pada kenyataannya tidak semudah yang dibayangkan. Sehingga tak jarang dari kita akhirnya berhenti melanjutkan keinginan menjadi sebuah realisasi yang nyata.

Saya pernah mengalaminya dan sering mengalaminya. Saya sadar pemikiran demikian di awali dari kesalahan kita yang tidak menghargai dan mengerti arti dari sebuah proses sesungguhnya. Selalu berpikir muluk – muluk dan lain sebagainya. Bukannya segala sesuatu dimulai dari hal yang sederhana kan, ?

Sama halnya ketika kita ingin merubah sebuah kondisi apakah lingkungan kita, keluarga kita, teman – teman kita. Hal yang sering kita lupakan adalah merubah diri sendiri terlebih dahulu. Cara kita berpikir, cara kita bersikap dan berperilaku, dan juga apa yang kita lakukan. Sembari itu kita juga perlahan merubah hal lain diluar diri kita.
Tidak mudah memang untuk mengawali sebuah hal, ketika menghadapi cemooh, tanggapan pesimistis, dan negatif sehingga mempengaruhi diri kita untuk melakukan perubahan baik.
Saya suka sekali dengan quote Lao Tzu, salah satu filsuf asal cina kuno.
Salah satunya mengatakan bahwa 

“Perjalanan yang berkilometer dimulai oleh sebuah langkah” sederhana tapi memiliki makna yang dalam.

Satu lagi kata bijaknya 
“Orang hebat mampu mengendalikan oranglain, tapi lebih hebat lagi ketika ia mampu mengendalikan dirinya sendiri”

Terkadang dari kita mampu mempengaruhi oranglain dengan sikap dan perkataan kita, tapi kita sendiri sulit untuk menasehati diri kita dari hal yang tak baik untuk berhenti.
Kebaikan apapun itu harus disegerakan, dimulai dari hal yang paling sederhana dahulu dan mulai dari sikap kita untuk menghargai dan mengapresiasi diri kita dari hal yang kita bangun. Memulai tidak harus sempurna kan ? Memulai tidak harus langsung ujuk – ujuk jadi yang terbaik ?
Dari setiap perjalanan tentu ada yang memulai kan ? Walaupun pada akhirnya nanti gagal, bisa jadi gagal kita adalah awal gerbang kita untuk masuk dan memulai sukses di hal lain yang tidak kita sadari.

*duh penulis ini kayaknya pandai ngomong aja ya,* dugaan pembaca
 
Saya pribadi menulis kan hal ini sebenarnya adalah menasehati diri saya sendiri untuk tidak takut untuk memulai apapun itu. Terutama saya yang belakangan ini sering takut dengan suasana pagi hari karena satu dan lain hal. Padahal sebuah hari itu dimulai dari pagi hari kan ? semoga gejala tidak baik dari saya ini bisa segera pulih. Aminn..

Nah, kamu masih berpikir untuk diam terlalu lama merenung untuk memulai sesuatu ?

-------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
 
Keep Inspiring !

Syukur alhamdulillah, kita saat ini sudah sampai di awal tahun 2016. Banyak episode hidup yang kita lewati saat ini. Baik itu senang, sedih, penuh pengalaman, pembelajaran. Itu poin utama yang saya dapatkan. Terutama teman – teman luarbiasa yang saya tiba – tiba kenal dan mensupport saya dari berbagai sudut. Saya sadar semua itu tentunya rencana Allah Swt. Untuk refleksi tahunan saya sudah menuliskannya dibeberapa blog sebelumnya Refleksi Part 1 dan Part 2. 

Kali ini saya ingin bicara pada diri sendiri sekalian ingin menginspirasi teman – teman mengenai menjadi diri sendiri. Jujur saja, saya pribadi begitu terkagum dengan teman – teman di sekeliling saya dalam sepanjang tahun 2015. Sukses yang mereka lewati dan senyum yang mereka tawarkan dalam berbagai akun sosial media, membuat saya begitu menginspirasi dan kembali merefleksikan diri saya. Apa yang sudah saya buat untuk kebaikan ? Pertanyaan yang selalu terngiang – ngiang dikepala.

Saya masih merasa, banyak waktu – waktu yang masih “tercuri” oleh apa yang saya lakukan. Tercuri dalam arti, saya masih sering menunda apa yang seharusnya disegerakan. Eh ? Apa itu ? Seperti tugas kampus dan hal lain. Saya sadar, bahwa sikap perfeksionis kadang ada baik ada kurang baik. Yaps! Karena hal yang sulit dari diri manusia itu adalah mengendalikan diri ? benar gak ?

Tantangan saya saat ini adalah menjadi diri sendiri, fokus pada tujuan yang sudah dirancang. Saya menyadari, kian hari waktu begitu mengoda untuk disiakan dengan kata “nanti” dengan beribu alasan yang tiba – tiba muncul seketika. Benar gak ? Saya pernah mengalaminya, dan kadang – kadang sangat menganggu.

Itu makanya kita diharapkan senantiasa berkumpul dengan orang – orang yang memiliki visi yang sama dan juga tujuan yang beriring. Sehingga kita istiqomah untuk mencapai tujuan kita, tanpa sadar kita saling bahu membahu untuk mewujudkan impian masing – masing. Ingat film Tetralogi Laskar Pelangi kan ? atau kisah Trilogi Negeri 5 Menara karya A.Fuadi ? Mereka meraih impian tidak sendirian kan ?

Menjadi diri sendiri itu penting, menemukan siapa diri kita adalah bagian dari proses perjalanan kita menuju sukses. Ketika kita mengenal diri kita, kita melengkapi sebuah puzzle untuk melengkapi kepingan yang tidak dimiliki oranglain. Disitulah kita dibutuhkan untuk semakin sering berbagi, berkontribusi, memberi manfaat dari potensi yang kita miliki. Ada barangkali disekeliling kita membutuhkan waktu yang lama untuk memproses dirinya ada juga yang memiliki akselerasi dengan cepat. Bagaimana agar bisa cepat ? baca artikel saya yang sebelumnya “Akselerasi Kehidupan”
Misi saya kedepan adalah fokus selalu ingin mengetahui diri saya “Who I am”. What is my potential ?
Bagaimana orang mengenal kita, apabila kita sendiri tidak mengenali diri kita. Isn’t it ?
Satu quote bijak yang selalu saya ingat,

“Tidak perlu kita membandingkan diri dengan pribadi oranglain, cukup berkompetisi dengan sosok kita dihari kemarin”

Intinya, selalu jadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin agar kita termasuk golongan orang – orang yang beruntung. 
Selalulah berkontribusi dan berkarya dalam apapun bidangmu.
Lakukan lakukan lakukan!

------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca


Keep Inspiring!


“Daripada mengutuk kegelapan lebih baik menyalakan lilin,”
Qoute ini beberapa hari ini menginspirasi saya di setiap hal. Kebanyakan dari kita seringkali mengutuk diri, mengeluh akan apa yang terjadi terhadap hidup kita. Setiap hal yang merugikan diri kita, kemudian kita maki habis – habisan, keluar kata – kata tak senonoh, dan banyak orang lain yang terkena imbasnya. Di sosial media, di setiap perbincangan, sehingga diri kita dihiasi oleh negatif-isme dalam menjalani kehidupan. Bener gak ?

Pribadi hebat dan keren tentunya tidak berlaku demikian, tapi ia membuat perubahan. Sama seperti filosofi quote diatas, daripada kita mengutuk kegelapan lebih baik menyalakan lilin. Misalnya kejadian mati lampu, kita maki nih perusahaan listrik karena mematikan lampu listrik kita di saat mengerjakan tugas. Daripada kita mengutuk – ngutuk lebih baik kita ambil penerang apa itu lilin, senter, kemudian lakukan sesuatu agar ada cahaya sehingga bisa mengerjakan pekerjaan yang barangkali belum selesai itu. Simpel kan ?
Mau hal yang lebih besar lagi ?

Kita seringkali mengutuk hal – hal sepele, misalnya mendengar berita buruk tentang Indonesia, tentang kemiskinan, pendidikan rendah, dan masih banyak lagi. Kemudian parahnya koar sana sini di sosial media, menganggu kehidupan oranglain dengan pikiran negative kita, dan well kita akan mendapatkan citra buruk hal – hal baik lambat laun menjauh dari kita.

“Jadi ga boleh dong bersuara, kayak demo gitu ?”

Boleh kok bersuara, tapi bisa dilakukan secara bijaksana dan elegan hingga bisa di dengar. Tentu penyampaian orang yang berpendidikan beda dengan yang tidak? THINK AGAIN!
Menjadi inisiator adalah pribadi yang selalu berinisiatif akan banyak hal yang terjadi. Biasanya adalah pribadi yang problem solver, selalu mengedepankan solusi ketika ada masalah. Bukan mencari kambing hitamnya. Jujur saya suka sekali dengan pribadi inisiator, karena pribadi ini kaya akan ide – ide, semangat, optimisme, argumentasi yang luarbiasa. Pribadi inisiator adalah pribadi yang emas bagi sebuah organisasi, baik di lingkungan kerja ataupun kampus.

Seperti apa pribadi inisiator ?

1.    Fokus pada solusi
2.    Segudang ide, gagasan, dan berwawasan luas
3.    Talk less do more, banyak bertindak daripada berbicara
4.    Menginspirasi mampu memberikan pengaruh
5.    Pribadi yang demokratis
6.    Pendengar yang baik
7.    Rendah hati (tidak memaksakan kehendaknya)

Lebih kurang orang – orang inisator memiliki karakter demikian, dengan tangannya ia banyak bertindak, dengan hatinya ia memberikan kasih saying dan kebaikan, memiliki semangat belajar yang tinggi. Impactnya ! ia akan berpikir untuk membuat perubahan apapun disekelilingnya, baik itu dimulai dari diri sendiri hingga berdampak luas bagi oranglain.

Bagaimana cara menjadi pribadi inisiator demikian ?
  1. Never stop learning, tidak berhenti belajar baik itu dari oranglain, buku – buku, seminar, media manapun
  2. Mengikuti organisasi dan terlibat aktif di dalamnya
  3. Berani menerima tanggungjawab dan menyelesaikannya
  4. Berani mengungkapkan pendapat dalam pemecahan masalah bersama
  5. Memiliki tekad penuh melakukan perubahan dan tentunya bukan perubahan asal – asalan, melainkan melalui riset, pengamatan, dan perencanaan yang matang. Dalam hal ini bila ingin membuat perubahan dalam jangka panjang.
  6. Bergerak bergerak bergerak
Apa sih untungnya menjadi pribadi penuh inisiatif ?

1.    Memberikan banyak manfaat baik untuk diri sendiri dan oranglain
2.    Terlatih untuk senantiasa berpikir positif dan solutif
3.    Setiap urusan terasa ringan dan mudah, hingga jauh dari stres
4.    Kaya akan karya luarbiasa
5.    Banyak teman, karena disukai banyak orang
6.    Menemukan banyak peluang
7.    dan masih banyak lagi

Yuk kita berjanji kepada diri kita sendiri untuk menjadi inisiator dalam banyak hal, membuat perubahan bukan membuat kerusakan. Tunjukkan bahwa kemajuan yang ada, terdapat langkah kecil yang kita lakukan. Baik itu untuk diri kita sendiri yang inisiatif berubah menjadi insan lebih baik di tahun akan datang, untuk keluarga, untuk orang sekitar kita, organisasi bahkan bangsa dan dunia.

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca


Keep Inspiring !

Berbicara partner, ada dua spekulasi. Partner seperti apa yang saya maksud dijudul ini ? Hal yang saya bicarakan adalah mengenai partner adalah orang – orang yang bersedia berkerjasama dan berkolaborasi untuk membuat sesuatu. Baik itu bisnis, organisasi, dan rencana lainnya. Haha bukan tentang partner hidup ya, atau pasangan hidup itu next topic kalau sayanya sudah ketemu hehe.
Bicara partner, untuk teman – teman sekolah atau kampus tentu sulit menemukan sosok yang pas.  Sosok yang membuat kita nyaman, kemudian semakin baik. Terkadang orang yang hadir disekeliling kita malah orang sebaliknya, yang sulit untuk dipahami dan memiliki kepribadian yang sulit kita terima. Tapi itu tantangannya. Saya pribadi perlu waktu cukup lama untuk menemukan sosok yang dapat diajak kolaborasi dalam kegiatan tertentu. Sampai akhirnya saya sadari satu hal, “partner akan kita temukan, apabila kita sendiri sudah menyelesaikan diri kita sendiri”. Apa maksudnya ?
Bagaimana kita akan menemukan orang yang tepat, apabila kita sendiri tidak memahami diri kita seperti apa. Minat kita, passion kita, kemampuan kita dan kelemahan kita hingga visi atau tujuan kita. Saya barangkali akan mencari referensi ilmiahnya mengenai ini. Ini hanya hipotesis kecil yang saya sadari, bahwa ketika semakin jauh kita mengenal diri kita, seperti ada magnet yang berada di diri kita untuk menarik hal – hal positif yang sesuai dengan apa yang kita inginkan (seperti passion, minat, ide, atau rencana-rencana menuju visi).

Seperti juga orang – orang yang sukses kita lihat saat ini. Mereka dihadirkan sosok luarbiasa di sekeliling mereka yang kemudian menambah nilai, membantu, memberikan support tentang apa tujuannya.
Kita memiliki sebuah nilai yang ditandai X, dan ada x yang lain kemudian datang, berarti menjadi dua x. artinya energy menjadi dua kali lipat bukan ?
Itu makanya, orang yang hidupnya ramah, memiliki banyak teman dan jejaring hidupnya lebih mudah ketimbang yang sedikit. Karena mereka mendapatkan nilai tambah dari orang lain, memiliki energy berkali lipat lebih banyak ketimbang yang sedikit berteman. Bila ada kesusahan, akan banyak orang yang menghibur sehingga ia menjadi pribadi yang kuat. Bila kesusahan finansial, ada saja yang membantu. Tidak selamanya harta saja yang disebut rejeki kan ?
Dalam islam jelas penjelasannya, bahwa kita diminta untuk saling mengenal satu sama lain, baik itu berbangsa, bernegara dan dunia lebih luas lagi.
Berbicara partner, otomatis berbicara orang terdekat. Cuman istilah ini seringkali dipakai dalam kegiatan bisnis. Next post barangkali saya bercerita tentang hakikat persahabatan seperti apa.Kali ini saya cerita tentang mencari partner bisnis dan juga berorganisasi. Saya akui, menemukan partner itu tidak mudah memang. Segala macam karakter, kepentingan, minat, dan aneka ragamnya harus kita terima.
Saya ingat ada sebuah atsar pernah simpulannya seperti ini, “Apabila kamu ingin mengenal seseorang sebenarnya, dapat melalui tiga hal : pertama, kamu melakukan perjalanan bersamanya, kedua, tinggal bersamanya lebih dari tiga hari, dan ketiga melakukan bisnis bersamanya.”
Pernah ada seseorang yang memberikan persaksian di hadapan Umar bin Al-Khathab, maka Umar pun berkata, “Aku tidak mengenalmu, dan tidak me-mudharat-kan engkau meskipun aku tidak mengenalmu. Datangkanlah orang yang mengenalmu.”
Maka ada seseorang dari para hadirin yang berkata, “Aku mengenalnya, wahai Amirul Mukminin.”
Umar berkata, “Dengan apa engkau mengenalnya?”
Orang itu berkata, “Dengan keshalihan dan keutamaannya.”
Umar berkata, “Apakah dia adalah tetangga dekatmu, yang engkau mengetahui kondisinya di malam hari dan di siang hari serta datang dan perginya?”
“Tidak.”
“Apakah dia pernah bermuamalah denganmu berkaitan dengan dirham dan dinar, yang keduanya merupakan indikasi sikap wara’ seseorang?” tanya Umar lagi.
“Tidak.”
Umar berkata lagi:“Apakah dia pernah menemanimu dalam safar, yang safar merupakan indikasi mulianya akhlak seseorang?”
Orang itu berkata, “Tidak.”
Umar menimpali, “Jika demikian engkau tidak mengenalnya.”
(Atsar ini dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Irwaul Ghalil 8/260 no 2637)
Atsar adalah istilah perkataan atau kutipan baik yang disampaikan oleh para sahabat.
Percakapan diatas adalah atsar mengenai bagaimana mengenal akhlak seseorang. Saya pribadi menjadikannya rujukan untuk mengenal dengan mudah seseorang yang baru dikenal.
So, tingkatkan kualitas diri dan tentunya berusahalah senantiasa dilingkungan yang baik. Manusia ibarat bibit, bila ia tumbuh ditempat yang baik bersama orang – orang yang baik. InsyaAllah bibit itu akan bertumbuh dan berkembang menjadi baik lalu memberi manfaat untuk makhluk lainnya.
Jadikan diri kita magnet untuk segala kebaikan dan keberuntungan yang ada di muka bumi. Berdoa agar senantiasa dipertemukan orang – orang baik yang meluruskan jalan kita. Disegala versi diri kita.
Meeting bareng teman komunitas bisnis
Once point again, jangan lupa untuk tidak mencampur adukkan masalah dalam lingkaran pertemanan. 
Kita memiliki part atau bagian dalam sebuah lingkaran, berlakulah sesuai. Ketika dilingkaran teman – teman bersikap seperti apa, komunitas nasional dan internasional seperti apa, bahkan teman dekat seperti apa. Jangan kita perlakukan orang lain yang memiliki batasan tertentu dengan diri kita, tapi kita perlakukan dengan seolah – olah teman dekat kita, yang terkadang sudah tahu luardalam dan baik buruk. Sesekali jaga image dan etika hehe .
Semoga kita menemukan partner yang tepat, baik itu untuk karier, bisnis, ataupun masa depan hehe berkeluarga maksudnya :)

----------

Keep Inspiring !

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
Globalisasi mengoda kita berbuat lebih banyak. Terkadang juga berlebihan memperlihatkan nama. Artikel ini adalah nasihat dan renungan untuk saya dan kita semua. Sosial media membuat kita tergoda untuk ‘ujub’ banyak nge-like, banyak nge-share, dan hal lainnya. Kita senang, dan merasa tinggi. Inilah berbahayanya bila kita tidak bisa meluruskan niat. Tapi juga para teman – teman lainnya, saya juga berharap untuk selalu positif think terhadap sesuatu terutama dengan teman – teman kita yang eksis barangkali di sosial media. Narsis akan berlalu pada waktunya hehe. Saya selalu berpikir hidup manusia itu berproses, tiap detik dan tiap waktu. Kita berusaha untuk senantiasa menuju proses yang semakin baik bukan buruk. Pernah jadi ‘alay-ers kan ? Ngaku deh ! :D Hidup itu proses.
Semakin saya suka meng-stalking orang – orang keren dan juga salut dengan karya – karyanya. 
Saya selalu melihat seperti apa dia pada dunia nyatanya. Saya ingin tahu sejauh apa dunianya berubah ketika karya – karya disukai.
Tak selamanya loh teman – teman, mereka yang kita kenal hebat itu suka dengan reaksi baik dari orang banyak. Terkadang itu yang membuat mereka merasa rendah, dengan apa yang mereka tahu tentang diri mereka sendiri. Itulah yang membuat mereka semakin menunjukkan karyanya semakin baik dan semakin produktif.
Beda halnya ketika ada orang yang menjadikan ‘nama’ sebagai acuan. Lambat laun orang lain akan tahu apa yang terjadi, sesuatu itu sesuaikah dengan dirinya dan pantaskah ia dapatkan.
Saya begitu salut dengan orang  - orang yang senantiasa konsisten untuk produktif dengan karya, tapi tak peduli dengan nama, ia berusaha menutupi siapa dirinya dan hanya mengarahkan orang – orang untuk melihat karyanya bukan dirinya.
Lalu fenomena yang terjadi ketika teman – teman menceritakan mimpi – mimpinya begitu berlebihan, nge – branding habis – habisan. Hingga menambah gelar – gelar impian di sosial media, baik di depan dan belakangan nama padahal belum mendapatkan gelar itu. Sosial media mengoda kita menjadi pribadi yang palsu, dan saya akui itu. Ini godaan yang benar – benar seharusnya kita sadari bersama dan renungi, termasuk saya juga. Cukup sekedarnya, sampaikan kebaikan dengan niat baik juga bukan niat lainnya. Kita bisa menabung dua hal di sosial media, bisa menabung pahala bila yang disampaikan baik, bisa juga menambah dosa bila yang disampaikan buruk, palsu, dan dusta. Be the best yourself! But, don’t be lier.
Biarlah karya kita menjadi kartu nama, berkaryalah terus. Tak usah peduli orang lain melihatmu atau tidak :)
Semoga kita menjadikan karya sebagai acuan bukan nama. 
Saya kutip dari William Shakespheare, “Apalah arti sebuah nama ..” dan saya tambahkan menjadi ..
”apalah arti sebuah nama, bila hidup kita tanpa karya”

------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca 


Keep Inspiring !

Newer Posts
Older Posts

HELLO, THERE!


Hello, There!


Hello, There!

Let's read my story and experience


Find More



LET’S BE FRIENDS

Sponsor

OUR CATEGORIES

Entrepreneurship Event Financial Talks Forest Talk Good For You Happiness Healthy Talks Ngobrolin Passion Parenting Pendidikan Review Self Improvement Self Reminder Tips Travel Wirausaha Young Mindset community development experience

OUR PAGEVIEW

recent posts

Blog Archive

FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by beautytemplates