"Sepenggal Kisah bersama Forum Indonesia Muda"
Sudah sekian lama hati tergerak untuk mengikuti seleksi Forum Indonesia Muda. Selalu saya pandangi berbagai pengumuman itu tiap tahun demi tahun. Forum Indonesia Muda begitu menarik, tapi selalu terlambat mengeksekusi keinginan hati hingga pada akhirnya saya mengikuti seleksi Forum Indonesia Muda pada tahun 2015.
Voila. Saya lolos. Saya harap-harap cemas awalnya mengikuti seleksi ini karena melihat count pendaftar mencapai 7000 orang lebih. Apalah saya ini, hanya orang biasa yang tinggal di provinsi sumatera. Tidak sebanding dengan teman-teman di Jawa dan juga teman-teman lainnya. Jujur, saya abu-abu melihat Forum Indonesia Muda ini. Ini kegiatan apa ya ? Apa aja yang dilakukan ? Hal demikian yang selalu terbersit di benak saya. Sempat ada rasa ingin tidak hadir karena perjuangan saya menembus proposal dikampus selalu sulit. Tapi, hati memang menarik saya untuk tetap bertahan ntah bagaimana caranya untuk ikut. Dan alhamdulillah, rejeki tidak kemana. Walau dengan biaya sendiri. Saya tetap hadir mengikuti kegiatan itu.
Voila. Saya lolos. Saya harap-harap cemas awalnya mengikuti seleksi ini karena melihat count pendaftar mencapai 7000 orang lebih. Apalah saya ini, hanya orang biasa yang tinggal di provinsi sumatera. Tidak sebanding dengan teman-teman di Jawa dan juga teman-teman lainnya. Jujur, saya abu-abu melihat Forum Indonesia Muda ini. Ini kegiatan apa ya ? Apa aja yang dilakukan ? Hal demikian yang selalu terbersit di benak saya. Sempat ada rasa ingin tidak hadir karena perjuangan saya menembus proposal dikampus selalu sulit. Tapi, hati memang menarik saya untuk tetap bertahan ntah bagaimana caranya untuk ikut. Dan alhamdulillah, rejeki tidak kemana. Walau dengan biaya sendiri. Saya tetap hadir mengikuti kegiatan itu.
Hal yang luarbiasa bagi saya ketika hadir di Forum Indonesia Muda adalah rasa penasaran yang tinggi, sebuah refleksi yang tidak bisa saya ungkapkan lewat kata-kata. Ketika saya melewati hari demi hari di dalam kegiatan Forum Indonesia Muda.
Ekspetasi yang jauh melampaui harapan saya. Jujur lebih dari yang saya bayangkan. Sebuah nilai-nilai kehidupan yang tak bisa saya dapatkan di dunia luar. Sangat Berharga.
Disana saya seperti terdidik kembali untuk merenung tapi bekerja. Merenung dalam keadaan sadar dan tetap dalam posisi dinamis dan bergerak.
Biasanya saya dahulunya memerlukan waktu khusus untuk merenung, mengevaluasi apa yang saya lakukan sehingga absen dari rutinitas seperti biasa. Namun, ketika saya menjadi bagian dari keluarga kunang-kunang, keluarga Forum Indonesia Muda. Setiap melangkah saya selalu mendapatkan sebuah sudut pandang baru. Sudut pandang renungan. Kembali membuka cakrawala berpikir yang tak ada habisnya untuk digali.
Benar filosofi bahwa keluarga Forum Indonesia Muda adalah keluarga kunang-kunang. Mereka adalah penerang. Mereka penerang kehidupan kita yang dulunya masih abu-abu. Penerang ketika hidup orang lain masih dalam keadaan gelap gulita. Mendapati senyum-senyum kakak kakak luarbiasa bijaksana, tulus, dan baik. Masih banyak orang diluarsana yang mengadaikan semua idealisme mereka karena keinginan duniawi. Tapi kakak-kakak alumni FIM menunjukkan bahwa mereka bisa sukses tanpa mengorbankan idealisme mereka. Bahkan karena kehadiran idealisme mereka, orang-orang disekitar mereka menjadi orang yang lebih baik, keadaannya semakin baik. Sebuah paket komplit yang saya dapatkan dari segala lini di Forum Indonesia Muda, baik itu dari Ayah dan Bunda. Ayah Elmir dan Bunda Tatty. Saya menemukan sosok ayah dan ibu yang luarbiasa mendidik ribuan anaknya yang merupakan alumni FIM. Luarbiasa. Dan tentunya sahabat-sahabat FIM 17 yang selalu membuat saya merindu setiap hari. Ooh rindu itu ..
Satu lagi, sebuah sentuhan sanubari yang tak pernah saya lupakan. Sejak awal saya hadir di Forum Indonesia Muda, menikmati sesi-sesi materi. Saya selalu meneteskan air mata. Disesi sesi tertentu, tapi tiap hari tidak pernah absen menangis. Forum Indonesia Muda telah menyentuh hati saya terdalam. Ketika menyanyikan lagu kebangsaan, sebuah tekad yang sama-sama ingin kita wujudkan bersama untuk bangsa ini lebih baik, ketika ada semangat itu. Saya menangis penuh bangga dan haru. Tapi ada masa saya menangis karena semua kesalahan-kesalahan yang selama ini saya lakukan dan itu wujud penyesalan saya dan saya berusaha untuk merubahnya dikemudian hari. Dan satu lagi saya menangis melihat sebuah ketulusan dan juga ketika menyentuh kalbu membahas ibu dan ayah kita. Ada sesi saya merindukan almarhum ayah saya, ketika ada rasa ingin saya untuk membuat dia tersenyum bangga melihat anaknya sukses. Dan itu yang tak bisa saya lakukan karena terlalu cepat Allah memanggilnya.
Forum Indonesia Muda, seperti mutiara indah yang tertemukan bagi saya. Saya beruntung sekali berada di keluarga kunang-kunang ini. Saya ingin menjadi kunang-kunang seperti filosofi yang diangkat di FIM. Semoga dan semoga. Saya menjadi kunang-kunang untuk orang-orang disekitar saya, berkolaborasi, berkarya, menjadi penerang bagi banyak orang. Bersama-sama teman, kita bersatu untuk membuat bangsa ini lebih baik .. Dengan apa yang kita miliki kita bisa.
Tiga kata untuk FIM menurut saya, Unforgetable, Special, Lovely
Judul kontroversial menurut saya. Bisa diarahkan kepada kegiatan galau-isme atau hal hal berunsur politis-isme. Well, untuk aktivitas saat ini saya berusaha melakukan perenungan lebih dari biasanya. Merenung sekaligus menverifikasi kebenaran dan ketidakbenaran yang sekarang jadi sebuah kesamaran. Berusaha menjadi lembut entah kenapa hal kelembutan menjadi sudut pandang saya belakangan. Saya selalu melihat tulisan saya yang terlalu tegas dan terkadang mengerikan hehe. Itu pendapat pribadi saya sih. Mungkin basic menulis di koran dahulunya menjadikan saya pribadi yang kritis dan frontal hehe.
Bercerita tentang janji dan harapan. Setiap manusia punya harapan bukan. Harapan untuk hidup lebih baik, hidup lebih lama, hidup bahagia dan sejahtera. Harapan akan tercapai ketika sebuah janji tertunaikan. Seperti sebuah sinergi antara hukum permintaan dan penawaran.
Kali ini saya membicarakan janji dan harapan secara umum. Sudut pandang mana, silahkan readers temukan sendiri dari sudut mana ingin diambil. Apakah dari sudut politis-isme atau galau-isme. Saya yakin pembaca mengerti apa yang saya maksud.
Belakangan lalu, kita dikabarkan sebuah isu mengenai demo mengenai tuntutan janji-janji presiden kita kepada rakyat. Bukan menjadi isu lagi melainkan realita. Sejak tergabung di forum indonesia muda yang notabene juga merupakan para aktivis luarbiasa yang menyuarakan idealisme. Detik-detik hari dimana kesepakatan untuk terjun berorasi menjadi hal yang hangat dibicarakan di forum kami di sosial media. Berbagai seliweran berita yang barangkali teman-teman tahu, tentang aksi foto-foto makan malam, isu sini dan sana. Jujur saja, saya kelimpungan mencari lebih banyak tabbayun dan memverifikasi. Karena berita kebenaran menjadi hal yang mahal menurut saya belakangan ini. Apakah apatis? No, bersuaralah dengan bijak.
Well, kali ini saya tidak berbicara demikian. Itu hanya intermezzo seputar keterkaitan sebuah janji dan harapan. Sebuah janji yang disampaikan oleh pemerintah yang memiliki kekuasaan kepada para rakyat yang menaruh harapan besar agar hidup mereka lebih baik karena pemerintahan baru. Bukankah itu yang menjadi fokusnya ?
Coba kita kembali kepada esensi sebuah harapan dan janji. Pernahkah kamu merasa berharap kepada oranglain ? Tentu pernah, berharap dia melakukan sesuatu yang kita inginkan. Dijanjikan sesuatu yang membuat kita makin berharap lebih banyak terhadap orang tersebut. *bukan curhat*
Setiap dari kita tentu punya harapan. Harapan terhadap diri kita sendiri, oranglain, sahabat teman, bahkan ada juga yang berharap dengan benda mati.
Namun, seringkali kita berlebihan berharap. Menaruh tinggi ekspetasi harapan kita. Bedakan harapan dengan impian. Harapan suatu perasaan dimana kita menginginkan sebuah realitas sesuai dengan ekspetasi. Keinginan sebuah hal itu terjadi, dan sebuah kepercayaan akan terjadi sesuatu di masa yang akan datang.
Apa yang biasanya terjadi bila harapan tidak sesuai ? Kekecewaaan tentunya. Imbasnya adalah hati. Hati menjadi imbas dari sebuah harapan yang tidak terwujud. Well, hal yang simpel yang ingin saya sampaikan mengenai janji dan harapan.
“Jadilah kita manusia yang tak gampang untuk berjanji pada siapa saja, jangan membuat sebuah harapan-harapan pada orang lain jika kita menyadari kita tak mampu berbuat demikian. Jadilah pribadi yang berkredibilitas baik untuk berjanji dan selalu menepati. Dan juga jadilah kita manusia yang hanya berharap pada Tuhan, jangan seringkali berharap berlebihan pada manusia”
Sebaik-baik hati yang lapang ketika mampu mengendalikan harapannya. Tak terbuai oleh harapan-harapan kosong yang hanya merusak suasana hati dengan rasa kecewa, rasa tidak nyaman, tidak enak ketika harapan kita tidak sesuai dengan keinginan. Controlling your hoping :) berhati-hatilah membuat janji.
Semoga kita bukan termasuk manusia yang diberi label pemberi harapan palsu atau janji palsu :) di kehidupan manapun dan juga tidak menjadi korban akan manusia yang memang berlaku demikian pada kita :D have a nice day !
*yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
27 April hari yang ditunggu-tunggu. Hari Inspirasi Pekanbaru. 2013 Saya pernah diberi kesempatan ajaib menjadi bagian relawan profesional untuk mengajar. Kali ini di tahun 2015 saya menjadi panitia Kelas Inspirasi III Pekanbaru. Masih kuat diingatkan ketika kami para panitia dua bulan sebelumnya merancang kegiatan ini, melakukan survei, mengumpulkan data, mengumpulkan para relawan dan publikasi melalui sosial media. Namun saya merasa kurang maksimal memberikan kontribusi pada proses-proses ini karena saya sibuk mengikuti kompetisi bisnis yang membuat saya tidak maksimal berkutat didalamnya. So sadly.
![]() |
bersama Panitia Kelas Inspirasi Pasca Brefing |
Hari hari menjelang hari inspirasi semakin menarik. Saya menjadi MC ketika brefing para relawan menjadi tantangan luarbiasa. Apalagi didepan Wakil Walikota Pekanbaru, Pak Ayat Cahyadi. Tahun ini begitu spesial, bahwa kegiatan Kelas Inspirasi Pekanbaru berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru. Tidak seperti tahun tahun sebelumnya. Kali ini kita berpikir untuk semangat bersinergi membawa visi dan misi yang sama untuk memajukan pendidikan Indonesia.
Kelas Inspirasi adalah bagian kegiatan dari Indonesia Mengajar. Kegiatan cuti sehari bagi para profesional untuk memberikan inspirasi ke adik-adik dengan mengajar dan memberi semangat bermimpi. Hal yang disampaikan adalah mengenai profesi mereka. (bagi yang belum tahu)
Lanjut, ketika membawakan acara brefing yang seru sekali. Saya mendapatkan bagian data data relawan untuk menjadi fasilitator. Lagi lagi ajaib, saya menjadi fasilitator pak ayat cahyadi yang akan mengajar di sekolah menyebarkan inspirasi sebagai pak walikota.
Kelas Inspirasi adalah bagian kegiatan dari Indonesia Mengajar. Kegiatan cuti sehari bagi para profesional untuk memberikan inspirasi ke adik-adik dengan mengajar dan memberi semangat bermimpi. Hal yang disampaikan adalah mengenai profesi mereka. (bagi yang belum tahu)
Lanjut, ketika membawakan acara brefing yang seru sekali. Saya mendapatkan bagian data data relawan untuk menjadi fasilitator. Lagi lagi ajaib, saya menjadi fasilitator pak ayat cahyadi yang akan mengajar di sekolah menyebarkan inspirasi sebagai pak walikota.
Akhirnya menjelang seminggu hari inspirasi dari hari brefing, saya dan para relawan melakukan rapat via online dan juga tatap muka. Walaupun perwakilan, ketika saya hadir ditengah-tengah relawan tim saya, saya tidak ingin mau berhenti bercerita. Mereka super hebat, semangat, dan juga jiwa sosial yang tinggi di profesi mereka yang berbeda. Ada dokter desby yang merupakan dosen dan juga dokter umum disalah satu rumah sakit di Pekanbaru, kemudian ada mbak Adel yang merupakan pegawai PT Chevron ada mbak Santi yang merupakan psikolog keren yang mengajarkan banyak hal mengenai karakter anak-anak dan juga jiwa manusia #tsahh. Juga ada ibu sondha yang aktif dahulunya sebagai pegawai tata kelola dan kota pekanbaru, sudah keliling dunia, dan banyak pengalaman seabrek yang dimiliki ibu ini, lalu pak Ayat Cahyadi yang ramah, santun, berkarisma :) sayangnya karena kesibukan beliau kita sulit sekali berkomunikasi intens dengan beliau. Moga ada saatnya ya pak. Lalu ada tim kece dari dokumentasi, fotografer profesional dan videographer yang merupakan senior dikampus saya dulunya (baru kepo) mas Fajar dan mas Anwi. Mereka orang-orang super yang dipertemukan dan menariknya sulit banget berpisah kalo udah menyatu kami-kami ini. Banyak hal yang kami ceritakan dan selalu mengebu-gebu ketika membahas ide-ide brilian.
Hari saya survei sendirian sebelum hari inspirasi cukup melelahkan. Seperti biasa, nyasar adalah aktivitas yang tak pernah lepas dari kehidupan saya ketika mencari tempat yang belum pernah saya kunjungi. Bensin yang sebelumnya full tank akhirnya mendekati error alias kritis. Akhirnya dalam waktu tiga jam saya baru menemukan sekolah itu. Lagi-lagi terlambat. Akhirnya saya mengset kembali schedule bertemu kepala sekolah.
Setelah mendapatkan informasi yang cukup saya kembali menyusun rencana bersama relawan lainnya. Sekolah yang terletak di area bekas lokalisasi itu membuat bulu kuduk saya merinding ketakutan. Sepi, sunyi, jauh dari pemukiman kota. Itu kesan saya pertama kali melewati jalan-jalan menuju sekolah itu. Sekolah yang tidak begitu luas dengan terbatas ruang kelas yang hanya ada satu kelas setiap jenjangnnya dengan jumlah siswa yang hanya 200an lebih kurang totalnya dengan 10 guru termasuk sekolah kecil bila diukur dan dibandingkan sekolah dasar negeri pada umumnya yang memiliki ruang kelas yang banyak setiap jenjangnya.
Hari inspirasi tiba. Seperti biasa sensasinya sungguh berbeda ketika saya menjadi relawan dahulu. Ada momen mengingat-ingat kembali kisah sebelumnya yang unik itu. Tapi kali ini hal diluar dugaan terjadi. Selain jadi fasilitator saya juga mengajar.
“Aaaa. Ibu Melati .. sahut anak-anak. Ibu harus ke kelas ini” ketika anak-anak menarik baju saya berebutan ingin diajar dikelasnya. Siswa kelas 1 dan 2 begitu iri dengan kakak tingkatnya yang kami datangi dan ajarkan dengan permainan menarik dan juga mengesankan. Well, tenang adik-adik suatu saat kami datang lagi kok :D
“Aaaa. Ibu Melati .. sahut anak-anak. Ibu harus ke kelas ini” ketika anak-anak menarik baju saya berebutan ingin diajar dikelasnya. Siswa kelas 1 dan 2 begitu iri dengan kakak tingkatnya yang kami datangi dan ajarkan dengan permainan menarik dan juga mengesankan. Well, tenang adik-adik suatu saat kami datang lagi kok :D
Ada hal unik di sekolah ini. Siswa-siswanya super cerdas dan aktif. Tak ada kata malu-malu. Setiap lontaran pertanyaan dan juga eksperimen yang kami hadirkan ditanggapi dengan aktif dan serius. Saya bu .. Saya mau coba.. Saya bisaa.. Saya mau jadi polisi bu” teriakan teriakan itu yang kami dengar sepanjang perjalanan mengajar dari kelas 6 hingga kelas 3. Yaaa.. Ada empat kelas yang kami ajar secara bergantian.
Sampai pada sesi-sesi terakhir kami melakukan aksi closing moment dengan membuat demo bermimpi. Mereka menuliskan impian mereka dan mengikatnya dikepala mereka. Kami meminta mereka mengikrarkan diri untuk mencapai cita-cita mereka sesuai yang mereka tuliskan.
Banyak hal yang perlu dibenahi disini. Mereka sangat aktif dan cerdas. Tapi nilai-nilai etika dan kebaikan masih kurang. Mereka mengeluh bahkan pelajar PPKN lebih sulit dari matematika. Saya pun terheran -heran, dan saya melakukan survei itu dari kelas tiga hingga jenjang kelas enam. Ketika saya SD pelajaran PPKN yang saya tunggu-tunggu ketika jiwa cinta tanah air membuncah, ketika belajar budi pekerti kepada orangtua, teman dan sekitar. Itu yang saya pelajari. Tapi barangkali yang mereka pelajari sekarang tentang pancasila atau UUD 1945 mereka harus adopsi dan hapal diluar kepala.
Mungkin perlu dikaji ulang sesuai kebutuhan. Masih banyak hal menarik lainnya yang kita bisa kupas. InsyaAllah saya dan relawan lainnya sudah merancang program lanjutan untuk sekolah ini. Nantikan ceritanya :D
Teriakaan! Kelas Inspirasi Pekanbaru ! Berani Bermimpi !
Sebenarnya artikel ini sangat terlambat untuk terbit. Memerlukan riset yang cukup detail. Semua yang saya tulis merupakan hasil kegelisahan saya. #Tsaah.
Edisi tulisan ini adalah edisi kartini yang sudah lewat bulan lalu. Terlambat sekali untuk mempostingnya. Saya mohon maaf kepada para readers beberapa minggu tidak memposting beberapa inspirasi dan cerita sebulan lamanya.
hampir sebulan mendapatkan beberapa kegiatan diluar kota dan insyaAllah akan saya posting hasil eksplorasi saya.
Kami ingin menghebatkan. Siapa kami ? Kami para perempuan. Beberapa hari lalu saya mengalami sebuah kejadian yang membuat saya mengevaluasi diri terhadap apa yang saya lakukan dan saya kerjakan. Perempuan yang identik sosok yang manut, penurut, dan hal lembut lainnya. Begitulah pandangan seorang laki-laki pada umumnya terhadap sosok perempuan.
Edisi tulisan ini adalah edisi kartini yang sudah lewat bulan lalu. Terlambat sekali untuk mempostingnya. Saya mohon maaf kepada para readers beberapa minggu tidak memposting beberapa inspirasi dan cerita sebulan lamanya.
hampir sebulan mendapatkan beberapa kegiatan diluar kota dan insyaAllah akan saya posting hasil eksplorasi saya.
Kami ingin menghebatkan. Siapa kami ? Kami para perempuan. Beberapa hari lalu saya mengalami sebuah kejadian yang membuat saya mengevaluasi diri terhadap apa yang saya lakukan dan saya kerjakan. Perempuan yang identik sosok yang manut, penurut, dan hal lembut lainnya. Begitulah pandangan seorang laki-laki pada umumnya terhadap sosok perempuan.
So, mau curhat sedikit. Biasanya umur dua puluhan seperti saya banyak kegalauan terjadi. Yaa deh jujur aja. Sejauh mata memandang, saya merasakan sebuah alergi besar lelaki pada sikap saya. T.T . Apa barangkali saya terlalu ambisus atau barangkali saya terlalu aktif dan bagaimana. Saya berusaha menekan diri saya untuk berusaha menjadi diri sendiri. Walau banyak tanda tanya besar terhadap sikap yang saya miliki sehingga ketika ada tawaran berkomitmen lebih serius itu bikin takut lelaki. Saya memang serius untuk membahas hal demikian.
Well, ketika sebuah konflik terjadi saya jarang sekali menyalahkan oranglain. Saya lebih inside memandang diri saya dahulu mengevaluasi diri dahulu ketimbang berkutat pada benar dan salah.
Beberapa teman perempuan saya juga sering bercerita tentang kami para perempuan aktivis yang notabene sibuk. Sibuk membangun komunitas, sibuk berkutat pada hobi, membangun karier, bahkan memimpin organisasi. Seringkali mendapatkan cap wanita karier nantinya yang akan menjadi pribadi yang dominan ketika membangun rumahtangga. Dan bahkan banyak perempuan yang lebih dahulu mapan ketimbang sang pria.
Saya pun melakukan riset kecil-kecilan kepada teman saya yang laki-laki. Apakah laki-laki selalu minder melihat perempuan lebih sukses ketimbang dirinya ?
Mungkin saya tidak melakukan filter terhadap teman laki-laki yang saya tanyai, kecenderungan yang saya pertanyakan adalah sosok teman saya yang kariernya cukup bagus dan pemikirannya cukup luas. Mereka menjawab tidak masalah, walaupun memang ada sedikit rasa ‘iri” atau minder terhadap perempuan yang lebih bisa menghandle dan juga dominan secara wawasan, finansial dan lain-lain.
Konsep memantaskan dan mensejajarkan. Misalnya seorang laki-laki bertemu wanita yang lebih hebat ketimbang beliau. Apa yang sebaiknya dilakukan seorang laki-laki itu ?
Kebanyakan dari wanita, melakukan daya dan upaya untuk berusaha memantaskan diri kepada sang pria yang ia harapkan menjadi suaminya. Tapi menurut riset yang saya dapatkan jarang sekali laki-laki yang melakukan hal demikian.
“Laki-laki yang baik untuk wanita yang baik-baik, begitupun sebaliknya”
Kita tanpa sadar lupa kalo standar kebaikan itu relatif dimata masing-masing oranglain. Standar yang tepat adalah kembali kepada Allah.
Ada tulisan yang saya kutip dari blog teman saya yang juga menjadi hasil riset saya.
Mengapa tidak banyak perempuan mengambil jurusan yang notabene “super” kelaki-lakian seperti tehnik, komputer, dan lain-lainnya. Karena ada stereotip jika wanita mengambil jurusan demikian atau berkutat pada hal yang demikian akan menjauhkan dia dari laki-laki. Alias sulit jodoh. Hadeuuh. //
Ini kutipan yang saya ambil. Ketika saya disini berperan sebagai perempuan, kami perempuan bingung. Bukankah laki-laki mencari sosok ibu yang cerdas untuk anak-anaknya kelak untuk madrasah bagi anak-anaknya. Apakah ada yang salah ketika wanita sekolah tinggi-tinggi ?
Saya ingin bercerita bahwa pada suatu hari saya di message seorang teman saya yang laki-laki yang cukup menyayat hati saya.
“Kamu kenapa mel ambisus gitu, sekolah tinggi-tinggi. Bukannya jadi muslimah itu gampang ya. Bukannya kita didunia ini ingin masuk surga ya ? Gampang kok, kamu tinggal jadi ibu dan istri sholehah aja, ga usah gitu banget”
Jleb.. Seketika itu saya kembali berpikir ulang terhadap apa yang saya lakukan. Saya kemudian hanya menjawab, bukannya kewajiban menuntut ilmu sebanyak-banyaknya perintah Allah ya.. Bukannya wanita dituntut cerdas untuk menjadi madrasah bagi anak-anaknya kelak, generasi selanjutnya kelak. Jadi salah yaa sekolah tinggi-tinggi. Dan beliaupun terdiam.
Intinya saya perwakilan perempuan-perempuan aktivis *dalam ceritanya. Menyampaikan pada pria pria hebat diluar sana. Jangan pernah takut untuk hadir dan sama-sama berjuang untuk menyetarakan diri. Sama-sama membangun mimpi. Perempuan yang baik tidak akan pernah meremehkan kemampuan laki-laki yang sudah bersedia menerimanya apa adanya. Memang ada saudara-saudara kami yang lain barangkali sibuk dengan kariernya hingga melupakan kodratnya sebagai wanita yakni ibu dan istri. Tapi tentu kalian (laki-laki) punya kemampuan mengenali dan bertanya bagaimana masa depan kalian bersamanya.
Dari hasil riset saya juga, bahwa lelaki yang bersikap demikian karena dia takut dan tidak berani untuk bisa mengapai standar tinggi lebih tinggi lagi alias gengsi. Nah inilah penyakit sebagian besar para lelaki. (hasil kepo mas kurniawan gunadi) itu kutipan bukan dari saya melainkan kepada kaum laki-laki langsung.
Well, Seperti artikel saya sebelumnya, wanita itu mencari sosok yang pantas dihebatkan. Dan pria yang hebat akan mampu mengenali wanita yang bisa menghebatkannya di masa yang akan datang.
Ini kutipan menarik dari sebuah blog :
“Bersekolahlah tinggi-tinggi, belajarlah banyak-banyak, dan kamu akan terus menemukan orang-orang yang kualitasnya lebih baik darimu. Lalu, kamu akan belajar banyak dari mereka, dan meningkatkan kualitasmu sendiri juga. Mungkin kamu belum tahu, tapi di 'atas' sana, mereka juga tidak kekurangan jumlah lelaki" - Noor Titan
Kami perempuan berjuang untuk menghebatkan,
Bukan ingin hebat sendiri :D
#BukanArtikelEmansipasi
"yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca"