facebook google twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • Travel
  • Life Style
    • Category
    • Category
    • Category
  • About
  • Contact
  • Shop

Melati Octavia Journal



JUST FLASHBACK

Judulnya anti mainstream dan ga tahu grammar nya bener apa enggak. Intinya di akhir tahun ini saya hanya ingin flashback. Bukan malah cerita resolusi. Why? Menurutku, hal itu penting banget dilakukan seharusnya. Kalau bisa tiap hari kita lakukan untuk merenung dan memperbaiki diri. 

Jujur, di tahun 2017 ga banyak momen yang bisa dibagikan selain kebahagiaan bisa wisuda di Bulan Februari setelah perjuangan revisi pasca sidang yang begitu menguras perasaan. Bahkan teman – teman shock mengetahui tantangan yang saya hadapi sejak awal mengazzamkan diri buat skripsi bahkan berharap bisa lancar ketika sidang dengan penguji yang diharapkan. Namun, Allah kasih yang lebih baik.

Kenapa ? Saya ga nyangka kesulitan yang saya hadapi berakhir dengan senyum sumringah para penguji ketika di sesi selesai revisi dan pamit mendaftar wisuda. 

“Melati kamu berbakat, lanjutkan S2 yaa .. kamu punya modal di penelitian kamu” kata – kata ini keluar dari seorang penguji yang ternisbat “Cukup mengerikan dan keras” memberikan penilaian.

Di tahun ini, saya lebih banyak mencari makna. Mengambil keputusan – keputusan besar. Mengambil jalan hidup, dan kejutan hidup yang lebih banyak. Bahkan dengan keputusan yang saya ambil kebanyakan membuat kejutan bagi orang lain. Termasuk pekerjaan apa yang saya pilih, kemudian rencana rencana yang dimiliki. Di tahun ini juga saya belajar banyak karakter orang yang lebih kompleks. Saya bahkan begitu takjub karakter manusia yang begitu kompleks sepanjang usia mereka meninggi dan pengalaman yang begitu banyak. Hingga kemudian, saya menjadi pribadi yang lebih “menahan diri”. Karena aslinya, saya idealis dan cukup keras untuk berprinsip.

Bukan mengalah, tapi ga semua hal di tanggapi dengan idealism yang tertuang lewat lisan. Adakalanya kita harus koreksi dulu. Apa idealism yang dimiliki sejalan dengan oranglain dan bisa langsung terlugas. Karena ga jarang terjadi pertengkaran karena tak cukup pintar beradaptasi dengan situasi.

Contoh kata – kata pemaknaan, saya tipikal orang yang sangat lugas dan jelas. Kalau bilang iya tentu iya, jarang sekali saya menyimpan makna lain dibilang iya. Ternyata diluar sana, ada yang menanggapi kata iya justru merasa dibalik kata iya ada sebuah sindirian, bahkan kata tidak. Jadi pembelajarannya, saya lebih mendetailkan kata iya dengan tindakan dan sikap yang lebih jelas menunjukkan kata “iya” tersebut.

Dan benar kata – kata orang ketika kamu sudah membalikkan tali topi wisuda itu. Kenyataan yang kamu jalani akan beda sama keluh – keluh waktu jaman kuliah. Kalau dulu bisa aja dengan lugas ngeluh tugas banyak, dosen kasih kuis ini dan itu. Ketika kamu sudah lewat masa itu. Ujian lebih nyata lagi, ga ada tuh namanya ngeluh – ngeluh. Karena udah malu dong mau ngeluh – ngeluh.. plus ga punya banyak teman yang mudah kamu komunikasikan semua perasaan kamu, karena udah jalan sendiri – sendiri sama cita – cita dan impiannya. Bener gak ?

Tanggung jawab yang sepenuhnya udah ditangan. Orangtua mungkin beberapa masih banyak nuntut ini itu. Tapi pada kenyataannya keputusan itu di kamu semua. Mau tinggal sendiri kelak, menikah misalnya, memilih pekerjaan, bahkan berwirausaha. Semua paket tanggungjawab ada di kita.

Bicara flashback, bagi saya prestasi yang saya dapatkan adalah ketika saya memutuskan untuk benar – benar memilih akan berada dimana untuk kedepan. Di awal – awal bulan pertama, saya cukup sedikit terlarut emosi karena harus beradaptasi dengan banyak hal termasuk mengenal orang dan lingkungan. Ga jarang nangis sendiri di pojokan kamar tapi ga tahu nangis kenapa. Pokoknya pengen melepas semua penat gitu. Saya selalu nanya ke diri sendiri, kenapa mereka begitu. Saya harus bagaimana, ini dan itu. Semuanya bercampur jadi satu. Tapi setelah itu dan sekarang, saya malah ditanyain kapan balik lagi ke Kota Pekanbaru. 

Kapan tinggal lagi.. dan lain sebagainya. Di bilang rindu pasti ada, tapi ternyata rasa penasaran mengurangi sedikit demi sedikit rindu itu. Saya penasaran bagaimana saya akan berkembang kelak, saya penasaran untuk menempatkan diri secara dewasa di sebuah tempat. Saya penasaran bagaimana saya mendewasa dengan fokus impian yang berlahan – lahan tampak dipermukaan. Jadi kuncinya apa ; Just Positive! 

Apapun itu harus dimulai dengan pemikiran positif terlebih dahulu. Walaupun sering kali masalah datang dengan segala penat, hadapi dulu dengan positif. Saya juga kaget pernah meng- tweet kata – kata ini dan sampai sekarang jadi salah satu perisai pamungkas ketika menghadapi masalah ;

“Masalah itu datang penuh kejutan datang ga pake permisi dulu, tahu – tahu bikin ribet aja. Tapi pas dihadapi kita ga sadar kalau masalah tadi udah berlalu gitu aja”

Jadi kadang kala, masalah itu yang bikin ribet diri kita sendiri yang menyikapinya udah negatif duluan. Riweuh duluan gak sih .

SPIRIT COMEBACK

Kata comeback udah kayak istilah artis yang mau launching single baru yaa haha. Di awal tahun sebenarnya ga ada yang perlu dirayain tapi malah disikapi dengan hati yang tawadhu dan positif. Sama hal ketika memulai tahun hijriah sebelumnya. Hal yang diflashback bagaimana kualitas ibadah kita sejauh ini, pencapaian – pencapaian kita dan banyak hal. Nanti dulu bicara resolusi kalau banyak pencapaian di tahun sebelumnya banyak belum terealisasi. Malu sendiri kan yaa hihi.. Hayoo liat impian – impian tahunannya yang kamu tempel. Saya pribadi di tahun 2018 ingin memupuk diri untuk menjadi pribadi yang bersemangat dan positif paling utama. 2018 saya harap banyak kesempatan baru yang terbuka untuk saya berkembang dan juga bertemu jodoh hahaha.

Sssstt.. saya ga pernah cerita ke banyak orang kalau dari dulu saya pengen banget nikah di usia 22 tahun. Muda banget kan yaa..  tapi berhubung saya seneng banget angka 22 sejak kecil saya pengen banget kalau usia nikah dan tanggal lahir saya sama. Hahaha, gimana orangtua ? Woles deh .. kan udah kelar kuliah sama kerja. Apalagi dongs hahaha. Saya malu deh cerita ini. Tapi semoga readers juga ikut mendoakan dipertemukan yang menjadikan saya tujuan yaa bukan “pilihan” uhuk. 

Ternyata, maunya Allah sama saya mengenai pertemukan dengan seseorang tersebut ga tercapai di usia tersebut. Selain sayanya juga lelet buat wisuda, saya juga merasa masih banyak tanggungjawab yang belum tertunai dan terencana untuk keluarga. 2018 sendiri saya masuk 24 nanti. Ahhh masih muda kok meel :D betul betul betul. Yaa sekedar doa apa salahnya yaaa kan readers.

Jadi spirit di 2018 lebih kepada saya berani mengambil banyak keputusan. Selain saya akan mulai berbisnis kembali InsyaALLAH, kemudian rutin ngeblog dan juga mencoba vlog juga kelak hihi. Mengingat dikasih kesempatan ama Abang Google dengan mengaccept Adsense untuk nongol disini. Waaah… senengnyaa.. Tapi lagi – lagi awal nulis di blog masih dengan niat awal untuk berbagi hal positif dan meramaikan konten positif tentunya. Tawaran ini dan itu bagi saya adalah bonus dari berbagi, bukan jadi sasaran utama yang pelak melupakan kewajiban untuk senantiasa positif.

Saya juga masih minta tolong para readers nanti, kalau nongol di konten ga sesuai dengan diri saya di beranda – beranda yang terafiliasi google, mungkin bisa di skip dan ditutup aja. Saya juga masih belajar mengelolanya nih.

Wah cukup sekian cerita semangat saya mengenai hal – hal menarik di 2017 yang saya maknai dengan rasa syukur masih diberi kesempatan waktu oleh Allah untuk melewatinya. Bagaimana spirit kamu untuk kedepan ? Apa – apa aja yang menurut kamu patut kamu koreksi dengan semakin banyaknya tahun dan hari yang terlewat?

Diskusi disini yuk :D

Salam Menginspirasi!

Well, penuh dengan semangat untuk memulai series ini. Yups untuk membuat #Ngobrol20 stand by terus sama konten selain itu  mengemasnya jadi sajian menarik dan juga penuh insight baru ternyata ga mudah. Awalnya saya pengen series ini diawali cerita ketika kuliah dulu. Kalo di pikir – pikir random gak yah kalo dimulai dari hal yang aku pengen tulis aja hehe. Suka – suka penuh dong ya :D

Terimakasih banyak loh teman – teman yang senantiasa pantengin blog ini, yang kadang kala hilang timbul kayak hujan, ciaa .. jadi galau. By the way, disini saya ga mau kasih banyak alasan, karena saya memang begini orang nya. Ternyata saya belum sepenuh hati sih buat nulis selalu..Just do it sih menurut saya :D

Mau cerita nih, kemarin - kemarin saya ikut kegiatan Akademi Berbagi Palembang. Yaps! Sekarang saya sudah balik ke kampung halaman ya readers! Sudah stay kira – kira tiga bulanan lebih. Well di kelas kali ini di isi oleh salah satu food photography oleh mas mba admin @makanapa.plg di Instagram. Bukan isi kelasnya sih yang pengen di sharing – in tapi cerita tentang gimana mereka ngebangun penghasilan dari apa yang mereka suka. Menurut saya keren, apalagi pas cerita dan bilang.

“Kita bikin akun hanya ngebantu untuk memanjakan teman – teman Instagram buat sajian foto kita, pada kenyataaannya profesi kami memang food photographer. Kita gak ngebuzzing dan apalah itu, karena kalau kita nyari penghasilan dari Instagram, ketika Instagram off kita bakal off juga kan ya.. jadi menurut kita “find your place” dimana kamu menemukan menghasilkan yang settle”

Menarik ya.. disini saya pengen kasih tahu kalau mereka nemuin apa itu dream job mereka dengan cara mereka. Dari judulnya pasti kamu sudah tahu saya pengen bahas mengenai “Dream Job”. Yups pekerjaan impian. Kamu pasti pernah punya kan ya pekerjaan impian atau yang bisa di bilang cita – cita itu. Well, Ketika cerita mengenai dream job kita pasti punya banyak cerita pengalaman hal itu.

 Apalagi kalau udah deket mau lulus, ada yang bilang gini pasti ;

“Aku besok mau kerja di BUMN, terjamin .. prestise juga”

“Kalau aku nyoba PNS deh, biarin sering dikatain temen – temen .. cari kerja susah”

“Aku mau jadi pengusaha aja pokoknya, ga mau kerja sama orang lain”

Banyak segudang komitmen yang sudah kita rancang jauh – jauh hari. 
Tapi apa yang akan terjadi ?
Ga semuanya ngalamin hal semulus itu. Kamu - kamu yang mulai dari nol tentunya akan banyak ngelewatin ujian – ujian entah itu ditolak dibidang yang kamu targetin, bisa juga di desak hal lainnya, dan bahkan sangat jarang banyak yang ikut campur sama keinginan dan komitmen bikin kamu itu. 

Begitu lah ya namanya mengejar “MIMPI” yang susah lagi yaa yang ga punya “MIMPI” down banget dah itu. Kecuali ketika kita masih dalam mode berusaha, impian itu akan terbentuk seiring waktu. Tapi gimana kalau yang ga punya. Hmm yaa, mulai sekarang harus bisa menentukan yaa …
Ngobrolin “Dream Job” ini jadi PR besar bagi saya pribadi. Itung – itung ini tulisan juga curhat colongan kan ya..kalau mau baca monggo yang enggak skip aja hehehe… *peace.

Selama saya bekerja ketika kuliah dulu, saya gak ada hambatan besar buat masuk instansi dapat ilmunya magang, parttime, bekerja apapun itu. Sampe akhirnya saya pindah dan mulai semuanya dari nol termasuk membangun relasi di kota yang baru, walau itu kampung saya sendiri. Dibilang sulit gak juga, mudah enggak juga. Sensasinya itu kaya orang kebingungan gitu kali ya.. 

Ada banyak hal yang kita pikirin kalau udah lulus kuliah, termasuk pekerjaan, perkara jodoh, dan mensettle-kan apa yang belum alias ‘kepastian’. Itu sulit loh, kita gak akan sebebas dulu. Sebenarnya sih yang ngebebasin apa enggak, diri kita sendiri sih. Cuman ada pikiran kita saja. Misalnya kita tahu akan hal apa yang akan terjadi ketika menunda banyak hal termasuk skripsi, pekerjaan, menyicil ini itu. Kita kedepannya nyesal dan merasa rugi. Tentunya ketinggalan sama teman – teman lainnya.

Kalau bicara mengenai “dream job” saya sempat bikin kultwit di twitter, monggo yang mau ngecheck bisa kepo dengan hastag #DreamJob. Saya cerita kalau kita – kita dulu dengan mudahnya menentukan cita – cita. Apalagi di saat berada di bangku TK. Ketika bu guru tanya, kamu besok mau jadi apa ? Dengan tegas kita rebutan angkat tangan dengan bangga bilang, ingin jadi dokter, polisi, pengusaha, ini itu dan berbagai profesi idaman. Role modelnya banyak, baik itu dari cerita orangtua, televisi, atau juga kebanggaan terhadap orangtua yang berprofesi tersebut. 

Tapi ketika dewasa. Keberanian itu pupus satu demi satu ketika menuju tingginya usia. Melihat banyaknya persaingan, sulitnya mendapatkan sesuai keinginan, belum lagi kekhawatiran kita yang stadium tinggi sama masa depan. Pesimisme pengaruh orang luar yang suka sekali mengomentari jalan hidup kita “bukan ngebantu”uhuk (tiba – tiba batuk) membuat rasanya hidup itu sulit. Yaa gak sih . 

Pernah baca fenomena remaja di Jepang gak ? 
Sekarang ada namanya penyakit sosial bernama “Hikikomori”. By the way pas baca ini artikel tentang penyakit ini. Tiba – tiba saya merinding sendiri. Karena gak jarang saya menemukan orang – orang mengalami hal ini di Indonesia. Gak jauh – jauh, orang di kompleks saya ada yang mengalami hal itu. Saya sendiri suka parno kalau misalnya dia itu suka nyimak kegiatan saya pagi – pagi dengan tatapan kosong. Walaupun ga separah di jepang. Orang yang di kompleks saya masih mau bicara, walau memang membatasi diri. Hikokomori dalam bahasa jepang artinya “menarik diri”. 

Menarik diri dalam lingkungan sosial. Faktornya apa? Banyak, baik itu dari orangtua, lingkungan, teman – teman. Seperti kita tahu di asia timur pembully-an itu kuat banget. Belum lagi persaingan akademik dan juga tekanan sosial yang tinggi. Saya dapat data kalau ada 1% remaja jepang terkena hikikomori sekitar 320 ribu orang. Usia mereka rata – rata berada di usia remaja hingga menuju dewasa. Mereka bahkan menarik diri bisa sampai 10 tahun lebih. Lebih lanjut teman – teman bisa searching mengenai detailnya.

Menurut saya, ini terjadi karena kita ga ada target dalam menjalani kehidupan.  Jiaah bahasanya. Kita sering banget menjalani sesuatu dengan menjalaninya saja, tanpa berpikir apa yang kita jalani benar apa tidak. Baik apa tidak bagi kita. Bisa juga menjalaninya karena ikut – ikutan orang lain. Karena keren, kelihatan mudah, kelihatan menyenangkan. Padahal belum tahu itu cocok apa enggak sama kita.

Menemukan diri itu berproses memang. Tapi hal simpel aja dulu, kalau saya ngutip di satu drama. Jiaah. Katanya gini. “Daripada susah – susah kamu memikirkan apa yang terjadi di masa depan, coba mulai dulu kamu berpikir apa yang akan kamu lakukan besok” Just simple! Kita muluk – muluk mikir ini itu, tapi susah untuk merancang hari besok lebih baik dari hari ini. Bukannya kata hadits walau sanad nya lemah namun masih bisa kita ambil fadilahnya berisi, “merugilah orang –orang yang kemarinnya lebih baik dari hari ini”


Bicara menemukan target masa depan, bisa kita tulis dengan hal – hal sederhana. Bukan hanya pencapaian beberapa tahun kedepan. Tapi tulis strategi kita untuk mencapai itu. Tulis disini bukan jadi syarat, melainkan pengingat kita bahwa kita memikirkan, menjalankan, dan melaksanakan. Sebuah usaha yang semoga Allah juga dengar dan ikut terjun mewujudkannya. 

Bicara #DreamJob lagi – lagi butuh proses tentunya readers. Ga semuanya mulus, kita kadang disuruh sana sini untuk bisa menemukan yang bisa jadi ilmunya penting untuk dream job kita. Jadi cukup syukuri perjalanan kita walau pada kenyataannya mungkin berbeda dari keinginan kita. Time is running, sembari itu persiapkan diri dengan keinginan kita tadi dengan fokus yang kita lakukan. 

Pesannya adalah “SELALU BERGERAK” kata Pak Jamil Azzaini di pelatihan Forum Indonesia Muda 2015 lalu. Walaupun kita masih kebingungan atau bisa jadi belum menemukan. Teruslah bergerak. Karena itu yang membuat kita hidup. Termasuk ikan – ikan laut yang segar ketika sampai di darat. Dia harus selalu bergerak.

Semoga bisa menginspirasi :)

Ini juga nasehat untuk diri saya juga :D

Semoga pembaca bisa menemukan #DreamJobnya.

By the way, saya open diskusi loh disini yang mau sharing dan nanya - nanya atau cerita pengalaman mencapai #DreamJobnya comment dibawah yaa ?

Banyak dari kita yang tak mengerti kalau hijrah itu perlu effort yang besar.
Bukan hanya masalah berubah ke arah berbeda tapi juga melapangkan hati untuk menerima hal baru.

Saya ingat sekali keputusan berhijab yang penuh dengan tantangan. Di saat trend hijab tak semudah saat ini, pertentangan dari orang terdekat kadang ada saja mengoyahkan. Tapi jika lahir dari hati dan itu niat baik. Saya percaya Allah akan stand by terus membela kita di manapun kita berada.

Begitu pula hijrah untuk menetap di sebuah kota. Entah itu kelak seperti perempuan atau laki - laki yang kemudian nantinya berkeluarga dan memutuskan menetap di tempat yang jauh dan berbeda. Dimana segala kenangan, pertemanan, emosional dan kenyamanan ada di kota tersebut. Harus merelakan hal itu dan berusaha melepas cintanya di kota itu untuk memulai hal baru.
Tapi jika melakukannya sendiri bukanlah lebih berat? It's so hard! Saya barulah memahami arti keluar dari zona nyaman. Bahkan untuk kembali ke kampung sendiri merasa sedang merantau. Hal ini beda ketika kita mungkin travelling beberapa hari di sebuah kota.

Sebuah kota mau tak mau menginginkan kita berdampak. Menurut saya demikian, tempat yang saya huni setidaknya saya bisa bermanfaat disana. Di mulai dari keluarga dan tetangga sendiri.
Saya ingin tahu bagaimana perasaan orang yang merantau dan pindah menetap. Apakah sama atau seperti apa.

Lagi lagi apapun keputusannya, jika itu niat baik saya percaya Allah selalu memudahkan jalannya. Bukannya semua sudah di gariskan?

Saya ingat kata seseorang, "mel tinggallah di tempat di mana kamu dapat bermanfaat lebih banyak"

Saya yakin teman - teman pasti pernah mengalami perubahan besar dalam hidup yang kadang membuat kita ragu melangkah. Lagi lagi hanya Allah penguatnya :)

Dapat ide malam tadi, langsung coret – coret dan mapping untuk artikel ini. By the way, judul diatas yang merupakan lagu yang dibawakan Bruno Mars sebenarnya kurang nyambung sama tulisan ini. Hanya kebetulan momen idenya muncul pas lagu ini lagi terdengar dari radio tetangga. Masa sih ? 

Kemarin, saudara jauh dan teman masa TK saya datang untuk silaturrahim ke rumah nenek. Kebetulan lebaran tahun ini saya mudik, sedangkan tahun lalu saya berlebaran di Pekanbaru karena momennya rada bentrok dengan jadwal KKN kampus. Seperti biasa, teman lama yang cuman bisa chatting – chattingan tiba - tiba ketemu langsung terus jadi excited, saya tipikal kurang begitu suka foto pribadi kalau ga dipaksa. (Masa sih?!) ditodongin foto sama doi buat update di path. Kebiasaan deh haha, nah si sahabat kecil ini cerita kalau dia lagi galau banget sama pekerjaannya. Mengingat dia sudah kelar kuliah di kesehatan yang memakan waktu lebih cepat dari saya ( 3 tahun ) nyari kerjaan ga semudah yang dipikirkan. Apalagi banyak syarat sertifikasi ini dan itu, belum lagi uji kompetensi ini dan itu.

Banyak cerita yang saya dengar dari beberapa teman, bahwa pekerjaan saat ini banyak sekali aturan – aturan baru yang membuat kita harus banyak mempersiapkan banyak hal. Kalau dulu jaman – jaman, melamar pekerjaan ga pake TOEFL, sekarang semua perusahaan multinasional udah mewajibkan melampirkan sertifikat ini dan itu. Wajar sih syarat itu, alasannya karena kita sudah masuk MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Belum lagi ada sertifikasi ini dan itu, gelar baru untuk keprofesian. Ketika lulus sarjana mengambil gelar profesi, bukan hanya didominasi tenaga kesehatan tapi juga beberapa ranah lain, seperti guru, jurnalis dan lainnya saya belum banyak dapat gambaran. Bahkan mungkin jurusan saya akan ada dikemudian hari, walau untuk uji kompetensi sudah ada walau belum merata. Mau ga mau menuntut kita para generasi muda angkatan 90an yang dikatakan sudah masuk dalam ledakan bonus demografi harus kudu persiapan ekstra. 

Kalau dihitung – hitung Indonesia lebih kurang memiliki jumlah penduduk 250 juta jiwa, termasuk yang terbesar nomor 4 di dunia, dengan penyebaran 49,7 % di kota, dan 50,2% di desa. Artinya lebih banyak warga di desa. Belum lagi, yang hanya melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah hanya sekitar 1% saja dari jumlah penduduk Indonesia. Saya selalu bilang ini ke teman – teman dekat untuk semangat berkuliah, karena kita tergolong “orang – orang yang beruntung”. Karena masih ada teman – teman muda lain yang masih belum bisa menikmati bangku perkuliahan, apalagi saya menyaksikan sendiri di kampung saya, masih banyak yang putus sekolah. Sedangkan populasi muda mudinya 66,5% itu artinya, persaingan pekerjaan cukup sulit bila tidak diiringi dengan keterampilan dan pengalaman yang mumpuni untuk berada posisi tertentu yang kita inginkan.

Hikmahnya, jangan dibully teman yang belum dapat kerjaan apabila dia udah sekeras tenaga mencari pekerjaan apalagi sampai bertahun – tahun, tapi di nasehati agar semakin meningkatkan kualitasnya dan juga dibantuin cari kerjaan. Emang gelar pengangguran enak apa ? -_- kasian kan. Tapi memang begitu kondisi kita. So, dengan kehadiran teknologi sebenarnya banyak lapangan kerja baru yang bisa kita kembangkan bahkan menjadi self-employed menjadi pekerjaan cukup menjanjikan sekarang. Untuk standar gaji bisa sampe UMR tapi kerjaannya di rumah dan suka – suka. Siapa yang gak mau ? Btw di jaman ini kita disini dituntut untuk bersinar “ menonjolkan diri” dalam arti menunjukkan secara penuh potensi kita yang unggul, ga bisa setengah – setengah. Kalau setengah, bisa kelindes sama yang lain udah 100% + keahlian – keahlian lain. Di jaman ini, kita dituntut jadi orang multi skill. Dalam pengertiannya, punya kedalaman passion yang baik secara menonjol, tapi juga ada nilai tambah lain yang membuat kita tampak jadi kombinasi unik dan istimewa. 

Ini baru intro loh. Lalu apa hubungannya dengan sekolah dan bekerja. Ini jadi makanan pikiran dilemma buat teman – teman yang baru lulus atau akan lulus. Selalu begitu, ketika share link – link beasiswa memenuhi beranda – beranda sosial media, belum lagi ngeliat teman udah check in mentereng di perusahaan gede, sama pamer gaji atau mungkin bagiin thr dan terakhir bukber kemarin haha. Benar gak ? 

Gimana tidak membuat kita bertanya dalam hati, kemana sih arah tujuan saya ? 
Kita asik mendengar banyak petuah, dari dosen, guru, orangtua, calon mertua (#bisajadi) atau mungkin paling sering obrolan teman – teman. Kalau saya sendiri kalau udah ke kampus ngurus bimbingan ini itu, liat teman – teman yang udah kelar tingkat dikit lagi revisi semua pada nanya, 

“abis ini elu kemana ?”

Ada yang jawab kerja dulu, meditasi dulu, pengen lanjut sekolah, bahkan bilang nyiapin lamaran atau akad nikah. Hahaha. Beragam jawaban yang hadir di sesi pengambilan keputusan paling rawan ditengah usia menuju dewasa. Saya pernah menulis sebuah artikel renungan di tumblr, melatioctavia.tumblr.com. , bahwa nilai keputusan kita setiap tahun itu berbeda beratnya setiap jenjang usia. Seperti layaknya teman – teman yang memiliki keinginan dan bahkan sudah menjalani S2 S3 atau bekerja, keputusan – keputusan yang hadir kala itu adalah keputusan berat dan tidak bisa kita bandingkan. Setiap kita punya jalan masing – masing dengan kesulitannya sesuai apa yang kita pilih.

Nah, timbul seringkali perbandingan atau debat yang sering terjadi di ranah ini. Teman – teman yang bekerja atau berpenghasilan (wirausaha) sering judging teman – teman yang mengambil kuliah lagi bahkan tinggi – tinggi bahwa ia tak memiliki skill lapangan layaknya yang bekerja, begitu pula yang bekerja yang berkutat pada jam dan waktu yang padat tak bisa menikmati hidup dibanding study hunter yang mendapatkan beasiswa + dapat jalan gratis ke luar negeri atau kota – kota lain. Banyak yang bilang keputusan sekolah lagi itu merupakan pelarian sulitnya mencari kerja, atau juga ada kesempatan emas dapat beasiswa, atau juga memang pada kenyataannya memang merupakan bagian dari planning cita – citanya harus melewati jenjang master.

Apapun pilihannya, baik itu sekolah ataupun bekerja sama – sama pilihan yang baik. Tak perlu kita saling banding membanding, karena apply-ingnya sama –sama susah. Ini kutipan inspiratif yang saya dapat dari kak Faldo Maldini, orang inspiratif dari kampung sebelah (Sumatera Barat), Founder PulangKampung.com, waktu hadir mengisi acara seminar ke Pekanbaru. Orang yang apply S2 harus melewati serangkaian tes yang tentunya beda dengan tes jaman kuliah strata satu, apalagi applying beasiswa berbagai tahap demi tahap, baik adminsitratif, kemampuan bahasa dan lain – lain. Sama halnya bekerja, sekolah lagi juga ada interview kemana arah riset yang akan dituju, kontribusi apa yang diberikan untuk ilmu pengetahuan.

Nah syukur – syukur kalau dapat beasiswa diluar negeri, kita juga bisa nabung dikit juga buat emak abah di Indonesia dari hasil penghematan atau kerja kecil – kecilan, (P.S Walau beberapa beasiswa tidak membolehkan bekerja part time). Dan kita tentu tahu kurs nya berbeda jauh dengan Indonesia, kalau mungkin kita bisa ngemat beberapa dollar yang kalau di tempat kita sekolah hanya bisa beli buku dan makanan dalam sebulan, tapi kalau kita kirim ke Indonesia bisa bisa setara gaji UMR penduduk Indonesia. *pembaca langsung ngitung pake kalkulator*

By the way, sebelumnya saya pernah tulis mengenai ini. Tentang keputusan mengambil sekolah ke luarnegeri dan juga memilih untuk menjadi pengusaha. Semoga bisa membuka pikiran kita untuk pertimbangan – pertimbangan sulit di Quarter Life Crisis ini.

Baca : Pengusaha VS Executive Muda
Baca : Haruskah Kuliah ke Luar Negeri ?

Nah yang bekerja, terus asah potensi diri. Di ranah karier pekerjaan godaan yang paling sering hadir adalah “zona nyaman”. Di zona di mana bekerja sudah menjadi kebiasaan, gaji semakin bertambah, seringkali membuat kita jadi stay di lingkaran itu saja. Sehingga sulit keluar untuk hal – hal baru, apalagi kalau udah ada tawaran untuk menambah ilmu lagi alias sekolah, sulit sekali.

Pesannya adalah jadikan kehidupan kita penuh warna dengan hal – hal baik, menabung kebaikan dengan warna yang beragam. Jangan biarkan dataar dan ga ada sensasi alias just flat. Bukankah kita bekerja untuk bermanfaat bagi orang lain  ? Bukankah kita juga berilmu untuk memberikan kontribusi untuk kebaikan kita bersama agar umat tidak tersesat pada kebodohan dan mendapatkan cahaya pengetahuan. Gimana dong kalau ga ada penelitian ? Kita ga akan mungkin menikmati internet, kecanggihan yang saat ini kita dapatkan, berbagai kemudahan – kemudahan yang hadir saat ini tanpa ilmu pengetahuan.

Yang sekolah tinggi bukan mendapatkan gelar menjadi tujuan, melainkan jadi apa gelar tadi untuk kemaslahatan umat. Begitu juga yang bekerja, baik itu cucuran keringat dan pikiran apakah itu baik ? apakah itu bermanfaat bagi orang banyak ?

Saya ingat pesan guru terdekat saya, seseorang yang pertama kali membawa saya dalam keadaan hijrah saat ini. “Biarkan mencari pengetahuan dan ilmu karena Allah menjadi tujuanmu, InsyaAllah urusan duniawi (harta, kemudahan dan lain - lain) Allah sendiri nanti yang urus, mereka akan datang bukan kamu yang mencari anakku,”

Intinya apapun yang pilih jangan biarkan ada yang terluka, jangan biarkan hatimu terzalimi  karena tidak setuju dengan barangkali pilihan atau restu orang – orang terdekat, tapi jangan pula egomu membuat oranglain jadi yang terluka. Sebaik – baiknya pilihan adalah pilihan karenaNya bukan mengatasnamakanNya dalam “ego” kita atau ego orang lain.

Apapun pekerjaanmu sekalipun itu hanya sekedar berjualan bakso, guru kecil, dan ya mungkin secara nilai mata uang yang diperoleh tidak sebanding dengan pekerjaan lainnya niatkan saja karena Allah. insyaAllah keikhlasan tersebut akan tercatat surga. Kemudahan dan ketenangan hidup di dunia itu lebih utama ketimbang banyak harta tapi resah karena banyak musuh. Selalulah berbenah diri, bahwa kita di dunia ini sudah memiliki perannya masing – masing tergantung peran mana yang ingin kita mainkan.
Lalu saya kutip dengan ending-nya lagu mas Bruno,

Cause you’re amazing, just the way you are :D

Baik para ciwi atau cowo

*** 
Yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
Semoga Menginspirasi!

Referensi Data :

Badan Pusat Stasistik
Indonesia Investements.com
Kompasiana
     

        Pernah nonton film X-Men ? Ini film besutan marvel yang digandrungi menceritakan tentang manusia super karena gen yang termutasi. By the way, disini saya tidak akan menceritakan isi filmnya. Tapi mengenai benang merah yang saya temui hampir diseluruh cerita *kelihatan banget saya penyimaknya* haha. Konflik yang terjadi seringkali berkaitan dengan diri pribadi, alias penerimaan atas diri yang “berbeda” dengan manusia lain. Sehingga karena tidak menerima diri tersebut, sulit untuk mengontrol diri hingga timbul kekacauan.

Tulisan ini sebenarnya hasil riset kecil yang saya lakukan untuk saya pribadi untuk menasehati saya, dan juga beberapa teman yang seringkali diajak diskusi ketika mengalami permasalahan. Banyak hal yang baik itu kegagalan, penolakan, hal – hal buruk yang terjadi di sekeliling kita dan terjadi pada kita membuat seringkali kita menyalahkan diri kita sendiri hingga timbul rasa “ketidak menerima”. Itulah seringkali yang terjadi di era sekarang, ketika banyak kasus – kasus bunuh diri yang terjadi belakangan ini oleh para pemuda, karena adanya tekanan yang timbul dari segala permasalahan yang terjadi disekelilingnya sehingga merasa pribadinya “tidak berguna”, tidak menerima hal yang terjadi. Bahasa kasarnya, menjadi pribadi yang “tidak bersyukur”.

Mengapa “Self Acceptance” itu penting ? 

Dalam dunia psikologi pasti kita akan mengenal hal ini. Tonggak dasar dari manusia ketika mengetahui hakikat kehidupannya di dunia pasti tentu akan mudah baginya untuk menerima diri sendiri baik itu atas kekurangan dan kelebihannya. Episode – episode dalam hidup kita sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa sehingga kita sebagai manusia bertugas untuk menjalankannya sesuai peran yang sudah diberikan, namun yang jadi pertanyaan ? Tahukah peran kita ?

Dalam riset kecil yang saya lakukan, self acceptance merupakan suatu proses melihat hidup sebagaimana adanya dan menerima secara baik disertai rasa percaya diri dan bangga. Ketika kita mampu melihat diri kita secara positif dan baik, akan lahir kekuatan murni yang super untuk menjadikan diri kita hebat. Salah satu contoh peran di Film X-Men, Raven merupakan mutan yang memiliki tubuh asli yang berwarna biru yang tak seperti manusia pada umumnya mengalami gejolak batin dan ingin sekali diterima oleh orang lain. Ada konfilk disini, bagaimana ia menerima dirinya ? Baik itu dari sudut pandang positif apa negatif?

Satu catatan lagi, ketika lingkungannya menerima dirinya, manfaat akan mudah didapatkan. Seperti film series terbaru, X-Men Apocalpyse, Raven mau menjadi pengajar ketika seluruh siswa Xaxier School menerima ia dan mengaguminya. Itu juga kenapa dibutuhkan dukungan yang lebih kepada orang – orang istimewa di sekitar kita, misalnya orang – orang berkebutuhan khusus, orang – orang yang mengalami kejadian luarbiasa (penyakit kronis, gangguan jiwa dll) karena dengan penerimaan yang berbeda ia akan memberikan sesuatu manfaat yang lebih bagi orang lain, mengaktifkan kekuatan supernya di dalam dirinya.

Mencintai diri sendiri (self acceptance) maksudnya adalah penerimaan atas diri sendiri, atas kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness), begitupun atas keadaan/kondisi yang ia dapati. Harapannya, dengan adanya menerima diri sendiri sepenuhnya, kita lebih bisa lebih dan lebih bersyukur kepada Sang Pencipta.

Self acceptance dapat menjadi obat bagi kita yang kurang percaya diri, karena pada dasarnya setiap manusia tentu memiliki strength dan weakness dan itu juga berlaku bagi diri kita sendiri. Self acceptance juga bisa membuat siapa saja menjadi bersahabat baik dengan diri sendiri sehingga tidak perlu berperang dengan diri sendiri karena merasa tidak pernah puas atas diri sendiri.

Apa yang membuat penerimaan diri terganggu ?

Adanya kejadian buruk yang terjadi, kesedihan yang amat sangat, tekanan yang luarbiasa, kejadian traumatis, sikap orang lain terhadap seseorang dan kebiasaan – kebiasaan buruk yang terjadi pada diri kita yang berakibat tak baik dikemudian hari. Ini saya kutip dari ummi online, oleh seorang psikiater bernama Dr. Suzy Yusna Dewi, SpKJ (K), ia psikiater dari Talenta Center mengungkapkan hal ini, pentingnya kita mengubah pola pikir dan mulai meningkatkan penerimaan diri.

  • Catat kelebihan dan kekurangan diri. (kembali mengenal diri sendiri) 

Dengan kita mengetahui dan mencatat kelebihan dan kekurangannya, kita belajar untuk makin mengenali diri sendiri. Bagaimana bisa menerima keadaan diri jika belum mengenal utuh siapa diri kita?

  • Berfokuslah pada kelebihan, bukan pada kekurangan!

Kita seringkali mendengarkan banyak hal negatif tentang diri kita daripada hal positif. Kita juga seringkali menilai orang lain sehingga kita hanya fokus pada memperbaiki diri kita menurut oranglain ketimbang fokus pada kekuatan diri sendiri “Good Different” dalam diri kita.

  • Buatlah Goal Setting!

Apa sih yang kita inginkan untuk diri kita? Kebanyakan orang lebih senang mengeluh apa yang tidak dimilikinya daripada berusaha untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Tulislah hal-hal yang kita ingin peroleh dalam waktu dekat! Misalnya: saya ingin rutin berolahraga dan mengurangi lingkar perut dalam 2 bulan, saya ingin bisa membaca Quran lancar bulan ini, saya harus belajar berani tampil di depan umum, saya harus menyelesaikan membaca dua buku pekan ini. Dengan demikian, perhatian dan energi kita akan terpusat pada hal-hal yang kita inginkan, bukan pada yang tidak kita sukai, sehingga yang datang adalah apa yang kita pikirkan.

  • Bergaul dengan orang yang “lebih susah”

Banyak orang yang lebih sulit kondisinya daripada kita. Misalnya, tertimpa penyakit, dililit utang, sulit memperoleh keturunan, dsb. Dengan bergaul dan menjalin silaturahim dengan mereka, kita akan semakin menyadari, betapa kita tidak pantas mengeluh. Ini yang terjadi pada diri saya sebelumnya, apabila terjadi sesuatu yang kurang baik dalam diri saya, saya akan pergi keluar memandang lebih luas melihat orang – orang yang tidak seberuntung saya, disitu akan muncul diri kita yang lebih memahami dan menerima, satu lagi pribadi yang bersyukur.

  • Awali dengan bersyukur!

Bersyukur merupakan kunci penerimaan diri. Maka awali segalanya dengan mensyukuri apa yang kita peroleh hari ini! Bukankah kita masih bisa bernafas? Masih bisa makan? Apalagi yang kurang?
 “Bila kita belum selesai tentang diri kita, bagaimana kita bisa bermanfaat dan menyelesaikan permasalahan orang lain?”
----------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

Keep Inspiring!


Dua hari saya mengikuti undangan Komunitas Sukses Mulia Pekanbaru untuk para leaders, Komunitas yang awalnya di gagas beberapa orang hebat salah satunya akang (biar keliatan muda) Jamil Azzaini seorang motivator, trainer, penulis yang luarbiasa. Saya pernah bertemu sekali ketika ia mengisi acara sebagai seorang mentor di Forum Indonesia Muda ke -17 ketika saya menjadi peserta.

Kegiatan dua hari yang bertajuk “Academy Community Leaders” mengundang banyak komunitas besar lain yang ada di Pekanbaru untuk membuat program JeniusLokal yang menjadi program andalan yang KSM usung agar nantinya di temukan sebuah program jenius lokal yang dapat membuat perubahan di daerahnya akan di mentoring, di coaching, dibina, dan diberikan kemudahaan untuk mendapatkan sumber daya membangunnya. Kita bisa kunjungi berbagai proyek yang sudah di terlaksana oleh jenius lokal. Kegiatan ACL kali ini diawali oleh pemantapan visi, mindset dan pola pikir untuk membangun sebuah komunitas.

Sebenarnya banyak pengetahuan yang saya dapatkan dari kegiatan ini. Apalagi dua pemateri yang dihadirkan adalah pemateri nasional, seorang CEO Multi Company, Trainer handal, dan cukup luarbiasa track recordnya. Hari pertama diisi oleh Bapak Syaiful Hamdi Naumin dulu merupakan Direktur Olympic Group, dan juga seorang mas-mas bernama Surya Kresnanda, ketua KSM Bandung dan juga seorang dosen, motivator yang senang sekali meledeki saya ketika acara itu (sudah saya maafkan kok mas -_-")

Kali ini saya ingin bersharing tentang sebuah komunitas yang berakselerasi. Walaupun tema kali ini tidak terdapat pada kegiatan tersebut. Saya mendapatkan sudut pandang baru mengenai komunitas. Jujur, saya sudah menyukai dunia organisasi sejak saya duduk di bangku sekolah dasar. Ada hal yang tidak kita sadari bahwa ketika kita masuk dalam sebuah lingkaran, kita dalam keadaan sedang belajar loh.

Menurut saya, "komunitas yang berakselerasi itu berbanding lurus dengan orang – orang yang di dalam yang berakselerasi".  Saya mendapatkan ide ini ketika salah satu peserta bertanya kepada saya tentang komunitas yang saya hadirkan, “kongkow nulis”. Walaupun sederhana ketika mempresentasikan semua ide dan tidak muluk – muluk. Ada yang berbeda dari kami, kami setidaknya telah memulai melakukannya dan mengusungnya berlahan – lahan.
Komunitas yang mandiri seharusnya menjadi konsep yang kita bangun sejak awal. Ketika komunitas itu bisa mandiri, mampu berdikari dalam tantangan dan hambatan apapun. Komunitas dapat mengatasi segala masalah. Segala pertanyaan “mengapa saya ada disini “ dan “hal ini yang saya lakukan” dapat terjawab.

Pola pikir inilah yang seharusnya di hadirkan di tiap – tiap anggota sebuah komunitas. Satu hal lagi, ada dua poin yang saya dapatkan dalam kegiatan ACL sebagai catatan penting seorang inisiator atau leader ketika membangun komunitas atau berada di organisasi.
Dua hal ini adalah :

Community Service dan Community Development.
 
Apa bedanya ?
Community service singkatnya adalah sesuatu yang diberikan kepada anggota, masyarakat, artinya sebagai seorang bagian dari komunitas kita melaksanakan fungsi kita sebagai seorang pelayan memberikan pelayanan, berpartisipasi
Sedangkan Community Development sebuah cara membangun komunitas dengan memberikan pengarahan, mentoring, memberikan kesempatan masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan. Pra pembangun komunitas dalam hal ini berperan sebagai fasilitator untuk warganya menjalankan tujuannya.

Komunitas yang berakselerasi artinya yakni komunitas yang mampu melakukan berbagai percepatan dalam segala aspek untuk mewujudkan tujuan tersebut.
Sama hal nya materi yang diberikan tentang be driver, not be a passenger. Kita harus menempatkan diri sebagai seorang driver yang dapat menghandle kemana arah dan tujuan. Kita membutuhkan orang – orang yang memiliki “pola pikir” demikian.

Saya jadi ingat juga ilmu yang sangat membekas dan berkesan ketika saya mengikuti Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) TDA Kampus se-Indonesia di Jogjakarta 2014 lalu. Kak Arry Rahmawan Founder Cerdas Mulia, Penulis Bestseller “Studentpreneur Guidebook”, dan juga,kala itu merupakan Presiden TDA Kampus mengatakan pada kami peserta rakernas,
“Pola pikir seorang pengurus dan anggota itu berbeda, (Volunteer / member dalam hal ini). Seorang pengurus organisasi berpikir, apa yang dapat ia lakukan untuk komunitas / gerakan/ organisasi yang kita jalankan. Sedangkan member / anggota berpikir ketika bergabung di komunitas, apa yang bisa saya dapatkan dalam komunitas tersebut,” 
Ini catatan penting bagi saya dan saya terapkan dalam kegiatan apapun. Pola pikir inilah yang mahal bagi sebuah komunitas yang membuat ia mampu melakukan percepatan lebih dari biasanya. Ketika seorang pengurus memiliki mindset, what I do for our community ? semuanya akan melakukan sesuatu demi komunitasnya, bukan tuding menuding ketika ada kesalahan, saling lempar tanggung jawab, atau bahkan cuek dan tidak peduli.

Hal ini juga mindset yang diubah dalam kegiatan ACL (Academy Community Leaders) oleh Komunitas Sukses Mulia agar kita menganti subjek dalam melakukan sesuatu,
 “Mari kita ganti kata “akuh / saya” menjadi kata “kita””
Bahwa apa yang kita lakukan bukan semata – mata karena keegoisan diri kita atau keinginan pribadi kita, melainkan keinginan kita semua bersama – sama.
Saya juga ingat kaitannya dengan sebuah ayat Quran yang berisi
 
(Hai orang-orang yang beriman! Jika kalian menolong Allah) yakni agama-Nya dan Rasul-Nya (niscaya Dia menolong kalian) atas musuh-musuh kalian” (QS Muhammad :7)

Saya percaya ketika kita mengurus oranglain dalam kebaikan, akan ada saja tangan – tangan Allah yang membantu urusan kita, apakah itu rejeki dimudahkan, ketenangan batin, silaturrahim yang erat, dan impian yang tak terduga hadir dan juga impian kita terwujudkan.

Seseorang yang berada dalam komunitas adalah resprentasi dari komunitas itu sendiri. Begitu pula, pekerjaan rumah dari komunitas adalah agar ia mampu membangun budaya improving / peningkatan kualitas yang ada di dalamnya. Komunitas yang mandiri, lahir dari pribadi pengurus yang mandiri juga, komunitas yang berakselerasi juga lahir dari pribadi yang tak pernah puas untuk memperbaiki dirinya dan melakukan peningkatan kualitas pribadinya.

-----------------

Let's make something for world ! make it happen!

Semoga menginspirasi :)


Older Posts

HELLO, THERE!


Hello, There!


Hello, There!

Let's read my story and experience


Find More



LET’S BE FRIENDS

Sponsor

OUR CATEGORIES

Entrepreneurship Event Financial Talks Forest Talk Good For You Happiness Healthy Talks Ngobrolin Passion Parenting Pendidikan Review Self Improvement Self Reminder Tips Travel Wirausaha Young Mindset community development experience

OUR PAGEVIEW

recent posts

Blog Archive

FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by beautytemplates