facebook google twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • Travel
  • Life Style
    • Category
    • Category
    • Category
  • About
  • Contact
  • Shop

Melati Octavia Journal


Ada yang masih menyimpan kebiasaan buruk ? Hmm, tak banyak orang yang menyadari karakter yang ia miliki atau kebiasaan yang ia lakukan. Lagi – lagi yang menilai diri kita itu oranglain. Ini juga terlahir dari pengalaman saya pribadi. Saya punya segudaaaang kebiasaan buruk. Yaa menurut saya begitu, dan mungkin orang terdekat yang tahu sekali kebiasaan yang saya miliki. Makanya jangan percaya sama media sosial yaa hehe. 

Kalau kita tahu, orang – orang sukses yang kita lihat saat ini adalah hasil jerih payahnya untuk memelihara kebiasaan baik atau bahkan membudidayakan kebiasaan baik walau sekecil apapun. Contoh, Bill Gates dengan Microsoft yang luarbiasa itu. Ia memiliki kebiasaan membaca buku yang luarbiasa ia lakukan setiap harinya, bahkan dia sangat menyediakan waktu khusus untuk membaca dan menelaah. Apalagi dalam kondisi buku yang ia baca perlu pemahaman lebih ia merelakan beberapa hari hanya berkutat pada buku tersebut tanpa diganggu aktivitas lainnya.

Kali ini saya cerita pengalaman tentang membangun kebiasaan baik. Nah, coba sekarang kita renungkan atau bahkan tanya teman – teman disekeliling kamu mengenai kebiasaan kamu yang mereka tahu ? Negatif kah atau positif ? Nah, kalau jawaban mereka beberapa ada yang negatif atau tidak baik segera rekam dan catat. Lalu evaluasi! Mulailah meneguhkan hati untuk mengubahnya menjadi kebiasaan yang baik.

Contoh, teman kamu bilang kamu itu malas mandi. Nah mulai nih bikin jadwal mandi yang menurut kamu oke banget haha. Buat jadwalnya di handphone atau tercatat di tempat – tempat yang sering kamu lihat. Simpel sih, walaupun mungkin kamu yang baca .. “ihh suka – suka dia dong, badan kan badan dia” by the way, yang bakal ngelihat dan dekat sama kita bukan orang yang buta aroma. Alias ga bisa mencium aroma – aroma yang lahir dibadan kamu yang jarang mandi. Selain banyak kuman, kamu juga jadi orang yang bakal di hindari oranglain.

Bisa jadi seperti kebiasaan berkata kasar, menunda, berbohong, malas. Duh, data deh mulai sekarang. Masih ada waktu selagi itu jadi kebiasaan yang mendarah daging. Bisa jadi ketidakmulusan hidup dan ketidaktenangan dalam hidup dikarenakan kebiasaan buruk yang kita pelihara. Sholat sering ditinggalin, ga pernah ke masjid, jarang baca Al-Qur’an. Hingga cahaya kebaikan mati di hati kita. Nah kebiasaan buruk itu, temannya syaitan. Jadi kita sudah membantu syaitan untuk meringankan bebannya untuk menggoda kita. Syaitan ga perlu repot – repot ngingetin kita buat berbohong, berkata kasar, dan hal lainnya karena sudah menyatu dalam diri kita. Itu makanya syaitan berwujud manusia lebih mengerikan.

Kesuksesan itu salah satunya lahir dari kebiasaan baik. Nah, bukannya ga semua manusia nih baik. Tapi sebaik – baiknya manusia itu yang mau berubah kearah yang baik, kan ?

Saya sendiri punya kebiasaan malas dan menunda. Supeer banget! Menunda dalam hal ini perkara – perkara ringan yang tanggungjawabnya sama diri sendiri ga berkaitan dengan oranglain. Alhasil, saya sendiri merasa riwueh sendiri. Satu lagi mudah teralihkan, jiaah. Dan masih banyak, termasuk menunda makan. Ini yang bikin saya jadi mudah lelah dan lama – lama jadi sakit. Solusinya nih akhirnya saya berkomitmen untuk membuat semua jadwal kegiatan harian yang sepele dimata oranglain, tapi itu sangat penting bagi hidup saya. Sampai sholat saya berusaha tepat waktu sesuai alarm. 

Saya menggunakan kecanggihkan teknologi saat ini, yupp smartphone yang sekarang sudah banyak menyediakan aplikasi “productivity” untuk membantu kita apapun itu. Nah cari dan temukan aplikasi yang membantu kamu untuk mempermudah dan juga mempush kamu untuk menjadi pribadi yang berkebiasaan baik. Salah satu target pembiasaan saya adalah minum air putih secara teratur sesuai anjuran kesehatan yang benar. Sepelee memang! Tapi ini biang penyakit yang sering saya sadari bikin imun atau fisik saya pribadi jadi lemah. Aplikasi itu membantu saya mengingatkan setiap pagi setiap saya lupa. 

Ada beberapa buku yang sangat dianjurkan yang berkaitan dengan kebiasaan yang patut dijadikan referensi buat memotivasi kita untuk menjadi “CHANGE”. Salah satunya ada buku Stephen Covey, The Highly Effective People dan buku series lainnya yang bagus – bagus. Buku karya Felix Siauw The Habits, yang ringan dan mudah buat dipraktekkan apalagi perkara ibadah yaa. Sama hal nya dulu, ketika saya hijrah dari yang belum berhijab dan berhijab seperti saat ini. Prosesnya lumayan panjang untuk menjadi biasa. Mulai dari jilbabnya yang biasa, masih lepas pakai, sampai menyempurnakan diri, dan mempertahankan untuk tetap dalam keadaan semakin baik terus dilakukan. Lagi- lagi membangun kebiasaan baik dan memeliharanya itu tidak mudah butuh komitmen dari kita untuk senantiasa ingin mengubah diri menjadi lebih baik.

Bagaimana caranya ?

Nah, saya mengutip dari buku The Habits karya Ust.Felix Siauw tentang “The Spiral of Habits”
1. Repetition
2. Learning
3. Commit
4. Practice


Habits dimulai dari kumpulan pemikiran kemudian menjadi sebuah mindset lalu berakhir habits akan menjadi personality kita. Nah bagaimana cara melatihnya ? Menurut peneliti, kita membutuhkan waktu 21 – 30 pengulangan kebiasaan. Bila ingin melatih membaca setiap hari setidaknya 21 hingga 30 hari kita melakukan hal yang sama hingga nantinya menjadi terbiasa. Nah kalau misalnya kita melanggar, kita mengulangnya kembali dari awal lagi. Memang penuh perjuangan ya :D
And dengan kita memperbaiki kebiasaan buruk kita dan mengembangkan kebiasaan baik. Sama hal nya kita mendekatkan impian – impian kita akan tercapai. So, dimulai dari hal kecil dahulu. Ala bisa karena biasa kan ?

------------------
Semoga menginspirasi!

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca


























Sabtu lalu, pertama kali berkesempatan menghadiri event yang luarbiasa pembahasannya bunda - bunda banget. Saya hadir dalam kacamata seorang Blogger. Sempat kebingungan sih, naruh postingan ini dimana. Soalnya ada beberapa cerita seputar Dancow Parenting Center yang merupakan penyelenggara event besar ini. Baca di Seputar Parenting Club : Dancow Parenting Center.
Pembicara kali itu luarbiasa. Di isi oleh :
 
- DR. dr Soedjatmiko, SpA (K), Msi
- Dra Ratih Ibrahim M.SI
- Sari Sunda Bulan, AMG
- Tesya Sophia
- Shannaz Haque

Mbak Shannaz tetap cantik menjadi seorang ibu dengan suaranya yang familiar ketika membuka acara. Berasa di iklan gitu. Ajakan ikut event ini sebenarnya sangat dianjurkan adalah bunda – bunda yang sudah punya anak. Saya ingat ketika sesi mbak Ratih menyampaikan tentang bagaimana keperluan yang dibutuhkan si kecil di masa emasnya ia bertanya tentang dominasi peserta yang mengikuti acara,
“Disini siapa yang masih single?”

Serbasalah rasanya mengangkat tangan. Saya adalah salah satu yang memohon menyelinap di acara itu dengan sahabat saya @mutmuthea yang blogger aktif dapat undangan sana sini. Kami pun saling lirik. Bilang gak yaa ? Soalnya ini acara bunda – bunda. Sebutan kita semua yang hadir juga bunda bunda. Jadi pengen #jadi bunda deh. #Salfok.
 
Di event ini banyak yang saya dapatkan, pertama tentang hal penting yang dipersiapkan untuk anak yang merupakan rangkuman dari panjang kali lebar dibahas :

Ada hal yang sangat dan harus diperhatikan pada anak yang sering kita lupakan :
1. Kasih Sayang Penuh
2. Nutrisi
3. Stimulan
4. Perlindungan 

Pertama, Kasih Sayang 
Banyak dari kita dengan kesibukan sang orangtua, kebanyakan anak di tahun emasnya dididik dengan orang lain. Mbak Ratih sangat menganjurkan kehadiran orangtua yang dominan di tahun emasnya untuk menanamkan nilai – nilai dan juga pengajaran awal yang baik bagi si kecil. Di masa ini anak mulai bereksplorasi belajar hal baru. Lincah gerak sana sini, menirukan, melakukan hal absurd yang bikin ketawa. Saya jadi ingat ponakan kesayangan saya yang masih berusia 1 tahun lebih beberapa bulan. Ia sangat peka dengan suara music, dan mudah menghapal warna dengan gambar dan music video. Bahkan penguasaan bahasa inggrisnya lebih luarbiasa, karena ibundanya (kaka ipar saya) senang mengajarinya nama – nama benda dalam bahasa inggris. Super deh! dengan kosakata yang lucu sekali kalau dia sedang menyebutkan benda – benda dalam bahasanya.

Kebanyakan orangtua sekarang juga suka membatasi gerak anak karena larangan. Padahal di masa ini adalah masa dia mengenal banyak hal. Di masa ini seharusnya orang tua mengenalkan sesuatu , misalnya ajak jalan – jalan keliling rumah. Mengenal teman, orang lain. Mengenal ekspresi agar memahami bentuk emosi itu seperti apa. Di masa ini rasa ingin tahunya juga sangat tinggi. 
Nah, ini bagi teman – teman yang jadi calon ibu dan orangtua. Masa emas ini momennya menanamkan tonggak awal pengenalan yang baik. Jangan sampai ketidakhadiran orangtua membuat mereka tidak mengenal dan merasakan kasih sayang orang tuanya.

Kedua, Nutrisi dan Stimulasi
Hmm, ini cerita sahabat saya bisik – bisik perkara nutrisi. Dia merasa gak pede dengan beberapa hal yang bilang kalau mungkin orangtuanya ketika melahirkannya belum begitu paham bagaimana memberikan nutrisi yang baik untuk anaknya karena merupakan anak pertama. Yaps! Kadang kala ini nih yang jadi kendala orangtua yang belum mempersiapkan diri. Seringkali lupa bahwa anak di masa awal – awal tumbuh kembangnya membutuhkan manajemen khusus untuk optimalisasi tumbuhnya. Entah itu otaknya, perkembangan fisiknya, dan juga daya tahan tubuhnya.

Saya jadi flashback ketika saya kecil, berat saya dibawah rata – rata biasa. *Orang yang kenal saya saa ini pasti bilangnya bisik – bisik mustahil haha* Saya pribadi menyadari bisa jadi karena kecilnya saat itu dan saya susah makan. Saya banyak diberikan suplemen vitamin penambah nafsu makan oleh ibu saya. Yaah ! malah sekarang ketika menginjak remaja saya pun tanpa suplemen makannya jika tidak dibendung, sekali makan kapasitasnya banyak walaupun intensitasnya jarang. hihi

Tapi bersyukur juga, ibu seorang perawat yang sangat konsen masalah ini. Saya pecinta sayuran. Karena dari balita selalu dikasih sayuran mulai dari pahit hingga manis. Makanan yang beragam, dan juga catatan yang lengkap. Saya ingat saya dibuatkan food diary untuk makanan dan juga aktifitas saya selama masa balita. Ternyata ini penting !  Disini kita sebagai orangtua akan tahu apa saja yang kita berikan dan dampaknya. Bisa jadi, ketika kita memberikan asupan makanan ternyata tidak cocok sehingga pencernaan anak terganggu. Ini tentu berbahaya. Selain itu di masa – masa emas ini, anak sangat membutuhkan kalsium dan protein. So, jadi dominankan pemberiaan ini yaa. Indonesia sendiri masih banyak ternyata anak – anak yang masih bergizi kurang, ini juga selain pengetahuan yang kurang juga kemiskinan sehingga tak mampu memenuhi nutrisi dan gizi yang seimbang.

Nah sedangkan stimulasi sendiri itu adalah kandungan – kandungan yang dapat membantu perkembangan si kecil. Misalnya, omega 3, omega 6, serat pangan, vitamin A, C, dan E. Kalau kata mba Sari yang merupakan pakar gizi. Nutrisi itu ibarat hardware, dan stimulasi itu software. Jadi nutrisi ialah kandungan yang harus dipenuhi oleh kita, sedangkan stimulasi itu sesuatu yang membuat nutrisi tadi bekerja dan berkembang. Disini juga saya tahu, batas pemberian makanan dalam hal ini nasi atau karbohidrat itu hanya seukuran genggaman tangan. Ayoo yang makan lebih dari segenggam tangan XD. Jadi wajar kan kalau berlebihan berat badan. *Saya buru – buru cek timbangan*. Nah bagaimana kalau untuk balita ? Yaa segenggam tangannya balita, masa tangan ibunya hihihi. Saya jadi ingat beberapa kali melihat ibu memberikan anaknya makanan padat, itu buanyak banget, semangkok kecil versi orang dewasa. Jadi wajar kalau anaknya muntah karena memang batas sesuai anjuran itu segenggam tangan loh. Nah sedangkan untuk lauk pauk itu setengah telapak tangan. Yaps! Kalau untuk balita yaa setengah telapak tangan balita.

Ketiga, perlindungan.
Nah ini nih, masih berkaitan dengan nutrisi. Perlindungan dalam hal ini adalah asupan yang baik untuk daya tahan anak sehingga tidak mudah sakit. Selain perlindungan fisik juga perlindungan dari dalam sehingga tidak mudah diserang oleh penyakit. Misalnya ada teman mainnya yang flu. Si anak gak buru – buru kena atau jika pun kena ya sekedarnya gak parah, gak demam, langsung sembuh.

Saya jadi ingat ponakan yang luarbiasa rewel dan kasihan banget waktu kena flu. Beda banget dong tentunya sama kita orang dewasa yang kalau kena flu paling – paling minum obat, istirahat seharian, besok harinya udah mendingan. Ga ada istilah rewel, kecuali diganggu yaa. Kalau balita ketika sakit tentu lebih susah, karena dia merasakan ketidaknyamanan dan tidak mampu mengekspresikan rasa sakitnya sehingga demikian. Ya wajaar dongs, maka dari itu dari orangtua harus bisa memberikan asupan gizi yang berguna untuk tameng penyakit untuk si anak. Apa itu ? Kalau dari penjelasannya itu adalah bakteri baik untuk pencernaan, karena balita itu paling rentan sekali nih problem pencernaan.
Ga nyangka panjang lebar repost kembali materi parenting yang didapat. Ini langkah awal menjemput jodoh haha #salfok maksudnya belajar untuk menjadi ibu yang baik di masa depan.

QUESTION 
Satu lagi tambahan, ketika setelah penjabaran ini ada beberapa sesi pertanyaan dan menarik nih buat kita kulik,
1. Usia berapa sih, anak diberi gadget dan boleh menonton tv ?
2. Bagaimana mengontrol anak yang suka makan ?

Pertanyaan pertama, masalah gadget ini. Jika bisa memang sampai usia lima tahun jangan diberikan gadget. Karena gadget sangat menghambat motorik anak. Untuk lebih mengeksporasi dan mengenal dirinya. *FYI, dalam ilustrasi bunda – bunda ini anaknya berminggu – minggu tidak keluar kamar karena main gadget, sangat pendiam sampai akhirnya gadgetnya di sembunyikan, sang anak jadi sering bermain, terbuka, satu lagi pembendaharaan katanya meningkat ketimbang sebelumnya* Jadi berpengaruh banget yaa.
 
Untuk televisi itu sendiri, orangtua harus pilah – pilih. Maksimal dalam sehari itu anak hanya boleh nonton 2 -  4 jam yang dibagi dalam beberapa sesi baik itu pagi, siang , sore, malam
(jawaban dr.Soejadmiko dan mba Ratih)

Pertanyaan kedua, seperti sebelumnya saya menganjurkan orangtua harus mengatur pola makan anak sehingga anak tidak berlebihan. Penggunaan suplemen nafsu makan untuk vitamin juga tidak diperlukan kalau anak sudah banyak makannya. Takutnya menjadi obesistas. Anjurannya sedari awal sudah mengontrol kandungan garam, gula, dan minyak. Ini yang harus diperhatikan. Dan untuk susu sendiri itu maksimal dua gelas.
(mba Sari Sunda)

Saya apresiasi sekali, bahwa Dancow  memiliki layanan tanya jawab dengan pakar melalui online secara gratis untuk membantu bunda – bunda menjawab keresahan dan problem anaknya. Saya dulu juga suka banget sama susu ini versi coklat.


Semoga menginspirasi!


Adakalanya kita telah banyak mengusahakan sesuatu, telah bersusah payah tentangnya tapi kita masih dalam sulit yang tiada putus. Sebuah pertanyaan yang senantiasa hadir di dalam hidup kita apabila kesulitan terjadi. Apa yang terjadi mengapa kesulitan ini tiada akhir ? Jika saya mengalami hal demikian, yang saya salahkan adalah kembali mengingat apa yang telah saya lakukan sebelumnya. Sehingga sedemikian kesulitan itu terjadi. Dosa apa yang pernah terbuat, sehingga terbalas dengan hal yang kurang menyenangkan.

Pada kenyataanya kehidupan yang kita jalani saat ini yang ingin capai adalah seberapa berkahnya. Bukan nilai besarnya, bukan ketenarannya, bukan seberapa banyaknya. Saya sering mendengar bahkan menyaksikan orang – orang yang mungkin tak pernah terlihat dalam hidup kita, berpakaian seadanya, bekerja susah payah, tak berpendidikan, mungkin hanya buruh yang dibayar dengan setara jajan kita bulanan. Tapi ia mampu membiayai anaknya yang banyak dan keluarganya hingga anaknya sukses. Jika bukan karena berkah hidupnya, apalagi ?

“Bukan banyaknya anakku, tapi seberapa berkahnya” itu yang sering terdengar dari ibu saya. Walau terdengar klise tapi ini yang seringkali terlupa oleh kita. Sangat kasat mata. Mungkin saat ini kita bisa merenung, sejauhmana perjalanan kita. Perjalanan melewati kejadian – kejadian dramatis dan kemalangan yang bisa jadi ada dihidup kita, tapi pada kenyataannya kita masih bertahan menghadapinya. Masih kuat, masih mampu untuk berdoa. Bersyukurlah masih ada nilai keberkahan dalam hidup kita.

“Pastikan cucuku, rejeki yang kamu dapatkan itu halal lagi berkah. Karena segala sesuatu yang kamu dapatkan bukan jalan sesungguhnya, suatu saat akan hilang begitu saja dengan mudah. Karena engkau tidak mengambil sesuatu yang bukan hak dirimu,” petuah kakek pada saya ketika momentum saya bercengkrama dengannya.

“Dan tiada dari segala yang melata di bumi melainkan atas tanggungan Allah-lah rizqinya. Dia Maha Mengetahui tempat berdiam dan tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam kita Lauhul Mahfuzh yang nyata” (QS Al Huud 11 : 6 )

Hakikat rizqi lagi – lagi bukan karena banyaknya, tapi berapa nilainya berkah untuk banyak hal memyalurkannya pada pundi - pundi kebaikan – kebaikan. Berkahnya karena banyak kebaikan yang hadir disekelilingnya, tetangga yang bijak, anak yang sholeh, teman yang baik, pasangan yang sakinah, keamanan dan kenyamanan. Segala yang seringkali kasat mata oleh manusia hingga lupa untuk mensyukurinya.

Jika kalau saya mengutip kata – kata merdu Salim A Fillah dalam buku lapis – lapis keberkahan, bahwa rizqi itu soal rasa bukan soal berapa. Seberapa nikmat rasa yang kita dapatkan. Rizqi adalah ketetapan. Cara menjemputnya adalah ujian. Ujian yang menentukan rasa kehidupan. Di lapis – lapis keberkahan dalam setitis rizqi, ada perbincangan soal rasa. Sebab ialah yang paling terindra dalam hayat kita di dunia. Mungkin saja kebaikan yang kita dapatkan adalah bagian dari doa – doa orang – orang yang kita bantu. Orangtua kita yang senantiasa merintih agar dilindungi dan diberikan kemudahan dalam segala hal yang kita lakukan.

Seberapa berkah hidup kita ?

Pertanyaan yang menurut saya sangat mendalam. Mata saya tak hentinya berkaca- kaca mengingat pertanyaan ini. Menurut saya, Berkah bermakna dua hal, yakni kelancaran hidup di dunia dan kebermanfaatan yang baik untuk kemaslahatan banyak orang atau hal lain untuk akhirat. Apakah kehadiran kita baik untuk oranglain ? Berkah untuk banyak orang ? atau bahkan menyusahkan ? Atau kehadiran kita menyakiti hatinya. Apakah pekerjaan kita halal lagi baik, bermanfaat ?

Memanglah tak mungkin hidup kita senantiasa diliputi kesempurnaan. Ditengah kelengahan manusia yang sering lupa dan alfa, tapi bukankah Allah Maha Pengampun. Lalu kita manusia yang seringkali tak tahu diri akan hal ini, takabur tak bersyukur. Padahal itu rasa akan rizqi yang didapat, dan kesulitan itu hadir dari diri kita sendiri.

“Allah meluaskan rizqi dan menyempitkan bagi siapapun yang Dia Kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan dunia ini. Padahal tiadalah kehidupan dunia dibandingkan hayat di akhirat kecuali kesenangan yang sedikit” [ QS Ar-Ra’d (13) : 26 ]

Bercita – citalah dalam hidup kita untuk mengapai keberkahan, karena ini yang paling utama menurut saya. Karena dunia hanya sebentar. Berjuang keras untuk menggapai berkah diawali untuk diri sendiri lalu kemudian banyak orang. Saya sendiri menyimpulkan dengan kutipan yang sering kita dengar namun saya tambahkan sedikit,

“Biarlah sedikit asal berkah, tapi lebih baik banyak lagi berkah untuk banyak orang”
Atau kutipan lirik lagu wali band,

Hidup indah bila mencari berkah J 
-----
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

Semoga menginspirasi dan menjadi renungan bagi kita semua

Dapat ide malam tadi, langsung coret – coret dan mapping untuk artikel ini. By the way, judul diatas yang merupakan lagu yang dibawakan Bruno Mars sebenarnya kurang nyambung sama tulisan ini. Hanya kebetulan momen idenya muncul pas lagu ini lagi terdengar dari radio tetangga. Masa sih ? 

Kemarin, saudara jauh dan teman masa TK saya datang untuk silaturrahim ke rumah nenek. Kebetulan lebaran tahun ini saya mudik, sedangkan tahun lalu saya berlebaran di Pekanbaru karena momennya rada bentrok dengan jadwal KKN kampus. Seperti biasa, teman lama yang cuman bisa chatting – chattingan tiba - tiba ketemu langsung terus jadi excited, saya tipikal kurang begitu suka foto pribadi kalau ga dipaksa. (Masa sih?!) ditodongin foto sama doi buat update di path. Kebiasaan deh haha, nah si sahabat kecil ini cerita kalau dia lagi galau banget sama pekerjaannya. Mengingat dia sudah kelar kuliah di kesehatan yang memakan waktu lebih cepat dari saya ( 3 tahun ) nyari kerjaan ga semudah yang dipikirkan. Apalagi banyak syarat sertifikasi ini dan itu, belum lagi uji kompetensi ini dan itu.

Banyak cerita yang saya dengar dari beberapa teman, bahwa pekerjaan saat ini banyak sekali aturan – aturan baru yang membuat kita harus banyak mempersiapkan banyak hal. Kalau dulu jaman – jaman, melamar pekerjaan ga pake TOEFL, sekarang semua perusahaan multinasional udah mewajibkan melampirkan sertifikat ini dan itu. Wajar sih syarat itu, alasannya karena kita sudah masuk MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Belum lagi ada sertifikasi ini dan itu, gelar baru untuk keprofesian. Ketika lulus sarjana mengambil gelar profesi, bukan hanya didominasi tenaga kesehatan tapi juga beberapa ranah lain, seperti guru, jurnalis dan lainnya saya belum banyak dapat gambaran. Bahkan mungkin jurusan saya akan ada dikemudian hari, walau untuk uji kompetensi sudah ada walau belum merata. Mau ga mau menuntut kita para generasi muda angkatan 90an yang dikatakan sudah masuk dalam ledakan bonus demografi harus kudu persiapan ekstra. 

Kalau dihitung – hitung Indonesia lebih kurang memiliki jumlah penduduk 250 juta jiwa, termasuk yang terbesar nomor 4 di dunia, dengan penyebaran 49,7 % di kota, dan 50,2% di desa. Artinya lebih banyak warga di desa. Belum lagi, yang hanya melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah hanya sekitar 1% saja dari jumlah penduduk Indonesia. Saya selalu bilang ini ke teman – teman dekat untuk semangat berkuliah, karena kita tergolong “orang – orang yang beruntung”. Karena masih ada teman – teman muda lain yang masih belum bisa menikmati bangku perkuliahan, apalagi saya menyaksikan sendiri di kampung saya, masih banyak yang putus sekolah. Sedangkan populasi muda mudinya 66,5% itu artinya, persaingan pekerjaan cukup sulit bila tidak diiringi dengan keterampilan dan pengalaman yang mumpuni untuk berada posisi tertentu yang kita inginkan.

Hikmahnya, jangan dibully teman yang belum dapat kerjaan apabila dia udah sekeras tenaga mencari pekerjaan apalagi sampai bertahun – tahun, tapi di nasehati agar semakin meningkatkan kualitasnya dan juga dibantuin cari kerjaan. Emang gelar pengangguran enak apa ? -_- kasian kan. Tapi memang begitu kondisi kita. So, dengan kehadiran teknologi sebenarnya banyak lapangan kerja baru yang bisa kita kembangkan bahkan menjadi self-employed menjadi pekerjaan cukup menjanjikan sekarang. Untuk standar gaji bisa sampe UMR tapi kerjaannya di rumah dan suka – suka. Siapa yang gak mau ? Btw di jaman ini kita disini dituntut untuk bersinar “ menonjolkan diri” dalam arti menunjukkan secara penuh potensi kita yang unggul, ga bisa setengah – setengah. Kalau setengah, bisa kelindes sama yang lain udah 100% + keahlian – keahlian lain. Di jaman ini, kita dituntut jadi orang multi skill. Dalam pengertiannya, punya kedalaman passion yang baik secara menonjol, tapi juga ada nilai tambah lain yang membuat kita tampak jadi kombinasi unik dan istimewa. 

Ini baru intro loh. Lalu apa hubungannya dengan sekolah dan bekerja. Ini jadi makanan pikiran dilemma buat teman – teman yang baru lulus atau akan lulus. Selalu begitu, ketika share link – link beasiswa memenuhi beranda – beranda sosial media, belum lagi ngeliat teman udah check in mentereng di perusahaan gede, sama pamer gaji atau mungkin bagiin thr dan terakhir bukber kemarin haha. Benar gak ? 

Gimana tidak membuat kita bertanya dalam hati, kemana sih arah tujuan saya ? 
Kita asik mendengar banyak petuah, dari dosen, guru, orangtua, calon mertua (#bisajadi) atau mungkin paling sering obrolan teman – teman. Kalau saya sendiri kalau udah ke kampus ngurus bimbingan ini itu, liat teman – teman yang udah kelar tingkat dikit lagi revisi semua pada nanya, 

“abis ini elu kemana ?”

Ada yang jawab kerja dulu, meditasi dulu, pengen lanjut sekolah, bahkan bilang nyiapin lamaran atau akad nikah. Hahaha. Beragam jawaban yang hadir di sesi pengambilan keputusan paling rawan ditengah usia menuju dewasa. Saya pernah menulis sebuah artikel renungan di tumblr, melatioctavia.tumblr.com. , bahwa nilai keputusan kita setiap tahun itu berbeda beratnya setiap jenjang usia. Seperti layaknya teman – teman yang memiliki keinginan dan bahkan sudah menjalani S2 S3 atau bekerja, keputusan – keputusan yang hadir kala itu adalah keputusan berat dan tidak bisa kita bandingkan. Setiap kita punya jalan masing – masing dengan kesulitannya sesuai apa yang kita pilih.

Nah, timbul seringkali perbandingan atau debat yang sering terjadi di ranah ini. Teman – teman yang bekerja atau berpenghasilan (wirausaha) sering judging teman – teman yang mengambil kuliah lagi bahkan tinggi – tinggi bahwa ia tak memiliki skill lapangan layaknya yang bekerja, begitu pula yang bekerja yang berkutat pada jam dan waktu yang padat tak bisa menikmati hidup dibanding study hunter yang mendapatkan beasiswa + dapat jalan gratis ke luar negeri atau kota – kota lain. Banyak yang bilang keputusan sekolah lagi itu merupakan pelarian sulitnya mencari kerja, atau juga ada kesempatan emas dapat beasiswa, atau juga memang pada kenyataannya memang merupakan bagian dari planning cita – citanya harus melewati jenjang master.

Apapun pilihannya, baik itu sekolah ataupun bekerja sama – sama pilihan yang baik. Tak perlu kita saling banding membanding, karena apply-ingnya sama –sama susah. Ini kutipan inspiratif yang saya dapat dari kak Faldo Maldini, orang inspiratif dari kampung sebelah (Sumatera Barat), Founder PulangKampung.com, waktu hadir mengisi acara seminar ke Pekanbaru. Orang yang apply S2 harus melewati serangkaian tes yang tentunya beda dengan tes jaman kuliah strata satu, apalagi applying beasiswa berbagai tahap demi tahap, baik adminsitratif, kemampuan bahasa dan lain – lain. Sama halnya bekerja, sekolah lagi juga ada interview kemana arah riset yang akan dituju, kontribusi apa yang diberikan untuk ilmu pengetahuan.

Nah syukur – syukur kalau dapat beasiswa diluar negeri, kita juga bisa nabung dikit juga buat emak abah di Indonesia dari hasil penghematan atau kerja kecil – kecilan, (P.S Walau beberapa beasiswa tidak membolehkan bekerja part time). Dan kita tentu tahu kurs nya berbeda jauh dengan Indonesia, kalau mungkin kita bisa ngemat beberapa dollar yang kalau di tempat kita sekolah hanya bisa beli buku dan makanan dalam sebulan, tapi kalau kita kirim ke Indonesia bisa bisa setara gaji UMR penduduk Indonesia. *pembaca langsung ngitung pake kalkulator*

By the way, sebelumnya saya pernah tulis mengenai ini. Tentang keputusan mengambil sekolah ke luarnegeri dan juga memilih untuk menjadi pengusaha. Semoga bisa membuka pikiran kita untuk pertimbangan – pertimbangan sulit di Quarter Life Crisis ini.

Baca : Pengusaha VS Executive Muda
Baca : Haruskah Kuliah ke Luar Negeri ?

Nah yang bekerja, terus asah potensi diri. Di ranah karier pekerjaan godaan yang paling sering hadir adalah “zona nyaman”. Di zona di mana bekerja sudah menjadi kebiasaan, gaji semakin bertambah, seringkali membuat kita jadi stay di lingkaran itu saja. Sehingga sulit keluar untuk hal – hal baru, apalagi kalau udah ada tawaran untuk menambah ilmu lagi alias sekolah, sulit sekali.

Pesannya adalah jadikan kehidupan kita penuh warna dengan hal – hal baik, menabung kebaikan dengan warna yang beragam. Jangan biarkan dataar dan ga ada sensasi alias just flat. Bukankah kita bekerja untuk bermanfaat bagi orang lain  ? Bukankah kita juga berilmu untuk memberikan kontribusi untuk kebaikan kita bersama agar umat tidak tersesat pada kebodohan dan mendapatkan cahaya pengetahuan. Gimana dong kalau ga ada penelitian ? Kita ga akan mungkin menikmati internet, kecanggihan yang saat ini kita dapatkan, berbagai kemudahan – kemudahan yang hadir saat ini tanpa ilmu pengetahuan.

Yang sekolah tinggi bukan mendapatkan gelar menjadi tujuan, melainkan jadi apa gelar tadi untuk kemaslahatan umat. Begitu juga yang bekerja, baik itu cucuran keringat dan pikiran apakah itu baik ? apakah itu bermanfaat bagi orang banyak ?

Saya ingat pesan guru terdekat saya, seseorang yang pertama kali membawa saya dalam keadaan hijrah saat ini. “Biarkan mencari pengetahuan dan ilmu karena Allah menjadi tujuanmu, InsyaAllah urusan duniawi (harta, kemudahan dan lain - lain) Allah sendiri nanti yang urus, mereka akan datang bukan kamu yang mencari anakku,”

Intinya apapun yang pilih jangan biarkan ada yang terluka, jangan biarkan hatimu terzalimi  karena tidak setuju dengan barangkali pilihan atau restu orang – orang terdekat, tapi jangan pula egomu membuat oranglain jadi yang terluka. Sebaik – baiknya pilihan adalah pilihan karenaNya bukan mengatasnamakanNya dalam “ego” kita atau ego orang lain.

Apapun pekerjaanmu sekalipun itu hanya sekedar berjualan bakso, guru kecil, dan ya mungkin secara nilai mata uang yang diperoleh tidak sebanding dengan pekerjaan lainnya niatkan saja karena Allah. insyaAllah keikhlasan tersebut akan tercatat surga. Kemudahan dan ketenangan hidup di dunia itu lebih utama ketimbang banyak harta tapi resah karena banyak musuh. Selalulah berbenah diri, bahwa kita di dunia ini sudah memiliki perannya masing – masing tergantung peran mana yang ingin kita mainkan.
Lalu saya kutip dengan ending-nya lagu mas Bruno,

Cause you’re amazing, just the way you are :D

Baik para ciwi atau cowo

*** 
Yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
Semoga Menginspirasi!

Referensi Data :

Badan Pusat Stasistik
Indonesia Investements.com
Kompasiana
     

        Pernah nonton film X-Men ? Ini film besutan marvel yang digandrungi menceritakan tentang manusia super karena gen yang termutasi. By the way, disini saya tidak akan menceritakan isi filmnya. Tapi mengenai benang merah yang saya temui hampir diseluruh cerita *kelihatan banget saya penyimaknya* haha. Konflik yang terjadi seringkali berkaitan dengan diri pribadi, alias penerimaan atas diri yang “berbeda” dengan manusia lain. Sehingga karena tidak menerima diri tersebut, sulit untuk mengontrol diri hingga timbul kekacauan.

Tulisan ini sebenarnya hasil riset kecil yang saya lakukan untuk saya pribadi untuk menasehati saya, dan juga beberapa teman yang seringkali diajak diskusi ketika mengalami permasalahan. Banyak hal yang baik itu kegagalan, penolakan, hal – hal buruk yang terjadi di sekeliling kita dan terjadi pada kita membuat seringkali kita menyalahkan diri kita sendiri hingga timbul rasa “ketidak menerima”. Itulah seringkali yang terjadi di era sekarang, ketika banyak kasus – kasus bunuh diri yang terjadi belakangan ini oleh para pemuda, karena adanya tekanan yang timbul dari segala permasalahan yang terjadi disekelilingnya sehingga merasa pribadinya “tidak berguna”, tidak menerima hal yang terjadi. Bahasa kasarnya, menjadi pribadi yang “tidak bersyukur”.

Mengapa “Self Acceptance” itu penting ? 

Dalam dunia psikologi pasti kita akan mengenal hal ini. Tonggak dasar dari manusia ketika mengetahui hakikat kehidupannya di dunia pasti tentu akan mudah baginya untuk menerima diri sendiri baik itu atas kekurangan dan kelebihannya. Episode – episode dalam hidup kita sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa sehingga kita sebagai manusia bertugas untuk menjalankannya sesuai peran yang sudah diberikan, namun yang jadi pertanyaan ? Tahukah peran kita ?

Dalam riset kecil yang saya lakukan, self acceptance merupakan suatu proses melihat hidup sebagaimana adanya dan menerima secara baik disertai rasa percaya diri dan bangga. Ketika kita mampu melihat diri kita secara positif dan baik, akan lahir kekuatan murni yang super untuk menjadikan diri kita hebat. Salah satu contoh peran di Film X-Men, Raven merupakan mutan yang memiliki tubuh asli yang berwarna biru yang tak seperti manusia pada umumnya mengalami gejolak batin dan ingin sekali diterima oleh orang lain. Ada konfilk disini, bagaimana ia menerima dirinya ? Baik itu dari sudut pandang positif apa negatif?

Satu catatan lagi, ketika lingkungannya menerima dirinya, manfaat akan mudah didapatkan. Seperti film series terbaru, X-Men Apocalpyse, Raven mau menjadi pengajar ketika seluruh siswa Xaxier School menerima ia dan mengaguminya. Itu juga kenapa dibutuhkan dukungan yang lebih kepada orang – orang istimewa di sekitar kita, misalnya orang – orang berkebutuhan khusus, orang – orang yang mengalami kejadian luarbiasa (penyakit kronis, gangguan jiwa dll) karena dengan penerimaan yang berbeda ia akan memberikan sesuatu manfaat yang lebih bagi orang lain, mengaktifkan kekuatan supernya di dalam dirinya.

Mencintai diri sendiri (self acceptance) maksudnya adalah penerimaan atas diri sendiri, atas kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness), begitupun atas keadaan/kondisi yang ia dapati. Harapannya, dengan adanya menerima diri sendiri sepenuhnya, kita lebih bisa lebih dan lebih bersyukur kepada Sang Pencipta.

Self acceptance dapat menjadi obat bagi kita yang kurang percaya diri, karena pada dasarnya setiap manusia tentu memiliki strength dan weakness dan itu juga berlaku bagi diri kita sendiri. Self acceptance juga bisa membuat siapa saja menjadi bersahabat baik dengan diri sendiri sehingga tidak perlu berperang dengan diri sendiri karena merasa tidak pernah puas atas diri sendiri.

Apa yang membuat penerimaan diri terganggu ?

Adanya kejadian buruk yang terjadi, kesedihan yang amat sangat, tekanan yang luarbiasa, kejadian traumatis, sikap orang lain terhadap seseorang dan kebiasaan – kebiasaan buruk yang terjadi pada diri kita yang berakibat tak baik dikemudian hari. Ini saya kutip dari ummi online, oleh seorang psikiater bernama Dr. Suzy Yusna Dewi, SpKJ (K), ia psikiater dari Talenta Center mengungkapkan hal ini, pentingnya kita mengubah pola pikir dan mulai meningkatkan penerimaan diri.

  • Catat kelebihan dan kekurangan diri. (kembali mengenal diri sendiri) 

Dengan kita mengetahui dan mencatat kelebihan dan kekurangannya, kita belajar untuk makin mengenali diri sendiri. Bagaimana bisa menerima keadaan diri jika belum mengenal utuh siapa diri kita?

  • Berfokuslah pada kelebihan, bukan pada kekurangan!

Kita seringkali mendengarkan banyak hal negatif tentang diri kita daripada hal positif. Kita juga seringkali menilai orang lain sehingga kita hanya fokus pada memperbaiki diri kita menurut oranglain ketimbang fokus pada kekuatan diri sendiri “Good Different” dalam diri kita.

  • Buatlah Goal Setting!

Apa sih yang kita inginkan untuk diri kita? Kebanyakan orang lebih senang mengeluh apa yang tidak dimilikinya daripada berusaha untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Tulislah hal-hal yang kita ingin peroleh dalam waktu dekat! Misalnya: saya ingin rutin berolahraga dan mengurangi lingkar perut dalam 2 bulan, saya ingin bisa membaca Quran lancar bulan ini, saya harus belajar berani tampil di depan umum, saya harus menyelesaikan membaca dua buku pekan ini. Dengan demikian, perhatian dan energi kita akan terpusat pada hal-hal yang kita inginkan, bukan pada yang tidak kita sukai, sehingga yang datang adalah apa yang kita pikirkan.

  • Bergaul dengan orang yang “lebih susah”

Banyak orang yang lebih sulit kondisinya daripada kita. Misalnya, tertimpa penyakit, dililit utang, sulit memperoleh keturunan, dsb. Dengan bergaul dan menjalin silaturahim dengan mereka, kita akan semakin menyadari, betapa kita tidak pantas mengeluh. Ini yang terjadi pada diri saya sebelumnya, apabila terjadi sesuatu yang kurang baik dalam diri saya, saya akan pergi keluar memandang lebih luas melihat orang – orang yang tidak seberuntung saya, disitu akan muncul diri kita yang lebih memahami dan menerima, satu lagi pribadi yang bersyukur.

  • Awali dengan bersyukur!

Bersyukur merupakan kunci penerimaan diri. Maka awali segalanya dengan mensyukuri apa yang kita peroleh hari ini! Bukankah kita masih bisa bernafas? Masih bisa makan? Apalagi yang kurang?
 “Bila kita belum selesai tentang diri kita, bagaimana kita bisa bermanfaat dan menyelesaikan permasalahan orang lain?”
----------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

Keep Inspiring!


Voila, akhirnya hadir setelah hampir sebulan jurnal ini sepi dari postingan rutin. Beberapa hari yang lalu terjadi trouble pada website yang menyebabkan laptop saya tak bisa mengakses website sendiri. Saya kemudian berkutat pada IP Address, command prompt dan bahasa alien lain yang sudah sekian lama absen dari rutinitas ubek – ubek coding men-coding, terkecuali coding – coding (baca: kode) pak dosen biar cepat  - cepat ACC Skripsi hehe. Begitulah. 

Saya pribadi masih rutin menulis di tumblr atau beberapa laman lain, yang orang bilang banyak amet. Namun, saat ini tulisan – tulisan itu berada di tumpukan folder yang harus di posting satu persatu, ada sekitar delapan tulisan di writing challenge Ramadhan kali ini yang belum terposting. Saya minta maaf sebelumnya karena saya sempat demam tinggi tiga hari ditambah bolak – balik revisi dan mempersiapkan segala keperluan riset yang menguras tenaga dan hati. (Duh ini penulis alasannya banyak amet). Pada intinya saya mohon maaf,spesialnya untuk Meri dari Gorontalo yang sudah menjadi penyimak setia jurnal ini, dan sedikit sharing di beberapa media sosial lain, dan rela ngirimin e-mail nanyain “Kaaa mana update-annya,” . Ini pelajaran bagi saya bagaimana saya bisa konsisten ditengah segala permasalahan yang hadir baik itu bisa diprediksi dan tidak.

“Keterbatasan itu sebenarnya pijakan untuk melompat lebih tinggi, namun seringkali juga dijadikan alasan untuk tidak melakukan perubahan sama sekali”

Kata – kata ini yang menjadi teringat belakangan ini sehingga sepertinya patut kita diskusikan. Di minggu ini saya masih menuntaskan dua buku yang seringkali menampar diri saya, yakni Buku The 7 Habit Highly Effective karya Stephen Covey dan buku #Sharing Handry Satriago. Barangkali saya termasuk telat membaca buku ini dibanding teman – teman lainnya, mengingat buku dalam list incaran ini cukup sulit didapatkan. Entah mungkin karena laris, satu lagi agak menguras kantong. Untung saja buku kedua #Sharing bisa saya pinjam di perpustakaan kota. Dua buku ini menginspirasi saya, memahami keterbatasan. Sebenarnya bukan terbatas, melainkan diri kita sendiri yang membuat batas dan perbandingan. Kekayaan, kemahsyuran, kepintaran. Keterbatasan yang kita buat sendiri (mental block).

Baca juga : tulisan mengenai ‘mental block’

Banyak orang – orang sukses saat ini lahir dari keterbatasan yang mereka miliki dari kebanyakan orang. Bisa kita lihat biografi dan milestone orang – orang sukses, bagaimana tahap demi tahap mencapai suksesnya. Banyak dari mereka yang mengalami berbagai ujian demi ujian dalam hidupnya, dan karena keadaan itu ada hasrat dalam diri mereka untuk berubah, ingin mengubah hidup, ingin merasakan yang lebih baik. Itu kenapa keterbatasan seharusnya menjadi hal yang patut kita syukuri sebagai ujian yang Allah berikan pada kita yang mengatakan bahwa kita “istimewa”. Bukan hanya bercerita mengenai keterbatasan fisik, melainkan juga keterbatasan yang kita anggap menjadi hal yang tantangan menuju jalan impian kita, misalnya mengenai keuangan, keharmonisan, sikap, karakter, masa lalu. Batas yang kita anggap kita kurang dibandingkan oranglain.

Saya ingat sekali, saya menjadi sering sekali berkunjung di pusat konseling sekolah sejak saya duduk di sekolah menengah pertama. Dimana pertama kalinya saya menemui banyak permasalahan remaja, dan saya menjadi korban atau penengahnya. 
“Waah, ga nyangka melati masuk ruang BP wooii, pasti gara – gara si fulaan” 

ini beberapa tanggapan yang saya dapatkan ketika terjadi kejadian itu. Saya juga bingung, kenapa saya ditempatkan diposisi itu. Jadi saksi mata momen jambak menjambak kaum hawa -_- mirip di sinetron dan ini nyata, jadi sarana curhat sana sini tentang sahabat satu dan yang lain, atau penipuan masalah uang spp yang welas kasih akhirnya teman – teman berikan ternyata kita adalah korban. Banyak saya temui teman – teman yang memiliki masalah kepribadian di masa remaja itu. Bu guru selalu cerita tentang banyak masalah teman – teman termasuk juga menjadi peramal handal (read : psikolog) ketika menebak – nebak permasalahan yang saya hadapi. Setiap saya sekolah, saya seringkali mengalami fase depresi yang sulit dikendalikan ( dulu ). Lalu kata – kata penyemangat muncul dari ibu guru yang menjadi prinsip hidup agar saya bangkit. 

“Jadikan setiap masalahmu menjadi batu loncatan kamu menjadi lebih baik anakku,” kata – kata ini yang terekam begitu manis di ingatan. Termasuk mengenai keterbatasan ini. 

Keterbatasan akan menjadi hal yang tak menyenangkan apabila kita sebagai seseorang yang memahaminya demikian, menjadikan batas itu alasan untuk tidak berbuat apa – apa, menjadikan keterbatasan sebagai keluhan kita, sehingga kita tenggelam dalam hidup tanpa risiko. 
Namun keterbatasan menjadi kado indah ketika kita mensyukurinya sebagai ujian Allah untuk kita naik kelas, untuk kita membuktikan kepada semesta kita mampu menjadi seseorang yang luarbiasa bermanfaat ditengah keterbatasan yang kita miliki.
Semoga keterbatasan yang kita miliki saat ini, sebagai upaya Tuhan mengingatkan kita untuk berjuang lebih hebat lagi. 

“Tak ada beban, tanpa pundak”
Selamat berjuang!

---------------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

semoga menginspirasi :)

Wah, cukup lama ini ga rutin nulis di blog. Maafkan teman – teman, belakangan ini beberapa kesibukan melanda. Saya merasa bersalah dengan diri saya sendiri tidak dapat menuntaskan rutinitas ini. InsyaAllah akan di prioritaskan kembali. Kali ini beberapa hal yang menyita perhatian adalah edit mengedit. Bukan hanya edit naskah tapi juga skripsi. So, tentunya tiap hari saya ga pernah absen nulis.

Ada beberapa buku yang mengalihkan dunia saya sejenak belakangan ini. Ditengah arus padatnya aktivitas, saya tetap memberikan ruang setidaknya untuk bertumbuh, memperbaiki terutama nutrisi untuk otak. Nah apa itu, kemarin saya menyisakan beberapa budget jajan untuk beli buku fenomenal yang harganya yaa lumayan, tapi ga nyesel dan bikin nagih. Buku Self Driving yang ditulis salah satu mentor saya pada pelatihan Forum Indonesia Muda tahun lalu, oleh Prof Rhendali Kasali. Ada satu bab yang ngena banget nih, yakni tentang Creative Thinking selain Critical Thinking. Tapi fokus utama saya kali ini tentang kesederhanaan. Yuhuu, sederhana menjadi topic yang menarik dan sering dibahas. Bukan hanya rumah makan sederhana ya..

Saya sadar kita nih anak muda suka banget berpikir ribet, saya pun merasa saya orangnya ribet. Ketampar banget sama tulisan ini. Salah satu tulisan beliau terbit di harian kompas mengenai simplicity. Yaps simple! Anak muda sekarang gayanya suka di ribet-in. Bener gak ?
 
Suka pakai pakaian yang ribet, asesories sana dan sini, bawa barang banyaak. Ribet deh. Kalau pake gadget, semua dan segala alat bantunya baik itu charger, power bank,  fish eye, lensa ini itu, tongsis dll Semua dibawa tiap hari. Yaa ga masalah kalau semua nya dipake, tapi kalo enggak. Yaa ribet kan, mubazir. And then, saya mengalaminya. Suka ribet kalau urusan buku. Kemana – mana bawa buku ini itu, padahal belum tentu di pake pas lagi belajar, alhasil sakit punggung karena tasnya berat. Ditimbang sama beratnya bawa beras sekarung. T_T Kebayang masa depan kita jadi sakit tulang. Gaaa bangetts!

Tulisan ini selain sharing juga tamparan buat diri kita khususnya saya untuk belajar berpikir lebih sederhana, simple, singkat, ga ribet dan jelimet.
 
Saya inget kata – kata pak Hermawan Kertajaya, pakar marketing dunia yang kemarin baru – baru aja datang ke Pekanbaru ngisi dalam event Indonesia Marketeers Festival 2016

“Saya gak ngerti kenapa pak Philip Kotler suka banget ngajak saya nulis bareng buku marketing, padahal saya ga mahir bahasa inggris tapi dia seneng. Akhirnya saya nanya kenapa dia mau bareng terus sama saya, bapak itu bilang kalau pak hermawan itu orangnya easy, pikirannya simple, dan bisa menyederhanakan yang susah jadi mudah dimengerti, saya ga bisa.. makanya saya butuh orang kayak pak hermawan,”

Jleeb, itu. Orang – orang yang di cari di jaman sekarang ya gitu orang – orang yang berpikir simpel tapi kena. Mudah di mengerti, dan predictable ( menurut buku Self Driving Prof Rhenaldi Kasali), jadi pemimpin predictable itu mudah dipahami oleh para followersnya, ga labil gitu. Nah, untuk menyederhanakan sesuatu itu ga mudah. Kita harus kerja keras dan memiliki wawasan luas sehingga bisa menangani berbagai permasalahan dan juga memahami suatu hal dengan mudah dan praktis.

Albert Einstein  pernah bilang 
“Menyederhanakan sebuah pengetahuan itu membutuhkan kerja keras,”

Perlu kerja keras untuk membuat hal menjadi sederhana misalnya ketika mengungkapkan tentang konsep penelitian yang sedang diteliti kepada para penguji dan pembimbing supaya judul dan penelitiannya ga diganti. Ini case saya banget, apalagi di era globalisasi banyak istilah  - istilah baru yang muncul. Saya pun belajar di paling dasarnya supaya bisa memahami akar akarnya pengetahuan yang pas untuk penelitian yang saya sedang laksanakan.

Bayangin sekarang kalau ga ada internet, bayangkan ga ada telepon. Semua penemuan – penemuan yang hadir sekarang itu menyederhakan sesuatu. Dulu kita kirim surat berbulan – bulan dan berminggu – minggu cuman kasih kabar singkat banget. Nah sekarang, sampe ujung kulon atau ujung dunia ini kalau ada koneksi internet dan sinyal terus juga handphone atau PC yang bisa nyala, kita bisa kasih kabar apa aja dalam hitungan detik.

Penemuan yang menyederhanakan waktu kan ?
Penemuan pesawat, alat transportasi lain. Itu juga menyederhakan kerja kita kan. Semua perubahan – perubahan yang ada sebagian besar bertujuan menyederhanakan sesuatu. Menguraikan benang kusut menjadi lurus. Alias menyelesaikan masalah. Nah kalo pikiran kita udah ribet dan ruwet, berarti pikiran kita lagi bermasalah. Kepribadian bermasalah, dan cara menyelesaikannya ya kita berpikir untuk memperbaiki diri membiasakan berpikir lebih sederhana dan simpel.

Note : Buat kamu yang mau qoute keren tentang berpikir simpel dan kreatif, kunjungi link ini https://blog.slideshare.net/2014/07/14/the-art-of-simplicity


Make a change, think simplicity!
Semangat berkarya !



Sebenarnya banyak sekali yang ingin saya tulis belakangan ini. Sampai penuh dan bingung hal mana satu yang ingin di tuliskan. Berhubung saat sedang dalam penggarapan naskah dan mendapatkan tugas editing naskah. Saya sedikit kelimpungan. *Akibat tidak fokus T.T maafkan saya*
Ide ini saya dapatkan dari seorang psikolog keren ditengah perbincangan, makan siang bareng ketika saya berada dalam internship di salah satu rumah sakit di pekanbaru. Kebetulan mba keren ini merupakan alumni Universitas Padjajaran yang menjadi salah satu list target sasaran untuk saya kuliah lanjut kelak hehe.
Perawakannya yang imut - imut saya jadi ngerasa seumuran, padahal doi udah pantes banget jadi dosen, soalnya udah gelar master nih. Tapi belum sempat nanya masih single atau enggak lagi hehe.. Maaf permirsa. Panggil saja mba Mifta. Beliau waktu itu juga pembicara dalam seminar parenting nasional yang kebetulan kerjasama dengan tempat saya internship bersama kak Sinyo Egie dan kak Kusuma dari Yayasan Peduli Sahabat. Mereka para penggiat sosial yang menanggani masalah masa depan, baik itu hal - hal parenting, pendidikan, dan juga membantu secara moril orang - orang penggidap HIV/AIDS. Buku - bukunya terkenal loh.

Balik lagi ke cerita kak Mifta. Waktu itu ia nanya - nanya tentang kegiatan saya, terutama ketika ia melihat stiker Forum Indonesia Muda. Dia begitu apresiasi. Saya jadi heran. Ternyata pesona FIM itu dimana - mana ya. Hehe
Dia bilang gini, 
"Kamu tahu gak mel, kamu pasti nyaman kan disana ? (read : dalam Forum Indonesia Muda)" Saya pun mengangguk
"Hal yang beda di forum forum gitu dan forum forum positif lain, ketika kamu gabung itu kamu mendapatkan apresiasi. Dalam psikologi lingkungan positif kayak gini yang bikin orang - orang itu berkembang menjadi lebih baik," saya pun menyimak.
"Semakin sering kumpul dengan orang - orang positif dan mengapresiasi apa yang kita lakukan, semakin giat kita dan produktif kita menghasilkan karya. Bukan hanya karna pujian, tapi ada bentuk rasa terimakasih, apresiasi karya dalam bentuk komentar, perhatian, partisipatif, hal yang kayak gini yang harus dipertahankan,"

Saya sangat mengingat pesan mba psikolog cantik ini. Ini jadi catatan buat kita para penggiat komunitas, perkumpulan, dan teman - teman terdekat. Budaya apresiasi dukungan itu sangat berpengaruh untuk kehidupan kita dan teman - teman kita.

Kali ini ga jamannya, mengomentari pedas atau menjatuhkan mimpi - mimpi. Ingat gak ? Masih banyak barangkali teman - teman kita yang suka banget meremehkan apa yang kita lakukan.
"Ihh apaan sih, yakin tu?"
"Bikin - bikin gituaan, emang bisa jadi kenyataan?"

Masih banyak ribuaan komentar lain yang sering kali membuat kita jatuh. Ada kalanya komentar itu juga membuat kita bangkit menunjukkan kemustahilan apa yang dikatakan orang lain. Harapan - harapan negatif orang lain akan diri kita.
Saya ingat ada qoute yang menginspirasi seperti ini, 

"Lebih baik menciptakan sesuatu yang dikritik oranglain daripada sibuk mengkritik oranglain dan tak melakukan sesuatu"
- Ricky Gervais -
Saat ini jamannya berkolaborasi, gotong royong untuk membuat sesuatu lebih mudah. Mengubah semua "keluhan - keluhan" kita menjadi sebuah solusi yang nyata. Mengapresiasi segala bentuk kebaikan atas sebuah problem yang harus dipecahkan salah satu hal yang membuat sesuatu lebih cepat bertumbuh.

Bantulah teman - teman kita dan orang di sekitar kita untuk semakin bertumbuh dan menjadi orang yang lebih baik lagi. 
Tapi tentu dimulai dari diri kita yang mengapresiasi apapun yang kita lakukan, pencapaian - pencapaian kecil yang sudah kita lakukan.

Selamat mengapresiasi ! Selamat bertumbuh!

----------------------------------

"Be a good listener, your ears will never get in you trouble" (Frank Tyger)
Tulisan yang sudah lama sekali ingin saya tulis. Ini nasehat untuk kita dan diri saya sendiri. Sudah lama rasanya merasakan bahwa intensitas menulis saya sedujut berkurang di blog ini lebih dari biasanya, walaupun saya menulis di beberapa blog dan media lain. Tapi ada kekecewaan sendiri sih pada diri saya terkhusus untuk blog ini. Mohon doanya device saya dalam keadaan baik sehingga bisa terus menerusnya kegiatan berbagi sedikit melalui tulisan -tulisan sederhana ini.

Menurut saya, mendengar adalah kemampuan istimewa. Kemampuan kita menurunkan ego untuk mengetahui oranglain, untuk mengetahui hal baru. Anehnya, kita seringkali tidak sadar kalau kita lebih suka berbicara ketimbang mendengar benar gak ?
Walaupun dalam data yang saya dapatkan dari 70% aktivitas komunikasi kita dalam kehidupan yang 45% nya mendengar lebih tinggi ketimbang berbicara. Tapi banyak dari kita yang memang mendengar tapi bukan menjadi pendengar yang baik.

Apalagi era gadget seperti ini. Saya sendiri pengalaman di tegur oleh kawan lama (senior) karena tak lepas memandangi handphone karena saya takut ada urusan info dadakan datang ketika ketemuan. Itu jleb banget! Di saat kita ketemu kawan jauh - jauh, susah ketemu dan berkomunikasi, giliran dikasih momen malah diabaikan. Duh ga banget deh saya kala itu. Saya berjanji dalam hati untuk lebih memperhatikan. 
Itu salah satu contoh, bahwa kita perlu dan wajib menjadi seorang pendengar yang baik.
Kenapa ?
Semua berpengalaman dari saya yang dulunya sangat sulit menjadi seorang pendengar, sulit mendengarkan dengan seksama. Sulit mencerna sehingga seringkali lawan bicara menjadi kecewa pada akhirnya. Saya juga berbicara tak berjeda, kecepatan diatas rata-rata. Namun bukan berarti sekarang sudah berubah drastis, tapi dalam proses untuk memperbaiki hal yang ga baik ini. Termasuk memberi waktu kepada orang yang kita cintai untuk bercerita, yakni orangtua kita.
Saya sulit sekali memberi waktu kala itu. Seperti remaja pada umumnya yang masing ‘ego’ tak peduli, dan hal lainnya. Beriring waktu dan sadar saya mencoba untuk berusaha menjadi pendengar yang baik. Menyiapkan telinga untuk orang lain yang perlu kita apresiasi, dukung, dan juga perhatikan. Lalu apa yang kita dapatkan ?
Cahaya ! Saya menemukan cahaya !

Saya menemukan banyak cahaya dari siapapun yang berbicara. Sejak saat itu saya percaya bahwa setiap manusia memiliki cahayanya. Cahaya yang menuntun oranglain ke arah yang lebih baik, cahaya yang bisa jadi membuat kita bahagia karena leluconnya, cahaya yang barangkali membuat kita belajar dari segala kegagalan atau kesedihan yang ia alami.
Setiap orang itu memiliki cahaya, sekalipun ia orang tua yang baru kita temui sore tadi yang tidak kita kenal. Sekalipun ia preman yang ditakuti oleh banyak orang, sekalipun ia orang yang sering diabaikan. Semua memiliki pelajaran dan itu bernilai.
Seringkali kita mengkotak - kotakan orang sehingga mengabaikan banyak hal dan melewatkan hal baik dari seseorang. Tak ada yang tak berarti tentunya.

Kita akan menyadari hal itu, ketika kita senantiasa memposisikan diri kita sebagai seorang pendengar yang baik. Itu makanya telinga kita diciptakan sepasang, karena Tuhan mengingatkan kita untuk mendengar lebih banyak, belajar lebih banyak. Indra yang disediakan Tuhan untuk mendapatkan ilmu, menemukan hikmah.

Ada empat cara menumbuhkan keterampilan kita mendengarkan secara efektif: Door Openers, dorongan minimal, frekuensi pertanyaan, dan diam penuh perhatian. Lengkapnya teman - teman bisa cari tahu di beberapa buku psikologi.

Dari referensi yang saya baca, diam itu bisa menjadi kekuatan powerful untuk orang yang sedang dalam keadaan emosi yang intens. Pernah ketemu momen kita diam sejenak, tidak ada kata - kata, namun kita mengerti akan situasi dan suasana. Diam melatih kita untuk lebih peka akan situasi, jika belum bisa melatih itu kita bisa melatihnya untuk berbicara berlahan. (referensi yang saya dapatkan dari makalah mahasiswa psikologi)

Menjadi pendengar yang baik tentu feedback kebaikan akan hadir kepada diri kita juga. Bukan hanya kita mendapatkan cahaya dan ilmu baru dari orang yang kita dengarkan, tapi juga dilain kesempatan kita menjadi sosok yang di dengar untuk bercahaya bagi orang lain. 
InsyaAllah ...

“Most people do not listen with the intent to understand, they listen with the intent to reply”- Stephen Covey


-----------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca 

Keep Inspiring!
Kali ini saya merasa sedih tidak dapat memenuhi target memposting beberapa tulisan dalam hitungan bulan. Mengingat ada kerusakan device yang menyebabkan beberapa tulisan menganggur untuk diselesaikan.

Lalu tulisan ini menurut saya penting untuk disegerakan, karena takut idenya lenyap ditelan waktu. Kebiasaan saya “pelupa”.

Beberapa minggu saya internship saya menyadari pentingnya sebuah sikap. Sikap adalah masa depan.Why ? Saya masih ingat pelajaran kampus beberapa semester lalu pada matakuliah psikologi komunikasi dan teori komunikasi. Banyak sekali teori ini yang menjelaskan tentang esesnsi sikap, pengertian, dan maksudnya. Sikap adalah sebuah kecenderungan, sedangkan perilaku adalah actionnya.

Sikap menurut saya juga bicara niat, kecenderungan berpihak, berprinsip. Ingat tidak pembelajaran budi pekerti jaman sekolah dasar ? Nilai - nilai sikap menjadi hal utama, bagaimana bersikap pada orangtua, pada guru, dan oranglain. Sederhana sih?

Tapi saya merasa sikap itu penentu kesuksesan kita. Sikap itu bukan hanya menggambarkan diri kita di masa depan, tapi sebuah kunci jalur untuk menentukan arah yang tepat menuju kesuksesan di masa akan datang.
Banyak orang sudah hebat, baik itu tahta, kepemilikian harta, dan beberapa hal yang melambangkan kesuksesannya tapi ia menjadi gagal di kemudian hari karena sikap.
That’s ! Misalnya sikap tidak jujur atau sikap egois.

Yuhuu, lebih kurang yang saya maksud karakter. Kalau bahas karakter lebih luas lagi melainkan sudah mendarah daging didalam diri kita, yakni watak.
Tapi sikap itu sesuatu yang spontanitas hadir ketika saat-saat tertentu. Sikap itu memiliki beberapa komponen yaitu kesadaraan, perasaan, dan perilaku.
Sedangkan karakter sifat batin yang mempengaruhi segala pikiran, perasaan, dan hidup kita yang kemudian timbul menjadi sebuah identitas.
Ingat tidak Thomas Alva Edison yang mengatakan hanya 1% sumbangsih kesuksesan, sedangkan kerja keras dan usaha 99%. Bukankah kerja keras itu sebuah sikap diri ?

Sikap dan karakter ini komponen penting meraih sebuah pencapaian. Perlu diingat, tiap manusia tentu memiliki ketidak sempurnaan akan hal ini karena keberagaman pola pikir, perasaan, kebiasaan. Ini yang seringkali menjadi gesekan diantara kita.
Walaupun begitu, kita sedari dulu diminta untuk senantiasa bersikap dan membudayakan karakter baik. Agama kita mengajarkan kita untuk tiap hari kita belajar untuk terus memperbaiki diri kan ?

Begitu juga kesempatan - kesempatan yang berlalu begitu saja dihadapan kita karena kita salah bersikap. Kita mengabaikan, atau sikap kita membuat peluang - peluang itu menjauh. 
Maka dari itu, mulai dari sekarang kita mulai mengevaluasi bagaimana sikap kita terhadap apapun yang hadir di hidup kita. 
Jangan sampai sikap susah senyum, sikap ketus bikin kita ga jadi ketemu jodoh.#eh
Hmm, selain itu bisa saja rejeki, teman baru, proyek baru hilang husssh.. ga keliatan karena hal kecciiil banget dari sikap kita yang ga baik itu. Seharusnya dua tahun akan datang kita mungkin mendapatkan hal luarbiasa, jadi gagal deh.

Yuk perbaiki sikap, perbaiki masa depan kita :D


----------

Semoga menginspirasi :)

Yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca



Waah, judulnya nyindir aku banget !?! *teriak beberapa sosok dibelakang sana.
Ini judul bener gak sih?!?

Ini fenomena yang jadi pengamatan unik bagi saya. Bukan maksud sok idealis, atau sok – sok nasehat gitu. Tapi cuman ingin saling berbagi dan merenung apa yang kita kebanyakan lakukan saat ini. Saya jadi ingat dosen saya semester awal yang mengajar bahasa arab. Beliau adalah dosen terbang yang punya profesi translator bahasa arab di salah satu koran harian yang ada di kota saya. Dia cerita ketika ia studi di negeri arab bagaimana anak muda nya menghabiskan uang koceknya untuk membeli koran ketimbang makanan. Beliau juga cerita, tingginya tingkat konsumsi bacaaan pemuda pemuda di negeri arab. 

Sebelum adanya media online, koran – koran, dan majalah habis terjual sebelum siang menjelang, bahkan ada edisi pagi, siang dan malam. “Kondisinya gak seperti di Indonesia, tanpa penjual koran itu teriak – teriak menjajakan korannya, di tempat saya dulu (Maroko) semuanya sudah habis ludes, penjual koran itu hanya duduk menjaga dagangannya tanpa menghabiskan banyak energy,” cerita pak dosen saya itu.
Fenomena yang begitu jaaaauhhh sekali di negeri kita. Gak usah jauh – jauh kita liat teman – teman kita, bahkan mungkin diri kita sendiri. Kita sering lebih mengutamakan isi perut ketimbang isi otak kan ?

“duh boro – boro guee beli buku ini …uang jajan gue aja gak cukup buat nambel isi perut seminggu,”

“Duh bro, lebih nyata beli bakwan deh aku akan kenyang kalau makan bakwan, kalau aku beli koran kan ga bisa dimakan,”

Oke fine! ilustrasi percakapan di atas adalah beberapa contoh yang mungkin ada atau gak ada. Tapi ini real sih, bahkan tamparan keras buat diri sendiri.
Kita sering lebih protes dan mikir ikut apa enggak 1000x, kalau ada tiket seminar yang pembahasannya “kita” banget tapi bagi kita mahal, ketimbang protes harga steak enak yang baru buka di kafe sebelah.

Gak pernah protes kalau ada restoran terkenal yang naikin harga makanan, ketimbang sesuatu hal yang berkaitan dengan isi kepala kita kayak buku, uang sekolah, yang mungkin ga banyak naiknya, hanya beberapa ratus perak sajaa (note : ini khusus buat temen – temen yang mampu, dan masih bisa jajan ke kafe dan nongki – nongki)

Lalu inilah yang terjadi, sebagian besar dampak atau kecilnya di kota saya. Saya gak tahu fenomena ini apa juga terjadi di kota keren lainnya. Gak jarang saya dan beberapa teman yang suka bikin acara, baik besar ataupun sekala kecil. Baik berbayar atau gratis melihat langsung fenomena ini. Tidak jauh beda sepinya forum – forum tersebut walaupun beda momen, beda harga, beda pengisi dan suasana. 
Ada pandangan ketika bikin event ‘gratis’ sering dikira kualitas acaranya ‘gratisan’. 
Tak jarang beberapa orang meremehkan. Lalu, ketika event dibikin ‘berbayar’ pun sering mikir dua kali buat ikutan. Jadi maunya apa ? “curahan hati panitia yang terabaikan”. Tapi anehnya, ini ga dialamin buat acara kita nongki ama kopi – kopi bareng di kafe – kafe, yang gak pake acara janjian atau nyebar poster dan publikasi kemana – mana, bahkan dadakan kita jabanin buat gak ketinggalan.

Budaya menghargai yang kurang banget sama ilmu pengetahuan inilah, yang bikin kita jadi bangsa yang maaf ‘telmi’. Lalu fenomena ini mengakar dan menjalar ke segala aspek kehidupan, sampai banyak orang – orang hebat di negeri kita di mata dunia akhirnya beralih untuk mengabdikan diri di negara lain, karena kurangnya penghargaan ini.

Ini budaya pembodohan yang tidak kita sadari terutama buat kita sendiri. Liat gak sih, ada sebuah institusi pendidikan kita yang membakar dan membuang hasil riset siswanya untuk di-jual kiloan. Miris banget liatnya, tidak berharga banget kayaknya yang mereka lakukan yang niatnya belajar nuntut ‘ilmu’ katanya. Walaupun secara jelas dan real, bahwa gelar – gelar yang menjadi tujuan pendidikan kita saat ini.

Virus epidemi ini menjalar di anak – anak perkotaan yang notabene banyak tempat tongkrongan. Masjid makin sepi, tempat menuntut ilmu makin ditinggalkan, mau balik ke jaman meganthropus kah kita ? 
Buta huruf, buta aksara, apa buta masa depan ?

Indonesia mengalami bonus demografi, tapi bagaimana bila bonus demografi yang kita harapkan itu bisa membantu Indonesia lebih baik tapi malah membebankan negeri kita dengan sikap kita yang menuntut dihargai, tapi kita sendiri tak pernah menghargai diri kita. Terutama isi otak kita.

Pendidikan di negara kita mengajarkan kita meng-cecoki kita ilmu, menyuapinya seperti bayi yang tidak paham apa – apa lalu dibentuk berpikiran sama, seperti kita nyelipin memory card ke handphone, atau robot yang di setting bertindak sama. Sampai pola hidup kita sama saja, lahir, besar, sekolah SD – SMA, kuliah, kerja, nikah, punya anak, pensiun, dan menunggu waktu tiba.

Egois gak sih hidup kita begitu ? Rasanya gak ada oranglain yang ada di tahapan hidup kita.

Saya sebagai seorang yang sering jadi pembantu acara – acara (biasanya memang begitu), hanya ingin berpesan agar kita gak menyesal di kemudian hari. Memprioritaskan yang barangkali sepele di mata kita, padahal sangat berarti bagi orang lain atau bahkan penting untuk diri kita tapi kita ga pernah peduli akan hal itu.

Lalu dalam ilustrasi ada orang dibelakang yang nyeletuk, “ini apaan sih tulisannya kok ngurusin hidup orang sih, terserah akuh dong mau pakai uang ini buat jajan atau beli apa, itu suka – suka dong,” 
Lalu saya pun hanya mengingatkan hadits ini, 
Tidak bergeser kaki seorang hamba sehingga ia akan ditanya tentang empat perkara (yaitu):(1) Tentang umurnya untuk apa ia habiskan?; (2) Tentang ilmunya untuk apa ia amalkan?; (3)Tentang hartanya darimana ia dapatkan dan kemana ia belanjakan?; dan  (4) Tentang badannya untuk apa ia gunakan?
(HR At-Tirmidzî)
Tulisan diatas murni hanya ingin membuka cakrawala kita, atas apa yang seringkali menjadi prioritas dalam hidup kita. Apa hal – hal yang mendominasi hidup kita dan yang menyita waktu kita. Bukan diri menjadi sosok yang baik, tapi kita sadar memiliki tugas untuk saling mengingatkan dalam kebaikan bukan ?

Semoga saya tak terlambat untuk kita saling mengingatkan 

---------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca




Well, beberapa hari ini topik demonstrasi taksi konvensional dan taksi online menjadi trending topik di segala media. Waah pengen speak up sih ! Tapi masih ngerasa terbatas sama pengetahuan tentang apa yang terjadi. Saya pun asik mengamati berbagai opini banyak orang di sosial media, televisi, dan lain-lain tentang hal demikian. Lalu seperti biasa, saya hanya bilang, "kita semua menjadi bagian kesalahan atau permasalahan ini". Duh lagi - lagi milih posisi aman (aku mah gitu).

Indonesia mengalami keadaan tertekan. Kenapa ? Ekonomi makin sulit, tantangan jaman makin berat. Lalu, di saat seperti ini ada segelintir orang kreatif yang ingin keluar dari keadaan ini. Inget gak ? Kalau tekanan itu berdampak pada percepatan. (teori ala - ala saya)
 
Lalu, tuing .. ternyata teorinya ada dalam fisika loh. Hukum newton dua berbunyi dimana setiap percepatan (kecepatan yang berubah) gerak benda selaras dengan yang di hasilkan oleh gaya yang bekerja atau ada pada suatu benda dan selalu selaras dengan massa.
 
Ini makanan saya waktu jadi siswa sains di sekolah menengah dulu. Baiklah kita lupakan, kesalahfokusan kita. Balik ke topik, kita senantiasa menghadapi banyak perubahan. Apabila kita tak mampu menghadapinya, kita akan jadi bagian dari masa lalu.
 
Bagaimana kita bisa melewatinya ? Kita menjadi bagian dari perubahan itu. Saya lupa ini opini dari mana, tapi memang benar itulah yang terjadi. Bukan membela antara satu pihak dan pihak lain. Tapi ini bagian dari tanggungjawab kita bersama. Di sisi lain, taksi konvensional seharusnya menyadari akan hal ini dan bertindak cerdas untuk berubah dan berinovasi. Begitu juga taksi online yang juga bermain fair dalam hal ini. Saya tidak bisa berkomentar banyak, karena saya belum pernah merasakan sendiri bagaimana menggunakan kendaraan online, karena belum ada di kota saya.

Tapi dari kejadian tersebut, kita seharusnya bisa mengambil cerita dan juga pengetahuan baru apa yang seharusnya kita lakukan. Membangun startup sepertinya menjadi solusi dari berbagai masalah yang ada, namun kalau salah - salah juga menimbulkan masalah baru apalagi jika masyarakat belum siap menghadapinya.
Bagi saya, internet itu keajaiban. Membuat segala sesuatu mudah, dan merubah banyak hal dalam kehidupan manusia, baik itu budaya, kebiasaan, pola pikir, benar gak ?

Tulisan salah satu professor hits Indonesia, Prof. Rhenaldi Kasali menyeruak di berbagai linimasa dan broadcast beberapa teman. Kamu bisa baca lengkapnya disini "Selamat Datang, Sharing Economy". Tulisan ini memberikan gambaran apa yang sedang kita hadapi. Saat ini eranya berbagi, berbagi banyak hal seperti tempat tinggal dari startup airbnb yang memberikan penyewaaan rumah yang harganya relatif murah, ada juga startup yang membantu untuk transportasi lebih efisien dengan nebeng.com yang mempertemukan para penumpang dengan pengendara lain yang searah. Itu merupakan beberapa contohnya. Tuntutan mahalnya gaya hidup masa kini, mau ga mau kita harus banyak melakukan efisiensi. (ringkasannya gitu)
Saya pribadi merasakan, bahwa konsep gotong royong dan juga era nya setiap manusia itu adalah pengusaha itu sudah muncul. Zaman dulu, orang - orang sebagian besar merupakan penjual bukan ? Ingat gak pelajaran kita dulu tentang sejarah lahirnya "uang" sebagai alat tukar manusia melakukan transaksi. Kita menggunakan barter kan ?
Ada banyak toko yang menyajikan berbagai kebutuhan kita. Begitu juga kita lihat di supermarket saat ini. Lihat tidak ada berapa merek shampoo yang kamu temui di supermarket ? Ada berapa macam jenis snack, dan juga jenis sabun baru tiap bulannya ?
Saya pun menyadari kebingungan saya setiap saya belanja bulanan, karena melihat ada saja produk baru yang muncul, dengan promo terbaru yang gak tahan buat dicoba.
 Kompetisi is real. Kompetisi berat itu, sudah terjadi readers. Saya sebagai anak 90an akhir yang di lempar ke pasar kenyataan hidup pada tahun 2000 merasakan getar getirnya kompetisi ini. Di tahun saya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) diberlakukan, menunggu waktu lagi entah apa hal baru yang terjadi di depan. Bagi yang tidak tahu kompetisi sengit ini, akan merasa dunia baik - baik aja. Padahal sebenarnya, ada duri - duri dalam selimut *aduh peribahasa saya*.
Jadi benar kenyataan, kenapa dedek bayi gak takut sama kobaran api ? Karena debay gak ngerti, kalau panas api bisa membakar dirinya. Seperti itulah keadaan kita sekarang, kalau kita gak jadi sosok mencari tahu, kita sudah merencanakan diri untuk terbakar di kemudian hari.
So, pertanyaannya ?
Haruskah kita membuat perubahan ?
Jawabnya harus. Jika tidak! Kita akan diseret oleh perubahan. Perubahan yang dibuat oleh orang lain, yang bisa jadi, gak pernah mikirin keinginan kita dan kepentingan kita. Perubahan yang kadang kala gak baik, yang kemudian mengerus impian dan cita - cita kita.
Bukan hanya itu, tugas manusia juga membuat sesuatu kan ? Bukannya firmanNya bilang, kita merupakan pemimpin dan khalifah di muka bumi. 
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”.” (QS Al Baqarah : 30)
Contoh perubahan apa yang gak baik yang mengerus kepentingan orang banyak dan diri kita ? Perubahan hutan kita menjadi lahan industri, yang berakibat asap racun yang tiap tahun di hirup oleh masyarakat pulau sumatera dan negara tetangga, termasuk provinsi saya, Riau.
Kita punya tugas besar, menjadi manusia mulia, memberikan meninggalkan jejak kebaikan. menjaga bumi yang dititipkan olehNya.

Jadi, misalnya sampai saat ini kita belum berbuat apa - apa. Mulai lah membuat perubahan untuk diri kita sendiri, hijrah dari hal yang tidak baik menjadi baik, berubah dari yang baik menjadi lebih baik. Sambil melakukan dan berbuat perubahan untuk orang sekitar kita, keluarga, tetangga, teman - teman hingga untuk nusa dan bangsa, serta agama.

------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca


Keep Inspiring !

Newer Posts
Older Posts

HELLO, THERE!


Hello, There!


Hello, There!

Let's read my story and experience


Find More



LET’S BE FRIENDS

Sponsor

OUR CATEGORIES

Entrepreneurship Event Financial Talks Forest Talk Good For You Happiness Healthy Talks Ngobrolin Passion Parenting Pendidikan Review Self Improvement Self Reminder Tips Travel Wirausaha Young Mindset community development experience

OUR PAGEVIEW

recent posts

Blog Archive

FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by beautytemplates