Melati Octavia Journal

Diberdayakan oleh Blogger.
Facebook Twitter Pinterest LinkedIn
  • Home
  • About Me
  • Disclosure
  • Story of Me
    • My Experience
    • Startup & Digital Life
    • Ngobrolin Passion
      • Talk Of Design
      • Writing Tips
      • Ngobrol Marketing
      • (NEW) Eco Lifestyle
    • Traveling Story
    • Diskon & Referral
  • This Is My Mind
    • Sudut Pandang
    • Boost Yourself
      • Young Mindset
      • Self Improvement
      • Career Talks
    • Review
    • My Project
      • Kongkow Nulis
      • Skill20
      • #ThinkMe
      • Codea Labs
    • Rubrik Seru
      • Date With Book
      • Movie Session
      • Bahas Bisnis
      • Road To Beauty
      • Eat With Me
      • Community Talks
      • Financial Talks
  • Contact Me
    • As Blogger
    • As Freelancer
Dalam perbincangan dengan beberapa teman belakangan ini adalah mengenai memahami teman. Memahami bahwa setiap dari kita memiliki sisi baik dan buruk. Saya sendiri menyadari hal-hal yang barangkali menyakiti atau pun mengusik hati saudara-saudara saya yang lain. Bagaimanapun itu, hal yang dapat membuat hati lebih tenang adalah memahami dan mengerti.

Namun dari kesimpulan yang saya dapat, manusia memiliki sikap buruk yang sebenarnya membuat risau diri mereka sendiri. Membuat duri - duri di hati mereka masing-masing. Dan duri - duri itu sering disebut dalam Al-Quran. Tapi kali ini saya hanya menyampaikan tiga hal yang seringkali hadir menyapa hati kita. Kemudian meremukkannya, menghancurkan pertemanan, menimbulkan kegelisahan.

HAL PERTAMA : IRI DAN DENGKI

  Sikap iri memang seringkali hadir di hati manusia. Melihat oranglain yang ‘lebih’ dari kita. Keinginan kita untuk menjadi seseorang seperti ‘si dia’. Dia yang begini begitu, dia yang hebat, dia yang luarbiasa di kelilingi berbagai kenikmatan. Kebanyakan dari kita iri karena hal yang bersifat duniawi bukan iri pada ibadah-ibadah atau kesolehan seseorang. Jarang sekali iri hal demikian, karena iri pada kesolehan menimbulkan ghirah / semangat untuk lebih giat lagi untuk beribadah.
  
  “Tidak ada iri hati kecuali terhadap dua perkara, yakni seorang yang diberi Allah harta lalu dibelanjakan pada jalan yang benar, dan seorang yang diberi Allah ilmu dan kebijaksanaan lalu dia melaksanakan dan mengajarkannya” (HR Bukhari)
  
  Apa yang terjadi orang yang memiliki sifat ‘iri’ ? Hal yang positifnya adalah kita termotivasi untuk menjadi lebih baik. Apabila menimbulkan sebuah semangat untuk menjadi manusia yang lebih baik. Baik itu secara keilmuan, lebih giat bekerja, lebih tekun. Namun hal yang dikhawatirkan adalah, ketika iri tersebut jatuh kepada hal-hal yang merisaukan diri kita. Dengan su’udzon terhadap nikmat yang oranglain dapatkan, kemudian berprasangka buruk. Merangkai isu-isu tidak benar tentang ‘dia’ yang menjadi objek iri. Selanjutnya hal yang lebih parah, orang yang iri akan berpikir untuk menjatuhkan kemudian mencelakakan atau bahagia jika ‘dia’ yang diirikan menderita. Nauzubillah.
  
  Sadarilah teman, bahwa kita memiliki kenikmatan yang diberikan Allah secara istimewa untuk kita. Sadarilah, bahwa ketika kita iri pada oranglain, diluar sana ada banyak yang menginginkan posisi sama seperti kita. Ada yang ingin menjadi seperti kita.
  Apa yang salah dengan orang-orang yang terselinap hatinya rasa iri. Rasa iri timbul karena kurangnya rasa bersyukur pada Allah. Kita lupa akan nikmat yang Allah berikan pada kita. Coba renungkan, ketika kita iri. Apa yang kita dapatkan dari sikap iri itu ? Yang kita dapatkan hanyalah kesulitan untuk diri kita sendiri, kegelisahan ketika malam tiba, kegelisahan ketika melihat oranglain mendapatkan nikmat yang banyak.
  Maka dari itu pertanyaan status hati kita seperti apa, kenapa bisa ada iri terselinap di hati kita.
  
  “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [An Nisaa’ 32]
 
HAL KEDUA : RAKUS / TAMAK

  Sikap ini juga merupakan sikap yang kita hindari dan juga merupakan bagian dari penyakit hati. Seseorang yang tamak dan rakus tidak akan pernah merasa cukup atas apa yang Allah karuniakan padanya. Sebagian dari kita rakus pada hal-hal yang berkaitan dengan kebendaan dan keduniawian. Orang yang memiliki karakter penyakit ini, akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, tanpa peduli oranglain. Ia berusaha memperkaya dirinya, baik itu dari segi harta, kedudukan dan popularitas. Ia tidak berpikir apa jalan yang ia tempuh adalah jalan yang diridhoi Allah apa tidak. Mata hatinya tertutup akan keinginan yang mengebu-gebu yang harus dipenuhi olehnya.
  Adaapa dengan orang demikian? Orang rakus dan tamak merasa selalu tak cukup hidupnya, selalu merasa kurang. Hal ini disebabkan karena tidak adanya keberkahan yang ada dihidupnya. Ia mengantungkan kesuksesan itu adalah hal keduniawian. Ingin selalu lebih dan lebih. Memang hidup kita harus bertumbuh, tapi bukan hal - hal yang negatif semata-mata bertujuan untuk memperoleh hal yang sifatnya keduniawian. Karena manusia adalah sosok yang memang tak pernah puas.
Sebelumnya saya pernah menulis, kenapa manusia tidak pernah puas, kenapa ? Karena tak ada satupun di dunia ini yang patut menjadi tujuan selain Allah dan kehidupan akhirat/ surga.

  Satu hal lagi, orang-orang yang tamak / rakus adalah orang-orang yang kufur nikmat. Yang tak pernah bersyukur atas apa yang diperolehnya.
  
  
HAL KETIGA    : SOMBONG
  
  Sombong adalah dosa pertama yang ada di jagat raya ini. Dosa iblis kepada Allah Swt ketika diminta untuk bersujud menghormati ciptaan Allah yakni Adam AS. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan oranglain.

  Seringkali kita salah sangka dengan sikap oranglain. Mengatakan oranglain sombong, karena sikap iri yang terselinap dihati kita. Perlu kita pahami, bahwa sombong adalah ketika ada orang yang dinasehati tidak mau mendengar, meremehkan kemampuan oranglain. Bahwa jubah kesombongan hanya boleh dimiliki Allah Swt pemilik segalanya. Bukan kita sebagai manusia biasa. Karena penilaian Allah terhadap diri kita hanya keimanan dan juga amalannya. Selebihnya seperti ilmu, harta, kedudukan dan popularitas adalah sebuah nikmat yang Allah berikan atas apa yang diusahakan oleh hambanya. Tidak patut dijadikan tolak ukur kesombongan. Perlu kita renungkan, bahwa nikmat tadi adalah sebuah ujian dan cobaan, seberapa jauh diri kita sebagai hamba menjadikan nikmat tersebut sebagai ladang amal.
  
  “dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung” Q.S Al-Isra’:  37
  
  Apa yang terjadi bila hal demikian terjadi pada diri kita yang seringkali syaitan goda untuk merasa kagum dengan diri sendiri. Beristighfar, memohon kepada Allah agar hati kita diistiqomahkan pada kebaikan, nilai-nilai kebaikan. Bila terdengar oranglain yang berkata demikian pada kita atas sikap kita, dengarkan. Dengarkanlah nasehatnya, memohon nasehatnya agar kita tidak termasuk orang-orang yang menolak kebenaran dari kebenaran yang disampaikan oranglain. Bila terselip kata-kata yang menyinggung diri oranglain karena apa yang kita lakukan, memohon maaflah. Karena sadarilah tak ada yang sempurna di dunia ini. Kita hadir dimuka bumi itu dipertemukan untuk saling melengkap, kemudian saling menasehati dalam kebaikan dan kebenaran.
  
  Dan bila, kita terselip mengatakan saudara kita melakukan kesombongan. Tanyakan hati kita dahulu, apakah karena ada terselip rasa iri kita pada orang tersebut sehingga kita berpikir demikian. Barulah kemudian, jika memang benar teman kita dalam keadaan ia ujub dengan dirinya, nasehatilah dengan hati. Jika tak mampu, doakan kebaikan untuknya. Semoga Allah melembutkan hati orang tersebut.
  
  
  -------------------------------
  yang menulis tak lebih baik dari yang membaca.
  Istiqomahkan diri pada kebaikan
  Nasehati saya jika ada salah dan khilaf selama ini :)
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Menghitung hari Ramadhan tahun ini akan meninggalkan kita. Sebagian besar kita barangkali tak sabar menunggu hari kemenangan yang sering kita katakan hari lebaran. Beberapa ramadhan tahun - tahun lalu, saya pernah merasakan oase kesedihan luarbiasa di malam takbiran. Tak pernah merasakan kesedihan luarbiasa kehilangan momentum cengkrama bersama Allah Swt di dalam beberapa doa. Bukan maksud ingin show up apa yang saya lakukan ketika Ramadhan. Tapi 10 malam terakhir di tahun itu saya memang fokuskan untuk merenung dan berdua-duaan dalam doa-doa. Dengan niat ingin hijrah menjadi manusia lebih baik lagi. Mengingat dosa-dosa yang begitu banyak, rasanya air mata tak cukup untuk menampung kesedihan mendalam. Niat saya dalam tulisan ini murni berbagi dan mengevaluasi diri saya sendiri, barangkali memotivasi dan kita sama-sama merenung apa yang sudah kita lakukan di Ramadhan kita kali ini.

Bahwasanya saya tanpa sadar lalai mempersiapkan ramadhan untuk tahun ini. Saya kelimpungan, saya khilaf lupa dan salah. Saya mengabaikan berbagai rancangan kegiatan rutin untuk memperbaiki diri dalam hal ruhiyah. Alhasil, saya merasa gagal untuk kali ini. Penyesalan luarbiasa bagi saya pribadi. Kesibukan yang benar-benar menyita waktu saya bercengkrama dengan Allah lebih banyak. Semoga dan semoga bisa memperbaiki.

Bagaimana ramadhan kamu ? Akankah lulus dengan baik, apa ada cela-cela yang membuat puasa dan ibadahmu jadi timpang ? Akankah rasa sedih menyelinap dihati kecilmu akan ramadhan kali ini. Janji apa yang kamu ingin azzamkan dalam hati untuk memperbaiki diri setelah ramadhan kali ini ?

Dalam satu kesempatan saya membawakan sebuah program rutin edisi ramadhan di radio. Saya seringkali menyapa dan menanyakan bagaimana puasa yang seharusnya dan bagaimana nilainya tetap terjaga, kita sering lupa dan saya juga sebenarnya mengingatkan diri saya sendiri. 

Jujur saja, tulisan-tulisan yang ada di dalam sini merupakan wujud nasihat untuk diri saya sendiri. Seringkali manusia tahu kebenaran tapi sayangnya ia sendiri lupa untuk menerapkan kebenaran dalam kehidupannya. Saya senantiasa berharap, ada orang-orang yang selalu mengingatkan saya ketika saya salah dan khilaf tak sesuai dengan nasehat kecil yang sering saya sampaikan.

Kali ini hijrah menjadi hal yang menarik yang selalu terucap dihati kecil saya. “Mel kamu harus hijrah ! Hijrah lagi .. Lebih baik lagi !” hati saya selalu mengucapkan hal demikian. Hijrah selalu diidentikan masa ketika tahun baru islam. Padahal menurut saya hijrah itu adalah proses wajib yang harus dimiliki setiap manusia yang beriman untuk senantiasa memperbaiki diri. Secara bahasa, hijrah artinya berpindah. Sementara itu dalam konteks sejarah, hijrah adalah kegiatan perpindahan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad bersama para sahabat dari Makkah ke Madinah, dengan tujuan mempertahankan dan menegakkan risalah Allah, berupa akidah dan syari’at Islam.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah [2]: 218).

“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia.” (QS. Al-Anfal [8]: 74).

Maka dari itu, mereka yang berhijrah di jalan Allah adalah orang yang tinggi derajatnya dan termasuk orang yang mendapat kemenangan besar.
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS. At-Taubah [9]: 20).

Dalam suatu kesempatan kajian yang pernah saya ikuti, bahwa ramadhan adalah bulan training. Training kebaikan-kebaikan yang dibiasakan hingga berdampak setelah ramadhan menjadi sebuah kebiasaan yang baik. Oase Ramadhan menambah ghirah (semangat) untuk melakukan ibadah lebih tinggi dari biasanya. Ketika detik-detik ramadhan usai. Teguhkan pada hati bahwa kita akan menjadi insan yang lebih baik setelah melewati hari kemenangan yang dimaksud.

Disini saya ingin mengingatkan sahabat-sahabat yang saya cintai karena Allah. Bagaimana kita saat ini sahabatku ? Terutama muslimah, akankah ramadhan tak menjadikah diri kita tetap berhijab dengan seutuhnya, masihkah kita mengatakan bahwa ketidaksiapan kita untuk berhijab / menutup aurat adalah bentuk keistiqomahan kita pada hal yang tak baik. Apa yang teman-teman khawatir kan sahabat muslimahku, apakah harta ? Kehilangan teman ? Kecantikan ? Orang-orang yang memuja kecantikan kamu.

Jujur saja, lidah saya tak kuat mengkritik hal tak benar tentang seseorang. Karena setiap manusia dimuka bumi ini jarang sekali ingin dikomentari, bahkan dan mungkin ketika dinasehati, telinga menjadi panas. Silaturrahmi menjadi putus. Kebencian menjadi-jadi. Tapi saya berharap, bahwa kita menjadi pribadi yang lapang, yang selalu terbuka menerima kritikan, komentar, dan nasehat apapun. Saya memilih untuk menjadikan diri role model apa yang saya ingin katakan (karena saya cinta damai, tak ingin memperbanyak musuh karena kata-kata yang kurang baik)
walau saya tahu tak mudah untuk dilakukan, karena saya juga manusia. Barangkali hati yang tak baik sedang mendominasi, kadang kala syaitan menang menguasai diri karena beberapa waktu jauh dari Illahi.

Hijrah lah ...

Teman teman muslim, para lelaki - lelaki yang diharapkan menjadi pemimpin di masa yang akan datang. Masihkah diri terbelenggu oleh nikmat duniawi yang melingkar disekeliling. Menghabiskan waktu untuk hal yang tak baik, memelihara ketidakbaikan, ketidakjujuran, kemalasan dan hal lainnya. Tantanganmu luarbiasa saudaraku, jangan terpedaya. Teruslah mengikrarkan dalam hati untuk senantiasa menjadi seseorang yang dicintai Allah, menjadi lelaki yang sholeh.

Menjelang hari kemenangan itu tiba. Masih ada kesempatan kita untuk memperbaiki diri. Berpindah dari hal yang tak baik, dari yang kurang baik menjadi baik. Memoles ibadah lebih baik lagi, memoles keilmuan tentangNya lebih dalam lagi. Menetapkan target-target ibadah dan juga keilmuan yang ingin dicapai.

Jangan pernah takut berhijrah, karena balasan surga sudah menanti kita diakhirat sana :)

----------- 
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Menjaga. Menjaga seperti seorang polisi dengan senjata. Menjaga dari halangan musuh ataupun para penganggu. Tapi itu yang hanya tampak. Bisa saja siapapun bisa menjaga. Tapi bagaimana menjaga sesuatu yang tak tampak. Seperti menjaga hati.

Kali ini saya ingin bercerita tentang sebuah penjagaan yang sulit dan penuh onak liku dan berduri. Terutama dirisaukan oleh para muda muda belia yang hatinya sedang subur bak disirami air dan dipupuk humus yang membuat gembur taman bunga cinta.
Hari ini saya mendapatkan sebuah perspektif sebuah penjagaan dan solusi atas sebuah penjagaan yang ketat akan sebuah rahasia yang tersimpan di hati.
Siapapun kamu, tentu pernah terselinap rasa pada siapa yang kamu inginkan menemanimu dimasa depan bukan ?

Tapi sayang, banyak diantara kita yang lalai. Termasuk saya juga. Tapi kali ini saya tak ingin menjadi kalah oleh waktu, kalah oleh musuh-musuh. Musuh yang bernama syaitan, ibarat sebuah rumah berpagar tinggi dikelilingi oleh penjagaan yang ketat tak mampu dirayu oleh sengatan apapun. Bagaimana konsep menjaga. Menjaga ketika berbicara tentang hati kah ? Atau menjaga yang bagaimana ?

Saya pernah melakukan kesalahan untuk memahami konsep menjaga. Bahwasanya dan sesungguhnya konsep menjaga yang benar adalah diam. Diam seribu bahasa. Layaknya diamnya hati sang ali dan sang fatimah akan sebuah rasa yang hanya Allah yang tahu. Diam ketika diri merasa tak ingin melangkahi keputusannya untuk sebuah momentum bahagia.

Banyak dari kita yang kesulitan untuk diam. Lelah, tak sabar, buru-buru padahal diri ini tahu belum saatnya dan belum waktunya. Diam adalah keputusan paling bijak menghadapi sebuah penjagaan ketat sebuah rasa yang belum pasti muaranya. Belum tampak tanda tanda dan kejelasannya.
Diantara kita ada yang melangkahi waktu, terpedaya oleh rayu-rayu dan oleh kata tunggu. Padahal kata tunggu adalah sebuah alasan riskan yang menjerumuskan pada sebuah hal buruk yang mengorbankan sebuah perasaan. Bila memang siap dan memang tak ada alasan lagi untuk menundanya, bersegeralah. Jangan sampai kata tunggu menjadi alasan para syaitan mengoda hati-hati yang ada. Karena hati manusia itu mudah sekali dibolak-balikan. Seindah apapun, sesuka dan cinta apapun dengan mudahnya bisa menjadi sebuah kebencian mendalam dan begitu pula sebaliknya.

Allah pernah berfirman, bila belum siap maka berpuasalah. Sebuah makna kompleksitas mengenai hal demikian. Memang ada masanya lelah bersabar, ada masanya risau menunggu, ada masanya penantian menjadi sulit. Tapi bersabar adalah sebuah pilihan terbaik dari sampai pada kapasitas dan tanpa alasan hingga sampai pada waktunya. Percayalah Allah maha mengetahui kesiapan kita, Allah Maha Perencana Yang Baik. Tak usah kita mengada-ngadakan sebuah alasan.
Menunggu, Menjaga, Diam dan bersabar. Insya Allah akan Allah balas sebuah keindahan yang luarbiasa di masa yang akan datang. :D

Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang maka Allah timpakan keatas kamu pedihnya sebuah pengharapan, supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain Dia.Maka Allah  menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya (Imam Syafii).

----------------------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Ada banyak hal yang kita inginkan memiliki rasa sepaham dengan diri kita. Kadang ego merajai hingga kita merasa sendiri di suatu masa. Kali ini saya belajar bahwa sejatinya, memahami adalah maksud Tuhan mempertemukan saya denganmu. Kamu merupakan orang-orang baru yang setiap kali hadir bertemu dan menyapa. Berusaha memahami setiap kalimat-kalimat terlontar di bibir ini. Berusaha mengerti bahwa kita berbeda dan kemudian Tuhan menyampaikan sebuah cerita bahwa ada hal yang sama-sama harusnya kita lengkapi. Bahwa Tuhan menciptakan kita tidak sendiri. Agar kita mengerti bahwa kurang dan lebih itu adalah indah, bahwa resah dan gelisah bercampur sebuah makna adalah sebuah pemahaman yang seharusnya dihadirkan.

Kali ini, saya kembali memetik sebuah makna akan adanya sebuah pertemuan. Entah itu dengan orang baru, entah itu kawan lama, apa itu mereka yang pernah mengisi ruang-ruang dalam relung kita masing-masing. Kita disini berusaha mengerti, terkadang adakalanya melawan ego adalah sebuah pengorbanan yang melahirkan makna bahwa sejatinya kita diinginkan untuk memahami lebih dahulu barulah kita dipahami.

Memahami menjadi sebuah tujuan sebuah pertemuan. Menyamakan kata, makna, bahkan sesuatu yang bernama hati.
Pembelajaran yang saya dapati dalam sebuah pembelajaran mengenal, mengetahui, bahkan mencoba untuk menyelaraskan.

Sebagian besar rasa resah dan gelisah disebabkan karena ketidakpahaman kita. Ketidakpahaman kita akan maksud diri sendiri, ketidakpahaman visi. Bahkan ketidakpahaman pada lingkungan yang ada disekitar kita. Belajarlah memahami. Bahwa cinta yang hadir karena pemahaman yang tinggi akan membuat sebuah energi yang besar. Pemahaman akan mengajarkan kita bentuk perbaikan diri, mengajarkan kita tentang kehidupan. Bila masih tersendat, pertanyakan. Berarti kita hidup dalam ketidakpahaman. Sama halnya ketika kita belajar mengenal Allah. Manusia yang baik tentu akan senantiasa mengenal Tuhannya dan berusaha menjadi sesuatu yang diinginkan oleh Tuhannya.

Bantu saya memahami kamu :)

-------
Yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

  “Hidup itu adalah bertumbuh, hidup adalah untuk naik kelas berakselerasi”

  Istilah akselerasi barangkali teman-teman sering mendengar ketika bersekolah dahulunya. Kita mengenal dengan kelas akselerasi, kelas anak-anak pintar yang memiliki kemampuan bersekolah lebih singkat dan lebih cepat. Akselerasi adalah pertumbuhan. Belakangan ini, kata-kata ini yang terngiang-ngiang sehingga saya mendapatkan berbagai kesimpulan. Akselerasi dalam kamus bahasa indonesia adalah sebuah proses percepatan atau peningkatan kecepatan. Menurut saya, kita sebagai manusia yang ingin maju harus memegang prinsip akselerasi.

  Seperti biasa, blog ini berisi hal-hal yang barangkali bisa menginspirasi atau bikin galau hehe. Akselerasi itu menentukan kita bertemu dengan siapa dan hidup dengan siapa. Sejauh itukah ? Saya sering mengamati dan juga menghubungkan berbagai ayat quran serta prinsip-prinsip islam dalam kehidupan kita. Barangkali teman-teman tahu hadits mengenai pertemanan, bahwa kita diinginkan untuk berteman dengan orang-orang baik, alias penjual parfum bukan penjual ikan. Karena aroma ikan atau parfum akan terkena dengan kita yang menemaninya. Sama halnya ketika kita berteman, bila kita berteman kita akan berkarakter tak lebih jauh dan kurang sama dengan teman kita. Ketika kita berteman ada proses belajar yang sadar atau tidak sadar itu berkaitan dengan budaya, kebiasaan dan juga hal-hal seringkali berpengaruh pada diri kita. Simpel kedengarannya, karena dalam kajian psikologi sering juga dibahas, bahwa kepribadian manusia itu terbentuk sebagian besar karena lingkungannya. But, seharusnya dengan prinsip ini bisa kita jabarkan lebih luas lagi. Bahwa Islam dan Quran menjelaskan lebih dari itu, sebuah ikatan silaturrahim itu lebih dari hanya sekedar mempengaruhi karakter, tetapi juga rejeki, jalan hidup, pandangan hidup, prinsip dan nilai nilai dan hal lainnya. Maka dari itu jangan pernah kita sepelekan nilai sebuah pertemanan.
  Hal ini berkaitan dengan akselerasi untuk kali ini, saya pernah memposting sebuah status di facebook yang isinya seperti ini

  “Pencapaian itu menular, bertemanlah dengan orang-orang yang memiliki akselerasi yang tinggi dalam kehidupannya tanpa sadar kita akan berusaha mengikutinya dan akan sama-sama berhasil dengan pencapaian yang sama. Dengan satu syarat, yakni keinginan kita untuk maju dan berubah menjadi lebih baik”

  Dalam forum motivasi mario teguh pernah mengatakan hal demikian mengenai akselerasi, walaupun ada yang mungkin kesulitan untuk mencernanya. Karena tidak semua orang yang mau untuk melakukan akselerasi yang tinggi. Karena untuk mencapai sebuah kecepatan dan akselerasi itu membutuhkan pengorbanan dan perjuangan. Kita harus merasakan lelah dan juga tentunya kesabaran yang tinggi.
  Bagaimana orang yang hidupnya tidak mau berakselerasi, hidup orang-orang yang tidak mau berakselerasi adalah hidup orang-orang yang kehidupannya mati. Tidak ada kehidupan, kehidupan yang hanya melakukan tindakan-tindakan bodoh bukan untuk membuat dirinya maju melainkan untuk merendahkan dirinya dihadapan Tuhan dengan melanggar perintahNya. Orang yang senantiasa berakselerasi akan senantiasa berusaha untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik, ada sebuah pencapaian pencapaian yang akan ia targetkan dan peroleh.

  Akselerasi jugalah yang membuat kita bertemu dengan orang-orang baru. Bertemu dengan wawasan baru. Dan .. Tentunya bertemu jodoh hehehe. Saya tergabung di grup parenting di sebuah club yang sering berdiskusi perkara persiapan untuk menuju kedewasaan. *Aduh bahasanya*

  Perbincangan grup parenting subuh kali itu, membuka wacana sih kira - kira siapa jodoh kita. Kita akan menemukan jodoh kita itu dalam lingkaran kita sehari-hari. Jodoh kita tidak jauh kok dari kita. Bahkan penelitian pernah mengatakan bahwa sebagian pasangan itu menemukan jodohnya di 50 orang lingkaran pertemanan terdekatnya. Saya lupa ada orang yang menyampaikannya pada saya. Namun, perlu kita garis bawahi bahwa hidup kita bertumbuh berakselerasi, kapasitas jodoh kita tentu akan sama dengan diri kita. Ketika kita mampu untuk melangkah lebih besar dengan berteman dan juga melakukan percepatan dalam kehidupan kita akan menemukan orang-orang yang memiliki karakter, visi, kesamaan dan hal hal yang beriringan. Kita yang hadir di muka bumi ini adalah sama-sama bertumbuh. Bukan menyalahi dengan konsep bahwa jodoh itu penentu dari lingkaran kita, seolah-olah kita yang mengatur. Bukan begitu, melainkan kita akan menemukan orang orang yang barangkali diantaranya adalah jodoh kita yang sama-sama memiliki langkah kaki yang sama untuk maju kedepan bareng bersama untuk bertumbuh. Namun, lagi - lagi kita kembali kepada Allah SWT. Karena apapun itu, keputusan final siapa orang yang tertakdirkan untuk menjadi partner kehidupan dunia dan akhirat adalah Allah, Sang Pencipta kita.

  Dan, pesan selain itu. Selalu lah berakselerasi. :D

*Yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca*
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
 

 
Sudah hampir seminggu saya berada di Kota Dumai, mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata yang merupakan rangkaian kegiatan dari kampus. Ada hal unik yang saya perbincangkan dengan teman-teman satu kamar. Sehingga lahir judul dan tulisan ini. Sebenarnya ide tulisan ini saya sudah lama ingin sampaikan, namun butuh waktu untuk meramunya menjadi sebuah pemikiran yang barangkali membuka pikiran kita. Setelah kami sahur kala itu, ada sesi dari hati ke hati yang tak sengaja saya dan teman-teman perempuan saya bicarakan. Hal yang menjadi pembicaraan adalah berbicara masa depan. 

  Beberapa hari yang lalu ketika saya mengisi host sebuah talkshow radio, narasumber membuka pikiran saya tentang tantangan orangtua di masa depan dan juga peran perempuan dan laki laki yang disalahartikan serta terbalik nilainya. Sebuah kehidupan seorang anak, pendidikan anak yang saat ini seharusnya menjadi perhatian yang tak boleh diabaikan. Sebelumnya dari kita seringkali melihat berita televisi dan media lain tentang peaniayaan anak, kasus kasus negatif yang berkaitan dengan anak, kenakalan remaja dan hal lainnya.

  Semua penyebab yang terkait dengan hal ini adalah berbicara sebuah nilai dasar. Perlu kita sadari bahwa pendidikan keluarga adalah sebuah nilai esensi kehidupan dari seorang manusia. Manusia yang lahir ke muka bumi, mengalami proses pengenalan dan juga proses belajar diawali dari keluarga. Setelah di telisik kasus kasus yang seringkali kita dengar dan lihat itu kembali pada kesalahan menerapkan esensi dalam berkeluarga. Kenakalan remaja, narkoba dan hal negatif lain yang menghancurkan generasi kita dimulai dari sebuah kesalahan fatal mengelola sebuah keluarga. Namun, hal yang mungkin akan saya bahas adalah sebuah nasehat dari hasil perbincangan para perempuan untuk para calon-calon ayah di masa depan.
  Kami (perempuan) menyadari bahwa tantangan kehidupan kita di masa yang akan datang lebih ekstrim, lebih menggoda, lebih menguras nurani dan emosi. Laki-laki saat ini ditawari oleh banyak ragam hal melenakan sejak ia tumbuh dari bocah laki-laki menjadi lelaki dewasa. Kehidupan hedonisme, permainan bola, berbagai macam game yang didominasi kaum adam, film-film, musik, berbagai permainan, perempuan, hal yang terkait dengan nafsu dan hal lainnya. Seperti dirancang mengapa sasaran empuk godaan itu sebagian besar untuk para laki-laki. Perempuan dilenakan dengan berbagai sebuah nilai esensi independennya seorang perempuan, kehidupan materialistik, sehingga hilanglah nilai-nilai yang seharusnya diterapkan dan untuk menjadi manusia yang berkualitas. Bukan mendeskretikan, tapi populasi perempuan yang saat ini lebih mendominasi dibanding kaum adam juga menjadi perhatian. Lapangan pekerjaan yang saat ini lebih cenderung diberikan pada wanita karena wanita itu memiliki pribadi penurut, penyayang, rajin dan cekatan (multitasking) membuat laki-laki saat ini memiliki tantangan lebih sulit untuk lebih mapan, lebih kuat untuk menjawab peran dan tantangan masa kini. Laki-laki yang tak mampu berbuat lebih dalam akademiknya, karakternya, skill yang dimiliki karena terlenakan hal duniawi akan kesulitan untuk menemukan perannya di masa yang akan datang, apakah itu menjadi seorang suami nantinya dan juga menjadi seorang ayah. 

  Pesan dari seorang perempuan dimanapun dan siapapun ia, ia selalu berharap mendapatkan imam yang bisa memenuhi kebutuhannya, baik itu nafkah, membimbingnya menuju surga. Serius menjalani kehidupannya, memapankan diri sejak dini dengan berbagai kegiatan yang meningkatkan kualitas dirinya, imannya, menanamkan hal kebaikan-kebaikan didalamnya. Tidak mudah untuk tergoda dengan hal hal yang tidak baik, memiliki identitas yang baik, jujur dan menjaga. Tentunya gambaran seorang lelaki soleh yang menjadi idaman para perempuan. Selalu memperbaiki diri dengan niat karenaNya.

  Percayalah, bahwa laki-laki dan wanita yang baik kemudian membangun sebuah keluarga yang baik menjalani kehidupan karenaNya akan membentuk peradaban emas yakni untuk anak-anaknya kelak akan disiapkan sesuatu baik di masa datang, kehidupan sejahtera di dunia dan surga di akhirat.
  
  Siapapun kamu calon imam, semoga dipertemukan pemimpin bidadari yang akan kamu temani di surga kelak :)
Share
Tweet
Pin
Share
5 comments
Newer Posts
Older Posts

ABOUT ME




Hi, I'm Melati Octavia

Welcome Readers! I'm in love with books, creativity, and think about people. This is my journal and story of my life!
Happy Reading!

Read More>

Follow Us

  • LinkedIn
  • Youtube
  • Facebook
  • Twitter
  • Pinterest
  • Instagram

Labels

Artikel Choice community development Self Improvement Self Reminder Tulisan Young Mindset

My Pageview

Melati's books

Menulis: Tradisi Intelektual Muslim
Indonesia Mengajar
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
Harry Potter and the Prisoner of Azkaban
Harry Potter and the Deathly Hallows
Harry Potter and the Goblet of Fire
Harry Potter and the Half-Blood Prince
Harry Potter and the Chamber of Secrets
Harry Potter and the Order of the Phoenix
The Tales of Beedle the Bard
25 Curhat Calon Penulis Beken
7 Keajaiban Rezeki
Dasar-Dasar Menulis Karya Ilmiah
Notes from Qatar 2
Kuliah Tauhid
99 Cahaya di Langit Eropa: Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa
Habibie & Ainun
Summer Breeze: Cinta Nggak Pernah Salah
Menyimak Kicau Merajut Makna
Berani Mengubah


Melati Octavia's favorite books »

Blog Archive

  • ►  2022 (14)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2021 (13)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (6)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2019 (13)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2018 (27)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (16)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2017 (15)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2016 (37)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (6)
  • ▼  2015 (53)
    • ►  Desember (8)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (4)
    • ▼  Juli (6)
      • PENYAKIT SANG HATI
      • HIJRAH ! MOVE ON
      • MENJAGA
      • MEMAHAMI
      • AKSELERASI KEHIDUPAN
      • Untukmu Para Calon Ayah di Masa Depan
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2014 (9)
    • ►  November (2)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2013 (3)
    • ►  Oktober (3)
  • ►  2012 (10)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
  • ►  2011 (3)
    • ►  Desember (3)

Mels Journal Podcast

Melati Octavia's Intellifluence Influencer Badge

Banner Bloggercrony

Facebook Twitter Instagram Pinterest Bloglovin

Created with by BeautyTemplates