Jleb! Saat mau nulis berkaitan dengan judul diatas. Sebenarnya, sebelum tulisan ini saya sudah membuat draft tulisan mengenai anak muda agar bisa memudahkan hidupnya dengan hal sederhana sesuai perkembangan zaman. Tapi sepertinya, topik ini lebih menarik dan sengaja saya pikirkan lebih dulu ketika mendapatkan suntikan insight baru saat pantengin TEDx Talks yang belakangan sering absen. Biasanya saya senang mantengin TeDx Indonesia tapi karena rasanya sudah saya simak semua. Saya pun mencoba untuk menyimak TeDx versi luar, dengan kekhawatiran bahasa inggris saya yang ga bagus – bagus amat yang juga bikin nunda nyimak versi luarnya. Namun ketika mencoba searching dan menontonnya, ternyata ga sesulit yang saya pikir haha *kecurhat deh.
Jadi kegalauan tersendiri pasti diri kita - kita. Terutama yang baru selesai perkuliahan. Ketika sadarnya apa kata televisi dunia begitu banyak onak berduri dalam berjuang haha. Saya sebagai orang yang masih dalam hangat – hangatnya setahun lalu lulus masih ingat cemasnya kala itu. Bagaimana kegalauan teman – teman, ketika belum menentukan status akan kemana dan bagaimana. Termasuk saya di tahun sebelumnya. Bisa lihat tulisan flashback saya di 2017 yang menguras emosi.
Masa transisi wajar sebenarnya mengalami kekhawatiran. Walaupun kelak sudah mendapatkan pekerjaan, atau hal baru yang sudah diputuskan. Kekhawatiran kita pada hidup gak sampai situ aja. Tapi juga masih bercabang sama hal lainnya. Termasuk usia kelak semakin meninggi, tanggungjawab akan hidup bertambah, sikap “main – main” dan santai udah ga bisa jadi kebiasaan.
Saya akan sharing tentang apa yang saya simak dari TedX Talks yang diisi pemuda nan tampan dan inspiratif. Sungguh sederhana, hal yang beliau sampaikan berkaitan dengan hidupnya. Lalu kemudian dia petik hingga menemukan jawaban. Pemuda nan tampan tersebut merupakan CEO Muda Gerakan 80.000 hours sebuah gerakan membantu anak muda untuk menemukan dimana arah hidupnya untuk berkarya. Yaps, si ganteng itu bernama Benjamin Todd. Di awal presentasi disampaikan begitu menarik.
Dia bercerita bahwa dahulu memiliki interest (ketertarikan) menjadi ahli martials arts. Namun pada kenyataannya beliau gagal, sambil nunjukin foto yang dia tinju habis – habisan di ring. Audiens pun tertawa. Setelah itu dia kemudian tertarik mempelajari filsafat dan mendalaminya, setelah mengalami kegagalan tersebut. Sampai pada akhirnya dia menyadari, bahwa ia tidak mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang dia dapat dari filsafat. Kemudian akhirnya dia memutuskan berhenti. Sambil menceritakan ia mengutip kata – kata ini ;
“Philosophy is a bunch of empty ideas” – Peter Unger
Ia pun tidak putus aja dan mengeksplorasi kembali mencoba mempelajari dunia finansial dan investasi. Dalam menjalani hal itu, ia masih mencari tahu apa arah yang dituju. Dari cerita tersebut terllihat ya guys, ia yang tidak berputus asa dan terus bergerak.
Dalam persentasinya dia juga memberi pemahaman dan juga pertanyaan kepada kita kemanakan
yang kita ikuti sekarang ?
Mengikuti orang tua kah ?
Mengikuti uang dimana berada ?
Mengikuti passion kita ?
Benar- benar kekhawatiran yang sering terjadi di diri kita bukan. Apakah dengan ikut passion yakin bakal sukses ? Apa dengan passion yang sesuai dengan pekerjaan dapat menjamin kesuksesan ? Pertanyaan yang begitu mendalam. Ternyata ketika dijabarkan tidak ada hal pasti untuk jawaban tersebut.
Saya mengambil kutipannya “ Your present interests are not a solid basis for career decisions”
Jadi ketertarikan kita akan sesuatu tidak bisa menjadi dasar sebuah karir yang pasti. Entah itu karena suka nulis kita wajib jadi penulis. Karena kita suka masak karir kita akan menjadi chef. Pasti teman – teman menyadarinya bukan ? Bahkan jurusan perkuliahan yang teman – teman ambil belum menentukan dan menjamin kelak apa yang benar – benar menjadi arah tujuan teman – teman.
Saya mungkin bakal mencampur pembahasan ini. Karena ada dua video yang relevan mengenai tema kali ini selain Si mas-mas ganteng tadi hehe. Sebelumnya saya sebenarnya pernah bercerita juga tentang hal ini pada tahun 2016. Sebuah pandangan saya tentang sebuah berharganya value (nilai) dan dampak (impact) Lemahnya, saya menuliskannya sangat berbasis opini dan sulit dipahami orang lain, saya rasa demikian haha. Di karenakan saya masih minim referensi pada saat itu. Teman – teman bisa baca di sini :
Video lain yang relevan diisi oleh mbak cantik. Beliau adalah seorang trainer, dan juga praktisi branding di Amerika Serikat. Ohya saya lupa memberi tahu bahwa mas sebelumnya merupakan alumni Oxford jadi wajar banget pake data dan sangat teoritis.
Sedangkan mbak mbak ini cerita berbasis “ Kata Emaknya” Unik kan ya ?
Di awal sharing si mbak bernama Terri Tescipio itu cerita kalau dia ikut – ikut hal yang lagi booming sekarang mengenai follow your passion. Dia sudah berkali – kali berganti pekerjaan, menjadi editor, host radio, dan berbagai pekerjaan lain. Dia cerita tentang di awal dia selesai kuliah dan seringkali ada pertanyaan “ What's Next ?” Dan menurutnya hal itu sangat mengintimidasinya dan kita juga sering kan ya mendengarnya “Ternyata orang amerika sama juga ya wei” –author comment-
Kemudian dia juga mengatakan bahwa banyak buku passion juga sering menyesatkan bahkan makin membingungkan orang – orang kini. Hingga suatu hari, ibunya teriak ke kamarnya. Pada saat ia mengalami depresi akibat menjawab pertanyaan tersebut. Terri sudah banyak berganti pekerjaan dan profesi. Dia sempat mengurung diri beberapa bulan karena tidak tahu apa yang akan dia perbuat lagi.
“Heei jangan diam aja terri, keluar rumah lah ambil pekerjaan. Ambil lah kerjaan apa saja.. jangan seperti itu!”
By the way, ini real life banget lah yaa..
Akhirnya dia pun mencoba mengambil pekerjaan tersebut dan dia membuang semua yang dia pikirkan tentang passion, "my experience for the job is zero and nothing," Ucapnya saat menjelaskan keadaannya. Ketika ia berusaha keluar dari lingkaran ketidak bergerakan dan keterdiamannya itu.
Banyak hal yang ia dapatkan dari pekerjaan itu, ia kemudian lambat laun mencintai apa yang dia lakukan. Walau di awal ia tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman akan bidang tersebut. Dia seperti hidup kembali katanya. Terri mengatakan dengan tegas, bahwa "passion is feeling" Yaps! Passion adalah perasaan," and feeling will be change", sambungnya. Perasaan akan berubah.
Simpulan yang sangat dramatis bahwa dia mengatakan, biarlah passion yang mengikutimu bukan kamu yang mengikuti passion. Jika kamu mengkhawatirkan masa depan, itu bukan kamu saja orang – orang juga memikirkannya. So, it’s Okay! Jangan mempressure diri pada keraguanmu jalani dan bina dirimu menjadi orang yang lebih baik dan berkembang.
Jadi apa yang harus kita lakukan teman – teman ?
Apa simpulan yang kita dapat dari dua inspirator ini ?
Benjamin Todd kemudian mengakhirinya dengan sebuah kata yang menjadi judul tulisan ini. Kata yang membuat saya mengangguk. “Do What’s Valuable” Buatlah sesuatu yang bernilai.
[ Lalu saya bergaya swag dengan kaca mata hitam, yo yo men !] garing banget dah hahaha.
Helping people, make something, sesuatu yang bisa membuat sedikit banyak dunia menjadi lebih baik karena ada diri kita.
Sebenarnya simpulan tersebut sudah dijelaskan Qur’an mengenai apa peran manusia ada dibumi ? Yaps, sebagai seorang khalifah, membuat dunia menjadi lebih baik. Tapi untuk menjabarkannya begitu luas termasuk dimintanya kita banyak mengambil pengetahuan dan juga memahami Al-Qur'an. Intinya, ketika kita percaya akan Allah. Tandanya kita percaya untuk selalu bergerak, jika kita dalam keadaan buta akan arah yang kita tuju bisa jadi kita sedang jauh dari sang pemilik dunia, yakni Allah SWT.
Jadi jangan berhenti berkarya, jangan berhenti berjuang, jadilah apapun yang baik! Bikinlah sesuatu untuk membuat dunia lebih baik karena kita,
Eh, yang baca smile dulu dong !
Semoga bermanfaat!