facebook google twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • About Me
  • Life Style
    • Self Improvment
    • Financial Talk
    • Women Talk
    • Parenting
    • Education
    • Eco Living
  • Travel Content
  • My Project
    • Digital Writing Studio
    • Lampung Digital Academy
    • ThinkMe Project
  • Disclosure
  • Contact

Melati Octavia Journal

Menghitung hari Ramadhan tahun ini akan meninggalkan kita. Sebagian besar kita barangkali tak sabar menunggu hari kemenangan yang sering kita katakan hari lebaran. Beberapa ramadhan tahun - tahun lalu, saya pernah merasakan oase kesedihan luarbiasa di malam takbiran. Tak pernah merasakan kesedihan luarbiasa kehilangan momentum cengkrama bersama Allah Swt di dalam beberapa doa. Bukan maksud ingin show up apa yang saya lakukan ketika Ramadhan. Tapi 10 malam terakhir di tahun itu saya memang fokuskan untuk merenung dan berdua-duaan dalam doa-doa. Dengan niat ingin hijrah menjadi manusia lebih baik lagi. Mengingat dosa-dosa yang begitu banyak, rasanya air mata tak cukup untuk menampung kesedihan mendalam. Niat saya dalam tulisan ini murni berbagi dan mengevaluasi diri saya sendiri, barangkali memotivasi dan kita sama-sama merenung apa yang sudah kita lakukan di Ramadhan kita kali ini.

Bahwasanya saya tanpa sadar lalai mempersiapkan ramadhan untuk tahun ini. Saya kelimpungan, saya khilaf lupa dan salah. Saya mengabaikan berbagai rancangan kegiatan rutin untuk memperbaiki diri dalam hal ruhiyah. Alhasil, saya merasa gagal untuk kali ini. Penyesalan luarbiasa bagi saya pribadi. Kesibukan yang benar-benar menyita waktu saya bercengkrama dengan Allah lebih banyak. Semoga dan semoga bisa memperbaiki.

Bagaimana ramadhan kamu ? Akankah lulus dengan baik, apa ada cela-cela yang membuat puasa dan ibadahmu jadi timpang ? Akankah rasa sedih menyelinap dihati kecilmu akan ramadhan kali ini. Janji apa yang kamu ingin azzamkan dalam hati untuk memperbaiki diri setelah ramadhan kali ini ?

Dalam satu kesempatan saya membawakan sebuah program rutin edisi ramadhan di radio. Saya seringkali menyapa dan menanyakan bagaimana puasa yang seharusnya dan bagaimana nilainya tetap terjaga, kita sering lupa dan saya juga sebenarnya mengingatkan diri saya sendiri. 

Jujur saja, tulisan-tulisan yang ada di dalam sini merupakan wujud nasihat untuk diri saya sendiri. Seringkali manusia tahu kebenaran tapi sayangnya ia sendiri lupa untuk menerapkan kebenaran dalam kehidupannya. Saya senantiasa berharap, ada orang-orang yang selalu mengingatkan saya ketika saya salah dan khilaf tak sesuai dengan nasehat kecil yang sering saya sampaikan.

Kali ini hijrah menjadi hal yang menarik yang selalu terucap dihati kecil saya. “Mel kamu harus hijrah ! Hijrah lagi .. Lebih baik lagi !” hati saya selalu mengucapkan hal demikian. Hijrah selalu diidentikan masa ketika tahun baru islam. Padahal menurut saya hijrah itu adalah proses wajib yang harus dimiliki setiap manusia yang beriman untuk senantiasa memperbaiki diri. Secara bahasa, hijrah artinya berpindah. Sementara itu dalam konteks sejarah, hijrah adalah kegiatan perpindahan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad bersama para sahabat dari Makkah ke Madinah, dengan tujuan mempertahankan dan menegakkan risalah Allah, berupa akidah dan syari’at Islam.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah [2]: 218).

“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia.” (QS. Al-Anfal [8]: 74).

Maka dari itu, mereka yang berhijrah di jalan Allah adalah orang yang tinggi derajatnya dan termasuk orang yang mendapat kemenangan besar.
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS. At-Taubah [9]: 20).

Dalam suatu kesempatan kajian yang pernah saya ikuti, bahwa ramadhan adalah bulan training. Training kebaikan-kebaikan yang dibiasakan hingga berdampak setelah ramadhan menjadi sebuah kebiasaan yang baik. Oase Ramadhan menambah ghirah (semangat) untuk melakukan ibadah lebih tinggi dari biasanya. Ketika detik-detik ramadhan usai. Teguhkan pada hati bahwa kita akan menjadi insan yang lebih baik setelah melewati hari kemenangan yang dimaksud.

Disini saya ingin mengingatkan sahabat-sahabat yang saya cintai karena Allah. Bagaimana kita saat ini sahabatku ? Terutama muslimah, akankah ramadhan tak menjadikah diri kita tetap berhijab dengan seutuhnya, masihkah kita mengatakan bahwa ketidaksiapan kita untuk berhijab / menutup aurat adalah bentuk keistiqomahan kita pada hal yang tak baik. Apa yang teman-teman khawatir kan sahabat muslimahku, apakah harta ? Kehilangan teman ? Kecantikan ? Orang-orang yang memuja kecantikan kamu.

Jujur saja, lidah saya tak kuat mengkritik hal tak benar tentang seseorang. Karena setiap manusia dimuka bumi ini jarang sekali ingin dikomentari, bahkan dan mungkin ketika dinasehati, telinga menjadi panas. Silaturrahmi menjadi putus. Kebencian menjadi-jadi. Tapi saya berharap, bahwa kita menjadi pribadi yang lapang, yang selalu terbuka menerima kritikan, komentar, dan nasehat apapun. Saya memilih untuk menjadikan diri role model apa yang saya ingin katakan (karena saya cinta damai, tak ingin memperbanyak musuh karena kata-kata yang kurang baik)
walau saya tahu tak mudah untuk dilakukan, karena saya juga manusia. Barangkali hati yang tak baik sedang mendominasi, kadang kala syaitan menang menguasai diri karena beberapa waktu jauh dari Illahi.

Hijrah lah ...

Teman teman muslim, para lelaki - lelaki yang diharapkan menjadi pemimpin di masa yang akan datang. Masihkah diri terbelenggu oleh nikmat duniawi yang melingkar disekeliling. Menghabiskan waktu untuk hal yang tak baik, memelihara ketidakbaikan, ketidakjujuran, kemalasan dan hal lainnya. Tantanganmu luarbiasa saudaraku, jangan terpedaya. Teruslah mengikrarkan dalam hati untuk senantiasa menjadi seseorang yang dicintai Allah, menjadi lelaki yang sholeh.

Menjelang hari kemenangan itu tiba. Masih ada kesempatan kita untuk memperbaiki diri. Berpindah dari hal yang tak baik, dari yang kurang baik menjadi baik. Memoles ibadah lebih baik lagi, memoles keilmuan tentangNya lebih dalam lagi. Menetapkan target-target ibadah dan juga keilmuan yang ingin dicapai.

Jangan pernah takut berhijrah, karena balasan surga sudah menanti kita diakhirat sana :)

----------- 
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

  “Hidup itu adalah bertumbuh, hidup adalah untuk naik kelas berakselerasi”

  Istilah akselerasi barangkali teman-teman sering mendengar ketika bersekolah dahulunya. Kita mengenal dengan kelas akselerasi, kelas anak-anak pintar yang memiliki kemampuan bersekolah lebih singkat dan lebih cepat. Akselerasi adalah pertumbuhan. Belakangan ini, kata-kata ini yang terngiang-ngiang sehingga saya mendapatkan berbagai kesimpulan. Akselerasi dalam kamus bahasa indonesia adalah sebuah proses percepatan atau peningkatan kecepatan. Menurut saya, kita sebagai manusia yang ingin maju harus memegang prinsip akselerasi.

  Seperti biasa, blog ini berisi hal-hal yang barangkali bisa menginspirasi atau bikin galau hehe. Akselerasi itu menentukan kita bertemu dengan siapa dan hidup dengan siapa. Sejauh itukah ? Saya sering mengamati dan juga menghubungkan berbagai ayat quran serta prinsip-prinsip islam dalam kehidupan kita. Barangkali teman-teman tahu hadits mengenai pertemanan, bahwa kita diinginkan untuk berteman dengan orang-orang baik, alias penjual parfum bukan penjual ikan. Karena aroma ikan atau parfum akan terkena dengan kita yang menemaninya. Sama halnya ketika kita berteman, bila kita berteman kita akan berkarakter tak lebih jauh dan kurang sama dengan teman kita. Ketika kita berteman ada proses belajar yang sadar atau tidak sadar itu berkaitan dengan budaya, kebiasaan dan juga hal-hal seringkali berpengaruh pada diri kita. Simpel kedengarannya, karena dalam kajian psikologi sering juga dibahas, bahwa kepribadian manusia itu terbentuk sebagian besar karena lingkungannya. But, seharusnya dengan prinsip ini bisa kita jabarkan lebih luas lagi. Bahwa Islam dan Quran menjelaskan lebih dari itu, sebuah ikatan silaturrahim itu lebih dari hanya sekedar mempengaruhi karakter, tetapi juga rejeki, jalan hidup, pandangan hidup, prinsip dan nilai nilai dan hal lainnya. Maka dari itu jangan pernah kita sepelekan nilai sebuah pertemanan.
  Hal ini berkaitan dengan akselerasi untuk kali ini, saya pernah memposting sebuah status di facebook yang isinya seperti ini

  “Pencapaian itu menular, bertemanlah dengan orang-orang yang memiliki akselerasi yang tinggi dalam kehidupannya tanpa sadar kita akan berusaha mengikutinya dan akan sama-sama berhasil dengan pencapaian yang sama. Dengan satu syarat, yakni keinginan kita untuk maju dan berubah menjadi lebih baik”

  Dalam forum motivasi mario teguh pernah mengatakan hal demikian mengenai akselerasi, walaupun ada yang mungkin kesulitan untuk mencernanya. Karena tidak semua orang yang mau untuk melakukan akselerasi yang tinggi. Karena untuk mencapai sebuah kecepatan dan akselerasi itu membutuhkan pengorbanan dan perjuangan. Kita harus merasakan lelah dan juga tentunya kesabaran yang tinggi.
  Bagaimana orang yang hidupnya tidak mau berakselerasi, hidup orang-orang yang tidak mau berakselerasi adalah hidup orang-orang yang kehidupannya mati. Tidak ada kehidupan, kehidupan yang hanya melakukan tindakan-tindakan bodoh bukan untuk membuat dirinya maju melainkan untuk merendahkan dirinya dihadapan Tuhan dengan melanggar perintahNya. Orang yang senantiasa berakselerasi akan senantiasa berusaha untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik, ada sebuah pencapaian pencapaian yang akan ia targetkan dan peroleh.

  Akselerasi jugalah yang membuat kita bertemu dengan orang-orang baru. Bertemu dengan wawasan baru. Dan .. Tentunya bertemu jodoh hehehe. Saya tergabung di grup parenting di sebuah club yang sering berdiskusi perkara persiapan untuk menuju kedewasaan. *Aduh bahasanya*

  Perbincangan grup parenting subuh kali itu, membuka wacana sih kira - kira siapa jodoh kita. Kita akan menemukan jodoh kita itu dalam lingkaran kita sehari-hari. Jodoh kita tidak jauh kok dari kita. Bahkan penelitian pernah mengatakan bahwa sebagian pasangan itu menemukan jodohnya di 50 orang lingkaran pertemanan terdekatnya. Saya lupa ada orang yang menyampaikannya pada saya. Namun, perlu kita garis bawahi bahwa hidup kita bertumbuh berakselerasi, kapasitas jodoh kita tentu akan sama dengan diri kita. Ketika kita mampu untuk melangkah lebih besar dengan berteman dan juga melakukan percepatan dalam kehidupan kita akan menemukan orang-orang yang memiliki karakter, visi, kesamaan dan hal hal yang beriringan. Kita yang hadir di muka bumi ini adalah sama-sama bertumbuh. Bukan menyalahi dengan konsep bahwa jodoh itu penentu dari lingkaran kita, seolah-olah kita yang mengatur. Bukan begitu, melainkan kita akan menemukan orang orang yang barangkali diantaranya adalah jodoh kita yang sama-sama memiliki langkah kaki yang sama untuk maju kedepan bareng bersama untuk bertumbuh. Namun, lagi - lagi kita kembali kepada Allah SWT. Karena apapun itu, keputusan final siapa orang yang tertakdirkan untuk menjadi partner kehidupan dunia dan akhirat adalah Allah, Sang Pencipta kita.

  Dan, pesan selain itu. Selalu lah berakselerasi. :D

*Yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca*
Beberapa hari yang lalu, saya menghadiri seminar yang ditaja oleh Dompet Dhuafa. Diisi oleh pemateri luar biasa TRIO Lemmu dari mas Saptuari, mas Jayteroris, dan Mas mono :) panggil mas-mas supaya keliatan muda hehe. Saya mendapatkan informasi dari kantor saya untuk mewakili kantor, dan dapat tiket VVIP gratis. Luarbiasa rejeki yang Allah berikan. Disesi mas Jay Teroris, beliau menyampaikan mengenai mental block. Sebenarnya saya sudah bertemu beliau ketika acara Pesta Wirausaha Mahasiswa di Jogjakarta 2014 lalu, diberikan kesempatan ketemu lagi alhamdulillah, dan bisa sharing lebih jauh. Moga ketemu bapak lagi yaa hehe :D

Allah yang Maha Luarbiasa baik. Belakangan ini saya memang sedang diberikan cobaan cukup berat. Bagi sebagian kalangan ini bukan cobaan mungkin melainkan anugerah. Tapi saya mengatakan cobaan, karena saya masih merasa belum sanggup menerima kesempatan Allah berikan pada saya. Saya mengikuti pelatihan bisnis Onein20 dan singkat cerita lalu tak terduga saya tahun ini mewakili Provinsi Riau generasi pertama kategori mahasiswa untuk mempresentasikan bisnis saya untuk berada di Pitching Investor Nasional awal april nanti ditengah-tengah investor hebat yang nanti akan saya share siapa mereka T.T. Saya selalu bertanya dan berucap-ucap dalam pikiran saya. Kenapa saya ya Robb ? Akankah saya sanggup?

Saya makin mendekatkan diri pada Allah, menghadapi rasa minder luarbiasa. Bertanya dan semakin rajin bertanya kepada orang-orang semoga dikuatkan dan didukung. Alhamdulillah, tak berselang lama, pak Jay Teroris menyampaikan mengenai mental block. Banyak orang sukses yang menghapus mental blok dan membakarnya tak tersisa. Menghapus segala batas yang ada dalam pandangan manusia agar bisa maju terdepan. Baik umur, gender, ekonomi, keilmuan, pendidikan. Gak ada halangan deh menuju sukses. Asal percaya, yakin, dan sungguh-sungguh semua batas akan terbantahkan.

Saya merenung, semua dekade belakangan ini memang tak lepas dari namanya membuat batas dari beberapa hal. Semua berkaitan dengan kepantasan umur. Umur saya masih 20 tahun, terlalu muda rasanya untuk sebagian kalangan mendapatkan berbagai amanah dan pertemanan yang luarbiasa. Padahal saya sering membaca biografi anak-anak kecil luarbiasa bisa sukses diusia yang masih sangat belia bahkan. Tapi kenapa saya yang bisa dikatakan ga belia-belia banget alias sudah masuk fase dewasa masih terselip rasa minder. Sebenarnya rasa minder yang saya miliki tak lepas dari rasa takut saya akan jadi sombong, angkuh, jauh dari Allah. Saya merasa tak pantas dengan amanah dan anugerah yang Allah berikan dalam waktu singkat dan instan. Tapi mungkin itu rayuan Allah untuk saya untuk semakin dekat padaNya. Dan memang benar, saya semakin berusaha tawadhu, rasa angkuh yang saya takutkan itu saya takut menghancurkan diri saya kelak.

Dan beberapa jam lalu, ada teman kelas yang curhat tentang kondisi ekonominya pada saya, kegigihannya bertahan untuk berkuliah. Maaf saya tidak tahu kondisi anda sebelumnya. Beliau mengatakan kesulitan untuk mendapatkan rejeki untuk membiayai kehidupannya, uang spp kampus, membiayai makan dan kost-nya, dan hal lain-lain. Tapi saya selalu mendengar banyak keluhan ketimbang kata penguatan dan positif dari diri teman saya itu. Alhamdulillah, berbekal ilmu yang pak Jay Teroris mengenai mental block saya coba sampaikan ke beliau. Untuk senantiasa positif menghadapi berbagai hal, rintangan, dan selalu ingin mendengar, memperbaiki diri, dan membakar mental block. Keterbatasan-keterbatasan yang ada didiri kita yang kita buat sendiri. Banyak orang tidak sukses karena mereka membuat batas pada diri mereka untuk tidak sukses. “Ahh saya ga bisa nulis, aah saya ga bisa ngomong depan umum, ahh saya ga pinter, dan masih banyak keluhan lainnya” Bedakan yaa readers antara rendah hati dan rendah diri. Coba kita renungkan lebih banyak kata negatif atau positif yang terlontar dipikiran dan omongan kita setiap hari ?

Dan saya juga berkesempatan hari ini untuk ber-gladi mempersentasikan bisnis saya di Business College LP31 berasa jadi dosen beberapa jam. Karena saya juga mengambil space waktu pak dosen yang kebetulan mentor bisnis saya. Lalu, ketika disesi akhir, seorang dosen lainnya yang menyimak saya memberikan pertanyaan mengenai apa yang saya lakukan selama ini. Terimakasih pak dosen lain yang lupa saya tanya namanya. Saya bercerita tentang usaha yang saya lakukan sedari kecil, cita-cita saya, dilema saya akan diri saya. Tanpa sadar memotivasi mahasiswa yang menyimak saya disana. Ahh .. Berasa ga pantas lagi dah hahaha. Saya bercerita bahwa anak muda sekarang suka terbawa arus, saya pun sering terbawa arus. Mungkin posisi weenaak yang bikin kita ga maju. Memang benar, kehidupan yang berkecukupan, ketakutan untuk menghancurkan mental block dan keluar dari zona kenyamanan membuat kita jadi pribadi lurus-lurus aja. Gak ada sensasinyaa ma meen.. *Serius amet bacanya*

Saya bercerita tantangan teman-teman semakin tahun semakin berat, ketika pengangguran makin banyak dan meluap-luap ? Benar. Lalu akan bersaing dengan MEA, yang kita tahu kapasistas lulusan pendidikan Indonesia masih kalah jauh dari negara-negara lain di ASEAN. Lalu apa yang harus kita lakukan ? Dan hal itu sudah menjadi renungan saya ketika saya duduk disekolah menengah pertama. *Dewasa kecepetan* Saya suka nongkrong di perpustakaan sering mengamati buku-buku mengenai pendidikan. Dari situlah saya bertekad untuk menjadi orang yang berbeda dari kebanyakan. Saya bercerita kalau ingin tidak pengangguran syaratnya cuman memperkaya diri dengan ilmu, skill, dan potensi diri. Ada yang bilang itu Ilmu, Integritas, dan Skill. Kita akan jadi orang yang selalu dicari. Seperti postinngan saya sebelumnya, manusia yang bermanfaatkan yang akan selalu ditemukan. Perusahaan tentu mencari karyawan yang dapat memberi manfaat untuk perusahaannya untuk semakin maju.

Hal paling penting, bakar mental block *itu pesan untuk diri saya sendiri dan akan berusaha menerapkannya* Keluar dari zona nyaman. Pak Jaya Setiabudi juga menerapkan the power of kepepet secara sengaja bukan, karena tekanan-tekanan yang hadir membuat kita lebih maju, seperti konsep peer yang dipencet, kemudian meloncat tinggi. Ahh saya bisa saja membuat perumpamaan (Ngutip mbak-masbro).
BAKAR MENTAL BLOCK
BERPIKIR OUT OF BOX
KELUAR DARI ZONA NYAMAN

Sekian terimakasih semoga menginspirasi

-------

Yang menulis tak lebih baik dari yang membaca
Artikel ini sedikit curhat bawaannya. Tapi semoga dapat membuka cakrawala berpikir kita. Sejak kecil saya suka magang. Baru saya sadari ketika saat ini. Entah desakan apa yang terjadi saya sering “dipekerjakan” diberbagai kantor, freelance dan lain-lain. Bagi saya organisasi juga magang loh hehe. Ketika SD pertama kali saya magang sama orangtua, bisnis kecil-kecilan belajar jualan. 
Saya mempromosikan masakan Ayah saya yang waktu dulu pernah berbuka jasa catering dan restoran. Saya suka menawarkannya ke teman-teman sekolah. Alhasil, banyak orderan dari teman-teman, guru dan lain-lain. Sayangnya tidak kepikiran pada saat itu untuk berwirausaha. Lanjut, saya magang dibeberapa guru membantu pekerjaan mereka jadi asisten mengenai administrasi, nilai-nilai siswa, dan lain lain Jadi kalo pengumuman siswa yang juara itu bulan depan teman-teman tahu. Saya siswa yang tahu pertama kali isi rapor teman-teman. #TerbukaKedok. Lanjut, magang jadi kurir sana sininya jasa fotokopi ataupun bagian tata usaha di majelis guru. Ini magang apa pemanfaatan yaa ? Hahaha. Saking baiknya barangkali wkwkwk. Well, semua itu saya ikhlas dan mengambil sisi positif saja (Ampuni hamba yang banyak khilafnya dan bohongnya #pray). Banyak pengalaman yang saya dapat, salah satunya bisa mengendarai motor kopling ketika kelas 5 SD untuk pertama kalinya karena kepepet fotokopi berkas pentingnya guru. Padahal belum pernah nyentuh motor sama sekali. Sueer dah, berasa naik roll coaster deg-degaan. Cuma bermodalkan penglihatan orang banyak ketika berkendaraan motor itu gimana.

Banyak cerita jaman sekolah dasar yang menarik sampai ketika duduk di sekolah menengah atas saya masih sering mengalami hal demikian dan sampai sekarang. Dari kecil saya selalu ditekankan ayah untuk selalu membantu orang. Ga usah mengharapkan banyak hal, nanti Allah aja yang balas. Selalu ingat kata-kata Almarhum ayah. Tapi terkadang manusia juga banyak khilaf dan rasa egoisnya tentu sesekali juga ada rasa pamrih.

Bicara magang itu bicara mencoba, benar tidak ? Magang identik mengenai pekerjaan coba-coba apa itu niatnya karena bagian dari kurikulum kampus, cari tambahan uang dan lain sebagainya. Tapi kalau dari saya sendiri, jadikan magang itu untuk mencari ilmu ingin mencoba, ingin tahu, dan juga berani berbuat kesalahan. Ketika mencoba, kita adalah orang yang masih dalam keadaan buta, tidak tahu apa-apa. Jikalau tahu yaa jauh sekali pengetahuannya, karena belum mencoba toh ?

Sayangnya mental teman-teman kita saat ini, takut untuk magang atau mencoba. Ahh .. Ntar dimarahin boss, ahh ngabisin waktu, ahh ini itu. Well, itu yang membuat kita selalu seperti katak dalam tempurung. Bisa meloncat tapi tak ingin keluar dari tempurungnya. Just silent.
Percayalah, dengan mencoba semakin banyak hal, mencari pengalaman magang dimana saja. Kamu akan jadi different person, akan dicari, diinginkan, diidam-idamkan. Loh kok jadi narsis ? Hahaha bukan, karena ketika kita mencoba dan magang, kita sudah mendapatkan ilmu, pengalaman, dan pencapaian, kita akan menjadi orang yang dibutuhkan. Benar tidak ? Dan jujur, saya belum pernah mengalami rasa “pengangguran” dalam artiaan tidak melakukan apa-apa dan tak menghasilkan apa-apa. Ada saja kesempatan magang lain, misalnya saya berhenti atau hal lainnya. Dan mencoba itu menyenangkan :)

Saya berani mulai bekerja ketika saya duduk di sekolah menengah pertama, mendapat job pertama sebagai waitress dan juga asisten di restoran ayah, lanjut ketika SMA saya bekerja sebagai kontributor, dan akhirnya menjadi wartawan freelance. Sesekali berjualan makanan. Lalu sebagai desain grafis dan web adminsitrator ketika saya baru saja masuk jadi mahasiswa dan penyiar radio. Jika sepi peluang, saya sendiri menyibukkan diri dengan magang sama diri saya sendiri melalui project project yang saya rancang. Saat ini saya masih haus dengan pengalaman, ilmu, dan rasa ingin tahu.
Menurut pandangan saya, pengangguran di Indonesia yang saat ini super banyaknya karena kualitas para sarjana dan juga lulusannya memiliki pola pikir katak dalam tempurung yang tidak ingin mencoba. Ketika lulus hanya pasrah bermodalkan ijazah untuk melamar pekerjaan sana sini. Bukan berarti itu salah, tapi bukan itu yang menjadi aspek utama, tapi skill teman-teman nanti yang diuji ketika bekerja. Nilai-nilai yang kita dapatkan itu tidak akan berarti apa-apa. Jangan ada lagi teman-teman yang mengejek ketika ditanyai kenapa kamu sekolah atau kuliah ? "Untuk menuntut ilmu" itu jadi bahan bercandaan. Karena memang sekolah dan berkehidupan itu tujuannya memang belajar.

Saya harap teman-teman dari sekarang coba mengatur diri jangan hanya diam dan pasrah mengikuti alur kehidupan dan mengikuti "kata banyak orang". Cobalah sesuatu ! Cobalah ! Luangkan waktumu untuk magang dan menghasilkan karya :) Percayalah, semakin banyak jatah gagal anda, semakin dekat kita menuju sukses yang kita inginkan

-------
For your inspiration

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
“Teruslah belajar, belajar itu berhenti ketika nikmat bernafas diambil pemilikNya”
Ingin sedikit sharing tentang konsep belajar kali ini. Saya juga dulu awalnya salah mengartikan belajar itu seperti apa. Hanya textbook, terpaku pada nilai, menjadi siswa rajin, dan lain sebagainya. So, itu benar semua. Semua itu bagian dari belajar. Tapi ternyata belajar itu tidak hanya itu saja. Tapi amat luas maknanya.

Saya pernah menemukan sebuah buku ajaib di Perpustakan Wilayah (Puswil) Istilah kerennya. Saya lupa persisnya judul buku itu seperti apa. Tapi setidaknya mengubah paradigma mengenai apa itu pendidikan, belajar, bagaimana dasarnya. Buku itu menceritakan tentang konsep sekolah / school ketika terbentuk. Hayoo .. Ternyata asal muasal school itu adalah memanfaatkan waktu luang loh teman-teman. Mudah-mudahan saya bisa menemukan buku lama itu kembali dan bisa sharing lebih lengkap lagi di tulisan ini.

Saya selalu menemukan keajaiban jika berkunjung ke surganya buku T.T menemukan buku unik, besoknya kalau ditunda dipinjam atau dibaca buku menghilang ntah kemana. Ketika saya duduk di SMP dulu, sebelum puswil menjadi tempat terkecee untuk ngapain aja alias belajar, skripsian, nyari temen, rapat, dan lain-lainnya. Ketika puswil hanya satu lantai disebuah gedung perkantoran yang sempit dan sesak, saya sudah menikmati buku-buku jadulnya. Biasa menghabiskan minimal 5-10 buku dalam sehari kalau liburan. Gileee ga bosan tuh ? Mau gimana lagi, udah cinta banget ama buku sejak ngenal ama namanya tulisan dan kertas.

Belajar itu sebenarnya kebutuhan. Bukan paksaan dan tekanan. Belajar itu ketika kita hidup. Belajar itu ketika kamu mengerti oranglain dan paham akan sesuatu.
Lifetime learning. Selamanya kita belajar. Belajar bukan ingin jadi orang terpintar didunia, belajar bukan menjadi terkenal dan lain sebagainya. Bagi saya esensi belajar itu memudahkan kehidupan kita di dunia. Islam memuliakan ilmu kan ? Itu makanya orang yang ilmunya banyak, mudah menyelesaikan masalah, mudah melakukan apapun, hidupnya lebih baik. Dan belajar juga memberi manfaat (back to tulisan saya Contribution Unlimited).

Dulu saya sangat patuh dengan pencapaian nilai-nilai diselembar kertas. Saya melakukan banyak pengorbanan untuk dan hanya ketika nilai-nilai itu ditagih ketika ujian. Melelahkan bukan ? Andai saja bisa mengulang masa itu, mungkin semuanya akan lebih mudah. Menurut saya, pendidikan indonesia belum begitu maju karena mindset akan belajar anak-anak jauh belum pada titik yang benar. Sampai pada akhirnya, belajar menjadi sebuah momok mereka. Mereka sulit diajak untuk belajar, sulit diajari, inginya hanya bersenang-senang, dan masih banyak lagi. Saya mengalami hal tersebut, berpikir ketika belajar itu menjadi paksaan yang menakutkan. Sampai pada akhirnya ketika saya duduk di sekolah menengah pertama, ketika aktivitas membaca menjadi dominasi kala itu. Sedikit banyaknya merubah mindset bagaimana belajar. Awalnya saya membaca buku Rahasia 7 Kejeniusan Leonardo Da Vinci yang memiliki IQ yang sempurna. Beethoven dan beberapa ilmuwan muslim seperti Al Khawarizmi dan lain-lain. Dan hampir sebagian besar konsep belajar mereka hampir sama. Rasa ingin tahu, memuaskan hasrat bahwa manusia itu ingin tahu dan membuat perubahan. Berat yaa bacaan saya jaman SMP hehe Akhirnya saya menterjemahkan buku-buku itu dengan mencari tahu “Bagaimana caranya belajar yang benar?” Setiap dari kita punya cara masing-masing untuk belajar, ada learning by doing, ada yang dari buku, ada yang dari pelatihan-pelatihan dan lain-lain.  Dominasi belajar kita akan suatu hal caranya unik dan berbeda-beda. Namun, apabila kita kombinasikan cara itu insyAllah lebih maksimal lagi ilmu yang bisa kita dapatkan.

So, ketika teman-teman kesulitan belajar akan sesuatu hal baik pelajaran, ilmu dan hal-hal baru. Pesan saya, tentukan tujuan dari kamu belajar hal tersebut untuk apa, niatkan dengan lurus dan satu lagi belajarlah bagaimana cara belajar. Saya pribadi belajar bagaimana otak kita bekerja, mentransfer impuls dari rangsangan yang kita dapat dari panca indera, bagaimana prosesnya, bagaimana responnya, kemudian saya belajar bagaimana tehnik memaksimalkan panca indera yang dominan. Karena setiap orang punya dominasi berbeda-beda. Ada yang dominan pada bagian penglihatan, pendengaran, dan juga gerakan. Setelah itu, barulah pelajari tehnik mempermudah penyerapannya bisa dengan tehnik menghapal yang benar, latihan yang benar, mencatat yang benar, cara mencontek yang benar #ups wkwkwk ini tidak boleh ditiru hahaha. Maksudnya tehnik mencontek cara teman-teman yang cerdas dan berilmu bagaimana mereka belajar (diplesetin, habis serius banget bacanya). Lalu teman-teman, sungguh-sungguh praktekkan dikehidupan baik itu di sekolah, kampus, rumah dan dimana aja. Ini tips yang saya simpulkan. Dan terakhir saya mengutip perkataan Imam keren, yang masih muda dan belia sudah menjadi ulama #Subhanallah. Imam Syafii, beliau menulis berupa sya’ir . Sya’ir rtersebut mengandung enam perkara yang dan sangat baik bisa dijadikan pegangan dan pelajaran, yaitu :
"Saudaraku, engkau tidak akan
mendapatkan ilmu
melainkan dengan enam perkara
Kukabarkan kepadamu rinciannya
dengan jelas
KECERDASAN, KEMAUAN KERAS, BERSUNGGUH SUNGGUH, BEKAL YANG CUKUP, BIMBINGAN GURU DAN WAKTUNYA YANG LAMA"

#KEEPLEARNING
Tunggu tulisan selanjutnya >> "Make Own Curriculum"

---
for your inspiration

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca :)



Perkembangan era globalisasi saat ini membuat berbagai paradigma begitu dinamis berkembang. Setiap orang sedikitnya memiliki lebih dari dua hingga tiga sudut pandang dalam menyikapi sebuah perkara. Terkhusus bagi kaum muda tentunya. Luasnya pemikiran setiap masing-masing kita kadarnya berbeda - beda. Hal ini berkaitan dengan lingkungan, pengalaman, konsep diri, kebiasaan dan juga tingkat pendidikan ditempat kita mengenyam. Seorang manusia itu memiliki kompleksitas unik sehingga membentuk sebuah karakter utuh. *aduh tinggi sekali bahasa saya*

Mungkin teman-teman tahu istilah circle yang memiliki Google+. 
Di era sosial media saat ini memudahkan kita berkenalan dengan banyak orang, bertemu bahkan berbagi apapun walaupun dalam konteks pertemanan secara realitas itu kita tidak mengenalnya secara penuh. 
Newer Posts
Older Posts

HELLO, THERE!


Hello, There!


Hello, There!

Let's read my story and experience


Find More



LET’S BE FRIENDS

Sponsor

OUR CATEGORIES

Entrepreneurship Event Financial Talks Forest Talk Good For You Happiness Healthy Talks Ngobrolin Passion Parenting Pendidikan Review Self Improvement Self Reminder Tips Travel Wirausaha Young Mindset community development experience

OUR PAGEVIEW

recent posts

Blog Archive

FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by beautytemplates