facebook google twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • Travel
  • Life Style
    • Category
    • Category
    • Category
  • About
  • Contact
  • Shop

Melati Octavia Journal

Kreativitas saatnya ini menjadi sebuah soft skill yang dicari untuk bertahan menghadapi persaingan yang kian ketat. Saya teringat ketika menghadiri beberapa seminar seputar marketing dan diskusi komunikasi, pemateri sering menyampaikan elemen – elemen penting bertahannya sebuah perusahaan yang mana ia menjadi ujung tombak keberlangsungan akan “kesadaran” dunia baru kita yang sangat dinamis. Sampai pada akhirnya saya mengajukan kritik manis beberapa big company yang akhirnya runtuh, padahal memiliki kelengkapan di berbagai bidang. Apa alasannya ?
Yaps, elemen yang sering dilupakan. Inovasi ! Inovasi menjadi hal yang menjadi catatan siapapun. Baik itu diri sendiri ataupun sebuah organisasi besar dalam perusahaan atau lsm. Manusia itu dinamis, memiliki ketertarikan yang heterogen dan berubah – ubah. Kalau bilang kita sebut, seleranya beda – beda. Hoho.
Kecepatan informasi, dan juga hal – hal yang baru muncul tentunya mempengaruhi banyak hal. Apalagi di dunia bisnis. 

Bagaimana kreativitas muncul ?
Menurut saya, kreativitas itu muncul dari sebuah permasalahan. Loh ? Ketika kita dihadapi sebuah kasus, pemikiran, dan sebagainya. Secara tidak langsung, kita berpikir bagaimana jalannya hal tersebut terselesaikan. Nah, orang yang kreatif itu adalah orang – orang yang memiliki kepekaan yang tinggi atas sebuah permasalahan. Tidak hanya itu, misalnya saja orang lain tidak melihat sesuatu itu adalah sebuah masalah. Bagi orang kreatif sesuatu hal bisa ia anggap sebuah hal unik yang menjadi sumber inspirasi untuk membuat sesuatu. Make it something! Ia melihat sesuatu dari sudut yang berbeda dari kebanyakan orang.

Membangun kreativitas itu perlu proses dan latihan. Keinginan untuk menjadi beda. Beda yang seperti apa, beda berpikir, beda untuk membuat sesuatu. Ia terus berlatih untuk mendapatkan wawasan agar meramunya menjadi sebuah modal dalam mencapai inspirasi dalam bentuk kreativitas. Yaps! Yang dari awal saya sampaikan tadi, ia sangat peka akan kondisi ketimbang yang lain. Sehingga ia dapat berpikir visioner untuk melihat masa depan akan sesuatu hal.

Ingat tidak pamor smartphone blackberry yang menguncangkan dunia ? Saya ingat dulu, banyak orang berbondong – bondong membelinya dan kemudian merogoh kocek dalam untuk terlihat elit mengingat brand itu sedang naik daun dengan fitur canggih terbaru. But, sekarang kita bisa lihat dalam kurun waktu beberapa tahun, mereka mengambil langkah kreatif untuk fokus pada aplikasi blackberry messenger. Ketika orang – orang pada meninggalkan smartphone ini karena kehadiran smartphone berbasis android dengan touch screen yang lebih lengkap aplikasi, lebih murah, canggih, dan praktis.

Perusahaan sekelas apapun akan runtuh apabila tidak mampu untuk peka dan mengembangkan budaya kreatifitas serta inovasi dalam lingkungannya. Nah, apa lagi manusia ? Kenapa sih kita dituntut kreatif.

Ditengah tekanan yang kita hadapi saat ini, orang – orang kreatif akan melihat sesuatu itu berbeda. Persaingan dan globalisasi yang semakin mencekam, mengharuskan kita menjadi pribadi demikian. Kreatif bersikap, kreatif berpengetahuan, kreatif untuk melakukan sesuatu hal yang baik dan positif. Nah, apa yang terjadi jika kita tidak merubah diri ? Kita akan ketinggalan. Yaps!

Saya ingat, banyak Sunnah rasulullah yang menganjurkan kita pulang dari ibadah melewati jalan yang berbeda. Nah, bukan kah itu salah satu cara menemukan sudut pandang baru dan inspirasi.
Dari dulu, saya sangat tertarik dengan tema kreativitas. Sampai akhirnya pada tahun 2014 saya melahirkan buku berjudul “The Idea Factory” secara selfpublish saya terbitkan. Saya berpikir untuk merevisi buku ini kembali di tahun ini mengingat banyak hal yang kita lewati dan berbeda yang menambah inspirasi saya :) untuk buku ini mohon doanya.

Nah bagaimana cara simple membangun kreativitas ?

  1. Menjadi pribadi Open minded atau terbuka dengan pandangan baru tapi masih dalam rule yang baik dan benar
  2. Senantiasa beraktivitas yang unik dan berbeda ( misalnya pulang melalui jalan yang berbeda, kegiatan yang unik dan beragam di setiap hari atau minggunya)
  3. Menambah wawasan dengan aktif belajar baik itu dari berbagai media, baik buku, blog, seminar dan lain – lain.
  4. Suka dengan hal baru dan tantangan baru
  5. Baca buku “The Idea Factory” hehehe 


Masih banyak lagi yang dapat menjadikan kamu pribadi yang kreatif dan penuh inovasi. Gali terus potensimu dan temukan keunikan dalam diri kamu.

Happy reading!
Keep improving and Inspiring!

source pict : moco.co.id

Ketika membuat judul ini saya bingung bagaimana cara mengintrepretasikannya. Berat yak ? Sebelumnya saya pernah membuat sebuah status singkat di timeline facebook berkenaan dengan “komitmen”. Duh, bicara komitmen, rata – rata para muda – muda alergi banget. Asosiasi khayalan tingkat tingginya kata komitmen disamakan dengan kata “pernikahan” . Padahal tidak hanya itu, #eh bukan sesempit itu maknanya.

Bicara komitmen adalah bicara tanggungjawab. Ini menjadi peer (pekerjaan rumah) saya untuk memperbaiki diri dengan komitmen. Ingat gak ketika kita kecil dulu ? Kita perlahan diajarkan orang tua kita untuk belajar mandiri, belajar makan sendiri, membereskan mainan sendiri, berkomitmen untuk tidak mengerjakan tugas sekolah ketika malam. Itu dia komitmen, sebuah janji yang amat dalam. Menurut pandangan saya, komitmen ini jauh lebih mendalam pemaknaannya. Sudah masuk dalam sanubari untuk melakukan sesuatu. Janji yang sudah terealisasi menjadi sebuah tindakan nyata dari diri kita baik itu untuk diri kita sendiri maupun oranglain.

Komitmen sudah menyangkut prinsip – prinsip kita. Misalnya ketika kita berkomitmen untuk berhijab, untuk tidak pacaran, hijrah kearah yang lebih baik. Setelah saya renungi, komitmen itu memiliki tahapan atau levelnya. Ketika kita mampu berkomitmen dengan hal sederhana, kedepannya kita akan menghadapi komitmen lainnya yang datang kemudian menawarkan diri untuk kita melakukannya.

Contoh sederhana ketika kita kecil, saat kita mendapatkan tanggungjawab mengurusi keperluan kita sendiri, mandi, makan sendiri, dan lain – lain. Kita mendapatkan kesempatan untuk menjadi seorang kakak, lalu kita akan naik level untuk berkomitmen menjaga adik. Yaa kan ?
Komitmen itu amanah, kekuatan, tanggungjawab. Seperti perkataan yang pernah saya ingat dari Paman Ben dalam sequel Spider-Man kepada ponakannya bernama Peter itu. “Kekuatan yang besar beriringan dengan tanggungjawab yang besar pula”
Atau sama halnya pepatah yang sering kita dengar, semakin tinggi pohon itu tumbuh semakin kencang angin bertiup menggoyangkannya.

Bila komitmen itu memiliki tingkatan. Coba kita nilai diri kita seberapa jauh kita berkomitmen untuk diri kita sendiri untuk hal – hal yang baik ? Dari ketidak sempurnaan yang kita miliki, sejauh apa kita dapat berkomitmen untuk memperbaiki diri. Sederhananya menyelesaikan apa yang sudah kita mulai, seperti perkuliahan dan hal lainnya. *ini nasehatin diri banget*
Semakin tinggi seseorang mampu berkomitmen akan suatu hal, ia akan pantas berkomitmen untuk hal yang lebih besar lagi. Contohnya saya yang sering ditegur orangtua terkadang, “ kamu ga bisa gini …… gimana nanti ……” atau untuk para laki – laki sholeh, gimana mau bangun rumah tangga ? kalau bangun pagi aja susah ? #eh seperti itu deh

Jadi, apabila kita ingin menilai seseorang, kita bisa menilai dari sejauh mana ia mampu berkomitmen dari hal sederhana saja. Semakin tinggi ia mampu berkomitmen berarti dia adalah sosok High Level Personality. Misalnya saja, ia berkomitmen untuk merapikan kamarnya, rutin menulis, tanggungjawabnya dalam berorganisasi, dan hal lainnya. Tapi jangan judge orang, ketika ia belum mampu untuk itu. Berarti ia masih dalam proses, sama halnya seperti kita. Setiap orang memiliki proses menjadi baiknya masing – masing kan ? Kita hargai itu dengan membantunya mempercepat langkahnya untuk menjadi sosok yang lebih baik semampu kita.

Siapa yang mau berprestasi dalam berkomitmen ? menjadi High Level Personality?

“Jika Allah yang engkau tuju, maka kemuliaan akan dekat kepadamu. Segala keutamaan dan kemuliaan sifat – sifatNya akan mengikutimu” (Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah)

Salah satu Pantai di Jogjakarta
Ada kalanya saya ingin sekali seperti teman – teman di daerah jawa-area yang memiliki kesempatan luas untuk terkoneksi dengan berbagai macam ilmu. Tapi ternyata ada satu pesan yang melekat yang disampaikan kakak fasilitator saya “ Barangkali tempatmu memang Allah takdirkan disana mel, kamu diminta Allah membuat perubahan disekitarmu, belum tentu kamu menjadi saat ini ketika berada sesuai dengan apa yang kamu inginkan,” kata masgun, penulis hujan matahari yang juga alumni forum Indonesia muda angkatan 16 tahun sebelum saya mengikuti fim.
Rejeki itu bukan hanya anugerah tapi juga ujian. Banyak hikmah yang saya dapatkan dalam perjalanan di tahun 2015. Saya pernah di tegur seseorang agar menjadi orang yang lebih mendengarkan, lebih mengenal diri sendiri hingga tidak timbul rasa ‘lebih’ sehingga mengacuhkan oranglain, saya belajar untuk memaknai hal yang terjadi dikehidupan saya itu adalah ujian kita seberapa tangguh kita terhadap apa yang Allah berikan. Baik itu disesi puncak dalam kehidupan maupun terendah. Kita diminta untuk tetap tawadhu dengan rejeki yang didapatkan, baik ilmu, teman, harta, dan jabatan. Dunia hanya tempat singgah dan lading untuk pencapaian sesungguhnya di akhirat kelak yakni Surga.

Saya menyadari sikap dan kekurangan saya lebih dari lebih ketimbang tahun sebelumnya. Terimakasih kepada teman – teman yang selalu mengingatkan Melati kecil ini.
Refleksi akhir tahun kali ini, saya ingin membuat janji pada tahun yang akan datang untuk menjadi sosok lebih baik dan membuat perubahan. Ada berbagai rencana besar yang saya sudah rancang termasuk mendapatkan gelar sarjana di tahun 2016. InsyaAllah. Diakhir tahun ini, hal dilematis mulai muncul ketika berbagai fase quarter life crisis sudah datang dengan berbagai hadirnya tanggung jawab baru baik itu untuk diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.
Bukan hanya membuat perubahan jangka pendek melainkan juga jangka panjang. Termasuk progress dari jurnal pribadi saya yang sudah mencapai 10.000 lebih visitor dalam waktu dua tahun lebih. Semoga lebih banyak manfaat yang bisa saya berikan untuk oranglain dan tentunya menasehati diri saya sendiri menjadi Melati yang lebih baik.

Sebuah tekad jurnal ini lebih membuat banyak karya, dan nanti insyaAllah akan saya usahakan menjadi satu kumpulan dalam sebuah buku yang bisa dibaca kapan saja. Mudah – mudahan tercapai. Tapi apalah diri ini, menasehati oranglain. Hehe tapi setidaknya saya menulis ini juga menulis dan menasehati diri saya sendiri.
“Jika kamu menulis untuk oranglain, saya yakin itu tak akan bertahan lama. Tapi menulislah untuk diri kamu sendiri” – saya kutip dalam postingan online quote dari Tereliye –
Nah, bagaimana kamu readers ? Rencana apa yang akan kamu buat untuk tahun depan ?
Target dan pencapaian yang ingin kamu lakukan. Tulis dan lakukan !

Salam Inspirasi,

2th Anniversary MOJO (Melati Octavia Journal)
---- 
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

Disela kesibukan, saya sempatkan untuk mendapatkan beberapa pencerahan dari para guru melalui dunia maya. Bagi saya teman – teman yang ada di sosial media ataupun di dunia online sang maha guru hehe. Kita bisa banyak belajar berbagai hal, tinggal dari diri pribadi mendapatkan hal yang baik atau tidak.
Saat asik menonton beberapa presentasi di youtube. Dalam satu presentasi berbicara mengenai impian dan pendidikan. Ada sebuah quote yang disampaikan pemateri, 
“Jangan mendiskon impian!” 
Sebuah penegasan yang saya sendiri butuh dan rasakan untuk memahaminya.
Tanpa sadar, kehidupan kita yang sulit membuat kita lambat laun merendahkan diri untuk mendiskon impian kita agar lebih mudah dijangkau dan dijamah. Hehe its straight point for me!
Kita memiliki jalan hidup yang berbeda, masing – masing berbeda. Lahir saja kita sudah beda wajah dan segala aneka ragam, apalagi jalan hidup. Ada teman – teman kita yang diluar sana membutuhkan perjuangan bersekolah berkilometer hanya untuk mendapatkan ilmu, dibelahan dunia lain ada juga orang yang dengan mudahnya mendapatkan akses pendidikan, mulai dari biaya dan kehidupan yang baik. Semua yang hadir di muka bumi ini tentu ada maksudnya oleh Allah bukan ?

Sang guru pencetus, ITB Untuk Semua itu membuat gerakan beasiswa untuk anak – anak di daerah yang ingin melanjutkan pendidikan tingginya. Di awali keperihatiannya ketika mewawancarai banyak siswa menengah didaerah nun jauh di sana. Siswa itu ketika di tanyai ingin berbuat apa di masa depan .Mereka hanya berpikiran untuk melanjutkan hidup mereka dengan bekerja dan memikirkan keluarganya untuk kebutuhan hidupnya. Yaps, wajar ! karena mereka tidak memiliki pilihan untuk selebihnya. Bersyukurlah kita masih memiliki pilihan dalam hidup. Masih banyak teman – teman kita di luar sana yang tidak memiliki pilihan untuk hidupnya ingin seperti apa dan menjadi apa. Apabila mereka ingin lanjut ke perguruan tinggi mereka tidak memiliki biaya. Lalu dengan beasiswa pun, mereka harus bersaing dengan teman – teman lain yang lebih cerdas di kota. Tentunya dengan pendidikan minim yang mereka dapatkan di daerah, sulit sekali untuk mendapatkannya.

Apa yang terjadi sebenarnya ? Yaa! mereka sudah mendiskon impian mereka.

“Apa yang ingin kamu lakukan di masa yang akan datang ?” tanya beliau.
“Saya hanya ingin membiayai kebutuhan keluarga saya, bekerja sebagai buruh tani”
“Saya membantu ibu saya berjualan,”
Dan masih banyak alasan lainnya.
(kutipan ilustrasi persentasi beliau dalam laman TEDx )

Apa yang terjadi hal yang nyata di sekitar kita. Ini sharing dan renungan yang saya dapatkan untuk semakin bersyukur kepada Allah atas yang kita miliki saat ini. Walaupun sederhana, setidaknya kita masih memiliki pilihan dalam kehidupan kita untuk semakin sukses dan baik
.
Well, hal ini yang juga saya rasakan. Apakah egois seorang manusia memiliki impian yang tinggi ?
Saya berpikir, impian yang baik adalah impian yang tidak meng-kebiri impian orang lain, impian yang didalamnya terdapat impian oranglain yang dapat diwujudkan. That’s point! Entah kenapa, seolah – olah impian itu terlalu sosial. Haha. Ditengah hiruk pikuk, kompetisi, peluang dan kesempatan yang kian luas. Ketika banyak orang diluar sana berlomba – lomba memperebutkan kursi terbaik. Disini saya lebih fokus pada diri sendiri, apa yang saya inginkan sebenarnya ? apa impian saya itu baik ? apakah sesuai dengan maunya Allah ?

Saya sendiri berusaha tidak ingin mendiskon impian. Walau banyak orang yang mengatakan saya mampu. Tapi saya sendiri yang lebih banyak tahu tentang diri saya, saya katakan saya ingin mempersiapkan diri. Entah kemungkinan rejeki lainnya, tiba – tiba ada orang yang kemudian menawarkan diri beraih impian bersama-sama #eh bukan. Maksudnya ia memiliki kesatuan visi yang bisa dikolaborasi untuk berbuat sesuatu yang berarti. Baik itu, memberikan kesempatan saya untuk menimba ilmu ditempat terbaik dengan lebih mudah, pekerjaan yang layak dan sesuai dengan passion serta kemampuan saya. Masih banyak kesempatan lain yang saya tunggu hadirnya, sembari saya berburu kesempatan dan meningkatkan kualitas pribadi untuk mencapai impian itu.

Jangan mendiskon impian sahabat, saya percaya Allah selalu mendengar mimpi kita.Kesulitan yang kita hadapi saat ini adalah keinginan Allah melihat kesungguhan kita apakah pantas mendapatkan impian itu. Apakah baik ? apakah mulia ? Bukannya impian terbaik itu adalah surga ? Apakah impian kita di dunia sejalur dengan impian paling tinggi dengan kedudukan kita sebagai hamba untuk mendapatkan surganya Allah ?
Hanya kita yang bisa menjawabnya.
Kutipan yang saya dapatkan dari event yang saya dan teman – teman selenggarakan dan penuh inspirasi, Young Leaders Show beberapa waktu lalu. Dari rekan dan sahabat saya, Hari Novar.
“Banyak dari kita menuliskan impiannya, menvisualisasikan dikamar tidur, mandi dan kamar-kamar lainnya, serta bercerita tentang impiannya pada orang lain. Tapi bukan itu esensi impian itu, melainkan apa yang kamu sudah lakukan untuk mencapai impian itu. ACTION !”

Dan inspirasi dari sahabat saya lainnya, Kak Yudi Muchtar yang mengutip kata inspirasi untuk para pengiat komunitas. 

“Satu tindakan nyata itu lebih ampuh, dipercaya, dan berpengaruh ketimbang seribu kata yang kita sampaikan”

Benarlah kata Rasulullah yang melakukan kebaikannya melalui dakwah fardiyah dan mencontohkan.
Semoga kita memiliki impian tinggi dan tidak mendiskon impian kita. Jalani prosesnya untuk mencapai impian itu dengan aksi !
Selamat menjalani proses menuju impian teman :D

------ 
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

Keep Inspiring!


 
Ide judul ini terlintas ketika beberapa pekan saya berkutat pada berbagai permasalahan organisasi dan komunitas baik itu yang nyata, maya, dan curhatan tetangga. Ketika saya flashback pribadi saya dulu, saya cekikikan sendiri menyaksikan saya dahulu yang sangat ego, sulit mendengarkan, ingin melakukan sesuatu sempurna dan dominan. Walaupun barangkali, menurut saya masih ada jejak – jejak demikian. Saya berharap banyak dari diri saya saat ini untuk lebih toleran ketimbang dahulu. 
 
Tapi memang ada sebagian orang yang mengalami fase tersebut sampai pada akhirnya sadar. Fase ini adalah fase kita menemukan jati diri, ambisius dan dorongan untuk melakukan terbaik yang mengebu – gebu. Sehingga ketika berada pada tempat untuk menjadi pemimpin kita cenderung menjadi pribadi otoriter, semaunya, dan sulit menerima. Ini karena kita merasa menjadi pribadi yang full, pribadi 100%. 100% yang paling tahu, 100% paling hebat dan paling benar.

Di mana pun itu, memberi itu lebih mudah loh ketimbang menerima apalagi untuk sebuah keputusan atau pendapat. Benar gak ? Terkecuali menerima THR kali haha, keluar duit lebih susah ketimbang nerima duit hehe intermezzo.
 
So, tentunya setiap dari kita pasti semuanya ingin didengarkan.

Judul ini sebenarnya hasil evaluasi saya dengan diri sendiri dan juga sebuah konsep yang saya dapatkan dari renungan perbaikan yang saya lakukan. Maksudnya menjadi pribadi 10% adalah sebuah mindset kita pada diri kita sendiri bahwa pencapaian dan apa yang kita dapatkan itu masih dalam 10%.
Sehingga ketika kita selalu beranggapan diri kita sudah mendapatkan banyak rejeki, baik itu ilmu, berkah limpahan harta, dan juga pencapaian. Kita masih perlu meningkatkannya kembali. Artinya menjadi pribadi yang haus, tidak mudah puas diri, dan juga senantiasa meng-upgrade dirinya.

Contoh, ketika saya mengikuti seminar yang limited. Pulang – pulang bawa ilmu. Mindset yang langsung saya tekankan “Ilmu tadi masih 10% mel masih ada 90% lagi kamu untuk kembali mendalaminya” atau sebuah pencapaian ketika ada beberapa orang yang berbaik hati memuji kita. Sampaikan dalam pikiran, “ apa yang kamu lakukan masih 10% mel, masih banyak yang harus dilakukan mel .. jangan puas diri dulu”
So, ketika kita selalu menempatkan diri menjadi pribadi 10% kita akan menjadi manusia yang tawadhu. Karena senantiasa berpikiran bahwa apa yang kita miliki belum seberapa, masih sedikit. Banyak yang tidak tahu daripada yang tahu. Sehingga kita selalu mendengarkan oranglain, tidak ego dan juga menjadi pribadi semangat untuk berbuat baik dan memperbaiki diri.

Jadi manusia 10% bukan berarti menempatkan diri kita menjadi orang yang rendah diri. Saking, kebablasannya memikirkan untuk menjadi pribadi 10%. Kita sendiri malah tidak menghargai apa yang kita punya. That’s wrong! Bagilah 10% yang kita miliki itu kepada orang lain terutama ilmu. Tempatkan diri kita sesuai dengan kemampuan kita. Karya kita yang lahir yang kita anggap masih 10% jadikan motivasi untuk memenuhi 90% lagi, kemudian berbagilah 10% pencapaian, karya dan kontribusi itu menjadi berlipat lipat untuk oranglain. Berharaplah begitu.

InsyaAllah ketika mindset itu senantiasa kita camkan dalam hati. Kita akan jadi pribadi rendah hati, menerima pendapat oranglain, senantiasa memperbaiki diri, Allah akan menghadirkan orang – orang dan rejeki yang tak terduga dari segala arah untuk memenuhi 90% itu lagi.

----------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

 Keep Inspiring!


Menjadi berbeda. Barangkali kita melupakan hal ini. Lebih cenderung menyamakan diri, mensamaratakan pribadi kita dengan orang lain. Memang karakter manusia seperti itu. Dalam buku psikologi yang pernah saya baca, manusia akan membuka diri pada orang lain apabila menemukan kesamaan dirinya dengan orang yang baru dikenalnya untuk membangun komunikasi.
Tapi sampai mana, batasan “sama” itu harus ada?
Sekedar flashback, pelajaran favorit saya ketika SMA khusus mata pelajaran sosial adalah pelajaran sosiologi. Saya ingat ada sebuah materi mengenai penyimpangan sosial bagi seseorang yang suka menirukan atau membuat dirinya sama dengan oranglain. Dalam hal ini, seperti menjiplak cara berpakaian, tata tubuh hingga operasi tubuh dan hal lain. Mungkin readers dapat menyebutkan kasus – kasus peniruan yang ekstrim yang bisa teman - teman googling sendiri. So, perlu disadari menjadi “Sama” banget itu kita sudah masuk ranah sakit jiwa loh. Oh No!
Menjadi berbeda itu seperti apa ? Unik. Hal yang saya akan coba tuangkan tentang berbeda adalah mengenai potensi diri, kepribadian, dan juga pilihan hidup.
Saya rada rada takut juga menuliskan dan membahas hal ini, karena tidak ingin salah menafsirkan makna berbeda hingga keluar dari jalur pemikiran yang benar. Berbeda yang saya maksud dalam hal ini adalah bahwa manusia dari awal sudah diciptakan unik. Perbedaan wajah, bentuk tubuh, warna suara, dan keunikan lainnya yang Allah karuniakan pada kita. Selain itu kita juga memiliki potensi dan keunggulan dasar yang berbeda dimasing – masing pribadi. Kekurangan dan kelebihan yang berbeda juga kan.
Tapi kita seringkali tidak bersyukur dengan apa yang Allah berikan pada kita dengan kita menirukan oranglain dengan harapan akan mendapatkan kebahagiaan yang ia miliki.
Kita memerlukan waktu dan proses untuk mengenal diri kita sesungguhnya. Sejak kita lahir kemudian bertumbuh. Sebenarnya kita mengalami proses pembentukan diri yang dibentuk oleh orangtua, lingkungan, adat istiadat, dan nilai – nilai yang kita adopsi disekeliling kita.
Namun ada perlu disadari, ketika kita masuk fase remaja. Kita sendiri sebenarnya bisa mengatur dan juga membentuk diri kita sendiri ingin seperti apa. Karena di fase ini, setidaknya kita bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Disinilah, masanya kita dapat membentuk diri kita menjadi pribadi – pribadi yang baik, berpotensi dan unik.
Menjadi berbeda tidak mudah. Akan ada yang selalu menghakimi segala pilihan yang kita pilih. Contohnya seperti kita yang lebih memilih belajar, ketika teman – teman mengajak kita untuk bermain. Kita memilih untuk berorganisasi ketimbang sibuk hanya mengurusi diri sendiri. Coba teman – teman lihat disekelilingnya, kita banyak menemukan sebuah sekat -sekat sendiri – sendiri tentang siapa orang lain dari apa yang ia kerjakan. Yang barangkali suka seni, akan cenderung melakukan kegiatan – kegiatan yang berhubungan dengan karya seni dan juga pentas – pentas. Teman – teman yang memiliki minat di politik, tentu akan berkutat pada ranah tersebut. Intinya, jadilah kamu yang berbeda, unik, dan berpotensi. Everyone know absolutely you!
Hal yang sulit bagi kita saat ini bukan ketika menjalaninya. melainkan mencari tahu diri kita sesungguhnya  seperti apa dan harus bagaimana ? Benar tidak ? tidak semua orang yang mengenal dirinya dengan cepat. Ada yang melewati ribuan tantangan, dan juga waktu untuk sadar apa yang akan dilakukan.
Masih banyak loh, diantara kita ketika ditanyai ingin seperti apa di masa yang akan datang.. menjadi manusia gagap tiba – tiba. Loh ! Apa yang terjadi ? kita terlena dengan kata orang lain ketimbang kata hati diri kita sendiri. Kita mudah terbawa arus, arus yang kita ga tahu ternyata membawa kita ke jurang bukan ke puncak tertinggi.
So, semoga tulisan ini mudah mudahan membantu teman – teman menemukan dirinya dan membentuk dirinya menjadi pribadi yang berbeda. Ada beberapa hal yang perlu kita lakukan untuk mengenal diri kita. Beberapa hal dibawah ini, sebagian besar sudah saya lakukan dan ahamdulillah memudahkan diri saya untuk melakukan banyak perubahan – perubahan walau terkadang banyak yang bilang saya belum fokus hehe. Tapi saya berpikir, setidaknya saya sudah berada dalam proses pengenalan diri yang cukup baik.
Hal yang perlu dilakukan :
1.    Tekunilah sesuatu yang menjadi bagian jiwa, kalau kita bilang hobi. Tentukan tiga teratas, kegiatan dominan yang biasa kita lakukan dalam hidup kita lalu kemudian gelutilah dengan baik. Mulai dari lingkungannya, pembelajarannya, lalu latih.
2.    Seringlah berkumpul dengan orang banyak. Bila kita pribadi yang introvert, kita bisa berdiskusi dengan orang yang kita percayai untuk bercerita tentang impian, masa depan yang kita inginkan. Kemudian minta pendapatnya.
3.    Jadilah pribadi yang terbuka menerima kritik dan saran, serta pribadi yang senantiasa mendengarkan.
4.    MAKE A PLAN ! Lakukanlah segala sesuatu dengan rencana. Baik rencana jangka pendek hingga panjang. Tak perlu menatanya dengan sangat sulit, cukup menuliskan prioritas – prioritas yang ingin kita lakukan. Sampai kegiatan liburan juga di rencanakan dengan baik.
5.    Selalu luangkan waktu “me time” untuk merenung, mengenal, barangkali dengan berdiskusi dengan buku harian tentang pribadi sendiri. Kadang aktivitas bersama orang lain membuat kita jadi pribadi yang labil karena terlalu saklek untuk mendengarkan “apa kata orang” ketimbang kata hati sendiri. Jadikan apa yang orang sampaikan tentang kita untuk kita sebagai pembelajaran, saran, atau pertimbangkan bukan keputusan. Karena keputusan hidup kita ada di tangan kita sendiri
6.    Seringlah ikut kegiatan pengenalan potensi diri, leadership atau training – training.
7.    Bacalah buku – buku yang berdampak positif untuk kehidupan kita
8.    Selalu lah berniat baik untuk melakukan sesuatu.
Pada dasarnya ada beberapa hal yang membentuk pribadi kita, diantaranya buku yang kita baca, pergaulan yang kita tekuni, dan juga kebiasaan – kebiasaan yang kita lakukan.
Menjadi pribadi berbeda dan berpotensi itu akan melewati tahap – tahapan. Pada dasarnya kehidupan kita adalah bagaimana kita mengenal diri kita.

So, Be different! It’s part of step for you to be success in future!
------------------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

Older Posts

HELLO, THERE!


Hello, There!


Hello, There!

Let's read my story and experience


Find More



LET’S BE FRIENDS

Sponsor

OUR CATEGORIES

Entrepreneurship Event Financial Talks Forest Talk Good For You Happiness Healthy Talks Ngobrolin Passion Parenting Pendidikan Review Self Improvement Self Reminder Tips Travel Wirausaha Young Mindset community development experience

OUR PAGEVIEW

recent posts

Blog Archive

FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by beautytemplates