facebook google twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • Travel
  • Life Style
    • Category
    • Category
    • Category
  • About
  • Contact
  • Shop

Melati Octavia Journal


Tadi malam salah seorang adik favorit  saya meng- whatsapp saya untuk sharing menarik yang membuat saya merasa sepertinya perlu di tulis karena cukup inspiratif dan juga sebagai catatan pengingat bagi saya.
Hal ini berkaitan dengan hubungan harmonis dalam sebuah keluarga, dari yang muda dan yang tua hehe. Orangtua maksudnya. Tiap saya menghadiri seminar luarbiasa, para pembicara selalu menyelipkan doa dan juga hal – hal yang menbuat kita meneteskan air mata.  Mereka bercerita bagaimana keajaiban yang mereka dapatkan ketika doa orangtua mereka sangat ajaib untuk percepatan pencapaain yang mereka dapatkan.

Selayaknya seorang anak yang masih mengenal, egois, kekanak – kanakan. Kita sebagai yang muda nih apalagi remaja baru gede sering sekali menjadi sosok 'sok' super hero dalam lingkaran keluarga. Pengaruh media yang sangat intens yang menampilkan adegan kurang baik dan tontonan yang sangat negatif, membuat kita tanpa sadar tersugesti untuk tidak menghormati orangtua kita, bahkan berbuat kekerasan secara psikis.

Itu makanya kita sering sekali mempertahankan ego kita begitu kuat ketika berdebat dengan orangtua ataupun kakak kita sehingga terjadilah gempuran tangis, kekerasan, dan juga adegan ngambek dan cemberut-nitas. Bener gak ? Kekerasan psikis alias hati yang kita dapatkan ketika kita tak ada yang mau mengalah untuk meredam emosi, Alhasil lidah kita seperti duri – duri yang menusuk hati dan membekas karena kata – kata tajam yang terlontaar.

Mobilitas kehidupan anak muda sekarang yang tinggi membuat komunikasi kita sebagai seorang anak sangat minim sekali dengan orangtua. Orang tua kita yang bekerja misalnya, kita juga bersekolah atau kuliah. Ada yang kuliah diluar kota barangkali. Sampai kita berada dirumah, kita sibuk dengan gadget masing – masing. Baik itu orangtua ataupun anak. Belum lagi, untuk saling bertukar pesan di telepon atau sms sangat jarang dibanding komunikasi dengan teman sebaya dan sehati *ehem. Biasanya menghubungi orangtua ketika ada perlunya seperti ketikaa minta jajan, uang spp belum di transfer, dan hal – hal yang berkaitan dengan kebutuhan pribadi ? Egois gak sih ?

Hal sederhana ini bumerang loh bagi kita, di generasi globalisasi seperti ini. Bumerang di masa yang akan datang yang tanpa sadar membuat kita menjadi pribadi “kurang berperasaan”. Ini pendapat saya, kalau gadget itu benda mati yang seolah – olah hidup, tapi disana kita sulit menemukan kebenaran. Kita dipalsukan dengan banyak hal pada benda itu.

Wah kamu sendiri mel ?

Saya mengalaminya kok, dan menyadarinya sedikit demi sedikit kesalahan – kesalahan saya selama ini. Saya berterimakasih diberikan kesempatan oleh Allah untuk menegur saya tanpa sadar dengan mempertemukan saya dengan orang – orang luarbiasa. Saya sering sekali terteguh ketika seminar membahas tentang rejeki, keberkahan hidup, rasa aman dan tenang. Akhirnya saya paham, ada hal yang salah dengan komunikasi saya dengan orangtua, saya paham dan menyadari emosional yang saya belum stabil. Begitu juga orangtua kita yang semakin lama semakin bertambah usia juga mengalami perubahan dan gejolak emosional yang berubah. Ingat kata Quran gak tentang rentang usia manusia dan karakternya ?

If you want other people care with you, you must be the first caring for him.
Jika ingin kita oranglain peduli dan menghargai diri kita, jadilah yang pertama berbuat demikian.
Hukum take and giving berlaku dalam kehidupan sosial. Kita suka berpikir egois untuk minta dilayani dan dihargai, tapi kita belum mampu berbuat demikian untuk orang lain. Bagaimana bisa ? Egoisnya diri kita?

Curhatan adik saya itu mengenai kesulitaannya mengkomunikasikan apa yang dia inginkan, terutama berkaitan dengan impian anak – anak muda yang aktif, jalan – jalan misalnya, berorganisasi, bahkan untuk berprestasi dibidang lain yang kita sukai yang notabene sedikit jauh melenceng dari pendidikan yang sedang di tempuh.

Why ?
Orangtua bersikeras untuk mempertahankan pendapatnya tentang masa depan anaknya, membatasi banyak langkah. Yaps! Kita tahu ini tidak boleh berlebihan. Sebagai orangtua masa depan. Orang tua harus open minded dengan perkembangan jaman. Jangan sampai senantiasa membandingkan antara masa dirinya dan anaknya ketika sedang berpetuah, terkecuali berkaitan dengan norma dan prinsip nilai – nilai agama dan kesopanan.

Misalnya studi kasusnya gini :
Orangtua : “ Zaman ibuk ga ada pake laptop sama handphone .. kamu ga usah pake !?”
Anak :  "Jaman ibuk sama adek kan beda bu, jangan disamain dung ?! (ikutan ngotot)
Orangtua : "Pokoknya ibu ga mauu, nanti kamu begini begini begini dll"
(ini ketika momennya orangtua sedang nonton berita kriminal tentang human trafficking lewat sosial media)
Kalau pada momen ini kita kalah berargumen dan berkomunikasi yaa gitu. Perlu kita evaluasi bagaimana cara penyampaian kita, argumentasi kita, dan cara kita bersikap. (edisi sok bijak)
Gimana yaa kita mengemukakan keinginan kita ? Di saat kita sendiri saja belum bisa mengakomodir keinginan mereka sebagai orangtua terhadap diri kita ?

Hidup harus adil kan ?

"Give respect to earn respect"

Yuk jawab bareng – bareng :
  • Pernah gak kita telponan romantis menanyakan kabar orangtua kita, (misalnya jauh dari luar kota) nanya apa kabarnya, udah makan belum, sedang ngapain dengerin segala keluh kesahnya dalam hidup yang seperti kita biasa melakukannya dengan teman sebaya kita ?
  • Pernah gak kita bikin sweet momen bareng orangtua sekedar dinner bareng, nonton bareng, jalan – jalan wisata dengan orangtua ?
  • Pernah gak ketika kita inget momen special, kasih hal spesial buat mereka?
  • Pernah gak kita menyampaikan kisah kita di sekolah, kampus , dengan tentang hal gembira lainnya seputar jalan impian yang kita pilih dan impian kita bersama – sama  dengan orangtua ?
Kebanyakan kita malu buat jalan bareng dengan orangtua kemana – mana. Ketimbang jalan – jalan dengan teman Padahal momen bahagia ini adalah momen paling tepat untuk cerita banyak hal termasuk keinginan dan impian. Kita juga sering salah menyampaikan opini kita kepada orangtua ketika sedang dalam ‘ panas ‘ mempertahankan sesuatu.

Coba pilih padanan kata yang baik, positif, dan sampaikan argumentasi yang benar itu secara perlahan dengan alasan yang bisa di terima akal pikiran. Satu hal lagi, berikan kepercayaan kepada mereka. Bila mereka (orangtua) takut, khawatir, over protective, sampaikan bagaimana kuatnya kita, bagaimana penanganan bila ada hal yang tidak baik terjadi, kemungkinan – kemungkinan yang mungkin muncul dipikiran orangtua kita dan sampaikan bila mereka tidak percaya apa yang akan terjadi.

Ternyata ilmu negosiasi itu tidak hanya dibutuhkan di dunia organisasi dan bisnis saja loh. Tapi ini skill general yang harus kita miliki dan diterapkan dimanapun.
Semoga kita menjadi insan yang mulia, menghormati orangtua, berbakti kepadanya dan bersama – sama menuju surgaNya. Aminn
.
Ketika Muda dan Tua Berbicara 
Seketika dunia berubah menjadi lebih indah 
(taglinenya so sweet yahh..)

--------

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca


Saat Sosialisasi PHBS dan Cuci Tangan di SDN bersama Pihak Puskesmas 
 
Ini kali bulan kedua saya menyelami hal – hal medis secara intens yang dulu sempat teridamkan ketika saya duduk dibangku menengah atas. Walaupun background yang saya geluti hal berkaitan marketing dan komunikasi, saya banyak belajar beberapa bulan ini mengenai segala problema kesehatan di negara kita Indonesia. Secuil barangkali pengamatan dan penglihatan saya tentang hal ini, ketimbang teman – teman yang memang memiliki background keilmuan kesehatan yang lebih tahu apa yang terjadi.

Tahun lalu saya diberi kesempatan mengikuti pengabdian kukerta (kuliah kerja nyata) yang merupakan bagian dari kewajiban yang harus saya tempuh untuk menyelesaikan studi S1 dari kampus saya. Well, dalam draft kompetensi pengabdian ada salah satu poin pengabdian kami kepada masyarakat mengenai kesehatan. What!? Padahal tidak ada jurusan kesehatan dikampus setahu saya. Saya dan teman mengakali untuk berkunjung berbincang dengan kepala puskesmas setempat, dimana tempat kami melaksanakan KKN. Saya sangat respek dengan ibu tersebut yang sangat ramah, komunikatif dan juga memiliki wawasan yang luas. Terlihat dari bagaimana beliau respek dengan kami mahasiswa dan cara nya menjelaskan berbagai problema yang ia hadapi sebagai seorang kepala puskesmas disana.

Masih teringat di ingatan saya, ketika ia bercerita tentang pelatihan yang ia ikuti untuk bagaimana meng-edukasi masyarakat untuk berbudaya “BERSIH” alias membuang hajat pada tempatnya. Saya sempat terkaget ternyata masyarakat kita di Indonesia masih banyak yang tidak suka, tidak terbiasa membuang hajat di WC atau kloset. Mereka lebih suka ke sungai atau sembarangan membuang hajat ditempat yang mereka suka. Saya heran setengah mati mendengar fakta tersebut, ditengah tempat KKN saya sudah tergolong kota madya ternyata masih ada warganya yang belum sadar, di era millinieum ini yang ada televisi, internet, hape canggih, masih ada loh masyarakat kita yang masih melakukan hal yang bisa dikatakan “purba” itu.

Belum lagi, tempat saya melaksanakaan KKN sangat minim air bersih. Sudah tak terhitung kenangan saya yang numpang “mandi” karena rebutan air bersih dengan warga lain. Karena kami harus mengeluarkan uang ratusan ribu untuk bisa menggunakan air bersih hanya dalam waktu tiga hari. (true story)
 
Bahkan sampai warganya bilang, mereka tergolong orang banyak uang alias kaya karena untuk air saja mereka membelinya (sindiran banget). Nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan ? Inilah yang membuat saya rindu pulang ke rumah karena bisa mandi sepuasnya, bahkan satu bak penuh saking segarnya.
 
Balik lagi ke problema kesehatan yang terjadi di sudut pelosok negeri kita, saya melihat kurangnya negara kita respek terhadap tenaga kesehatan yang berada di puskesmas dan lain – lain. Saya mendengar sendiri keluhan mereka yang masih menggunakan uang pribadi untuk hal – hal yang berkaitan dengan masyarakat. Apakah itu pengabdian sosial, kegiatan – kegiatan sosialisasi hal kesehatan. Memang dibutuhkan orang – orang yang memiliki hati berlian untuk mengabdi setulus hati untuk negeri kita ini. Saya sangat salut dengan mereka yang terjun langsung mengabdi di masyarakat dengan keterbatasan yang mereka miliki.

Dua bulan ini saya melakukan internship (magang) di salah satu rumah sakit yang sederhananya berpikir karena jarak dekat dengan rumah saya, dan pertimbangan lain yang membuat saya lebih memilih yang dekat dari yang jauh (don’t baper yak bacanya hehe)
 
Ternyata jauh dari dugaan saya, saya menikmati dan mendapatkan banyak pengalaman yang luarbiasa melihat langsung bagaimana pengabdian itu. Ketika masyarakat mengeluh akan sakitnya, kekurangan yang ia miliki, kita berupaya keras untuk menjadi pendengar yang baik. Saya pun harus bisa multi skill dan sedikit banyak harus tahu hal berkaitan kesehatan, seperti pertolongan pertama, beberapa istilah medis, jenis penyakit, dan obat – obatan. Tak jarang masyarakat yang melihat saya menggunakan id card memberikan label bahwa kami adalah dokter atau tenaga medis, yang padahal jauh dari ekspetasi mereka kami bukanlah seperti yang mereka bayangkan (kru marketing)
 
Hal yang saya sukai ketika momen terjun bakti sosial, walaupun harus merelakan kelelahan super dan waktu libur yang berkurang karena tercatat lembur. Tapi ini momen luarbiasa melayani ratusan pasien untuk mendengar dan menyaksikan langsung apa yang terjadi di sebagian kecil masyarakat kita.

Dominasi penyakit apa yang sedang mewabah, tingkat fasilitas kesehatan yang disediakan petinggi desa / kota di daerahnya. Saya rasa memang pemerintah dan pejabat harus memiliki kualifikasi volunteerism untuk melihat langsung fakta lapangan apa yang terjadi. Hingga melihat sendiri apa yang negerinya rasakan. Baik itu di sektor pendidikan, kesehatan, lingkungan, yang merupakan hal vital dari kehidupan sebuah negeri.

Sebuah data menarik saya dapatkan dari Indonesia Institute mengenai problema kesehatan di negeri kita Yang pertama adalah masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Karena dari sekitar 9.599 puskesmas dan 2.184 rumah sakit yang ada di Indonesia, sebagian besarnya masih berpusat di kota-kota besar.
 
Persoalan kedua juga menyangkut masalah distribusi yang belum merata, khususnya tenaga kesehatan. Beberapa daerah masih banyak yang kekurangan tenaga kesehatan, terutama untuk dokter spesialis. 
Data terakhir Kementerian Kesehatan RI memang mencatat, sebanyak 52,8 persen dokter spesialis berada di Jakarta, sementara di NTT dan provinsi di bagian Timur Indonesia lainnya hanya sekitar 1-3 persen saja.
 
Ternyata masih banyak PR kita sebagai penerus negeri ini terutama teman – teman yang memang berkecimpung di bidang kesehatan untuk mengambil langkah dan kontribusinya untuk mengatasi problema bangsa kita.
Kalau bukan kita, siapa lagi ?

---------------------------------------

Sebuah perjuangan yang paling melelahkan tanpa kita sadari itu adalah proses loh. Banyak dari kita yang sering melupakan elemen satu ini dalam perjuangan. Jiaah, kayak cerita jaman pahlawan yaa readers. Proses itu ada dalam segala aspek kehidupan kita. Sederhana sih membahas hal ini karena kita semua pasti menjalaninya. Kalau ada yang tidak menjalaninya, barangkali dia pake sihir atau dukun, barangkali doi keturunan pure blood / half blood bukan muggle (red: harry potter story).

Di kampus jaman semester lalu, (kalau inget semester bawaannya baper). Saya dan teman – teman belajar matakuliah perencanaan komunikasi. Kita seringkali melihat papan pengumuman, iklan dan hal yang kita lihat hanya sekejap mata seperti iklan shampoo atau iklan mastin (ekstrak kulit manggis) itu muncul gitu aja. Padahal ada proses yang cukup panjang dan melelahkan untuk bikin beberapa detik yang menggemparkan itu. Ada namanya persiapaan, riset dulu, terus konsep setelah itu ada momen dimaki – maki boss ama klien kalau ada yang ga cocok sama prosedur (ngarang deh). Pokoknya ada prosesnya.

Nah kita nih, hidup juga butuh proses. Pada dasarnya hidup kita juga sebenarnya dalam berproses *edisi sok bijaksana*. Kita punya ending hidup yang namanya akhirat. Di sanalah kita kekal abadi *kata ustad gitu.

So, kita suka lupa momen yang seharusnya kita lewati dengan baik itu proses bukan pada hasil. Kita menikmati proses agar paham makna perjuangan, paham apa yang kita jalani sampai pada akhirnya kita sampai di tujuan kita paham esensi tujuan itu apa. Ibaratnya proses dan tujuan itu kayak pasangan kekasih. Seperti kata pepatah “ Hasil tidak pernah mengkhianati proses”. So sweet kan ?

Apalagi kalau kamu yang bilang ke saya (yang baca langsung keselek biji duren).

Tapi kita sendiri yang suka lupa sama proses yang kita jalani. Ujuk – ujuk sampai tujuan, naik tangga pemenang dan pegang piala juara. Kita lupa sama orang – orang yang bantu kita buat kita naik ke tangga sukses itu. Alias lupa daratan.
Abang sepupu kece saya pernah menasehati saya ketika sarapan indah saat momen liburan ke kampung halaman, di sumatera selatan kota Palembang dia bilang gini “ Mengingat proses itu penting, mengingat masa lalu itu perlu. Karena dengan ingatan itu kamu tidak akan sanggup sombong dan angkuh karena ingat dulunya kamu seperti apa sebelum menjadi yang sekarang,” Saya langsung diem, berhenti ngunyah nasi goreng enak buatan istri doi. Buka smartphone langsung update tumblr, bikin kata – kata puitis.

Seperti yang saya pernah tulisan di postingan sebelum – sebelumnya (baca berkali-kali). Saya bilang kalau sukses kita itu adalah himpunan energi dari orang – orang kepada kita. Kita itu lahir ga ada apa – apanya loh, dikasih modal sama Allah tubuh yang lengkap dan fresh kemudian tumbuh jadi gadis cantik atau lelaki tampan berkat tangan – tangan mulia, yakni orangtua kita. Apa yang kita dapatkan adalah titipan, sama halnya dengan apa yang kita miliki sekarang (termasuk sukses). Sebenarnya yang sukses itu juga orang – orang di sekeliling kita. So, kalau kita lupa sama hal itu kita sudah durhaka dengan keadaan (*tempel sticky note ke jidat ini catatan penting).

Menikmati proses itu lebih menyenangkan karena sukses itu hanya terjadi dalam satu kejap saja. Kayak kata salah satu bapak founder twitter Bill Stone. Keringat, perasaan, daya juang itu menjadi saksi himpunan – himpunan kekuatan yang kita kerahkan untuk hasil yang membuat kita bilang, huff akhirnyaa .. atau Yes, I can do it bahkan sebaliknya, you’re failed. (Baca juga : Gagal ! Try Again !)

Hmm, begitulah sedikit cuap – cuap ala – ala bijak saya hari ini.
Semoga bermanfaat dan menginspirasi 

------ 
Note :
#ProjectBaru
Saya sedang mencoba melakukan improvisasi gaya penulisan saya untuk beberapa tulisan kedepan dan juga dalam melatih kemampuan saya dalam menulis untuk proyek dua buku baru saya tahun ini. Dalam nuansa yang lebih rileks dan fun.
Apabila tulisan diatas tidak cocok dengan kepribadian saya bisa hubungi rumah bersalin terdekat #eh

Kreativitas saatnya ini menjadi sebuah soft skill yang dicari untuk bertahan menghadapi persaingan yang kian ketat. Saya teringat ketika menghadiri beberapa seminar seputar marketing dan diskusi komunikasi, pemateri sering menyampaikan elemen – elemen penting bertahannya sebuah perusahaan yang mana ia menjadi ujung tombak keberlangsungan akan “kesadaran” dunia baru kita yang sangat dinamis. Sampai pada akhirnya saya mengajukan kritik manis beberapa big company yang akhirnya runtuh, padahal memiliki kelengkapan di berbagai bidang. Apa alasannya ?
Yaps, elemen yang sering dilupakan. Inovasi ! Inovasi menjadi hal yang menjadi catatan siapapun. Baik itu diri sendiri ataupun sebuah organisasi besar dalam perusahaan atau lsm. Manusia itu dinamis, memiliki ketertarikan yang heterogen dan berubah – ubah. Kalau bilang kita sebut, seleranya beda – beda. Hoho.
Kecepatan informasi, dan juga hal – hal yang baru muncul tentunya mempengaruhi banyak hal. Apalagi di dunia bisnis. 

Bagaimana kreativitas muncul ?
Menurut saya, kreativitas itu muncul dari sebuah permasalahan. Loh ? Ketika kita dihadapi sebuah kasus, pemikiran, dan sebagainya. Secara tidak langsung, kita berpikir bagaimana jalannya hal tersebut terselesaikan. Nah, orang yang kreatif itu adalah orang – orang yang memiliki kepekaan yang tinggi atas sebuah permasalahan. Tidak hanya itu, misalnya saja orang lain tidak melihat sesuatu itu adalah sebuah masalah. Bagi orang kreatif sesuatu hal bisa ia anggap sebuah hal unik yang menjadi sumber inspirasi untuk membuat sesuatu. Make it something! Ia melihat sesuatu dari sudut yang berbeda dari kebanyakan orang.

Membangun kreativitas itu perlu proses dan latihan. Keinginan untuk menjadi beda. Beda yang seperti apa, beda berpikir, beda untuk membuat sesuatu. Ia terus berlatih untuk mendapatkan wawasan agar meramunya menjadi sebuah modal dalam mencapai inspirasi dalam bentuk kreativitas. Yaps! Yang dari awal saya sampaikan tadi, ia sangat peka akan kondisi ketimbang yang lain. Sehingga ia dapat berpikir visioner untuk melihat masa depan akan sesuatu hal.

Ingat tidak pamor smartphone blackberry yang menguncangkan dunia ? Saya ingat dulu, banyak orang berbondong – bondong membelinya dan kemudian merogoh kocek dalam untuk terlihat elit mengingat brand itu sedang naik daun dengan fitur canggih terbaru. But, sekarang kita bisa lihat dalam kurun waktu beberapa tahun, mereka mengambil langkah kreatif untuk fokus pada aplikasi blackberry messenger. Ketika orang – orang pada meninggalkan smartphone ini karena kehadiran smartphone berbasis android dengan touch screen yang lebih lengkap aplikasi, lebih murah, canggih, dan praktis.

Perusahaan sekelas apapun akan runtuh apabila tidak mampu untuk peka dan mengembangkan budaya kreatifitas serta inovasi dalam lingkungannya. Nah, apa lagi manusia ? Kenapa sih kita dituntut kreatif.

Ditengah tekanan yang kita hadapi saat ini, orang – orang kreatif akan melihat sesuatu itu berbeda. Persaingan dan globalisasi yang semakin mencekam, mengharuskan kita menjadi pribadi demikian. Kreatif bersikap, kreatif berpengetahuan, kreatif untuk melakukan sesuatu hal yang baik dan positif. Nah, apa yang terjadi jika kita tidak merubah diri ? Kita akan ketinggalan. Yaps!

Saya ingat, banyak Sunnah rasulullah yang menganjurkan kita pulang dari ibadah melewati jalan yang berbeda. Nah, bukan kah itu salah satu cara menemukan sudut pandang baru dan inspirasi.
Dari dulu, saya sangat tertarik dengan tema kreativitas. Sampai akhirnya pada tahun 2014 saya melahirkan buku berjudul “The Idea Factory” secara selfpublish saya terbitkan. Saya berpikir untuk merevisi buku ini kembali di tahun ini mengingat banyak hal yang kita lewati dan berbeda yang menambah inspirasi saya :) untuk buku ini mohon doanya.

Nah bagaimana cara simple membangun kreativitas ?

  1. Menjadi pribadi Open minded atau terbuka dengan pandangan baru tapi masih dalam rule yang baik dan benar
  2. Senantiasa beraktivitas yang unik dan berbeda ( misalnya pulang melalui jalan yang berbeda, kegiatan yang unik dan beragam di setiap hari atau minggunya)
  3. Menambah wawasan dengan aktif belajar baik itu dari berbagai media, baik buku, blog, seminar dan lain – lain.
  4. Suka dengan hal baru dan tantangan baru
  5. Baca buku “The Idea Factory” hehehe 


Masih banyak lagi yang dapat menjadikan kamu pribadi yang kreatif dan penuh inovasi. Gali terus potensimu dan temukan keunikan dalam diri kamu.

Happy reading!
Keep improving and Inspiring!

Dari gelimang ide belakangan ini untuk sebuah tulisan, akhirnya saya memutuskan untuk memprioritaskan tulisan yang kira – kira lebih lancar tertuang, ketimbang yang memerlukan waktu untuk mengumpulkan bahan dan juga wacana yang menguatkan.

Rutinitas saat ini juga membuat saya selalu ingin mendapatkan energi baru untuk men-charger pola pikir, ketika tidak duduk diperkuliahan dalam keadaan normal, misalnya duduk menyimak ceramah dosen. Jujur saya rindu momen itu, ketika mendapatkan energi dan ilmu baru. Akhirnya saya memutuskan untuk mengambil frekuensi rutinitas baru yaitu baca koran dan blogwalking lebih sering haha.

Browsing internet, chatting, bersosial media merupakan aktivitas sosial anak muda sekarang. Tak jarang dari kita membagikan banyak hal di timeline atau men-retweet berbagai komentar sehingga menjadi opini public yang menyebar kemana – mana. Setiap orang bebas mengemukakan pendapatnya, terlepas dari itu benar apa tidak.

Tanpa kita sadari kita seperti orang yang seringkali menyimak hal – hal yang kurang perlu untuk disimak bahkan dikomentari. Kita lupa menfilter sehingga banyak informasi salah kemudian terbagikan ke penjuru bumi. (berlebihan) tapi memang itu nyatanya. Untuk Indonesia saja, terdapat 255 juta lebih penduduk yang 51% persennya sudah menggunakan internet aktif. Berarti ada sekitar 150 jutaan masyarakat Indonesia yang berpeluang untuk mendapatkan informasi yang sama bila sebuah berita kemudian terangkat.

Saat ini media televisi contohnya, kita bisa lihat mereka mendapatkan berbagai konten dan isu menarik diangkat berasal dari perbincangan di sosial media. Apakah itu isu tentang empat huruf yang sekarang lagi booming itu ? atau tokoh – tokoh yang kemudian tenar karena gerakan yang ia lakukan sehingga berdampak bagi banyak orang. Semua berasal dari sosial media. Kekuatan baru yang ada di era ini. Ingat bukan ? Pemilihan presiden yang hits saat ini ? Dimulai dari Presiden Amerika yang membuat strategi baru menggunakan sosial media sebagai alat campaign nya.

Ada banyak teman - teman diluar sana yang sudah melihat kesempatan ini. Kitabisa.com misalnya, atau change.org yang membuat gerakan petisi untuk menilai sebuah kebijakan atau isu yang beredar. 

Lalu mengapa kita tidak memanfaatkan kesempatan dan juga kemampuan ini untuk membuat perubahan besar. Biarpun sederhana, kita bisa memanfaatkan banyak hal untuk mengubah hal yang buruk menjadi baik, dan baik menjadi lebih baik. Kita lebih sering disuguhkan konten  konten negatif, isu yang belum tentu benar ketimbang mengabarkan hal baik dan juga menyebarkan hal baik ?
Hal simple dimulai dari kita yang membuat perubahan kecil dengan apa yang kita sampaikan di sosial media adalah hal positif. Jika perlu, buat perubahan kecil yang berdampak besar untuk membuat perubahan ga hanya di sekitarmu tapi juga orang yang menyimaknya.


Lets start now :D

Kemarin saya baru membongkar pustaka mini yang saya miliki di kamar saya. Saya baru ingat ada beberapa buku bazar yang saya beli beberapa bulan lalu dan masih dalam antrian bacaan. Judulnya menarik sejak awal saya membelinya. Save your money!

Tapi kali ini saya tidak akan mereview isi buku ini secara keseluruhan, melainkan mengambil point of view mengenai finansial. Saya sadar topik finansial itu sering sekali kita lupakan loh, terutama bagi anak muda yang masih tanggungan orang tua. Tak jarang dari kita yang orangtuanya ketika kita kecil lupa menanamkan pengetahuan bagaimana mengatur uang dengan baik. Jujur, masa lalu saya berkaitan dengan hal ini. Bukan saya, tapi keluarga saya. Saya belajar banyak dari pengalaman yang terjadi dahulunya untuk saya di masa yang akan datang.
Mengatur keuangan itu, dimulai dari kebiasaan sejak kecil loh, bila kita tak mempunyai mindset benar dan utuh tentang apa itu uang dan pengelolaannya, kita akan sulit mengatur uang kedepannya. Alhasil, akan timbul rasa tidak nyaman dalam hidup. Benar gak ?

Ingatkah kamu, faktor utama motif bunuh diri yang ada di Indonesia ? Ekonomi yang sulit. Faktor perceraian ? juga
ekonomi keluarga. Banyak sekali berita mengenai hal ini, yang ujuk – ujuk beralih ke masalah ekonomi.
Barangkali karena saya sudah banyak belajar dari kesulitan ekonomi yang pernah keluarga saya alami membuat saya jadi pribadi hemat, perfeksionis masalah ini.

Sebagian besar financial book yang tersebar di manapun, pasti membahas satu poin yang urgent yaitu Utang. Utang menjadi topik pembicaraan yang paling banyak babnya, termasuk di buku Save Your Money.

Menurut saya, utang itu menular. Ketika kita melihat teman lain melakukan, kita juga tak sadar terpengaruh untuk melakukan juga. Satu hal lagi, kita tanpa sadar juga ter-edukasi dari lembaga keuangan kita bukan ? Bank – bank berlomba – lomba menawarkan kartu kredit, menawarkan paket KPR, dan jenis produk bank lain yang berbasis utang – piutang. Kartu kredit selalu di promosikan lebih easy, banyak diskon, mudah, murah, keren dan banyak label menarik yang membuat siapa saja terpincut.
Tanpa sadar, kita sendiri tersugesti untuk melakukannya alias memiliki. Baik itu kepada teman sekitar, orangtua, teman kantor, dan berbagai lingkaran pertemanan kita.

Apa sih itu utang ?

Dalam buku yang saya baca, orang yang berutang menandakan ia tidak mampu mengelola keuangannya dengan baik, artinya pengeluaran lebih besar daripada pemasukan. Solusinya yaa berhutang. Bahkan ada juga mungkin karena sudah kebiasaan, dia memiliki uang, tapi karena ia ingin hemat dan mungkin tidak ingin ribet dia melakukan hutang. Ketika saya SMA saya juga menemukan beberapa orang yang memiliki habits seperti itu, walaupun hanya sebentar. Misalnya ke kantin, dia meminjam uang kemudian ia mengembalikan ketika di kelas. Selalu begitu. Saya melihatnya sudah menjadi habits yang ia lakukan dan tanam. Percaya gak kalau hutang itu habits ? Saya percaya, berhutang itu candu. Candu yang berbahaya.

Saya ingat almarhum ayah saya yang selalu mewanti – wanti saya untuk tidak menjadikan itu kebiasaan, yang barangkali menjadi tertanam di diri saya. Jika memang tidak perlu sekali, tidak usah berhutang. 

“Berhutang membuat hubungan yang sudah dibangun jadi renggang, segan, gengsi, tidak mulus seperti apapun. Kamu lihat A dulu dengan B baik sekali, sampai pada akhirnya si A berhutang cukup banyak. Yang dulunya sering berkunjung, main ke rumah. Akhirnya jadi lost kontak dan jarang lagi ketemu. Walaupun utangnya sudah lunas” saya ingat persis ini yang ayah saya katakana ketika dulu. Saya sangat takut, baik itu saya memberi bantuan berupa hutang ataupun saya yang berhutang, hubungan saya bersama teman menjadi rusak, tidak enakan dan rengang. Saya tidak ingin. Saya sadar mungkin teman saya ada juga yang men-stigma kan saya susah banget dipinjemin. Karena prinsip saya kalau memang butuh, saya akan berikan Cuma – Cuma bukan pinjam. Saya takut sekali, apalagi kapan kita mati itu rahasia Allah, saya tidak ingin merepotkan oranglain dengan utang – piutang saya di dunia nantinya. Baik itu oranglain yang berhutang atau diri kita.

Kutipan yang benar – benar menginspirasi di buku “save your money”
“Yang terpenting bukan seberapa besar yang anda dapatkan / hasilkan, tetapi apa yang anda lakukan dengan itu dan bagaimana anda menggunakan dan mengaturnya”
Saya ingat pesan sahabat nabi, bagaimana menilai seseorang yang pernah saya post sebelumnya ?
Melakukan perjalanan jauh, bermalam bersamanya selama tiga hari, dan melakukan bisnis dengannya (melakukan transaksi ekonomi dengannya).

Jangan sampai ketika kita memiliki kebiasaan itu, kita kehilangan teman bahkan saudara kita karena salah –salah mengelola kepercayaannya.
” Utang adalah uang yang bukan miliki kita dan harus dikembalikan. Seberapa pun besarnya uang yang kita milki akan habis jika hutang kita lebih besar” di halaman 8 buku  Save Your Money,

Review lebih lanjut bisa dibuka di sini : Save Your Money – Bebas Utang Banyak Uang 

Sebenarnya Allah sendiri menjanjikan rejeki yang lancar lagi baik dalam Al-Quran bagaimana cara mendapatkannya. Ibu saya pernah bilang “Bukan banyaknya harta, tapi berkahnya ia,”Biar uangnya banyak tapi ga berkah, banyak kesulitan, kesehatan tak baik, orang membenci kita, banyak kesusahan lain kita miliki bisa jadi harta yang kita miliki tidak berkah. Biarpun cukup pas – pasan, tapi hati kita lapang, jika berkeinginan ada saja jalan Allah memberikan kita rejeki. “

Ini jadi pegangan saya kemanapun. Alhamdulillah, saya hidup cukup baik. Saya menjadikan hati lapang dan teman banyak adalah pelengkap kebutuhan luarbiasa yang saya inginkan.
Bila saya sedang dalam keadaan susah, baik kekurangan uang atau kesulitan lain. Saya mencoba untuk evaluasi, gimana ibadah saya, ngaji saya, atau saya kurang sedekah barangkali, atau saya bikin dosa besar. Buku – buku seperti karya Ippho santosa, Yusuf Mansur, dan konsep keuangan dalam islam menginspirasi saya berprinsip demikian.

Pasti ada penyebabnya Allah mempersempit rejeki kita, nah itu yang kita telusuri kenapa. Apa karena kita malas berburu rejeki , atau mungkin kurang berbagi dan lupa berzakat.
Bagi mahasiswa dan para pelajar, belajar sedari dini untuk menghasilkan sesuatu agar terbiasa untuk tidak bergantung dengan oranglain, dan jangan membiasakan untuk menunda membayar sesuatu atau berhutang. Walaupun itu uang orangtua kita, misalnya nunggak uang SPP, kost-kostan dan masih banyak lagi. Secara ga langsung kita membiasakan diri kita untuk hal yang tidak baik dan pengaruhnya nanti ketika dewasa kelak dan menjadi orangtua.
-------------------------
Semoga menginspirasi,
Yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
Nasehat buat diri penulis juga
Save your money !
Kali ini saya ingin bercerita keluarga baru yang sudah lama diidamkan, Kongkow Nulis. Di mulai dari hal sederhana, ketika banyak anak muda lain melakukan banyak perubahan dan kemudian menginspirasi teman – teman lainnya. Saya begitu terkagum dan terkesima ingin berbuat sesuatu juga.

Kongkow Nulis adalah impian saya sejak kecil. Impian bertemu teman – teman yang saya harapkan hadir sejak dulu Sejak saya duduk di sekolah dasar. Saya pernah mendapatkan predikat siswa aneh, di ‘label’ makhluk aneh karena mengoleksi buku dan membaca buku yang tak seharusnya di baca anak sekolah dasar karena dua tingkat lebih tinggi. Hmm.. tapi bukan berarti karena saya suka dengan buku, saya tergolong siswa excellent, saya masih tergolong siswa lemot dengan prestasi akademik yang biasa, naik turun tergantung keberuntungan. Dibanding teman – teman yang lain, ibu saya sendiri mengatakan saya perlu effort lebih untuk menjadi mengerti, saya perlu belajar tengah malam untuk ujian sekolah. Itu rutinitas yang saya lakukan setiap ujian, Alhasil masih selalu kalah dengan nomor satu yang memang lahir dalam keadaan jenius hehe.
Kebiasaan saya yang berbeda dengan buku dan aktifitas menulis diary menjadi hal aneh bagi teman – teman saya terhadap saya, tak jarang saya sulit mendapatkan teman asyik berbicara. 

Keresahan itu berlangsung hingga saya duduk dibangku perkuliahan, Hingga akhirnya kongkow nulis yang saya bangun bersama teman satu pemikiran dan keresahan yang sama membincangkan hal ini. Walau kami memiliki style dan selera bacaan yang berbeda. Kongkow Nulis memberikan suasana baru dan menemukan teman baru yang sebagian besar barangkali punya masalah yang sama, teman asyik untuk ngobrol mengenai buku dan menulis. Sederhana :) kan ? dimulai dari sebuah keresahan.
Sepanjang perjalanan ini, kongkow nulis memiliki misi besar untuk membuat core environment untuk menyampaikan asyiknya membaca buku dan menulis. Awal yang sederhana.

Zaman modern saat ini, orang – orang beralih dengan gadget dan televisi. Belum selesai indonesia ingin di edukasi mengenai melek baca dan budaya membaca, sudah kehadiran tamu baru bernama globalisasi teknologi. Alhasil, kita terjebak. Hitung deh, yang menjadikan membaca adalah aktivitas utama dalam hidupnya ? Beli buku masih dapat dihitung jari teman – teman yang menyukai aktivitas ini. Paling - paling membeli karena paksaan. Virus anti membaca ini hadir di kalangan generasi lanjutan yang saat ini lebih tahu gadget dan televisi ketimbang buku yang mereka katakan sudah kuno. Kita pandangi adek – adek kita satu – satu, bagaimana reaksi mereka mengenai gadget atau buku ?

Walaupun kehadiran media online sudah membuat sebagian besar masyarakat Indonesia melek akan informasi, tapi tidak seiring dengan peningkatan kualitas yang di dapat.  Saya harap saya mendapatkan data konkret melihat fenomena ini. Indonesia masih kalah jauh mengenai literasi, masih banyak anak – anak pelosok yang masih menikmati buku – buku lama dan sudah kelewat basi informasi. Tak usah jauh – jauh, cukup di kota kita, kita masih menemukan fakta itu dengan melihat mirisnya keadaan perpustakaan.

Kongkow nulis ibarat satu paket impian, impian dari orang – orang yang di dalamnya dengan beraneka ragam background. Ada mahasiswa, blogger, praktisi media, penulis sastra, penulis buku non fiksi, dokter, psikolog, dan mereka itu masih dalam satu kesatuan teman – teman relawan, belum berkenalan dengan teman – teman member yang masih kita himpun datanya.
Ditengah keterbatasan yang kami miliki untuk bertemu karena kesibukan. Kami menjadikan kecanggihan teknologi meng – influence semangat itu dengan rasa kekeluargaan, dimana kami tidak pernah akan bosan bertemu, selalu rindu, dan banyak hal lainnya.

Kami ingin mengajak teman – teman yang belum tersentuh, dan masih asing dengan dunia buku yang cenderung di strereotip kan anak – anak akademis, menggunakan kaca mata tebal, kuper dan hal lainnya. Inget gak label itu kepada anak – anak yang suka baca buku ?
Label itu secara tidak langsung membuat kita terpengaruh bahwa baca buku = kuper, culun, cupu, dan ga gaul, ya kan ?

Coba deh kita nilai diri sendiri, kalau baca buku di tempat umum ? masih malu kan ? Walaupun keberadaan ebook sebenarnya membantu kita untuk membuat kita lebih mudah membaca dengan banyak bacaan dengan bawaan yang ringan, tapi bisa dihitung jari deh dari kita yang membaca. Misalnya lagi jalan – jalan, nungguin angkot dan lain – lain, jarang sekali dari kita disaat kita buka gadget itu sedang membaca e-book, paling – paling buka sosial media, chatting ? bener gak ? 

Gengsi banget deh baca buku. Takut dikatain sok pinter-lah, lagi jaim dah, masih banyak stereotip yang muncul di benak kita tentang pandangan orang lain kalau kita sedang bawa buku dan membacanya ditempat umum.

Fenomena kecil ini yang sederhana ini sebenarnya menunjukkan virus gengsi yang berkembang di kalangan anak muda yang sebagian besar masih belum sadar akan pentingnya membaca dan kemudian memberikan pengaruh atau berbagi dengan menulis.
Jika negara maju, satu orang bisa mengkonsumsi bacaan lebih dari empat buku. Indonesia masih dapat dihitung satu orang bisa baca apa enggak. Masih banyak orang – orang yang belum melek literasi, angka buta huruf juga masih ada.

Kongkow nulis memang tidak membuat langkah besar secara langsung yang barangkali di lakukan oleh teman – teman lainnya yang mengirimkan paket buku ke pelosok, atau melakukan terjun lapangan langsung ke berbagai daerah untuk memberikan bantuan langsung berupa buku. Kongkow Nulis masih sangat muda belia, di dasari oleh keresahan anak muda yang ibaratnya kesepian mencari teman berkawan. Tapi ternyata ada misi besar yang harus kami emban sebagai seorang pembaca dan penulis untuk mengajak yang lainnya untuk berbuat sesuatu dimulai dari hal kecil, yakni mengajak lingkungan terdekat kami, teman – teman dekat kami dahulunya untuk beranjak dari hal buruk ke dalam hal baik. dan kami memiliki tagline : read, write, publish, and inspire. Tagline yang menggambarkan sebagian besar aktifitas kami di kongkow nulis.

Istilah kongkow juga yang ‘stereotip’ istilah anak gaul itu ingin dibentuk agar menarik siapapun orang terutama menjadikan si gaul yang anti baca, menjadi siapapun baca buku dia adalah anak yang gaul. Bahwa nongkrong itu bisa melakukan hal bermanfaat, bisa berdiskusi literasi, sharing ilmu, dan melakukan aktifitas positif. Bukan bergunjing, main game, apalagi judi. Duh enggak bangeet.
Kongkow nulis menyadari bahwa ia masih sangat kecil dan muda, untuk tumbuh dan berkembang ia butuh asuhan orangtua yang bisa mendidik mereka. Maka dari itu dimulai, kongkow nulis membuka tangan dan lebar untuk berkolaborasi dan menampung banyak ide dan aspirasi untuk inovasi kongkow nulis kedepannya.

Lalu, saya sendiri memiliki prinsip bahwa mengajak kebaikan itu bukanlah kepada orang – orang yang sudah baik saja, tapi hal yang paling penting yang sering dilupakan para da’I (yakni diri kita) adalah orang – orang yang masih belum tersentuh akan itu. Agar kita menjadi cahaya buat mereka. InsyaAllah:)

Ingin tahu lebih banyak tentang kongkow nulis, bisa cek di www.kongkownulis.com
Salam Menginspirasi! Salam Kongkow-ers
Sudah hampir satu bulan saya saat ini merasakan oase dunia yang sebenarnya alias dunia kerja. Walaupun sebelumnya ketika awal perkuliahan saya sudah bekerja sama halnya saat ini. Ada dinamika berbeda yang saya hadapi. Setiap pekerjaan itu memiliki style yang berbeda, kedisiplinan, baik itu waktu, aturan – aturan, budaya kerja. Tergantung dengan menjadi acuan atau target dari program kerja. Well, sejauh ini pekerjaan yang saya geluti sebelumnya hanya ketat di perkara deadline, maklum wartawan. Tapi untuk budaya dan suasana kerja sangat fleksibel. Kita bisa merasakan hal menyeramkan kalau dalam situasi konflik, atau merasakan kekenyangan kalau ketika menghadiri acara yang mengundang wartawan hehehe.. pengalaman.
Tapi kali ini saya diberikan momentum yang sangat berbeda dari sebelumnya. Harus tepat waktu, disiplin dengan jam kantor yang padat dan lembur. Lalu menjadi sosok "power ranger's". Saya menyadari bekerja dibidang bisnis dan marketing itu adalah sosok power rangers, yang harus siap menjadi apa saja.
Seperti beberapa minggu belakangan, saya harus berganti jubah menjadi dokter, perawat, terkadang jadi MC dan juga guru TK. Yups, cukup menyenangkan.

Nah, sampai akhirnya saya menyadari mengapa berorganisasi itu sangat penting dan perlu. Dimana banyak dari kita yang masih asik dengan aktivitas yang kaku. Alias diem dirumah pasca pulang dari kampus dan sekolah. Ketika kita berada di dunia sebenarnya, ketika kita tak memiliki kemampuan soft skill untuk berkomunikasi, percaya diri, mengorganisasikan sesuatu. Saya tidak dapat membayangkan apa yang terjadi dalam diri kita bila kita tidak memiliki pengalaman berorganisasi apapun. Walaupun pekerjaan yang kita geluti sangat menarik dan sangat dekat dengan jiwa atau passion kita.

Saya sadar bahwa ilmu dan pengalaman yang saya dapatkan di organisasi lebih aplikatif ketika saya bekerja. Baik itu perusahaan besar ataupun startup yang masih merintis. Ketika berorganisasi kita belajar untuk berhadapan dengan dunia nyata, setidaknya dalam konflik nyata yang minimalis di lingkaran kecil kita. Baik itu konflik kecil bersama teman satu divisi, barangkali dengan ketua, atau dengan keluarga karena apa yang dikerjakan. And then, semuanya bakal dirasakan ketika memang sudah didunia nyata. Kita diberikan tanggung jawab baru, yakni menjadi dewasa dan juga diri sendiri. Kita diberi tantangan untuk menjadi diri yang terdidik, bermoral, santun. Attitude adalah pelajaran berharga yang seharusnya di dapatkan, tapi sayang pembelajaran ini hanya di dapatkan di keluarga, gitu kata Ibu saya yang sering menasehati saya. Jika pun ada dalam organisasi atau pun pendidikan formal sangat sedikit sekali penerapannya, lebih banyak teori – teori yang kita dapatkan.

 
Dunia sebenarnya kejam ? 
 
Stereotip yang sering dikatakan banyak orang. Yaaps, kejam bagi orang – orang yang tidak mempersiapkan diri dari awal. Bagi orang – orang yang sudah berpikir maju selangkah, ia sudah mempersiapkan diri dengan berlelah – lelah dan berletih – letih untuk mencari pengetahuan lebih banyak ketimbang orang lain. 

Tantangan ini dinamis, semakin lama kian menarik. Kita sebagai pemuda masa depan harus ekstra lebih keras jika tidak ingin ketinggalan. Berita seliweran tentang PHK besar – besaran, teknologi yang menjadi teman, dalam isu seringkali menjadi menjadi momok menakutkan untuk menggantikan tugas manusia.
Kreativitas, inovasi, dan nilai yang menjadi penyelamat itu, tidak akan mudah dimiliki bila tidak dalam usaha keras untuk mendapatkannya. 
 
Biar deh orang bilang kita sok sibuk dengan kegiatan, biar deh orang bilang kita terlalu serius, biar deh orang lain mengatakan ini dan itu tentang apa yang kita jalani.

Toh, hidup kita yaa kita yang menjalani seperti apa. Mau kita kedepannya sukses dan mudah dalam hidup ? atau dalam gelimang penyesalan.
Yuk, kita siapkan masa depan mulai dari sekarang. Bagi kita yang belum sadar walau sudah berada di dunia sebenarnya, ayo segera bangun. Jika ingin mimpinya terwujud.


Mengapa hanya orang cerdas dan berani yang mengambil kesempatan ?

Karena mereka yang mengetahuinya kemudian mencoba untuk memgambil kesempatan itu. Banyak juga orang yang cerdas tapi tak memiliki keberanian untuk mengambilnya. Lalu, banyak juga orang nekad dan berani mengambil kesempatan tapi ia tak mampu membaca peluang dengan benar sehingga menyia – nyiakannya karena sempitnya wawasan yang dimiliki. Itu kenapa, orang yang berwawasan luas, dan berpengetahuan tinggi itu naik derajatnya, karena memang dilebihkan dan sudah digariskan oleh Allah SWT. Ia akan dimudahkan segala urusan, baik itu perkara dunia dan akhirat.
Peluang dan kesempatan itu selalu ada tiap detik dalam hidup kita. Siapa yang mengambilnya adalah orang – orang yang cerdas hingga dapat melihat keberadaannya 

Kutipan menginspirasi yang saya dapatkan dibuku Rich Dad Poor Dad karya Robert Kiyosaki

“If you are not prepared with education and experience, a good opportunity will pass you by”
 
Akselerasi dimulai ketika kita mampu mengambil kesempatan itu dan kemudian mengetahui batas kemampuan kita dari sana untuk senantiasa memperbaiki, meningkatkan, kemudian menemukan apa yang kita inginkan.
Tapi jangan lupa ada aturan kita dalam mengambil kesempatan. Kesempatan yang kita ambil tidak bersinggungan dengan kesempatan oranglain. Maksudnya adalah mencuri sesuatu yang bukan haknya. Contohnya mengambil kesempatan sudah dimiliki atau memang harus dimiliki oranglain, tapi kita semena - mena terobos untuk diri kita sendiri. Its not good guys!

Menjadi chance catcher memang ga mudah, kita harus menjadi seseorang yang sangat peka pada situasi sehingga tidak melewatkan sesuatu. Karena banyak orang diluar sana yang dengan segala potensi ia mampu. Tapi karena ia seringkali ia mengabaikan banyak kesempatan dan juga meremehkannya, sukses yang tadinya seharusnya sudah berada digenggamannya hilang sudah. Tapi banyak juga orang yang masih dalam proses perbaikan diri, namun ia tekun mengambil kesempatan dan memanfaatkan sebaik – baiknya, bisa kita lihat sekarang. Ia berhasil dengan kesempatan ia manfaatkan sebaik baiknya.

Look around, Get ready to take a chance !
 ------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca


Keep Inspiring!


Well, kali ini kita akan bicara tentang sebuah nilai atau bahasa kerennya sekarang itu value. Value disini yang didasari sebuah purpose (tujuan) yang jelas dan berakhir pada sebuah impact (pengaruh). Belakangan ini di berbagai artikel dan juga tulisan – tulisan inspiratif akan kita temukan istilah demikian. Coba deh kamu “searching”. 

Saya sendiri menyimpulkannya bahwa nilai itu tidak pernah hilang dari apapun alias melekat pada sesuatu. Baik itu sebuah benda, manusia, makhluk hidup. Yaps! Apapun yang diciptakan dimuka bumi ini semuanya memiliki nilai. Namun tak jarang dari kita yang mengkotak-kotakan nilai itu yang seharusnya derajatnya sama menjadi seolah – olah menghilang dan tak bernilai.

Susah dipahami ya ? Ayo belajar mencoba belajar filsafat. Ada kutipan yang pernah saya baca. Kutipan itu berisi tentang konsep pragmatis “bahwa sesuatu yang tidak berfungsi akan hilang dengan sendirinya”. Mungkin pandangan ini yang menjadikan kita, mengabaikan sesuatu hal yang manfaatnya ga terasa dengan kita. Deskripsinya “duh .. ngapain lakukan ini itu, ga ada manfaatnya bagi aku”. Padahal, kalau ditelisik, sesuatu hal itu pasti ada nilainya. Ada impact yang tersembunyi dalam sesuatu. itu makanya Quran bilang, dalam beberapa ayatnya diakhiri dengan kata- kata .. bagi orang – orang yang berpikir .. Sesuatu yang bisa dilihat oleh orang – orang yang berpikir.

Luas sebenarnya bahasan tentang nilai, tapi kali ini saya hanya ingin membicarakan nilai dalam bentuk self-value. Nilai dari diri kita, apa yang melekat di diri kita. Misal, bentuk seperti pola pikir,  pertemanan, pengetahuan, kekayaan dalam berbentuk harta, dan kesempatan. Semua itu ada nilainya.
Tapi, kita seringkali salah membandingkan antara satu dan yang lain. Kita manusia lebih percaya dengan nilai yang sifatnya empiris ketimbang nilai yang bentuknya tidak terlihat oleh mata. Seperti konsep diri, pengetahuan, kebaikan hati dan hal lain. Jadi, kita seringkali lebih menghargai orang – orang yang memiliki “harta yang banyak” ketimbang ilmu atau pengetahuan banyak, yang tidak bisa diukur dan sehingga direalisasikan dalam bentuk gelar – gelar, publikasi dan lain – lain barulah kita hormat dan percaya. Thats right ?

Namun, setiap orang itu tidak memiliki kepandaian yang sama untuk mengolah bentuk nilai itu dalam bentuk lainnya. Misal, ada orang - orang yang orentasinya lebih kepada kekayaan jiwa, kekayaan hati dan nilai, sehingga ia menjadinya kekayaan lainnya itu sederhana saja. Yaa kan ?
Nah, ada sebuah rahasia orang – orang sukses bagaimana nilai itu bisa bertambah. Sederhana sekali, yakni BERBAGI ! Dalam Quran konsep berbagi membuat orang – orang senantiasa melakukannya akan kaya. Bukan hanya kaya harta loh, tapi kaya jiwa, kaya ilmu, dan mudah hidupnya. Ini menandakan seseorang itu bernilai.

Jadi konsepnya, bila kita berbagi maka nilai itu akan bertambah. Tapi pa yang dibagi ? Hal yang dibagikan adalah hal – hal kebaikan, positif dan bermanfaat.
Value, purpose, dan impact itu sangat berkaitan. Apabila kita ingin nilai bertambah, maka kita harus bisa dengan jelas mengetahui apa purpose (tujuan) nya dahulu, tujuan yang jelas membuat nilai yang kita dapatkan baik, jelas, dan terencana. Ibarat mengerjakan ujian deh, kita berniat untuk dapat nilai baik, kita harus belajar keras dengan purpose kita ingin nilai 100 atau sempurna, nah pada hasilnya kita mendapatkan itu lalu mendapatkan impactnya, impactnya nilai rata – rata kita naik, teman – teman termotivasi untuk menjadi lebih baik nilainya, dan masih banyak lagi (Ini analogi sederhananya)

Intinya semakin banyak kita berbagi maka sebuah self-value kita akan bertambah, bagaimana caranya ? kita harus bisa mengetahui purpose kita berbagi (niat dalam hal ini) dan insyaAllah, setiap yang kita lakukan aka nada impactnya (pengaruhnya).
------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca



        Beberapa hari belakangan ini, di sela – sela kesibukan internship. Saya menyadari kapasitas aktivitas saya melebihi dari biasanya.  Walaupun sudah tidak mengikuti perkuliahan seperti biasa. Saya seringkali kelelahan dan tak jarang kondisi fisik menurun. Sampai pada akhirnya saya menemukan artikel yang di bagikan Mas Saptuari Sugiarto, mentor TDA sekaligus pengusaha desain inspiratif di laman sosial medianya. Benar – benar mencerahkan.


Di era globalisasi saat ini tanpa kita sadari kita tidak dapat hidup rasanya dengan “Smartphone berinternet”. Hidup tanpa sinyal dan kuota saja, sudah setengah mati merengek – rengek Karena kondisi ini( Ini pengalaman saya ketika mendengarkan keluhan teman – teman di akhir bulan )

Coba deh di flashback kembali, apa yang dilakukan ketika bangun tidur ? Langsung cek handphone kan ? Hayoo ngaku ? Saya sendiri sengaja menunda menyalakan handphone dua jam setelah bangun, sehingga aktivitas pagi tidak di sia kan untuk menyimak timeline terbaru dari siapapun itu diberanda sosial media. Dengan resiko yang seringkali saya alami, ketika dosen tidak hadir saya terlambat membaca pesan sehingga sudah sampai di kampus sendiri.

Kecanduan dan ketergantungan seperti ini seharusnya tidak kita pelihara. Tak sadar banyak hal yang kita lewati di dunia nyata. Hal yang paling tidak kita sadari adalah berpikir dan menerima informasi terlalu banyak sehingga hal – hal penting membuat kita lupa, dan bahkan tingkat kegalauan dan stress lebih tinggi di masa sekarang. Contoh, ketika heboh informasi wabah virus di media massa, kasus pembunuhan dan masih banyak sebuah informasi yang merebak dengan mudahnya dan berbeda setiap hari. Kita disajikan banyak ketakutan, kecemasan, dan tentunya informasi sebagian besar hoax atau berita bohong. Coba kita berpikir, seperti itukah makanan otak kita sehari – hari. Carut marut, kekeraasan, pornografi yang mudah diakses dimana saja, hal – hal yang sangat merusak kondisi fisik dan juga paling utama mental kita.

Well, saya akui saya berlebihan di artikel ini. But, tapi itulah yang tidak kita sadari. Kita dipapar oleh banyak informasi. Mau tak mau, kita harus bijak memilih dan juga memberikan jeda ruang otak kita untuk berpikir bukan menerima.

Overload Think, kita sibuk menyimak banyak hal di media terutama media internet, grup chatting menjamur, asik bercerita di dunia maya sehingga lupa dengan realita yang terjadi.


    “Otakku ini layaknya hard drive, aku akan menggunakannya untuk hal yang perlu aku gunakan. Apabila informasi itu tidak berguna untukku, untuk apa aku menyimpannya. Aku menggunakannya untuk hal yang benar - benar berguna, kamu John Watson menyuruhku mengingat teori solar system dan tatasurya, aku akan segera membuangnya dari memoriku," ungkap Sherlock Holmes, dalam buku Penelusuran Benang Merah.


Awalnya saya sempat tak setuju dengan pandangan Sherlock Holmes, tokoh detektif yang fenomenal itu. Masa ? kita harus melupakan pembelajaran tentang Tata Surya yang sudah kita pelajari itu . Tanggapan awal yang saya sadari ketika membaca buku fenomenal karya Sir Arthur Conan Doyle itu. Sampai pada akhirnya saya mengerti maksudnya, kita seringkali mengambil semua informasi, pengetahuan tanpa berpikir terlebih dahulu patutkan informasi, pengetahuan yang tersebar kita adopsi dan kita konsumsi ? Baikkah dan bergunakah ?


Satu hal lagi, kesibukan baru kita saat ini membuat kita lupa tugas utama yang seharusnya dilakukan. Selama 24 jam kita asik memantengi sosial media atau gadget sehingga menghabiskan banyak waktu yang tidak produktif. Yuk, kita selektif lagi memilih informasi dan mendapatkan informasi.


    "Barangsiapa yang bangun di pagi hari dan hanya dunia yang dipikirkannya, sehingga seolah-olah ia tidak melihat hak Allah dalam dirinya maka Allah akan menanamkan 4 penyakit dalam dirinya :

    1. Kebingungan yang tiada putus-putusnya.

    2. Kesibukan yang tidak pernah ada ujungnya.

    3. Kebutuhan yang tidak pernah terpenuhi.

    4. Dan keinginan yang tidak akan tercapai." (H.R. Imam Thabrani)


Next post saya akan posting mengenai “Gadget Time Warning” bagaimana mengelola dan mengatur gadget agar dapat produktif dan berguna.


Di sela – sela dilema yang hadir beberapa bulan ini. Belum lagi memasuki awal – awal tahun.Saya berusaha menyibukkan diri dari kekosongan yang hadir. It’s not me. Usai sudah matakuliah yang saya harus ikuti dan hadir. Lega ? Bisa jadi, kesibukan bimbingan dan dilema masa depan jauh lebih berat tekananannya dari hanya kebebasan waktu untuk menghadiri perkuliahan – perkuliahan. Hmm.. sejenak kampus berasa asing.

Beberapa artikel yang saya baca dan blog walking sana sini di blog teman – teman. Mereka menuliskan berbagai rencana luarbiasa di awal tahun yang benar – benar membuat saya wow sambil berkaca sama diri sendiri yang rasanya masih belum melakukan apa – apa. Sebenarnya saya hanya menikmati cara saya melewati hari demi hari dengan cara saya sendiri, saya paling tidak suka didesak -_- tapi suka desak orang lain hehehe.

Tantangan saya saat ini adalah komitmen dengan apa yang saya rencanakan. Kondisi fisik yang menurun belakangan ini, saya rasa hadir dari gaya hidup dan juga stres berlebihan yang saya alami. I’m human readers. Saya juga sesekali suka membatalkan rencana membuat saya pusing sendiri dan membuat rencana baru dadakan. Nah loh! Its time to focus mel. Yaps, ini waktu saya buat fokus.

Fokus saya sekarang menulis banyak hal. Termasuk merutinkan blog ini agar bermanfaat bagi pembaca setia. Saya tidak banyak berharap visitor blog ini rame, karena saya juga perlu waktu untuk membuat sebuah tulisan bagus dan tepat menurut saya. Saya mengejar konten baik bukan kuantitas, jadi maklum dan saya minta maaf kadang jeda antara artikel satu dan lainnya agar berjauhan jaraknya.

Saya terharu ketika ada teman saya yang kemudian kirim komentar via bbm yang bilang “ Mel, teruslah menulis ga usah dipikirkan bakal dibaca apa enggak, yang pasti aku akan selalu baca dan pasti akan ada yang baca” ini komentar bikin merah – merah pipi deh. Jujur saja, saya pribadi menulis untuk menasehati diri saya sendiri, sedikit – sedikit dan kadang banyak juga curhat #ups.

“Fokus kamu apa sih mel, kegiatan banyak amir ?” ini gak satu dua orang yang memberikan statement seperti ini ke saya. Padahal agenda saya mah ga banyak, bahkan ada kadang seminggu menung ga jelas dirumah. Keluar rumah juga kadang kalau ada perlunya saja. Saya pribadi mencintai kegiatan yang berhubungan dengan banyak orang, karena saya pribadi ekstrovert walau kadang – kadang penyendiri introvert ketika fokus mengerjakan sesuatu. Ada sebuah energi yang saya dapat ketika berkumpul dengan orang banyak dan berdiskusi banyak hal, perspektif baru, ide baru, suasana baru, kenangan yang baru. I’m really love new things in the life. Saya suka dengan hal – hal baru dan patut dicoba. asalkan tentang hal baik yaa.

Kita perlu fokus pada sebuah hal yang sedang kita perjuangkan. Benar! Nah, coba sekarang lihat diri kamu. Apa yang sedang kamu perjuangkan ? Cita – cita, studi, masa depan, apa lagi ? Namun bukan berarti kamu menutup kemungkinan akan hal – hal baru setidaknya menambah perspektif baru dari kehidupanmu. Sampai kapanpun masa depan itu misteri dan tidak ada yang pernah tahu. Tiap kita proses mencapai sukses beda – beda jalannya. Kamu inget gak ? Impian kamu ketika mulai di sekolah dasar hingga saat ini ? Berubah tidak ? Yups, sedikit banyaknya berubah sesuai situasi dan kondisi. Bukan berarti hidup kita hancur ketika kita tidak mendapatkan impian kita itu, bisa jadi impian lain yang lebih hebat sedang dipersiapkan. Right ?

Fokus adalah ketika energy kamu terkuras untuk sebuah hal yang kamu geluti dan mengasahnya terus demi hari sehingga kamu menjadi bertumbuh. Nah, ini saatnya saya fokus pada impian saya dan karir saya di Ilmu Komunikasi. I’m so passionate with that.

Ada beberapa cara bagaimana kita menjadi FOKUS :

1.    Identifikasi
Coba didata kembali apa saja yang menjadi prioritas dalam hidup kita. Baik itu kesukaan kita, potensi kita, rencana – rencana kedepan, masalah – masalah yang timbul. Lalu, tuliskan prioritas itu dalam sebuah agenda kerja. Walau terkadang melihatnya melelahkan, tapi ini harus dilakukan karena ini yang membuat kita jadi terarah.

2.    Mengambil Keputusan
Ambil keputusan mana yang harus kita lakukan dan tidak dilakukan. Hal apa saja yang harus dihindari dan diabaikan. Bila ada sebuah pilihan, putuskan segera. Buat skala waktu didalamnya, kapan ingin diselesaikan kapan akan dimulai. Plan all !

3.    Klasifikasi
 Pisah-pisahkan pekerjaan yang harus dilakukan sekarang, segera, terjadwal, ditunda. Fokuslah pada pekerjaan sekarang. Ambil tindakan cepat untuk menyelesaikannya. Lupakan pekerjaan lain. Kita tidak perlu khawatir dengan pekerjaan lain sebab sudah kita simpan pada sebuah sistem “di luar” kepala. Inilah inti cara fokus, kita hanya perlu memikirkan yang memang perlu dipikirkan.

Review kembali daftar ini setidaknya seminggu sekali karena pasti banyak mengalami perubahan. Ambil lagi keputusan, mana yang akan menjadi fokus. Lakukan terus menerus.

Fokus itu perlu latihan, latihan untuk memaksimalkan sesuatu. Melatih fokus sama halnya melatih kekuatan penuh dari diri kita. Bila ada sesuatu kegagalan bisa jadi itu karena tidak fokus pada sebuah hal yang sudah direncanakan.

So, for you! Its time to ready ! Its time to be FOCUS
*nasehat untuk diri saya sendiri dan kita semua.
----

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
source pict : moco.co.id

Ketika membuat judul ini saya bingung bagaimana cara mengintrepretasikannya. Berat yak ? Sebelumnya saya pernah membuat sebuah status singkat di timeline facebook berkenaan dengan “komitmen”. Duh, bicara komitmen, rata – rata para muda – muda alergi banget. Asosiasi khayalan tingkat tingginya kata komitmen disamakan dengan kata “pernikahan” . Padahal tidak hanya itu, #eh bukan sesempit itu maknanya.

Bicara komitmen adalah bicara tanggungjawab. Ini menjadi peer (pekerjaan rumah) saya untuk memperbaiki diri dengan komitmen. Ingat gak ketika kita kecil dulu ? Kita perlahan diajarkan orang tua kita untuk belajar mandiri, belajar makan sendiri, membereskan mainan sendiri, berkomitmen untuk tidak mengerjakan tugas sekolah ketika malam. Itu dia komitmen, sebuah janji yang amat dalam. Menurut pandangan saya, komitmen ini jauh lebih mendalam pemaknaannya. Sudah masuk dalam sanubari untuk melakukan sesuatu. Janji yang sudah terealisasi menjadi sebuah tindakan nyata dari diri kita baik itu untuk diri kita sendiri maupun oranglain.

Komitmen sudah menyangkut prinsip – prinsip kita. Misalnya ketika kita berkomitmen untuk berhijab, untuk tidak pacaran, hijrah kearah yang lebih baik. Setelah saya renungi, komitmen itu memiliki tahapan atau levelnya. Ketika kita mampu berkomitmen dengan hal sederhana, kedepannya kita akan menghadapi komitmen lainnya yang datang kemudian menawarkan diri untuk kita melakukannya.

Contoh sederhana ketika kita kecil, saat kita mendapatkan tanggungjawab mengurusi keperluan kita sendiri, mandi, makan sendiri, dan lain – lain. Kita mendapatkan kesempatan untuk menjadi seorang kakak, lalu kita akan naik level untuk berkomitmen menjaga adik. Yaa kan ?
Komitmen itu amanah, kekuatan, tanggungjawab. Seperti perkataan yang pernah saya ingat dari Paman Ben dalam sequel Spider-Man kepada ponakannya bernama Peter itu. “Kekuatan yang besar beriringan dengan tanggungjawab yang besar pula”
Atau sama halnya pepatah yang sering kita dengar, semakin tinggi pohon itu tumbuh semakin kencang angin bertiup menggoyangkannya.

Bila komitmen itu memiliki tingkatan. Coba kita nilai diri kita seberapa jauh kita berkomitmen untuk diri kita sendiri untuk hal – hal yang baik ? Dari ketidak sempurnaan yang kita miliki, sejauh apa kita dapat berkomitmen untuk memperbaiki diri. Sederhananya menyelesaikan apa yang sudah kita mulai, seperti perkuliahan dan hal lainnya. *ini nasehatin diri banget*
Semakin tinggi seseorang mampu berkomitmen akan suatu hal, ia akan pantas berkomitmen untuk hal yang lebih besar lagi. Contohnya saya yang sering ditegur orangtua terkadang, “ kamu ga bisa gini …… gimana nanti ……” atau untuk para laki – laki sholeh, gimana mau bangun rumah tangga ? kalau bangun pagi aja susah ? #eh seperti itu deh

Jadi, apabila kita ingin menilai seseorang, kita bisa menilai dari sejauh mana ia mampu berkomitmen dari hal sederhana saja. Semakin tinggi ia mampu berkomitmen berarti dia adalah sosok High Level Personality. Misalnya saja, ia berkomitmen untuk merapikan kamarnya, rutin menulis, tanggungjawabnya dalam berorganisasi, dan hal lainnya. Tapi jangan judge orang, ketika ia belum mampu untuk itu. Berarti ia masih dalam proses, sama halnya seperti kita. Setiap orang memiliki proses menjadi baiknya masing – masing kan ? Kita hargai itu dengan membantunya mempercepat langkahnya untuk menjadi sosok yang lebih baik semampu kita.

Siapa yang mau berprestasi dalam berkomitmen ? menjadi High Level Personality?

“Jika Allah yang engkau tuju, maka kemuliaan akan dekat kepadamu. Segala keutamaan dan kemuliaan sifat – sifatNya akan mengikutimu” (Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah)



Segala sesuatu itu dimulai dari sebuah langkah. Perubahan besar yang kita miliki itu awalnya dimulai dengan sederhana ? Percaya gak ?
Saya ingat ketika itu saya pernah sharing dengan teman – teman TDA Kampus dulunya mengenai memulai sebuah bisnis. Rekan saya bilang begini, “Bukannya penemu apple alias steve jobs itu membangunnya dulu dari garasi rumah ya ?” Itu dia. Kita seringkali berpikir terlalu besar, ribet, rumit, memikirkan awalnya begitu sulit. Kemudian berpikir tentang sesuatu itu dengan awal yang waah, minjem uang gede – gede buat bisnis, dan kemudian berpikir dalam waktu yang singkat bisa berhasil. Pada kenyataannya tidak semudah yang dibayangkan. Sehingga tak jarang dari kita akhirnya berhenti melanjutkan keinginan menjadi sebuah realisasi yang nyata.

Saya pernah mengalaminya dan sering mengalaminya. Saya sadar pemikiran demikian di awali dari kesalahan kita yang tidak menghargai dan mengerti arti dari sebuah proses sesungguhnya. Selalu berpikir muluk – muluk dan lain sebagainya. Bukannya segala sesuatu dimulai dari hal yang sederhana kan, ?

Sama halnya ketika kita ingin merubah sebuah kondisi apakah lingkungan kita, keluarga kita, teman – teman kita. Hal yang sering kita lupakan adalah merubah diri sendiri terlebih dahulu. Cara kita berpikir, cara kita bersikap dan berperilaku, dan juga apa yang kita lakukan. Sembari itu kita juga perlahan merubah hal lain diluar diri kita.
Tidak mudah memang untuk mengawali sebuah hal, ketika menghadapi cemooh, tanggapan pesimistis, dan negatif sehingga mempengaruhi diri kita untuk melakukan perubahan baik.
Saya suka sekali dengan quote Lao Tzu, salah satu filsuf asal cina kuno.
Salah satunya mengatakan bahwa 

“Perjalanan yang berkilometer dimulai oleh sebuah langkah” sederhana tapi memiliki makna yang dalam.

Satu lagi kata bijaknya 
“Orang hebat mampu mengendalikan oranglain, tapi lebih hebat lagi ketika ia mampu mengendalikan dirinya sendiri”

Terkadang dari kita mampu mempengaruhi oranglain dengan sikap dan perkataan kita, tapi kita sendiri sulit untuk menasehati diri kita dari hal yang tak baik untuk berhenti.
Kebaikan apapun itu harus disegerakan, dimulai dari hal yang paling sederhana dahulu dan mulai dari sikap kita untuk menghargai dan mengapresiasi diri kita dari hal yang kita bangun. Memulai tidak harus sempurna kan ? Memulai tidak harus langsung ujuk – ujuk jadi yang terbaik ?
Dari setiap perjalanan tentu ada yang memulai kan ? Walaupun pada akhirnya nanti gagal, bisa jadi gagal kita adalah awal gerbang kita untuk masuk dan memulai sukses di hal lain yang tidak kita sadari.

*duh penulis ini kayaknya pandai ngomong aja ya,* dugaan pembaca
 
Saya pribadi menulis kan hal ini sebenarnya adalah menasehati diri saya sendiri untuk tidak takut untuk memulai apapun itu. Terutama saya yang belakangan ini sering takut dengan suasana pagi hari karena satu dan lain hal. Padahal sebuah hari itu dimulai dari pagi hari kan ? semoga gejala tidak baik dari saya ini bisa segera pulih. Aminn..

Nah, kamu masih berpikir untuk diam terlalu lama merenung untuk memulai sesuatu ?

-------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
 
Keep Inspiring !

Hari ini untuk kesekian kalinya mengunjungi pameran pendidikan luar negeri. Suasana excited dan semangat menggebu – gebu untuk bisa kuliah dan mendapatkan pendidikan yang baik di luar negeri seketika muncul ketika di ruangan tersebut. Para konsultan pendidikan di tiap – tiap stand menjelaskan dengan baik apa benefit yang didapat ketika berkuliah di luar negeri. Sekaligus oase kompetisi untuk memperbaiki skor standar bahasa asing, seperti IELTS dan TOEFL menjadi bayang – bayang kita yang ingin berkuliah di negara asing. Lalu pertanyaannya ? akan kah ? haruskah ?

Beberapa hari yang lalu, rapat bersama teman – teman komunitas. Teman saya kala itu, mengutip kembali pertanyaan saya tentang “Apa alasan kita kuliah ke luar negeri ?” Inilah yang menjadi diskusi seru kami sore itu.

Jujur saja belakangan ini, keinginan saya berkuliah di dalam negeri sebagai kuliah lanjutan semakin mantap. Ketika restu dan juga tanggungjawab untuk meneruskan perjuangan yang sudah dimulai sejak awal perkuliahan menjadi lebih jelas arahnya. By the way, setiap orang punya pilihan bukan ?

… mel kamu sering ikut acara nasional sih .. cinta Indonesia banget deh ..
… mel kamu ingat mimpi kamu gak …
… mel, ini loh kamu bisa …

Ini suara – suara indah yang mampir di telinga saya ketika menyampaikan minat saya itu. Siapa sih yang gak ke pengen merasakan oase berbeda belajar di negara yang memiliki kualitas pendidikan lebih baik daripada di negara sendiri ?
Saya juga menuliskan mimpi di sebuah negara di benua biru kok. Lalu ? Apakah mimpi itu pergi ? Tapi kalau saya bilang mimpi itu dalam perjalanan waktu semakin jelas dan terarah.

Semua itu masalah niat dan juga potensi. Saya pernah baca, trend untuk lanjut studi semakin meningkat. Baik dan positif tentunya, karena menandakan minat pemuda Indonesia untuk belajar dan mengenyam pendidikan tinggi semakin tinggi. Berkaitan dengan kualitas SDM negara kita yang akan semakin baik. 

Media informasi semakin tak terbendung arusnya, oase kompetisi di era saat ini sangat terasa sekali. Karya A Fuadi dan Andrea Hirata telah menghipnotis seantero muda mudi Indonesia untuk melanjutkan kuliah diluar negeri bukan sekedar mimpi, siapapun bisa. Walaupun ia berasal dari daerah terpencil sekalipun. 

Tapi, segelintir orang menjadikan tujuan utama untuk lanjut studi jadi buram. Niat tercampur jadi keinginan untuk tampil keren, ingin jalan – jalan, ingin foto di landmark, dan banyak lainnya. Wajar saja, ketika ada sebuah artikel tentang seleksi LPDP yang para kandidatnya gugur karena ketika sampai di meja interview. Kita sendiri bingung, sebenarnya apa tujuan kita berkuliah jauh untuk sampai – sampai ke luar negeri. Memang diakui, pendidikan di Indonesia memang banyak sekali masalah yang perlu diperbaiki. Sehingga kuliah di luar negeri menjadi jawaban. But, kita tentunya harus menemukan niat yang lurus dan realistis untuk menggapai impian kita.

Jangan sampai, karena ambisi yang kita miliki kita kehilangan momen berharga dalam hidup kita. Kita semua istimewa, hal yang terpenting kita fokus pada kekuatan kita. Fokus untuk menjadi diri sendiri bukan menjadi orang lain.

So jawabannya ?
Studi ke luar negeri itu harus, bila studi ke luar negeri merupakan jawaban untuk kita berkarya lebih baik dan lebih bermanfaat.  Bila studi lanjutan di sana kita akan menjadi pribadi yang lebih baik ketimbang kita berada di dalam negeri. Jadi pepatah, gapailah ilmu sampai ke negeri china, pas deh. Cari ilmu sampai ilmu dagingnya.

Lalu, jawaban kedua ga harus. Kalau niat kita hanya untuk tampil keren, tampil beken, dan pendidikan yang kita ambil nantinya sama kualitasnya dengan di dalam negeri. Alias kita tidak perlu jauh – jauh, lalu meninggalkan banyak hal yang seharusnya menjadi prioritas teratas hidup kita.

Setiap kita punya jalan suksesnya masing – masing. Maka dari itu, temukan jalannya !

-------------------

Keep Inspiring !

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca


Sore tadi ada percakapan menarik dengan saya dan teman – teman mantan jurnalis di tempat saya dulu. Sembari bernostalgia, kita ada menceritakaan tentang pentingnya Bahasa asing dan rencana kedepan untuk melanjutkan hidup. Baik itu topik, nyari pasangan, lanjut studi, kenyamanan bekerja. Maklum sebagai yang ‘termuda’ di forum mini sangat ingin tahu apa yang dilakukan kakak – kakaknya.

Kami bersepakat belajar Bahasa asing lebih ekstra dari biasanya. Saling menilai diri masing – masing, terutama Bahasa internasional yang kita gunakan, Bahasa inggris.
Saya pribadi dari kecil di berikan kesempatan orangtua mengikuti berbagai kursus Bahasa asing dibeberapa tempat baik itu privat atau college. Tapi, ga ada perubahan signifikan setelah saya sadari. Padahal saya mendapatkan kesempatan itu banyak dan tak pernah terputus. Hingga saya sadari, hal yang salah adalah. I didn’t love that. Saya tidak mencintai aktivitas itu. Saya mengikuti kursus karena ingin nilai Bahasa inggris saya baik dan lulus. Saya belajar dan menghapal ketika ada ujian kursus atau di sekolah.

Lalu saat ini saya menyesal. Hiks, penyesalan selalu datang belakangan yaa. Saya mendapatkan pelajaran dikemudiannya, bahwa belajar Bahasa itu perintah Allah dan Rasul loh. Saya pernah mendengar seorang ustad yang mengajarkan kelas singkat Bahasa arab pada saat itu, memberikan kisah tentang hadits untuk belajar bahasa kaum lain. Bukannya di Quran juga ada dijelaskan tentang perintah belajar bahasa arab ? Yuuk dibuka Al-Qur’annya.

,”Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya”  (QS. Yusuf [12] : 2).

Salah seorang sahabat yang mulia, Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu mengatakan,”Belajarlah bahasa Arab, karena ia termasuk bagian dari agama kalian” (Iqtidha’ Ash-Shirath Al-Mustaqim).

Bahkan Imam Asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan,“Maka wajib atas setiap muslim untuk mempelajari bahasa Arab sekuat kemampuannya, sehingga dia bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, dan dengannya dia bisa membaca kitabullah … “ (Ar-Risalah).

Ini menjadi self reminder bagi saya selalu untuk tak pernah bosan untuk mempelajari al-quran. Biasanya hal termudah untuk mengingat kosakata bahasa arab adalah dalam Al-Quran dan tafsirnya, seperti tafsir al-Jalalain yang didalamnya terdapat pengertian tafsir perkata. Subhanallah bahasa Al-Quran itu.
Mempelajari bahasa asing dalam beberapa referensi yang saya baca meningkatkan fungsi otak untuk memperoleh wawasan dan sudut pandang lebih luas. Bahasa adalah simbol dari sebuah pengetahuan, bahasa adalah alat untuk menterjemahkan sesuatu. Seringkali kita temui bahasa asing satu dan yang lain ada yang luas dan tidak. Contoh sepengetahuan saya, jika bahasa inggris nasi itu rice, sedangkan dalam bahasa Indonesia ada dua macam, ada beras dan nasi. Bentuk yang sama tapi maknanya berbeda. Nasi itu beras yang sudah di masak, sedangkan beras belum.
Lalu bagaimana kita mudah untuk mempelajarinya ?
Luruskan niat dahulu! Itu paling penting. Ketika kita niat kita baik untuk belajar, akan dimudahkan mempelajarinya. Lalu? Sungguh – sungguh dan tekun. Disiplin! Hal yang penting dari bahasa asing adalah berlatih dan mempraktikannya.
Hal yang paling utama cintai aktivitas itu. Saya pernah memposting tentang aktivitas belajar dan bekerja dengan rasa cinta akan maksimal hasilnya. Love you passion! Pada akhirnya saya memiliki ambisi dan cita – cita menjadi poligote. Seseorang yang memiliki kemampuan bahasa lebih dari satu, salah satu contohnya Almarhumah Gayatri. Saya tahu itu tidak mudah, karena setiap manusia memiliki tingkat kemampuan intelegensia menonjol atau tidak di linguistik. 

Ternyata ilmu ‘cinta’ akan aktivitas itu berhasil. Saya pernah belajar otodidak bahasa jepang dan mempraktikannya dengan teman saya yang merupakan anime-holic. Berbekal wawasannya tentang bahasa jepang dan juga cerita uniknya tentang koleksi komiknya saya mendapatkan lawan berbicara. Setiap hari kita selalu mendapatkan kosakata baru. Sampai pada akhirnya, kita berhasil bercakap – cakap bahasa jepang dalam bahasa sehari – hari, walau minim wawasan untuk menuliskannya. Saya dan teman saya menggunakan kode rahasia kalau meledek orang lain dengan bahasa jepang hehe *jangan ditiru. Dari mana tahunya bahasa saya benar ? sesekali saya melakukan chat dengan teman – teman asing dari jepang, sedikit sedikit mempraktikannya, ternyata ia mengerti. Lalu, tugas saya selanjutnya adalah meningkatkannya dan mempraktiknya.

Nah ?
Bagaimana dengan kamu ? Masyarakat Ekonomi ASEAN sudah dimulai. Para asing segera menyerbu negara kita yang merupakan target pasar yang empuk. Mereka berlomba – lomba belajar bahasa Indonesia, agar bisa bekerja di Indonesia yang merupakan salah satu syarat tinggal dan bekerja di Indonesia.
Kita masih mempersempit diri untuk diam kah ?
Yuk kita belajar, belajar memperluas wawasan dengan belajar kuncinya mendapatkan pengetahuan yaitu melalui bahasa.
Ala bisa karena biasa!
-------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

Keep Inspiring!

Syukur alhamdulillah, kita saat ini sudah sampai di awal tahun 2016. Banyak episode hidup yang kita lewati saat ini. Baik itu senang, sedih, penuh pengalaman, pembelajaran. Itu poin utama yang saya dapatkan. Terutama teman – teman luarbiasa yang saya tiba – tiba kenal dan mensupport saya dari berbagai sudut. Saya sadar semua itu tentunya rencana Allah Swt. Untuk refleksi tahunan saya sudah menuliskannya dibeberapa blog sebelumnya Refleksi Part 1 dan Part 2. 

Kali ini saya ingin bicara pada diri sendiri sekalian ingin menginspirasi teman – teman mengenai menjadi diri sendiri. Jujur saja, saya pribadi begitu terkagum dengan teman – teman di sekeliling saya dalam sepanjang tahun 2015. Sukses yang mereka lewati dan senyum yang mereka tawarkan dalam berbagai akun sosial media, membuat saya begitu menginspirasi dan kembali merefleksikan diri saya. Apa yang sudah saya buat untuk kebaikan ? Pertanyaan yang selalu terngiang – ngiang dikepala.

Saya masih merasa, banyak waktu – waktu yang masih “tercuri” oleh apa yang saya lakukan. Tercuri dalam arti, saya masih sering menunda apa yang seharusnya disegerakan. Eh ? Apa itu ? Seperti tugas kampus dan hal lain. Saya sadar, bahwa sikap perfeksionis kadang ada baik ada kurang baik. Yaps! Karena hal yang sulit dari diri manusia itu adalah mengendalikan diri ? benar gak ?

Tantangan saya saat ini adalah menjadi diri sendiri, fokus pada tujuan yang sudah dirancang. Saya menyadari, kian hari waktu begitu mengoda untuk disiakan dengan kata “nanti” dengan beribu alasan yang tiba – tiba muncul seketika. Benar gak ? Saya pernah mengalaminya, dan kadang – kadang sangat menganggu.

Itu makanya kita diharapkan senantiasa berkumpul dengan orang – orang yang memiliki visi yang sama dan juga tujuan yang beriring. Sehingga kita istiqomah untuk mencapai tujuan kita, tanpa sadar kita saling bahu membahu untuk mewujudkan impian masing – masing. Ingat film Tetralogi Laskar Pelangi kan ? atau kisah Trilogi Negeri 5 Menara karya A.Fuadi ? Mereka meraih impian tidak sendirian kan ?

Menjadi diri sendiri itu penting, menemukan siapa diri kita adalah bagian dari proses perjalanan kita menuju sukses. Ketika kita mengenal diri kita, kita melengkapi sebuah puzzle untuk melengkapi kepingan yang tidak dimiliki oranglain. Disitulah kita dibutuhkan untuk semakin sering berbagi, berkontribusi, memberi manfaat dari potensi yang kita miliki. Ada barangkali disekeliling kita membutuhkan waktu yang lama untuk memproses dirinya ada juga yang memiliki akselerasi dengan cepat. Bagaimana agar bisa cepat ? baca artikel saya yang sebelumnya “Akselerasi Kehidupan”
Misi saya kedepan adalah fokus selalu ingin mengetahui diri saya “Who I am”. What is my potential ?
Bagaimana orang mengenal kita, apabila kita sendiri tidak mengenali diri kita. Isn’t it ?
Satu quote bijak yang selalu saya ingat,

“Tidak perlu kita membandingkan diri dengan pribadi oranglain, cukup berkompetisi dengan sosok kita dihari kemarin”

Intinya, selalu jadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin agar kita termasuk golongan orang – orang yang beruntung. 
Selalulah berkontribusi dan berkarya dalam apapun bidangmu.
Lakukan lakukan lakukan!

------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca


Keep Inspiring!
Newer Posts
Older Posts

HELLO, THERE!


Hello, There!


Hello, There!

Let's read my story and experience


Find More



LET’S BE FRIENDS

Sponsor

OUR CATEGORIES

Entrepreneurship Event Financial Talks Forest Talk Good For You Happiness Healthy Talks Ngobrolin Passion Parenting Pendidikan Review Self Improvement Self Reminder Tips Travel Wirausaha Young Mindset community development experience

OUR PAGEVIEW

recent posts

Blog Archive

FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by beautytemplates