Melati Octavia Journal

Diberdayakan oleh Blogger.
Facebook Twitter Pinterest LinkedIn
  • Home
  • About Me
  • Disclosure
  • Story of Me
    • My Experience
    • Startup & Digital Life
    • Ngobrolin Passion
      • Talk Of Design
      • Writing Tips
      • Ngobrol Marketing
      • (NEW) Eco Lifestyle
    • Traveling Story
    • Diskon & Referral
  • This Is My Mind
    • Sudut Pandang
    • Boost Yourself
      • Young Mindset
      • Self Improvement
      • Career Talks
    • Review
    • My Project
      • Kongkow Nulis
      • Skill20
      • #ThinkMe
      • Codea Labs
    • Rubrik Seru
      • Date With Book
      • Movie Session
      • Bahas Bisnis
      • Road To Beauty
      • Eat With Me
      • Community Talks
      • Financial Talks
  • Contact Me
    • As Blogger
    • As Freelancer


Sebenarnya banyak sekali yang ingin saya tulis belakangan ini. Sampai penuh dan bingung hal mana satu yang ingin di tuliskan. Berhubung saat sedang dalam penggarapan naskah dan mendapatkan tugas editing naskah. Saya sedikit kelimpungan. *Akibat tidak fokus T.T maafkan saya*
Ide ini saya dapatkan dari seorang psikolog keren ditengah perbincangan, makan siang bareng ketika saya berada dalam internship di salah satu rumah sakit di pekanbaru. Kebetulan mba keren ini merupakan alumni Universitas Padjajaran yang menjadi salah satu list target sasaran untuk saya kuliah lanjut kelak hehe.
Perawakannya yang imut - imut saya jadi ngerasa seumuran, padahal doi udah pantes banget jadi dosen, soalnya udah gelar master nih. Tapi belum sempat nanya masih single atau enggak lagi hehe.. Maaf permirsa. Panggil saja mba Mifta. Beliau waktu itu juga pembicara dalam seminar parenting nasional yang kebetulan kerjasama dengan tempat saya internship bersama kak Sinyo Egie dan kak Kusuma dari Yayasan Peduli Sahabat. Mereka para penggiat sosial yang menanggani masalah masa depan, baik itu hal - hal parenting, pendidikan, dan juga membantu secara moril orang - orang penggidap HIV/AIDS. Buku - bukunya terkenal loh.

Balik lagi ke cerita kak Mifta. Waktu itu ia nanya - nanya tentang kegiatan saya, terutama ketika ia melihat stiker Forum Indonesia Muda. Dia begitu apresiasi. Saya jadi heran. Ternyata pesona FIM itu dimana - mana ya. Hehe
Dia bilang gini, 
"Kamu tahu gak mel, kamu pasti nyaman kan disana ? (read : dalam Forum Indonesia Muda)" Saya pun mengangguk
"Hal yang beda di forum forum gitu dan forum forum positif lain, ketika kamu gabung itu kamu mendapatkan apresiasi. Dalam psikologi lingkungan positif kayak gini yang bikin orang - orang itu berkembang menjadi lebih baik," saya pun menyimak.
"Semakin sering kumpul dengan orang - orang positif dan mengapresiasi apa yang kita lakukan, semakin giat kita dan produktif kita menghasilkan karya. Bukan hanya karna pujian, tapi ada bentuk rasa terimakasih, apresiasi karya dalam bentuk komentar, perhatian, partisipatif, hal yang kayak gini yang harus dipertahankan,"

Saya sangat mengingat pesan mba psikolog cantik ini. Ini jadi catatan buat kita para penggiat komunitas, perkumpulan, dan teman - teman terdekat. Budaya apresiasi dukungan itu sangat berpengaruh untuk kehidupan kita dan teman - teman kita.

Kali ini ga jamannya, mengomentari pedas atau menjatuhkan mimpi - mimpi. Ingat gak ? Masih banyak barangkali teman - teman kita yang suka banget meremehkan apa yang kita lakukan.
"Ihh apaan sih, yakin tu?"
"Bikin - bikin gituaan, emang bisa jadi kenyataan?"

Masih banyak ribuaan komentar lain yang sering kali membuat kita jatuh. Ada kalanya komentar itu juga membuat kita bangkit menunjukkan kemustahilan apa yang dikatakan orang lain. Harapan - harapan negatif orang lain akan diri kita.
Saya ingat ada qoute yang menginspirasi seperti ini, 

"Lebih baik menciptakan sesuatu yang dikritik oranglain daripada sibuk mengkritik oranglain dan tak melakukan sesuatu"
- Ricky Gervais -
Saat ini jamannya berkolaborasi, gotong royong untuk membuat sesuatu lebih mudah. Mengubah semua "keluhan - keluhan" kita menjadi sebuah solusi yang nyata. Mengapresiasi segala bentuk kebaikan atas sebuah problem yang harus dipecahkan salah satu hal yang membuat sesuatu lebih cepat bertumbuh.

Bantulah teman - teman kita dan orang di sekitar kita untuk semakin bertumbuh dan menjadi orang yang lebih baik lagi. 
Tapi tentu dimulai dari diri kita yang mengapresiasi apapun yang kita lakukan, pencapaian - pencapaian kecil yang sudah kita lakukan.

Selamat mengapresiasi ! Selamat bertumbuh!

----------------------------------
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Kali ini saya merasa sedih tidak dapat memenuhi target memposting beberapa tulisan dalam hitungan bulan. Mengingat ada kerusakan device yang menyebabkan beberapa tulisan menganggur untuk diselesaikan.

Lalu tulisan ini menurut saya penting untuk disegerakan, karena takut idenya lenyap ditelan waktu. Kebiasaan saya “pelupa”.

Beberapa minggu saya internship saya menyadari pentingnya sebuah sikap. Sikap adalah masa depan.Why ? Saya masih ingat pelajaran kampus beberapa semester lalu pada matakuliah psikologi komunikasi dan teori komunikasi. Banyak sekali teori ini yang menjelaskan tentang esesnsi sikap, pengertian, dan maksudnya. Sikap adalah sebuah kecenderungan, sedangkan perilaku adalah actionnya.

Sikap menurut saya juga bicara niat, kecenderungan berpihak, berprinsip. Ingat tidak pembelajaran budi pekerti jaman sekolah dasar ? Nilai - nilai sikap menjadi hal utama, bagaimana bersikap pada orangtua, pada guru, dan oranglain. Sederhana sih?

Tapi saya merasa sikap itu penentu kesuksesan kita. Sikap itu bukan hanya menggambarkan diri kita di masa depan, tapi sebuah kunci jalur untuk menentukan arah yang tepat menuju kesuksesan di masa akan datang.
Banyak orang sudah hebat, baik itu tahta, kepemilikian harta, dan beberapa hal yang melambangkan kesuksesannya tapi ia menjadi gagal di kemudian hari karena sikap.
That’s ! Misalnya sikap tidak jujur atau sikap egois.

Yuhuu, lebih kurang yang saya maksud karakter. Kalau bahas karakter lebih luas lagi melainkan sudah mendarah daging didalam diri kita, yakni watak.
Tapi sikap itu sesuatu yang spontanitas hadir ketika saat-saat tertentu. Sikap itu memiliki beberapa komponen yaitu kesadaraan, perasaan, dan perilaku.
Sedangkan karakter sifat batin yang mempengaruhi segala pikiran, perasaan, dan hidup kita yang kemudian timbul menjadi sebuah identitas.
Ingat tidak Thomas Alva Edison yang mengatakan hanya 1% sumbangsih kesuksesan, sedangkan kerja keras dan usaha 99%. Bukankah kerja keras itu sebuah sikap diri ?

Sikap dan karakter ini komponen penting meraih sebuah pencapaian. Perlu diingat, tiap manusia tentu memiliki ketidak sempurnaan akan hal ini karena keberagaman pola pikir, perasaan, kebiasaan. Ini yang seringkali menjadi gesekan diantara kita.
Walaupun begitu, kita sedari dulu diminta untuk senantiasa bersikap dan membudayakan karakter baik. Agama kita mengajarkan kita untuk tiap hari kita belajar untuk terus memperbaiki diri kan ?

Begitu juga kesempatan - kesempatan yang berlalu begitu saja dihadapan kita karena kita salah bersikap. Kita mengabaikan, atau sikap kita membuat peluang - peluang itu menjauh. 
Maka dari itu, mulai dari sekarang kita mulai mengevaluasi bagaimana sikap kita terhadap apapun yang hadir di hidup kita. 
Jangan sampai sikap susah senyum, sikap ketus bikin kita ga jadi ketemu jodoh.#eh
Hmm, selain itu bisa saja rejeki, teman baru, proyek baru hilang husssh.. ga keliatan karena hal kecciiil banget dari sikap kita yang ga baik itu. Seharusnya dua tahun akan datang kita mungkin mendapatkan hal luarbiasa, jadi gagal deh.

Yuk perbaiki sikap, perbaiki masa depan kita :D


----------

Semoga menginspirasi :)

Yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
Share
Tweet
Pin
Share
No comments



Waah, judulnya nyindir aku banget !?! *teriak beberapa sosok dibelakang sana.
Ini judul bener gak sih?!?

Ini fenomena yang jadi pengamatan unik bagi saya. Bukan maksud sok idealis, atau sok – sok nasehat gitu. Tapi cuman ingin saling berbagi dan merenung apa yang kita kebanyakan lakukan saat ini. Saya jadi ingat dosen saya semester awal yang mengajar bahasa arab. Beliau adalah dosen terbang yang punya profesi translator bahasa arab di salah satu koran harian yang ada di kota saya. Dia cerita ketika ia studi di negeri arab bagaimana anak muda nya menghabiskan uang koceknya untuk membeli koran ketimbang makanan. Beliau juga cerita, tingginya tingkat konsumsi bacaaan pemuda pemuda di negeri arab. 

Sebelum adanya media online, koran – koran, dan majalah habis terjual sebelum siang menjelang, bahkan ada edisi pagi, siang dan malam. “Kondisinya gak seperti di Indonesia, tanpa penjual koran itu teriak – teriak menjajakan korannya, di tempat saya dulu (Maroko) semuanya sudah habis ludes, penjual koran itu hanya duduk menjaga dagangannya tanpa menghabiskan banyak energy,” cerita pak dosen saya itu.
Fenomena yang begitu jaaaauhhh sekali di negeri kita. Gak usah jauh – jauh kita liat teman – teman kita, bahkan mungkin diri kita sendiri. Kita sering lebih mengutamakan isi perut ketimbang isi otak kan ?

“duh boro – boro guee beli buku ini …uang jajan gue aja gak cukup buat nambel isi perut seminggu,”

“Duh bro, lebih nyata beli bakwan deh aku akan kenyang kalau makan bakwan, kalau aku beli koran kan ga bisa dimakan,”

Oke fine! ilustrasi percakapan di atas adalah beberapa contoh yang mungkin ada atau gak ada. Tapi ini real sih, bahkan tamparan keras buat diri sendiri.
Kita sering lebih protes dan mikir ikut apa enggak 1000x, kalau ada tiket seminar yang pembahasannya “kita” banget tapi bagi kita mahal, ketimbang protes harga steak enak yang baru buka di kafe sebelah.

Gak pernah protes kalau ada restoran terkenal yang naikin harga makanan, ketimbang sesuatu hal yang berkaitan dengan isi kepala kita kayak buku, uang sekolah, yang mungkin ga banyak naiknya, hanya beberapa ratus perak sajaa (note : ini khusus buat temen – temen yang mampu, dan masih bisa jajan ke kafe dan nongki – nongki)

Lalu inilah yang terjadi, sebagian besar dampak atau kecilnya di kota saya. Saya gak tahu fenomena ini apa juga terjadi di kota keren lainnya. Gak jarang saya dan beberapa teman yang suka bikin acara, baik besar ataupun sekala kecil. Baik berbayar atau gratis melihat langsung fenomena ini. Tidak jauh beda sepinya forum – forum tersebut walaupun beda momen, beda harga, beda pengisi dan suasana. 
Ada pandangan ketika bikin event ‘gratis’ sering dikira kualitas acaranya ‘gratisan’. 
Tak jarang beberapa orang meremehkan. Lalu, ketika event dibikin ‘berbayar’ pun sering mikir dua kali buat ikutan. Jadi maunya apa ? “curahan hati panitia yang terabaikan”. Tapi anehnya, ini ga dialamin buat acara kita nongki ama kopi – kopi bareng di kafe – kafe, yang gak pake acara janjian atau nyebar poster dan publikasi kemana – mana, bahkan dadakan kita jabanin buat gak ketinggalan.

Budaya menghargai yang kurang banget sama ilmu pengetahuan inilah, yang bikin kita jadi bangsa yang maaf ‘telmi’. Lalu fenomena ini mengakar dan menjalar ke segala aspek kehidupan, sampai banyak orang – orang hebat di negeri kita di mata dunia akhirnya beralih untuk mengabdikan diri di negara lain, karena kurangnya penghargaan ini.

Ini budaya pembodohan yang tidak kita sadari terutama buat kita sendiri. Liat gak sih, ada sebuah institusi pendidikan kita yang membakar dan membuang hasil riset siswanya untuk di-jual kiloan. Miris banget liatnya, tidak berharga banget kayaknya yang mereka lakukan yang niatnya belajar nuntut ‘ilmu’ katanya. Walaupun secara jelas dan real, bahwa gelar – gelar yang menjadi tujuan pendidikan kita saat ini.

Virus epidemi ini menjalar di anak – anak perkotaan yang notabene banyak tempat tongkrongan. Masjid makin sepi, tempat menuntut ilmu makin ditinggalkan, mau balik ke jaman meganthropus kah kita ? 
Buta huruf, buta aksara, apa buta masa depan ?

Indonesia mengalami bonus demografi, tapi bagaimana bila bonus demografi yang kita harapkan itu bisa membantu Indonesia lebih baik tapi malah membebankan negeri kita dengan sikap kita yang menuntut dihargai, tapi kita sendiri tak pernah menghargai diri kita. Terutama isi otak kita.

Pendidikan di negara kita mengajarkan kita meng-cecoki kita ilmu, menyuapinya seperti bayi yang tidak paham apa – apa lalu dibentuk berpikiran sama, seperti kita nyelipin memory card ke handphone, atau robot yang di setting bertindak sama. Sampai pola hidup kita sama saja, lahir, besar, sekolah SD – SMA, kuliah, kerja, nikah, punya anak, pensiun, dan menunggu waktu tiba.

Egois gak sih hidup kita begitu ? Rasanya gak ada oranglain yang ada di tahapan hidup kita.

Saya sebagai seorang yang sering jadi pembantu acara – acara (biasanya memang begitu), hanya ingin berpesan agar kita gak menyesal di kemudian hari. Memprioritaskan yang barangkali sepele di mata kita, padahal sangat berarti bagi orang lain atau bahkan penting untuk diri kita tapi kita ga pernah peduli akan hal itu.

Lalu dalam ilustrasi ada orang dibelakang yang nyeletuk, “ini apaan sih tulisannya kok ngurusin hidup orang sih, terserah akuh dong mau pakai uang ini buat jajan atau beli apa, itu suka – suka dong,” 
Lalu saya pun hanya mengingatkan hadits ini, 
Tidak bergeser kaki seorang hamba sehingga ia akan ditanya tentang empat perkara (yaitu):(1) Tentang umurnya untuk apa ia habiskan?; (2) Tentang ilmunya untuk apa ia amalkan?; (3)Tentang hartanya darimana ia dapatkan dan kemana ia belanjakan?; dan  (4) Tentang badannya untuk apa ia gunakan?
(HR At-Tirmidzî)
Tulisan diatas murni hanya ingin membuka cakrawala kita, atas apa yang seringkali menjadi prioritas dalam hidup kita. Apa hal – hal yang mendominasi hidup kita dan yang menyita waktu kita. Bukan diri menjadi sosok yang baik, tapi kita sadar memiliki tugas untuk saling mengingatkan dalam kebaikan bukan ?

Semoga saya tak terlambat untuk kita saling mengingatkan 

---------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca


Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Well, beberapa hari ini topik demonstrasi taksi konvensional dan taksi online menjadi trending topik di segala media. Waah pengen speak up sih ! Tapi masih ngerasa terbatas sama pengetahuan tentang apa yang terjadi. Saya pun asik mengamati berbagai opini banyak orang di sosial media, televisi, dan lain-lain tentang hal demikian. Lalu seperti biasa, saya hanya bilang, "kita semua menjadi bagian kesalahan atau permasalahan ini". Duh lagi - lagi milih posisi aman (aku mah gitu).

Indonesia mengalami keadaan tertekan. Kenapa ? Ekonomi makin sulit, tantangan jaman makin berat. Lalu, di saat seperti ini ada segelintir orang kreatif yang ingin keluar dari keadaan ini. Inget gak ? Kalau tekanan itu berdampak pada percepatan. (teori ala - ala saya)
 
Lalu, tuing .. ternyata teorinya ada dalam fisika loh. Hukum newton dua berbunyi dimana setiap percepatan (kecepatan yang berubah) gerak benda selaras dengan yang di hasilkan oleh gaya yang bekerja atau ada pada suatu benda dan selalu selaras dengan massa.
 
Ini makanan saya waktu jadi siswa sains di sekolah menengah dulu. Baiklah kita lupakan, kesalahfokusan kita. Balik ke topik, kita senantiasa menghadapi banyak perubahan. Apabila kita tak mampu menghadapinya, kita akan jadi bagian dari masa lalu.
 
Bagaimana kita bisa melewatinya ? Kita menjadi bagian dari perubahan itu. Saya lupa ini opini dari mana, tapi memang benar itulah yang terjadi. Bukan membela antara satu pihak dan pihak lain. Tapi ini bagian dari tanggungjawab kita bersama. Di sisi lain, taksi konvensional seharusnya menyadari akan hal ini dan bertindak cerdas untuk berubah dan berinovasi. Begitu juga taksi online yang juga bermain fair dalam hal ini. Saya tidak bisa berkomentar banyak, karena saya belum pernah merasakan sendiri bagaimana menggunakan kendaraan online, karena belum ada di kota saya.

Tapi dari kejadian tersebut, kita seharusnya bisa mengambil cerita dan juga pengetahuan baru apa yang seharusnya kita lakukan. Membangun startup sepertinya menjadi solusi dari berbagai masalah yang ada, namun kalau salah - salah juga menimbulkan masalah baru apalagi jika masyarakat belum siap menghadapinya.
Bagi saya, internet itu keajaiban. Membuat segala sesuatu mudah, dan merubah banyak hal dalam kehidupan manusia, baik itu budaya, kebiasaan, pola pikir, benar gak ?

Tulisan salah satu professor hits Indonesia, Prof. Rhenaldi Kasali menyeruak di berbagai linimasa dan broadcast beberapa teman. Kamu bisa baca lengkapnya disini "Selamat Datang, Sharing Economy". Tulisan ini memberikan gambaran apa yang sedang kita hadapi. Saat ini eranya berbagi, berbagi banyak hal seperti tempat tinggal dari startup airbnb yang memberikan penyewaaan rumah yang harganya relatif murah, ada juga startup yang membantu untuk transportasi lebih efisien dengan nebeng.com yang mempertemukan para penumpang dengan pengendara lain yang searah. Itu merupakan beberapa contohnya. Tuntutan mahalnya gaya hidup masa kini, mau ga mau kita harus banyak melakukan efisiensi. (ringkasannya gitu)
Saya pribadi merasakan, bahwa konsep gotong royong dan juga era nya setiap manusia itu adalah pengusaha itu sudah muncul. Zaman dulu, orang - orang sebagian besar merupakan penjual bukan ? Ingat gak pelajaran kita dulu tentang sejarah lahirnya "uang" sebagai alat tukar manusia melakukan transaksi. Kita menggunakan barter kan ?
Ada banyak toko yang menyajikan berbagai kebutuhan kita. Begitu juga kita lihat di supermarket saat ini. Lihat tidak ada berapa merek shampoo yang kamu temui di supermarket ? Ada berapa macam jenis snack, dan juga jenis sabun baru tiap bulannya ?
Saya pun menyadari kebingungan saya setiap saya belanja bulanan, karena melihat ada saja produk baru yang muncul, dengan promo terbaru yang gak tahan buat dicoba.
 Kompetisi is real. Kompetisi berat itu, sudah terjadi readers. Saya sebagai anak 90an akhir yang di lempar ke pasar kenyataan hidup pada tahun 2000 merasakan getar getirnya kompetisi ini. Di tahun saya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) diberlakukan, menunggu waktu lagi entah apa hal baru yang terjadi di depan. Bagi yang tidak tahu kompetisi sengit ini, akan merasa dunia baik - baik aja. Padahal sebenarnya, ada duri - duri dalam selimut *aduh peribahasa saya*.
Jadi benar kenyataan, kenapa dedek bayi gak takut sama kobaran api ? Karena debay gak ngerti, kalau panas api bisa membakar dirinya. Seperti itulah keadaan kita sekarang, kalau kita gak jadi sosok mencari tahu, kita sudah merencanakan diri untuk terbakar di kemudian hari.
So, pertanyaannya ?
Haruskah kita membuat perubahan ?
Jawabnya harus. Jika tidak! Kita akan diseret oleh perubahan. Perubahan yang dibuat oleh orang lain, yang bisa jadi, gak pernah mikirin keinginan kita dan kepentingan kita. Perubahan yang kadang kala gak baik, yang kemudian mengerus impian dan cita - cita kita.
Bukan hanya itu, tugas manusia juga membuat sesuatu kan ? Bukannya firmanNya bilang, kita merupakan pemimpin dan khalifah di muka bumi. 
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”.” (QS Al Baqarah : 30)
Contoh perubahan apa yang gak baik yang mengerus kepentingan orang banyak dan diri kita ? Perubahan hutan kita menjadi lahan industri, yang berakibat asap racun yang tiap tahun di hirup oleh masyarakat pulau sumatera dan negara tetangga, termasuk provinsi saya, Riau.
Kita punya tugas besar, menjadi manusia mulia, memberikan meninggalkan jejak kebaikan. menjaga bumi yang dititipkan olehNya.

Jadi, misalnya sampai saat ini kita belum berbuat apa - apa. Mulai lah membuat perubahan untuk diri kita sendiri, hijrah dari hal yang tidak baik menjadi baik, berubah dari yang baik menjadi lebih baik. Sambil melakukan dan berbuat perubahan untuk orang sekitar kita, keluarga, tetangga, teman - teman hingga untuk nusa dan bangsa, serta agama.

------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca


Keep Inspiring !

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Kreativitas saatnya ini menjadi sebuah soft skill yang dicari untuk bertahan menghadapi persaingan yang kian ketat. Saya teringat ketika menghadiri beberapa seminar seputar marketing dan diskusi komunikasi, pemateri sering menyampaikan elemen – elemen penting bertahannya sebuah perusahaan yang mana ia menjadi ujung tombak keberlangsungan akan “kesadaran” dunia baru kita yang sangat dinamis. Sampai pada akhirnya saya mengajukan kritik manis beberapa big company yang akhirnya runtuh, padahal memiliki kelengkapan di berbagai bidang. Apa alasannya ?
Yaps, elemen yang sering dilupakan. Inovasi ! Inovasi menjadi hal yang menjadi catatan siapapun. Baik itu diri sendiri ataupun sebuah organisasi besar dalam perusahaan atau lsm. Manusia itu dinamis, memiliki ketertarikan yang heterogen dan berubah – ubah. Kalau bilang kita sebut, seleranya beda – beda. Hoho.
Kecepatan informasi, dan juga hal – hal yang baru muncul tentunya mempengaruhi banyak hal. Apalagi di dunia bisnis. 

Bagaimana kreativitas muncul ?
Menurut saya, kreativitas itu muncul dari sebuah permasalahan. Loh ? Ketika kita dihadapi sebuah kasus, pemikiran, dan sebagainya. Secara tidak langsung, kita berpikir bagaimana jalannya hal tersebut terselesaikan. Nah, orang yang kreatif itu adalah orang – orang yang memiliki kepekaan yang tinggi atas sebuah permasalahan. Tidak hanya itu, misalnya saja orang lain tidak melihat sesuatu itu adalah sebuah masalah. Bagi orang kreatif sesuatu hal bisa ia anggap sebuah hal unik yang menjadi sumber inspirasi untuk membuat sesuatu. Make it something! Ia melihat sesuatu dari sudut yang berbeda dari kebanyakan orang.

Membangun kreativitas itu perlu proses dan latihan. Keinginan untuk menjadi beda. Beda yang seperti apa, beda berpikir, beda untuk membuat sesuatu. Ia terus berlatih untuk mendapatkan wawasan agar meramunya menjadi sebuah modal dalam mencapai inspirasi dalam bentuk kreativitas. Yaps! Yang dari awal saya sampaikan tadi, ia sangat peka akan kondisi ketimbang yang lain. Sehingga ia dapat berpikir visioner untuk melihat masa depan akan sesuatu hal.

Ingat tidak pamor smartphone blackberry yang menguncangkan dunia ? Saya ingat dulu, banyak orang berbondong – bondong membelinya dan kemudian merogoh kocek dalam untuk terlihat elit mengingat brand itu sedang naik daun dengan fitur canggih terbaru. But, sekarang kita bisa lihat dalam kurun waktu beberapa tahun, mereka mengambil langkah kreatif untuk fokus pada aplikasi blackberry messenger. Ketika orang – orang pada meninggalkan smartphone ini karena kehadiran smartphone berbasis android dengan touch screen yang lebih lengkap aplikasi, lebih murah, canggih, dan praktis.

Perusahaan sekelas apapun akan runtuh apabila tidak mampu untuk peka dan mengembangkan budaya kreatifitas serta inovasi dalam lingkungannya. Nah, apa lagi manusia ? Kenapa sih kita dituntut kreatif.

Ditengah tekanan yang kita hadapi saat ini, orang – orang kreatif akan melihat sesuatu itu berbeda. Persaingan dan globalisasi yang semakin mencekam, mengharuskan kita menjadi pribadi demikian. Kreatif bersikap, kreatif berpengetahuan, kreatif untuk melakukan sesuatu hal yang baik dan positif. Nah, apa yang terjadi jika kita tidak merubah diri ? Kita akan ketinggalan. Yaps!

Saya ingat, banyak Sunnah rasulullah yang menganjurkan kita pulang dari ibadah melewati jalan yang berbeda. Nah, bukan kah itu salah satu cara menemukan sudut pandang baru dan inspirasi.
Dari dulu, saya sangat tertarik dengan tema kreativitas. Sampai akhirnya pada tahun 2014 saya melahirkan buku berjudul “The Idea Factory” secara selfpublish saya terbitkan. Saya berpikir untuk merevisi buku ini kembali di tahun ini mengingat banyak hal yang kita lewati dan berbeda yang menambah inspirasi saya :) untuk buku ini mohon doanya.

Nah bagaimana cara simple membangun kreativitas ?

  1. Menjadi pribadi Open minded atau terbuka dengan pandangan baru tapi masih dalam rule yang baik dan benar
  2. Senantiasa beraktivitas yang unik dan berbeda ( misalnya pulang melalui jalan yang berbeda, kegiatan yang unik dan beragam di setiap hari atau minggunya)
  3. Menambah wawasan dengan aktif belajar baik itu dari berbagai media, baik buku, blog, seminar dan lain – lain.
  4. Suka dengan hal baru dan tantangan baru
  5. Baca buku “The Idea Factory” hehehe 


Masih banyak lagi yang dapat menjadikan kamu pribadi yang kreatif dan penuh inovasi. Gali terus potensimu dan temukan keunikan dalam diri kamu.

Happy reading!
Keep improving and Inspiring!

Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Well, kali ini kita akan bicara tentang sebuah nilai atau bahasa kerennya sekarang itu value. Value disini yang didasari sebuah purpose (tujuan) yang jelas dan berakhir pada sebuah impact (pengaruh). Belakangan ini di berbagai artikel dan juga tulisan – tulisan inspiratif akan kita temukan istilah demikian. Coba deh kamu “searching”. 

Saya sendiri menyimpulkannya bahwa nilai itu tidak pernah hilang dari apapun alias melekat pada sesuatu. Baik itu sebuah benda, manusia, makhluk hidup. Yaps! Apapun yang diciptakan dimuka bumi ini semuanya memiliki nilai. Namun tak jarang dari kita yang mengkotak-kotakan nilai itu yang seharusnya derajatnya sama menjadi seolah – olah menghilang dan tak bernilai.

Susah dipahami ya ? Ayo belajar mencoba belajar filsafat. Ada kutipan yang pernah saya baca. Kutipan itu berisi tentang konsep pragmatis “bahwa sesuatu yang tidak berfungsi akan hilang dengan sendirinya”. Mungkin pandangan ini yang menjadikan kita, mengabaikan sesuatu hal yang manfaatnya ga terasa dengan kita. Deskripsinya “duh .. ngapain lakukan ini itu, ga ada manfaatnya bagi aku”. Padahal, kalau ditelisik, sesuatu hal itu pasti ada nilainya. Ada impact yang tersembunyi dalam sesuatu. itu makanya Quran bilang, dalam beberapa ayatnya diakhiri dengan kata- kata .. bagi orang – orang yang berpikir .. Sesuatu yang bisa dilihat oleh orang – orang yang berpikir.

Luas sebenarnya bahasan tentang nilai, tapi kali ini saya hanya ingin membicarakan nilai dalam bentuk self-value. Nilai dari diri kita, apa yang melekat di diri kita. Misal, bentuk seperti pola pikir,  pertemanan, pengetahuan, kekayaan dalam berbentuk harta, dan kesempatan. Semua itu ada nilainya.
Tapi, kita seringkali salah membandingkan antara satu dan yang lain. Kita manusia lebih percaya dengan nilai yang sifatnya empiris ketimbang nilai yang bentuknya tidak terlihat oleh mata. Seperti konsep diri, pengetahuan, kebaikan hati dan hal lain. Jadi, kita seringkali lebih menghargai orang – orang yang memiliki “harta yang banyak” ketimbang ilmu atau pengetahuan banyak, yang tidak bisa diukur dan sehingga direalisasikan dalam bentuk gelar – gelar, publikasi dan lain – lain barulah kita hormat dan percaya. Thats right ?

Namun, setiap orang itu tidak memiliki kepandaian yang sama untuk mengolah bentuk nilai itu dalam bentuk lainnya. Misal, ada orang - orang yang orentasinya lebih kepada kekayaan jiwa, kekayaan hati dan nilai, sehingga ia menjadinya kekayaan lainnya itu sederhana saja. Yaa kan ?
Nah, ada sebuah rahasia orang – orang sukses bagaimana nilai itu bisa bertambah. Sederhana sekali, yakni BERBAGI ! Dalam Quran konsep berbagi membuat orang – orang senantiasa melakukannya akan kaya. Bukan hanya kaya harta loh, tapi kaya jiwa, kaya ilmu, dan mudah hidupnya. Ini menandakan seseorang itu bernilai.

Jadi konsepnya, bila kita berbagi maka nilai itu akan bertambah. Tapi pa yang dibagi ? Hal yang dibagikan adalah hal – hal kebaikan, positif dan bermanfaat.
Value, purpose, dan impact itu sangat berkaitan. Apabila kita ingin nilai bertambah, maka kita harus bisa dengan jelas mengetahui apa purpose (tujuan) nya dahulu, tujuan yang jelas membuat nilai yang kita dapatkan baik, jelas, dan terencana. Ibarat mengerjakan ujian deh, kita berniat untuk dapat nilai baik, kita harus belajar keras dengan purpose kita ingin nilai 100 atau sempurna, nah pada hasilnya kita mendapatkan itu lalu mendapatkan impactnya, impactnya nilai rata – rata kita naik, teman – teman termotivasi untuk menjadi lebih baik nilainya, dan masih banyak lagi (Ini analogi sederhananya)

Intinya semakin banyak kita berbagi maka sebuah self-value kita akan bertambah, bagaimana caranya ? kita harus bisa mengetahui purpose kita berbagi (niat dalam hal ini) dan insyaAllah, setiap yang kita lakukan aka nada impactnya (pengaruhnya).
------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca



Share
Tweet
Pin
Share
No comments
        Beberapa hari belakangan ini, di sela – sela kesibukan internship. Saya menyadari kapasitas aktivitas saya melebihi dari biasanya.  Walaupun sudah tidak mengikuti perkuliahan seperti biasa. Saya seringkali kelelahan dan tak jarang kondisi fisik menurun. Sampai pada akhirnya saya menemukan artikel yang di bagikan Mas Saptuari Sugiarto, mentor TDA sekaligus pengusaha desain inspiratif di laman sosial medianya. Benar – benar mencerahkan.


Di era globalisasi saat ini tanpa kita sadari kita tidak dapat hidup rasanya dengan “Smartphone berinternet”. Hidup tanpa sinyal dan kuota saja, sudah setengah mati merengek – rengek Karena kondisi ini( Ini pengalaman saya ketika mendengarkan keluhan teman – teman di akhir bulan )

Coba deh di flashback kembali, apa yang dilakukan ketika bangun tidur ? Langsung cek handphone kan ? Hayoo ngaku ? Saya sendiri sengaja menunda menyalakan handphone dua jam setelah bangun, sehingga aktivitas pagi tidak di sia kan untuk menyimak timeline terbaru dari siapapun itu diberanda sosial media. Dengan resiko yang seringkali saya alami, ketika dosen tidak hadir saya terlambat membaca pesan sehingga sudah sampai di kampus sendiri.

Kecanduan dan ketergantungan seperti ini seharusnya tidak kita pelihara. Tak sadar banyak hal yang kita lewati di dunia nyata. Hal yang paling tidak kita sadari adalah berpikir dan menerima informasi terlalu banyak sehingga hal – hal penting membuat kita lupa, dan bahkan tingkat kegalauan dan stress lebih tinggi di masa sekarang. Contoh, ketika heboh informasi wabah virus di media massa, kasus pembunuhan dan masih banyak sebuah informasi yang merebak dengan mudahnya dan berbeda setiap hari. Kita disajikan banyak ketakutan, kecemasan, dan tentunya informasi sebagian besar hoax atau berita bohong. Coba kita berpikir, seperti itukah makanan otak kita sehari – hari. Carut marut, kekeraasan, pornografi yang mudah diakses dimana saja, hal – hal yang sangat merusak kondisi fisik dan juga paling utama mental kita.

Well, saya akui saya berlebihan di artikel ini. But, tapi itulah yang tidak kita sadari. Kita dipapar oleh banyak informasi. Mau tak mau, kita harus bijak memilih dan juga memberikan jeda ruang otak kita untuk berpikir bukan menerima.

Overload Think, kita sibuk menyimak banyak hal di media terutama media internet, grup chatting menjamur, asik bercerita di dunia maya sehingga lupa dengan realita yang terjadi.


    “Otakku ini layaknya hard drive, aku akan menggunakannya untuk hal yang perlu aku gunakan. Apabila informasi itu tidak berguna untukku, untuk apa aku menyimpannya. Aku menggunakannya untuk hal yang benar - benar berguna, kamu John Watson menyuruhku mengingat teori solar system dan tatasurya, aku akan segera membuangnya dari memoriku," ungkap Sherlock Holmes, dalam buku Penelusuran Benang Merah.


Awalnya saya sempat tak setuju dengan pandangan Sherlock Holmes, tokoh detektif yang fenomenal itu. Masa ? kita harus melupakan pembelajaran tentang Tata Surya yang sudah kita pelajari itu . Tanggapan awal yang saya sadari ketika membaca buku fenomenal karya Sir Arthur Conan Doyle itu. Sampai pada akhirnya saya mengerti maksudnya, kita seringkali mengambil semua informasi, pengetahuan tanpa berpikir terlebih dahulu patutkan informasi, pengetahuan yang tersebar kita adopsi dan kita konsumsi ? Baikkah dan bergunakah ?


Satu hal lagi, kesibukan baru kita saat ini membuat kita lupa tugas utama yang seharusnya dilakukan. Selama 24 jam kita asik memantengi sosial media atau gadget sehingga menghabiskan banyak waktu yang tidak produktif. Yuk, kita selektif lagi memilih informasi dan mendapatkan informasi.


    "Barangsiapa yang bangun di pagi hari dan hanya dunia yang dipikirkannya, sehingga seolah-olah ia tidak melihat hak Allah dalam dirinya maka Allah akan menanamkan 4 penyakit dalam dirinya :

    1. Kebingungan yang tiada putus-putusnya.

    2. Kesibukan yang tidak pernah ada ujungnya.

    3. Kebutuhan yang tidak pernah terpenuhi.

    4. Dan keinginan yang tidak akan tercapai." (H.R. Imam Thabrani)


Next post saya akan posting mengenai “Gadget Time Warning” bagaimana mengelola dan mengatur gadget agar dapat produktif dan berguna.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
source pict : moco.co.id

Ketika membuat judul ini saya bingung bagaimana cara mengintrepretasikannya. Berat yak ? Sebelumnya saya pernah membuat sebuah status singkat di timeline facebook berkenaan dengan “komitmen”. Duh, bicara komitmen, rata – rata para muda – muda alergi banget. Asosiasi khayalan tingkat tingginya kata komitmen disamakan dengan kata “pernikahan” . Padahal tidak hanya itu, #eh bukan sesempit itu maknanya.

Bicara komitmen adalah bicara tanggungjawab. Ini menjadi peer (pekerjaan rumah) saya untuk memperbaiki diri dengan komitmen. Ingat gak ketika kita kecil dulu ? Kita perlahan diajarkan orang tua kita untuk belajar mandiri, belajar makan sendiri, membereskan mainan sendiri, berkomitmen untuk tidak mengerjakan tugas sekolah ketika malam. Itu dia komitmen, sebuah janji yang amat dalam. Menurut pandangan saya, komitmen ini jauh lebih mendalam pemaknaannya. Sudah masuk dalam sanubari untuk melakukan sesuatu. Janji yang sudah terealisasi menjadi sebuah tindakan nyata dari diri kita baik itu untuk diri kita sendiri maupun oranglain.

Komitmen sudah menyangkut prinsip – prinsip kita. Misalnya ketika kita berkomitmen untuk berhijab, untuk tidak pacaran, hijrah kearah yang lebih baik. Setelah saya renungi, komitmen itu memiliki tahapan atau levelnya. Ketika kita mampu berkomitmen dengan hal sederhana, kedepannya kita akan menghadapi komitmen lainnya yang datang kemudian menawarkan diri untuk kita melakukannya.

Contoh sederhana ketika kita kecil, saat kita mendapatkan tanggungjawab mengurusi keperluan kita sendiri, mandi, makan sendiri, dan lain – lain. Kita mendapatkan kesempatan untuk menjadi seorang kakak, lalu kita akan naik level untuk berkomitmen menjaga adik. Yaa kan ?
Komitmen itu amanah, kekuatan, tanggungjawab. Seperti perkataan yang pernah saya ingat dari Paman Ben dalam sequel Spider-Man kepada ponakannya bernama Peter itu. “Kekuatan yang besar beriringan dengan tanggungjawab yang besar pula”
Atau sama halnya pepatah yang sering kita dengar, semakin tinggi pohon itu tumbuh semakin kencang angin bertiup menggoyangkannya.

Bila komitmen itu memiliki tingkatan. Coba kita nilai diri kita seberapa jauh kita berkomitmen untuk diri kita sendiri untuk hal – hal yang baik ? Dari ketidak sempurnaan yang kita miliki, sejauh apa kita dapat berkomitmen untuk memperbaiki diri. Sederhananya menyelesaikan apa yang sudah kita mulai, seperti perkuliahan dan hal lainnya. *ini nasehatin diri banget*
Semakin tinggi seseorang mampu berkomitmen akan suatu hal, ia akan pantas berkomitmen untuk hal yang lebih besar lagi. Contohnya saya yang sering ditegur orangtua terkadang, “ kamu ga bisa gini …… gimana nanti ……” atau untuk para laki – laki sholeh, gimana mau bangun rumah tangga ? kalau bangun pagi aja susah ? #eh seperti itu deh

Jadi, apabila kita ingin menilai seseorang, kita bisa menilai dari sejauh mana ia mampu berkomitmen dari hal sederhana saja. Semakin tinggi ia mampu berkomitmen berarti dia adalah sosok High Level Personality. Misalnya saja, ia berkomitmen untuk merapikan kamarnya, rutin menulis, tanggungjawabnya dalam berorganisasi, dan hal lainnya. Tapi jangan judge orang, ketika ia belum mampu untuk itu. Berarti ia masih dalam proses, sama halnya seperti kita. Setiap orang memiliki proses menjadi baiknya masing – masing kan ? Kita hargai itu dengan membantunya mempercepat langkahnya untuk menjadi sosok yang lebih baik semampu kita.

Siapa yang mau berprestasi dalam berkomitmen ? menjadi High Level Personality?

“Jika Allah yang engkau tuju, maka kemuliaan akan dekat kepadamu. Segala keutamaan dan kemuliaan sifat – sifatNya akan mengikutimu” (Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah)

Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Segala sesuatu itu dimulai dari sebuah langkah. Perubahan besar yang kita miliki itu awalnya dimulai dengan sederhana ? Percaya gak ?
Saya ingat ketika itu saya pernah sharing dengan teman – teman TDA Kampus dulunya mengenai memulai sebuah bisnis. Rekan saya bilang begini, “Bukannya penemu apple alias steve jobs itu membangunnya dulu dari garasi rumah ya ?” Itu dia. Kita seringkali berpikir terlalu besar, ribet, rumit, memikirkan awalnya begitu sulit. Kemudian berpikir tentang sesuatu itu dengan awal yang waah, minjem uang gede – gede buat bisnis, dan kemudian berpikir dalam waktu yang singkat bisa berhasil. Pada kenyataannya tidak semudah yang dibayangkan. Sehingga tak jarang dari kita akhirnya berhenti melanjutkan keinginan menjadi sebuah realisasi yang nyata.

Saya pernah mengalaminya dan sering mengalaminya. Saya sadar pemikiran demikian di awali dari kesalahan kita yang tidak menghargai dan mengerti arti dari sebuah proses sesungguhnya. Selalu berpikir muluk – muluk dan lain sebagainya. Bukannya segala sesuatu dimulai dari hal yang sederhana kan, ?

Sama halnya ketika kita ingin merubah sebuah kondisi apakah lingkungan kita, keluarga kita, teman – teman kita. Hal yang sering kita lupakan adalah merubah diri sendiri terlebih dahulu. Cara kita berpikir, cara kita bersikap dan berperilaku, dan juga apa yang kita lakukan. Sembari itu kita juga perlahan merubah hal lain diluar diri kita.
Tidak mudah memang untuk mengawali sebuah hal, ketika menghadapi cemooh, tanggapan pesimistis, dan negatif sehingga mempengaruhi diri kita untuk melakukan perubahan baik.
Saya suka sekali dengan quote Lao Tzu, salah satu filsuf asal cina kuno.
Salah satunya mengatakan bahwa 

“Perjalanan yang berkilometer dimulai oleh sebuah langkah” sederhana tapi memiliki makna yang dalam.

Satu lagi kata bijaknya 
“Orang hebat mampu mengendalikan oranglain, tapi lebih hebat lagi ketika ia mampu mengendalikan dirinya sendiri”

Terkadang dari kita mampu mempengaruhi oranglain dengan sikap dan perkataan kita, tapi kita sendiri sulit untuk menasehati diri kita dari hal yang tak baik untuk berhenti.
Kebaikan apapun itu harus disegerakan, dimulai dari hal yang paling sederhana dahulu dan mulai dari sikap kita untuk menghargai dan mengapresiasi diri kita dari hal yang kita bangun. Memulai tidak harus sempurna kan ? Memulai tidak harus langsung ujuk – ujuk jadi yang terbaik ?
Dari setiap perjalanan tentu ada yang memulai kan ? Walaupun pada akhirnya nanti gagal, bisa jadi gagal kita adalah awal gerbang kita untuk masuk dan memulai sukses di hal lain yang tidak kita sadari.

*duh penulis ini kayaknya pandai ngomong aja ya,* dugaan pembaca
 
Saya pribadi menulis kan hal ini sebenarnya adalah menasehati diri saya sendiri untuk tidak takut untuk memulai apapun itu. Terutama saya yang belakangan ini sering takut dengan suasana pagi hari karena satu dan lain hal. Padahal sebuah hari itu dimulai dari pagi hari kan ? semoga gejala tidak baik dari saya ini bisa segera pulih. Aminn..

Nah, kamu masih berpikir untuk diam terlalu lama merenung untuk memulai sesuatu ?

-------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
 
Keep Inspiring !

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Hari ini untuk kesekian kalinya mengunjungi pameran pendidikan luar negeri. Suasana excited dan semangat menggebu – gebu untuk bisa kuliah dan mendapatkan pendidikan yang baik di luar negeri seketika muncul ketika di ruangan tersebut. Para konsultan pendidikan di tiap – tiap stand menjelaskan dengan baik apa benefit yang didapat ketika berkuliah di luar negeri. Sekaligus oase kompetisi untuk memperbaiki skor standar bahasa asing, seperti IELTS dan TOEFL menjadi bayang – bayang kita yang ingin berkuliah di negara asing. Lalu pertanyaannya ? akan kah ? haruskah ?

Beberapa hari yang lalu, rapat bersama teman – teman komunitas. Teman saya kala itu, mengutip kembali pertanyaan saya tentang “Apa alasan kita kuliah ke luar negeri ?” Inilah yang menjadi diskusi seru kami sore itu.

Jujur saja belakangan ini, keinginan saya berkuliah di dalam negeri sebagai kuliah lanjutan semakin mantap. Ketika restu dan juga tanggungjawab untuk meneruskan perjuangan yang sudah dimulai sejak awal perkuliahan menjadi lebih jelas arahnya. By the way, setiap orang punya pilihan bukan ?

… mel kamu sering ikut acara nasional sih .. cinta Indonesia banget deh ..
… mel kamu ingat mimpi kamu gak …
… mel, ini loh kamu bisa …

Ini suara – suara indah yang mampir di telinga saya ketika menyampaikan minat saya itu. Siapa sih yang gak ke pengen merasakan oase berbeda belajar di negara yang memiliki kualitas pendidikan lebih baik daripada di negara sendiri ?
Saya juga menuliskan mimpi di sebuah negara di benua biru kok. Lalu ? Apakah mimpi itu pergi ? Tapi kalau saya bilang mimpi itu dalam perjalanan waktu semakin jelas dan terarah.

Semua itu masalah niat dan juga potensi. Saya pernah baca, trend untuk lanjut studi semakin meningkat. Baik dan positif tentunya, karena menandakan minat pemuda Indonesia untuk belajar dan mengenyam pendidikan tinggi semakin tinggi. Berkaitan dengan kualitas SDM negara kita yang akan semakin baik. 

Media informasi semakin tak terbendung arusnya, oase kompetisi di era saat ini sangat terasa sekali. Karya A Fuadi dan Andrea Hirata telah menghipnotis seantero muda mudi Indonesia untuk melanjutkan kuliah diluar negeri bukan sekedar mimpi, siapapun bisa. Walaupun ia berasal dari daerah terpencil sekalipun. 

Tapi, segelintir orang menjadikan tujuan utama untuk lanjut studi jadi buram. Niat tercampur jadi keinginan untuk tampil keren, ingin jalan – jalan, ingin foto di landmark, dan banyak lainnya. Wajar saja, ketika ada sebuah artikel tentang seleksi LPDP yang para kandidatnya gugur karena ketika sampai di meja interview. Kita sendiri bingung, sebenarnya apa tujuan kita berkuliah jauh untuk sampai – sampai ke luar negeri. Memang diakui, pendidikan di Indonesia memang banyak sekali masalah yang perlu diperbaiki. Sehingga kuliah di luar negeri menjadi jawaban. But, kita tentunya harus menemukan niat yang lurus dan realistis untuk menggapai impian kita.

Jangan sampai, karena ambisi yang kita miliki kita kehilangan momen berharga dalam hidup kita. Kita semua istimewa, hal yang terpenting kita fokus pada kekuatan kita. Fokus untuk menjadi diri sendiri bukan menjadi orang lain.

So jawabannya ?
Studi ke luar negeri itu harus, bila studi ke luar negeri merupakan jawaban untuk kita berkarya lebih baik dan lebih bermanfaat.  Bila studi lanjutan di sana kita akan menjadi pribadi yang lebih baik ketimbang kita berada di dalam negeri. Jadi pepatah, gapailah ilmu sampai ke negeri china, pas deh. Cari ilmu sampai ilmu dagingnya.

Lalu, jawaban kedua ga harus. Kalau niat kita hanya untuk tampil keren, tampil beken, dan pendidikan yang kita ambil nantinya sama kualitasnya dengan di dalam negeri. Alias kita tidak perlu jauh – jauh, lalu meninggalkan banyak hal yang seharusnya menjadi prioritas teratas hidup kita.

Setiap kita punya jalan suksesnya masing – masing. Maka dari itu, temukan jalannya !

-------------------

Keep Inspiring !

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca


Share
Tweet
Pin
Share
8 comments
Syukur alhamdulillah, kita saat ini sudah sampai di awal tahun 2016. Banyak episode hidup yang kita lewati saat ini. Baik itu senang, sedih, penuh pengalaman, pembelajaran. Itu poin utama yang saya dapatkan. Terutama teman – teman luarbiasa yang saya tiba – tiba kenal dan mensupport saya dari berbagai sudut. Saya sadar semua itu tentunya rencana Allah Swt. Untuk refleksi tahunan saya sudah menuliskannya dibeberapa blog sebelumnya Refleksi Part 1 dan Part 2. 

Kali ini saya ingin bicara pada diri sendiri sekalian ingin menginspirasi teman – teman mengenai menjadi diri sendiri. Jujur saja, saya pribadi begitu terkagum dengan teman – teman di sekeliling saya dalam sepanjang tahun 2015. Sukses yang mereka lewati dan senyum yang mereka tawarkan dalam berbagai akun sosial media, membuat saya begitu menginspirasi dan kembali merefleksikan diri saya. Apa yang sudah saya buat untuk kebaikan ? Pertanyaan yang selalu terngiang – ngiang dikepala.

Saya masih merasa, banyak waktu – waktu yang masih “tercuri” oleh apa yang saya lakukan. Tercuri dalam arti, saya masih sering menunda apa yang seharusnya disegerakan. Eh ? Apa itu ? Seperti tugas kampus dan hal lain. Saya sadar, bahwa sikap perfeksionis kadang ada baik ada kurang baik. Yaps! Karena hal yang sulit dari diri manusia itu adalah mengendalikan diri ? benar gak ?

Tantangan saya saat ini adalah menjadi diri sendiri, fokus pada tujuan yang sudah dirancang. Saya menyadari, kian hari waktu begitu mengoda untuk disiakan dengan kata “nanti” dengan beribu alasan yang tiba – tiba muncul seketika. Benar gak ? Saya pernah mengalaminya, dan kadang – kadang sangat menganggu.

Itu makanya kita diharapkan senantiasa berkumpul dengan orang – orang yang memiliki visi yang sama dan juga tujuan yang beriring. Sehingga kita istiqomah untuk mencapai tujuan kita, tanpa sadar kita saling bahu membahu untuk mewujudkan impian masing – masing. Ingat film Tetralogi Laskar Pelangi kan ? atau kisah Trilogi Negeri 5 Menara karya A.Fuadi ? Mereka meraih impian tidak sendirian kan ?

Menjadi diri sendiri itu penting, menemukan siapa diri kita adalah bagian dari proses perjalanan kita menuju sukses. Ketika kita mengenal diri kita, kita melengkapi sebuah puzzle untuk melengkapi kepingan yang tidak dimiliki oranglain. Disitulah kita dibutuhkan untuk semakin sering berbagi, berkontribusi, memberi manfaat dari potensi yang kita miliki. Ada barangkali disekeliling kita membutuhkan waktu yang lama untuk memproses dirinya ada juga yang memiliki akselerasi dengan cepat. Bagaimana agar bisa cepat ? baca artikel saya yang sebelumnya “Akselerasi Kehidupan”
Misi saya kedepan adalah fokus selalu ingin mengetahui diri saya “Who I am”. What is my potential ?
Bagaimana orang mengenal kita, apabila kita sendiri tidak mengenali diri kita. Isn’t it ?
Satu quote bijak yang selalu saya ingat,

“Tidak perlu kita membandingkan diri dengan pribadi oranglain, cukup berkompetisi dengan sosok kita dihari kemarin”

Intinya, selalu jadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin agar kita termasuk golongan orang – orang yang beruntung. 
Selalulah berkontribusi dan berkarya dalam apapun bidangmu.
Lakukan lakukan lakukan!

------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca


Keep Inspiring!
Share
Tweet
Pin
Share
No comments


“Daripada mengutuk kegelapan lebih baik menyalakan lilin,”
Qoute ini beberapa hari ini menginspirasi saya di setiap hal. Kebanyakan dari kita seringkali mengutuk diri, mengeluh akan apa yang terjadi terhadap hidup kita. Setiap hal yang merugikan diri kita, kemudian kita maki habis – habisan, keluar kata – kata tak senonoh, dan banyak orang lain yang terkena imbasnya. Di sosial media, di setiap perbincangan, sehingga diri kita dihiasi oleh negatif-isme dalam menjalani kehidupan. Bener gak ?

Pribadi hebat dan keren tentunya tidak berlaku demikian, tapi ia membuat perubahan. Sama seperti filosofi quote diatas, daripada kita mengutuk kegelapan lebih baik menyalakan lilin. Misalnya kejadian mati lampu, kita maki nih perusahaan listrik karena mematikan lampu listrik kita di saat mengerjakan tugas. Daripada kita mengutuk – ngutuk lebih baik kita ambil penerang apa itu lilin, senter, kemudian lakukan sesuatu agar ada cahaya sehingga bisa mengerjakan pekerjaan yang barangkali belum selesai itu. Simpel kan ?
Mau hal yang lebih besar lagi ?

Kita seringkali mengutuk hal – hal sepele, misalnya mendengar berita buruk tentang Indonesia, tentang kemiskinan, pendidikan rendah, dan masih banyak lagi. Kemudian parahnya koar sana sini di sosial media, menganggu kehidupan oranglain dengan pikiran negative kita, dan well kita akan mendapatkan citra buruk hal – hal baik lambat laun menjauh dari kita.

“Jadi ga boleh dong bersuara, kayak demo gitu ?”

Boleh kok bersuara, tapi bisa dilakukan secara bijaksana dan elegan hingga bisa di dengar. Tentu penyampaian orang yang berpendidikan beda dengan yang tidak? THINK AGAIN!
Menjadi inisiator adalah pribadi yang selalu berinisiatif akan banyak hal yang terjadi. Biasanya adalah pribadi yang problem solver, selalu mengedepankan solusi ketika ada masalah. Bukan mencari kambing hitamnya. Jujur saya suka sekali dengan pribadi inisiator, karena pribadi ini kaya akan ide – ide, semangat, optimisme, argumentasi yang luarbiasa. Pribadi inisiator adalah pribadi yang emas bagi sebuah organisasi, baik di lingkungan kerja ataupun kampus.

Seperti apa pribadi inisiator ?

1.    Fokus pada solusi
2.    Segudang ide, gagasan, dan berwawasan luas
3.    Talk less do more, banyak bertindak daripada berbicara
4.    Menginspirasi mampu memberikan pengaruh
5.    Pribadi yang demokratis
6.    Pendengar yang baik
7.    Rendah hati (tidak memaksakan kehendaknya)

Lebih kurang orang – orang inisator memiliki karakter demikian, dengan tangannya ia banyak bertindak, dengan hatinya ia memberikan kasih saying dan kebaikan, memiliki semangat belajar yang tinggi. Impactnya ! ia akan berpikir untuk membuat perubahan apapun disekelilingnya, baik itu dimulai dari diri sendiri hingga berdampak luas bagi oranglain.

Bagaimana cara menjadi pribadi inisiator demikian ?
  1. Never stop learning, tidak berhenti belajar baik itu dari oranglain, buku – buku, seminar, media manapun
  2. Mengikuti organisasi dan terlibat aktif di dalamnya
  3. Berani menerima tanggungjawab dan menyelesaikannya
  4. Berani mengungkapkan pendapat dalam pemecahan masalah bersama
  5. Memiliki tekad penuh melakukan perubahan dan tentunya bukan perubahan asal – asalan, melainkan melalui riset, pengamatan, dan perencanaan yang matang. Dalam hal ini bila ingin membuat perubahan dalam jangka panjang.
  6. Bergerak bergerak bergerak
Apa sih untungnya menjadi pribadi penuh inisiatif ?

1.    Memberikan banyak manfaat baik untuk diri sendiri dan oranglain
2.    Terlatih untuk senantiasa berpikir positif dan solutif
3.    Setiap urusan terasa ringan dan mudah, hingga jauh dari stres
4.    Kaya akan karya luarbiasa
5.    Banyak teman, karena disukai banyak orang
6.    Menemukan banyak peluang
7.    dan masih banyak lagi

Yuk kita berjanji kepada diri kita sendiri untuk menjadi inisiator dalam banyak hal, membuat perubahan bukan membuat kerusakan. Tunjukkan bahwa kemajuan yang ada, terdapat langkah kecil yang kita lakukan. Baik itu untuk diri kita sendiri yang inisiatif berubah menjadi insan lebih baik di tahun akan datang, untuk keluarga, untuk orang sekitar kita, organisasi bahkan bangsa dan dunia.

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca


Keep Inspiring !
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Pembahasan menarik kapanpun saya berada. Beberapa orang sering melakukan perdebatan sengit dengan saya perkara ini. Sebenarnya seperti apa itu multitasking ? Persepsi seperti apa ?
Manusia multitasking identik dengan seorang manusia super power bisa melakukan apapun. Serba bisa deh istilahnya. Ia dapat mengerjakan lebih dari satu pekerjaan dalam satu waktu. Wow !
Ketika saya mengutip informasi tentang tema multitasking. Semua bercerita tentang negatifnya kemampuan ini. Tapi saya sendiri heran, dengan banyaknya orang sukses yang memiliki kemampuan lebih dari satu hal !
Kita sulit membedakan, istilah manusia yang memiliki lebih dari satu kemampuan dengan manusia yang mengerjakan sesuatu hal lebih dalam satu waktu.
It’s different! Kita seringkali menyamakannya. Pada dasarnya manusia memiliki kemampuan dan intelegensi lebih dari satu, baik itu kemampuan interpersonal, naturalis, dan banyak lagi. Konsep multiple intelligence. Namun, setiap individu memiliki dominan yang berbeda. Teman – teman bisa mengikuti psikotes untuk mengenali potensi intelegensi kamu yang dominan dimana.
Menjadi multitasking memang tidak baik. Why ? Kita akan menjadi manusia yang terombang ambing. Kurang produktif, alhasil jadi sosok busy tapi zero produktivitas. Nah, bagaimana dengan orang – orang yang memiliki banyak karyanya ? Apakah mereka menjadi sosok multitasker ? Belum tentu sih menurut saya. Seseorang yang banyak karyanya dibeberapa bidang sebenarnya dia seseorang yang pandai mengatur waktu dan priority nya. Ia fokus mengerjakan sesuatu hal yang baik dalam satu waktu.
Ilustrasinya begini, orang multitasker yang tidak produktif tidak memiliki prioritasnya. Misalnya, dia sedang mengerjakan tugas, di waktu yang sama dia nonton tv, terus bbm-an, browsing. Tentunya ga maksimal. Barangkali ada ilustrasi seperti ini, dia sedang menyelenggarakan event tiba – tiba diwaktu yang sama ia harus mengirimkan berbagai file penting kepada klien. Alhasil, ia menjadi tidak fokus dan ternyata salah mengirimkan file tersebut sehingga harus mengirimkan ulang berkali – kali.
Beda bukan ?
Teman – teman memiliki lebih dari satu kemampuan adalah sosok terlatih untuk memanajemen waktu untuk berkarya. Ia juga akan mengalami fase “busy people” harus mengerjakan banyak hal dalam satu waktu. Tantangannya ! Dia kemudian lelah, melihat hasil tidak maksimal, lalu mengevaluasi diri untuk baik mengatur waktu.
Coba kita bayangkan dan sederhanakan, bagaimana tugas presiden yang harus mengatur ribuan hal dan masalah di negaranya ? bukan kah dia harus berpikir banyak hal ? Ia harus bisa memanajemen banyak hal dalam kendalinya.
Maka dari itu pentingnya ilmu leadership untuk mendelegasikan tugas sehingga tidak terbengkalai.

Saya mengalami berbagai komentar tentang apa yang saya lakukan. “Banyak amat mel kerjaan kamu, gimana itu ?” Saya bukan pribadi yang sibuk, tapi selalu dianggap sibuk -_- *curhat sedikit. Keseharian saya dominan di rumah. Saya memiliki batas waktu ‘keluar rumah’ dalam keseharian. Sebagai anak perempuan yang punya tugas ‘rumah tangga’ tentu tahu bagaimana. Hanya saja memang saya pribadi suka tidur larut, dan itu bukan kehendak saya. Melainkan tubuh yang begitu Sehingga mau tidak mau, saya harus menyalurkan energy berlebih ini dengan hal – hal yang positif, jadi kelihat kaya orang sibuk.
Tapi karena saya ada pribadi suka berbicara, ngobrol, dan cerita serta menyalurkan ide. Saya
Seolah – olah melakukan banyak hal. Padahal kata – kata itu tak bermakna bila tak ada aksinya, betul gak ?”
Saya ingat pesan almarhum ayahanda saya seperti ini, “Nak, jadilah kamu serba bisa !” saya selalu menjadikan pesan ini sebagai landasan kehidupan dalam artian, saya menjadi pribadi yang tidak banyak bergantung oranglain melainkan banyak mengulurkan tangannya untuk oranglain. Hal yang saya dapatkan juga dari pesan ini, kita diminta agar tidak banyak mengeluh, melakukan banyak hal karena memiliki banyak kemampuan, satu lagi niat saya akan pesan ini. Saya ingin menjadi orang yang tidak merepotkan keluarga, sehingga saya bisa melayani kehidupan keluarga dengan baik serta menjadi orang yang diandalkan mengingat saya anak sulung. 

“Jika kamu menyelesaikan satu urusan, kerjakan urusan yang lainnya” (Quran)

Mungkin kita pernah mendengar hal demikian, kita diminta apabila menyelesaikan satu hal, kita kerjakan hal lainnya.
But, sampai mana batas kita bisa mengerjakan banyak hal ? tiap orang memiliki kemampuan berbeda, tidak bisa kita sama ratakan. Hal ini tergantung dengan jam terbang mereka mengatur waktu. But, jangan kita coba – coba kan menyamakan diri dengan orang yang melampaui diri sehingga kita menjadi kelelahan dan mengorbankan banyak hal. Lakukan sesuatu dengan step by step dan proses. Nikmati prosesnya.
Saya ingat, ketika ada pelatihan upgrading BEM di fakultas saya. Saya diberi kesempatan untuk memberikan materi tentang manajemen waktu. Ada salah satu peserta yang bertanya

“Kak bagaimana mengatur waktu dengan baik kak ? saya suka sekali kelelahan kak ngerjakan sesuatu jadi banyak yang terbengkalai ?”
Saya berusaha menjawab seperti ini,

“Kita bukan manusia hebat yang bisa melakukan banyak hal, cukup mengerjakan beberapa hal yang kita sanggupi. But, bila kita banyak melakukan sesuatu dan tidak ada orang lain yang dapat menghandlenya kita bisa belajar untuk mengatur waktu dengan baik. Sebenarnya tantangan kita berhadapan dengan waktu adalah “MENGENDALIKANNYA” sesuai maunya kita, jangan kita sendiri yang diatur oleh waktu. Bila ada kesalahan kita mengatur waktu, kita evaluasi diri. Berarti kita KURANG ILMU, kemampuan dan kapasitas kita mengerjakan ‘hal tersebut’ belum baik. Contoh, kita bikin tugas kampus dan mengerjakannya lamaa sekali sehingga mengorbankan pekerjaan lainnya. Evaluasinya apa, kita harus spend waktu lebih banyak dengan hal tersebut agar kita ‘luwes’ mengerjakan tugas selanjutnya dari matakuliah itu.” – sok bijak banget saya – haha

Saya pribadi juga sering salah mengatur waktu, biasanya karena kemalasan saya. Haha, suwer dah. Lagu lama dan penyakit lama lainnya adalah “menunda” sehingga saya membeli buku “Never Say Later”( bukan “Never Say Never” ya! saya bukan JB-lovers) untuk memperbaiki diri bagaimana mengobati penyakit akut tersebut.
Ini beberapa hal yang saya lakukan, apa itu mujarab apa tidak untuk membuat saya berhasil tapi saya formulasikan untuk memudahkan hidup saya. Barangkali memudahkan jalan teman – teman juga

1.    Fokus pada visi, apa yang mendasari melakukan sesuatu selalu korelasikan sama keinginan dan value yang didapatkan
2.    Buat hidup seperti hero ! menjalankan misi :D ( Contoh misi anak perempuan, cucian dirumah kelar, masak, kamar dan rumah bersih haha) Organisasi aja punya visi misi masa hidup kamu enggak jelas ? #jleb
3.    Bikin to do list harian, apa yang harus dikerjakan hari ini ditulis dan di check terus apalagi saya makhluk pelupa butuh sekali hal ini, kita bisa bikin note di kertas, note kecil atau handphone yang saat ini sudah canggih semua. Akan ada sebuah kegirangan sendiri ketika menyelesaikan semuanyaa dalam satu hari. Berarti misi kamu MISSION COMPLETE!
4.    Fokus pada pekerjaan yang dikerjakaan saat itu, maksimal ‘sambilan’ itu cukup dua dan andalkan otak kiri dan kanan secara seimbang. Misal, kayak lagi nulis nih, telinga mendengar lagu. Boleh kita seperti itu, tapi music yang diputar adalah irama yang tidak ber’kata’ – kata untuk menyeimbangkan fungsi otak.
5.    Evaluasi terus ! Kita jadi sosok yang tidak berubah dari hal buruk karena tidak mengevaluasi diri, kekeuh sama kebiasaan jeleknya.
6.    WE ARE NOT PERFECT! Jangan kecewa berlebihan ketika kita gagal menjalankan satu hal, ingat manusia tidak sempurna. Hal yang perlu kita lakukan memperbaiki diri. Itu jauh lebih penting !

Mungkin itu dulu sharing yang kebanyakan curhat ini, semoga dapat menginspirasi dan berbagi pahala bersama.
InsyaAllah.
Inspirasi lain, bisa cek di website rekan, sahabat dan inspirator saya kak Arry Rahmawan, Beliau sangat master tentang hal ini cek postingan nya disini “Tidak Selamanya Multitasking itu Baik”

BE GREAT PEOPLE!

---- 
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

 Keep Inspiring !

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Bicara produktivitas itu sama halnya bicara tentang karya. Sejauh ini sudah berapa langkah karya yang sudah kita lakukan ? setidaknya untuk kemajuan diri kita sendiri. Ada inspirasi menarik yang saya dapatkan hari ini dalam discussion class , English club di fakultas saya. Tell about your ability ?
Tak banyak orang yang bisa menjawab hal demikian dengan lugas dan cermat. Hal ini berkaitan dengan habits dan kebiasaan kita tentunya kan. Mengenal diri sendiri tidak mudah. Proses demi proses kita jalani hingga sampai di titik “IT’S ME” .

Well, tulisan ini sebenarnya menasehati saya juga. Seberapa jauh produktivitas saya menghasilkan karya. Seberapa disiplinkah saya berbuat sesuatu setidaknya untuk hal terkecil.
 Saya punya penyakit bernama pemalas. Saya akui itu, mungkin orang terdekat saya tahu. Ada beberapa pekerjaan yang saya sangat perlu diingatkan, karena salah satu kekurangan saya, pelupa! Saya menyadari hal itu, orangtua saya juga sering sekali menasehati saya berkali – kali. Namun dalam hal ini, saya senantiasa ingin memperbaiki diri. Salah satu caranya “sadar diri” termasuk menjawab pertanyaan dalam judul tulisan ini.
Salah satu penyakit saya, ketika saya tidak menemukan agenda yang penting dan segera pada suatu hari. Ada sinyal jahat dipikiran saya, its your day Mel ! hari saya buat melakukan sesuatu sesuka saya. Pada akhirnya saya melupakan berbagai agenda yang benar – benar waste time ! Menasehati memang mudah daripada mendengarkan dan melakukan nasehat ya reader’s hehe.
But, saya punya cara untuk merubah itu semua. Saya mendapatkan sebuah konsep bahwa ketika tubuh dan pikiran kita bekerja, kita akan senantiasa produktif. That’s way, bila kita melakukan sesuatu akan ada sebuah hal baru yang kita pikirkan untuk berbuat lebih. Misal saya mendapatkan ide beberapa tulisan ataupun mengingat agenda – agenda ketika saya beraktivitas baik itu belajar di kampus, mengerjakan pekerjaan seorang wanita dirumah (bersih – bersih dll) dan juga kegiatan lain. Ternyata kinerja otak begitu, bila kita senantiasa melatih untuk senantiasa melakukan sebuah pekerjaan. Kita akan terlatih berbuat sesuatu dan berpikir sesuatu. Ala bisa karena biasa :D
Bila kita mengikuti hawa nafsu untuk malas, maka hal yang terjadi adalah otak kita akan memerintahkan kita untuk malas dan tidak melakukan aktivitas. Hanya termenung, terdiam, tidak melakukan banyak hal. Lalu, tentunya akan ada waktu yang terbuang sia – sia !
Coba kita pikirkan, kita diberikan Tuhan waktu yang sama 24 jam. Mengapa ada orang yang sukses dan yang tidak ? kenapa ada orang yang lebih kaya sedangkan ada yang tidak ? bukannya modal yang diberikan sama ?
Bahkan ada orang yang barangkali “maaf” tidak memiliki kelengkapan seperti kita, baik itu tubuh, harta, keluarga. Tapi ia mampu sukses dibanding kita. Itu catatan buat diri saya juga.
Satu hal yang membedakan kita dengan mereka. PRODUKTIVITAS !
Mereka melakukan banyak hal dan bermanfaat bagi banyak orang. Menulis, berkarya, menimba ilmu, melakukan berbagai kegiatan, dan mengatur jadwal mereka untuk “bersenang – senang” dengan baik.
Sejauh ini banyak tidaknya produktivitas kita itu di tentukan oleh apa yang kita lakukan untuk waktu kita. Ada yang barangkali karyanya dikenal, ada pula yang ternyata diam – diam melakukan sesuatu sedikit banyaknya berguna bagi oranglain. Ga ada yang sia – sia disini. Kita sebagai manusia, bisa memilah tentunya mana hal – hal yang seharusnya kita lakukan, mana yang tidak.

Ini tips untuk teman – teman untuk selalu produktif :

1.    Kenali diri ( minat, bakat, dan potensi )
2.    Membuat jadwal kegiatan setiap hari baik yang terkecil dan yang paling penting, ( walau hanya nyuci pakaian ataupun bertemu teman )
3.  Memiliki option kegiatan produktif lainnya, misalnya beberapa agenda yang sudah kita laksanakan cancel. Misalnya saya ada rapat atau perkuliahan yang dibatalkan, isi kegiatan dengan hal lain dengan ke perpustakaan, berdiskusi dengan teman, membaca buku, menulis dll, buatlah sebuah skema prioritas setiap hari apa yang seharusnya dilakukan
4.   Senantiasa mengupgrade diri dengan mengikuti berbagai kegiatan. Hal yang terpenting dalam menyikapi masalah itu adalah mindset kita.
5.    Berani mengatakan tidak untuk hal – hal yang menganggu produktivitas.
6.    Disiplin ! disiplin itu bukan ketika kita melakukan sesuatu setiap hari. Melainkan melakukan satu hal yang konsisten kamu lakukan. Misalnya, seperti saya memiliki komitmen untuk menulis di blog saya walaupun dalam seminggu hanya menulis beberapa posting. Disiplin itu, ketika kita menepati janji yang sudah kita buat dan juga janji yang sudah kita buat bersama oranglain.
7.   Jangan malas ! ini syaitan . mari istighfar :D
8.   Belajar dengan orang – orang produktif lainnya, berkumpul dan bertemanlah bersama mereka.
9.  Buatlah hal - hal baru dan menarik setiap harinya untuk dicoba untuk menambah pengalaman kita.
Masih banyak hal lain yang sekiranya bisa meningkatkan produktivitas kita. Hal yang terpenting adalah berkarya, berkarya, berkarya. Apa yang bisa kamu kontribusikan untuk hidupmu, oranglain, dan tentunya menunjang masa depan kita !

Let’s be productive people guys !
---------

Yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

Keep inspiring!
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Bertepatan 10 November adalah hari pahlawan nasional. Semua tema di berbagai media menjadikan momen ini sebagai trending topic. Pahlawan atau yang dikenal dengan Hero dalam Bahasa inggris adalah sosok ideal yang kita kenal sejak kecil. Penggambarannya adalah sosok yang baik, ksatria, membela kebenaran, memiliki perjuangan yang tinggi untuk membela kaum yang tertindas. Kita di Indonesia memaknai hari ini sebagai hari dimana kita mengenang pahlawan – pahlawan yang telah gugur untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Disini saya tidak ingin bercerita sejarah. Tapi esensi nilai – nilai kepahlawanan yang kian lama terbelok, tersamar, bahkan tersalahartikan oleh kita. Impian kecil, kita barangkali melihat sosok – sosok heroic di kartun dan movies channel tentang spiderman, hero – hero man yang diangkat dari tokoh fiksi novel ataupun komik. Penggambaran sosok yang memiliki kekuatan super kemudian membela kebenaran.  Saya berpendapat, keberadaan sosok – sosok itu menggambarkan kita mengelu – elukan sesuatu yang tidak pasti keberadaannya, sosok tokoh yang semu. Padahal bila kita mau mengulik sejarah lebih jauh, kita akan menemukan banyak sosok realistis yang benar-benar ada dan patut diteladani. Walaupun dalam setiap cerita tokoh fiksi tersebut ada nilai – nilai tersirat, alangkah baiknya kita telusuri banyak pengetahuan dari pahlawan – pahlawan yang nyata dikehidupan kita.
Esensi nilai kepahlawanan kali ini menurut saya adalah bagaimana kita sendiri menjadi pahlawan untuk diri kita. Setidaknya mengawali dari kehidupan kita yang tak jelas, kemudian jelas. Banyak dari kita tak sadar bahwa dalam dirinya ada sosok pahlawan. Kita jauh – jauh memandang sesuatu dari luar, tapi kita sendiri tak mampu untuk menjadi pahlawan diri kita sendiri. Setidaknya untuk memperjuangkan kebahagiaan keluarga kita, orang – orang disekitar kita, menebar kebaikan untuk banyak orang dari hal yang kecil. Kita sering mengabaikannya.

“ Semakin besar kemampuanmu, semakin besar tanggungjawabmu,” Kakek Peter Parker dalam sequel Spider-Man.

Yapss.. ketika kita memiliki kemampuan dan potensi. Di setiap potensi yang kita miliki memiliki nilai tanggungjawab didalamnya. Baik harta, kedudukan, dan juga ilmu. Orang yang berlebih harta, memiliki tanggungjawab juga untuk membantu orang – orang yang kekurangan. Begitupula ilmu, sesuatu hal yang belum dibagikan kepada orang banyak “ilmu” tidak berarti apa – apa bila hanya bermanfaat untuk diri sendiri.
Saya mengingat kata – kata itu. Sehingga apabila kita merasa ada sesuatu yang berlebih dari diri kita. Segeralah berbagi kepada orang – orang kekurangan dari apa yang kita miliki. Setiap kita adalah pahlawan, setiap potensi memiliki tanggungjawabnya.
Di momen pahlawan ini, semoga kita dikemudian hari menjadi sosok – sosok yang dikenang dan menginspirasi. Diawali dari kita menjadi pahlawan untuk diri kita sendiri, kemudian keluarga kita, orang – orang yang mencintai kita dan sekitar kita . Kemudian menjadi pahlawan bagi nusa, bangsa, dan agama kita. InsyaAllah.
------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

Keep Inspiring!
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
          Belakangan ini banyak hikmah dan pembelajaran yang saya dapatkan dari oranglain. Pertemanan saya dengan beberapa orang secara dekat, membuat saya mengenal kekurangan diri saya lebih banyak dari biasanya. Sehingga saya memiliki data untuk memperbaiki diri kedepannya.
Belakangan ini juga “kegagalan” terasa dekat dengan saya. Kalau diingat-ingat saya sudah mengalami banyak gagal sejak dulu. Bukan hanya kompetisi, tapi juga gagal dalam pertemanan, gagal dalam bertindak, gagal dalam berlisan, mengecewakan oranglain dan masih banyak episode kehidupan yang menunjukkan bahwa itu kegagalan.
Perasaan apa yang hadir ketika kita gagal ? Tentunya yang tak pernah absen yakni perasaan sedih. Selain itu ? Perasaan tidak menerima kenyataan. Kemudian perasaan menyalahkan oranglain atau situasi. Masih banyak dampak-dampak yang tertuju pada perasaaan ketika kita dihadapkan pada kegagalan. Istilah “Down” yang menjadi bagian dari cerita kita.
Tulisan ini sebenarnya bertujuan menasehati diri saya saat ini. Ketika merasakan banyak gagal yang lebih dari biasanya. Ibarat ada palu yang sedang memukul besi berkali - kali. Pedih ... *sakitnya tuh disini hiks*
Kegagalan itu adalah sebuah tekanan yang menempa hidup kita. Bahwa tidak selamanya apa yang kita inginkan itu menjadi kenyataan. Tidak selamanya, jalan hidup kita mulus seperti jalan tol. Seperti ibarat palu yang menempa besi, kegagalan akan membentuk besi itu sesuai yang kita inginkan.
Sama seperti kegagalan, sebaik-baiknya kita manusia biasa ini ketika dihadapkan kegagalan adalah bertanya pada diri sendiri. Why I lose ? Mengapa saya gagal. Pertanyaan itu yang saya lontarkan pada diri saya sendiri tanpa ingin menyalahkan orang lain dan situasi. Walau terkadang ada andil orang lain dalam kehidupan kita, tapi hal terbaik dan bijak menghadapi situasi gagal adalah diri kita sendiri.

Gagal menunjukan beberapa hal atau hikmah yang bisa kita pahami :
Pertama, bahwa kita belum sampai pada kapasitas untuk memperoleh ‘menang’. Menang disini adalah capaian yang kita dapatkan. Misalnya mengikuti kompetisi kita lolos sebagai pemenang, atau hal lainnya. Bila dalam kehidupan adalah hubungan keluarga, pertemanan, organisasi tentunya memiliki sebuah capaian-capaian yang ingin didapatkan. Dahulu saya sering gagal dalam hal pertemanan, sehingga saya banyak memperbaiki diri baik itu dari hijrahnya saya dan hal lainnya. Walaupun begitu tetaplah konsisten untuk menjadi diri sendiri. Karena tentu manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Gagal pertemanan disini yang saya maksud, saya tidak dapat menjadi teman yang baik. Berlisan barangkali menyinggung atau hal lainnya. Try again to be the bestfriend :)
Hikmah selanjutnya, yang kedua adalah jalan yang kita lalui untuk mencapai tujuan itu bukan jalan kita. Ada banyak jalan dan pilihan yang ada dikehidupan kita. Terkadang kegagalan menunjukkan kita bahwa pilihan itu tidak tepat bagi kita. Barangkali jalan tersebut tidak baik untuk kita. Kemenangan kita di jalan itu tidak membuat perubahan berarti buat oranglain atau diri kita sendiri.
Selanjutnya, Allah menjelaskan pada kita bahwa jalan yang kita lalui tidak mudah. Barangkali kita melihat oranglain kok mudah sekali melewati capaian itu kok kita tidak ? Allah ingin menjelaskan pada kita bahwa tiap orang berbeda jalannya. Ia sedang ingin menguji setangguh apa kita melewati tantangan itu. Manusia itu tempatnya lupa, barangkali karena kemenangan itu kita bukan malah dekat denganNya melainkan menjadi ingkar. Masih banyak alasan lainnya, satu hal yan perlu kita lestarikan adalah keep husznudzon dengan situasi. Selalu berpikir positif untuk mengobati rasa pedih akibat gagal hehe.
Selain itu, gagal mengajarkan kita belajar ikhlas. Ikhlas menerima kemampuan diri yang masih segitu, ikhlas untuk belajar lagi, ikhlas menerima kenyataan, ikhlas melihat oranglain yang menjadi pemenangnya.
Termasuk ikhlas, bila si doi menikah dengan yang lain #salahfokus.

Well, intinya jangan pernah takut gagal. Bahkan bertemanlah dengan gagal. Apalagi kamu yang masih muda, “Habiskan jatah gagalmu” pesan pak Dahlan Iskan. Semakin banyak gagal, semakin kita belajar menjadi pribadi yang lebih baik. Gagal menjadikan kita pribadi yang tangguh dari kebanyakan oranglain. Jadikan gagal sebagai pembelajaran. Baik itu kita mencoba dijalan yang sama untuk memperbaiki diri, atau memilih jalan lainnya untuk kita berkompetisi yang sesuai dengan kapasitas kita. Itu hanya kita yang tahu seperti apa tantangan kehidupan yang kita hadapi.
Memang, kita akan merasa sedih, kecewa, down, dan lain halnya yang tentunya “Ga enak”. But, kita harus melewatinya. Bersyukur dan berpikir positif yang akan mengobati perasaan itu. Jangan terbawa arus bapernya :)
Eits, jangan salah paham. Jadikan gagal itu sebagai pembelajaran bukan tujuan. Jangan gara-gara artikel ini kita malah pengen gagal. Sebisa mungkin berusaha ketika kita melewati tantangan atau jalan tertentu.
Kalo kamu masih menghitung gagal yang kamu hadapi belum seberapa.Keluar dari zona nyamanmu. Orang-orang sukses yang kita lihat saat ini adalah hasil dari ribuan kegagalan yang ia lewati. Next post, saya akan mencoba memposting mengenai keluar dari zona nyaman. Keep reading yaa :)

Semoga kita menjadi pribadi yang tangguh :)

--------------------

keep inspiring !

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Dalam perbincangan dengan beberapa teman belakangan ini adalah mengenai memahami teman. Memahami bahwa setiap dari kita memiliki sisi baik dan buruk. Saya sendiri menyadari hal-hal yang barangkali menyakiti atau pun mengusik hati saudara-saudara saya yang lain. Bagaimanapun itu, hal yang dapat membuat hati lebih tenang adalah memahami dan mengerti.

Namun dari kesimpulan yang saya dapat, manusia memiliki sikap buruk yang sebenarnya membuat risau diri mereka sendiri. Membuat duri - duri di hati mereka masing-masing. Dan duri - duri itu sering disebut dalam Al-Quran. Tapi kali ini saya hanya menyampaikan tiga hal yang seringkali hadir menyapa hati kita. Kemudian meremukkannya, menghancurkan pertemanan, menimbulkan kegelisahan.

HAL PERTAMA : IRI DAN DENGKI

  Sikap iri memang seringkali hadir di hati manusia. Melihat oranglain yang ‘lebih’ dari kita. Keinginan kita untuk menjadi seseorang seperti ‘si dia’. Dia yang begini begitu, dia yang hebat, dia yang luarbiasa di kelilingi berbagai kenikmatan. Kebanyakan dari kita iri karena hal yang bersifat duniawi bukan iri pada ibadah-ibadah atau kesolehan seseorang. Jarang sekali iri hal demikian, karena iri pada kesolehan menimbulkan ghirah / semangat untuk lebih giat lagi untuk beribadah.
  
  “Tidak ada iri hati kecuali terhadap dua perkara, yakni seorang yang diberi Allah harta lalu dibelanjakan pada jalan yang benar, dan seorang yang diberi Allah ilmu dan kebijaksanaan lalu dia melaksanakan dan mengajarkannya” (HR Bukhari)
  
  Apa yang terjadi orang yang memiliki sifat ‘iri’ ? Hal yang positifnya adalah kita termotivasi untuk menjadi lebih baik. Apabila menimbulkan sebuah semangat untuk menjadi manusia yang lebih baik. Baik itu secara keilmuan, lebih giat bekerja, lebih tekun. Namun hal yang dikhawatirkan adalah, ketika iri tersebut jatuh kepada hal-hal yang merisaukan diri kita. Dengan su’udzon terhadap nikmat yang oranglain dapatkan, kemudian berprasangka buruk. Merangkai isu-isu tidak benar tentang ‘dia’ yang menjadi objek iri. Selanjutnya hal yang lebih parah, orang yang iri akan berpikir untuk menjatuhkan kemudian mencelakakan atau bahagia jika ‘dia’ yang diirikan menderita. Nauzubillah.
  
  Sadarilah teman, bahwa kita memiliki kenikmatan yang diberikan Allah secara istimewa untuk kita. Sadarilah, bahwa ketika kita iri pada oranglain, diluar sana ada banyak yang menginginkan posisi sama seperti kita. Ada yang ingin menjadi seperti kita.
  Apa yang salah dengan orang-orang yang terselinap hatinya rasa iri. Rasa iri timbul karena kurangnya rasa bersyukur pada Allah. Kita lupa akan nikmat yang Allah berikan pada kita. Coba renungkan, ketika kita iri. Apa yang kita dapatkan dari sikap iri itu ? Yang kita dapatkan hanyalah kesulitan untuk diri kita sendiri, kegelisahan ketika malam tiba, kegelisahan ketika melihat oranglain mendapatkan nikmat yang banyak.
  Maka dari itu pertanyaan status hati kita seperti apa, kenapa bisa ada iri terselinap di hati kita.
  
  “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [An Nisaa’ 32]
 
HAL KEDUA : RAKUS / TAMAK

  Sikap ini juga merupakan sikap yang kita hindari dan juga merupakan bagian dari penyakit hati. Seseorang yang tamak dan rakus tidak akan pernah merasa cukup atas apa yang Allah karuniakan padanya. Sebagian dari kita rakus pada hal-hal yang berkaitan dengan kebendaan dan keduniawian. Orang yang memiliki karakter penyakit ini, akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, tanpa peduli oranglain. Ia berusaha memperkaya dirinya, baik itu dari segi harta, kedudukan dan popularitas. Ia tidak berpikir apa jalan yang ia tempuh adalah jalan yang diridhoi Allah apa tidak. Mata hatinya tertutup akan keinginan yang mengebu-gebu yang harus dipenuhi olehnya.
  Adaapa dengan orang demikian? Orang rakus dan tamak merasa selalu tak cukup hidupnya, selalu merasa kurang. Hal ini disebabkan karena tidak adanya keberkahan yang ada dihidupnya. Ia mengantungkan kesuksesan itu adalah hal keduniawian. Ingin selalu lebih dan lebih. Memang hidup kita harus bertumbuh, tapi bukan hal - hal yang negatif semata-mata bertujuan untuk memperoleh hal yang sifatnya keduniawian. Karena manusia adalah sosok yang memang tak pernah puas.
Sebelumnya saya pernah menulis, kenapa manusia tidak pernah puas, kenapa ? Karena tak ada satupun di dunia ini yang patut menjadi tujuan selain Allah dan kehidupan akhirat/ surga.

  Satu hal lagi, orang-orang yang tamak / rakus adalah orang-orang yang kufur nikmat. Yang tak pernah bersyukur atas apa yang diperolehnya.
  
  
HAL KETIGA    : SOMBONG
  
  Sombong adalah dosa pertama yang ada di jagat raya ini. Dosa iblis kepada Allah Swt ketika diminta untuk bersujud menghormati ciptaan Allah yakni Adam AS. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan oranglain.

  Seringkali kita salah sangka dengan sikap oranglain. Mengatakan oranglain sombong, karena sikap iri yang terselinap dihati kita. Perlu kita pahami, bahwa sombong adalah ketika ada orang yang dinasehati tidak mau mendengar, meremehkan kemampuan oranglain. Bahwa jubah kesombongan hanya boleh dimiliki Allah Swt pemilik segalanya. Bukan kita sebagai manusia biasa. Karena penilaian Allah terhadap diri kita hanya keimanan dan juga amalannya. Selebihnya seperti ilmu, harta, kedudukan dan popularitas adalah sebuah nikmat yang Allah berikan atas apa yang diusahakan oleh hambanya. Tidak patut dijadikan tolak ukur kesombongan. Perlu kita renungkan, bahwa nikmat tadi adalah sebuah ujian dan cobaan, seberapa jauh diri kita sebagai hamba menjadikan nikmat tersebut sebagai ladang amal.
  
  “dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung” Q.S Al-Isra’:  37
  
  Apa yang terjadi bila hal demikian terjadi pada diri kita yang seringkali syaitan goda untuk merasa kagum dengan diri sendiri. Beristighfar, memohon kepada Allah agar hati kita diistiqomahkan pada kebaikan, nilai-nilai kebaikan. Bila terdengar oranglain yang berkata demikian pada kita atas sikap kita, dengarkan. Dengarkanlah nasehatnya, memohon nasehatnya agar kita tidak termasuk orang-orang yang menolak kebenaran dari kebenaran yang disampaikan oranglain. Bila terselip kata-kata yang menyinggung diri oranglain karena apa yang kita lakukan, memohon maaflah. Karena sadarilah tak ada yang sempurna di dunia ini. Kita hadir dimuka bumi itu dipertemukan untuk saling melengkap, kemudian saling menasehati dalam kebaikan dan kebenaran.
  
  Dan bila, kita terselip mengatakan saudara kita melakukan kesombongan. Tanyakan hati kita dahulu, apakah karena ada terselip rasa iri kita pada orang tersebut sehingga kita berpikir demikian. Barulah kemudian, jika memang benar teman kita dalam keadaan ia ujub dengan dirinya, nasehatilah dengan hati. Jika tak mampu, doakan kebaikan untuknya. Semoga Allah melembutkan hati orang tersebut.
  
  
  -------------------------------
  yang menulis tak lebih baik dari yang membaca.
  Istiqomahkan diri pada kebaikan
  Nasehati saya jika ada salah dan khilaf selama ini :)
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

ABOUT ME




Hi, I'm Melati Octavia

Welcome Readers! I'm in love with books, creativity, and think about people. This is my journal and story of my life!
Happy Reading!

Read More>

Follow Us

  • LinkedIn
  • Youtube
  • Facebook
  • Twitter
  • Pinterest
  • Instagram

Labels

Artikel Choice community development Self Improvement Self Reminder Tulisan Young Mindset

My Pageview

Melati's books

Menulis: Tradisi Intelektual Muslim
Indonesia Mengajar
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
Harry Potter and the Prisoner of Azkaban
Harry Potter and the Deathly Hallows
Harry Potter and the Goblet of Fire
Harry Potter and the Half-Blood Prince
Harry Potter and the Chamber of Secrets
Harry Potter and the Order of the Phoenix
The Tales of Beedle the Bard
25 Curhat Calon Penulis Beken
7 Keajaiban Rezeki
Dasar-Dasar Menulis Karya Ilmiah
Notes from Qatar 2
Kuliah Tauhid
99 Cahaya di Langit Eropa: Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa
Habibie & Ainun
Summer Breeze: Cinta Nggak Pernah Salah
Menyimak Kicau Merajut Makna
Berani Mengubah


Melati Octavia's favorite books »

Blog Archive

  • ▼  2022 (5)
    • ▼  Juni (2)
      • Optimisme Luaskan Digitalisasi Pendidikan Indonesi...
      • Potensi Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2021 (13)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (6)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2019 (13)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2018 (27)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (16)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2017 (15)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2016 (37)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (6)
  • ►  2015 (53)
    • ►  Desember (8)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2014 (9)
    • ►  November (2)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2013 (3)
    • ►  Oktober (3)
  • ►  2012 (10)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
  • ►  2011 (3)
    • ►  Desember (3)
Melati Octavia's Intellifluence Influencer Badge

IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

Diskon-Sociolla-Scan-mellaocta22
BloggerHub Indonesia

Facebook Twitter Instagram Pinterest Bloglovin

Created with by BeautyTemplates