facebook google twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • Travel
  • Life Style
    • Category
    • Category
    • Category
  • About
  • Contact
  • Shop

Melati Octavia Journal



Judul ini aneh, banyak baca masa’ jadi banyak tidak tahu. Tapi istilah ini benar bagi saya. Semakin sering saya membaca sesuatu, semakin saya merasa tidak tahu apa – apa. Weeeh benarnyaa begini toh, kok saya ga tahu ! Inilah ekspresi saya apabila menemukan hal baru dalam membaca.

Di Kongkow Nulis komunitas saya bersama teman – teman, program barter buku agaknya efektif untuk memaksa kita untuk dapat bahan bacaan baru. Soalnya ada aturan wajib menukarkan buku dalam jarak waktu tertentu. 
Begitu juga saya yang memaksa diri membeli buku tiap bulan dengan menyisihkan beberapa ribu rupiah untuk membeli buku baru, atau borong belanja buku di bazaar. Tapi karena kesibukan yang kian padat, membeli buku secara online telah mengalihkan dunia saya atas kecanggihan teknologi saat ini.

Alhamdulillah, ada lebih kurang 300 – 500 buku yang sedang dalam proses data yang sudah saya miliki. Semoga semoga bisa membuat perpustakaan sendiri. Bagi saya, buku itu adalah investasi pikiran. Kita membeli buku sama halnya kita mengambil pengetahuan yang investasinya di masa yang akan datang. Walaupun saya tahu, teman – teman lain tidak semua yang memiliki hobi mengkoleksi buku, ada yang lebih suka meminjamnya ketimbang membeli. Tapi ga ada salahnya kita membeli untuk mengapresiasi orang yang telah memberikan ilmu kepada kita melalui tulisan – tulisannya dengan membeli bukunya. Yaaa gak ?

Kita juga bersedekah, membantu warisan budaya keilmuan ini tetap berjalan. Walau kadang – kadang protes, semakin terkenal penulis favorit kita, harga buku terbaru karyanya semakin muahaal hahaha.

Mengapa banyak membaca itu harus dan wajib ?

Pengetahuan itu ga ada habisnya. Seperti yang kita sebut sebelumnya, semakin kita banyak membaca kita semakin tahu bahwa “banyak hal yang tidak kita ketahui”.

Kamu akan jadi generasi  alias kalah karena tidak membaca. Why ? Tiap hari dan tiap detik terjadi banyak perubahan disekitar kita, akselerasi kian cepat, perubahan di segala aspek seperti berpacu pada waktu. Jika kita sedikit saja telah membaca situasi, kita akan kalah. Walaupun kita tidak merasakannya.
Saya mengutip kata ustad di Islam Itu Indah, Transtv topik pagi tadi, “Ada tiga hal manusia tidak boleh puas karenanya, ibadahnya, pengetahuannya, dan sedekahnya” Lebih kurang sih begitu. Pengetahuan adalah hal yang tak akan ada habisnya, so .. kita tidak boleh puas atas ilmu yang kita miliki.

Termasuk kata seorang dosen favorit saya di semester lalu, yang jleb banget yang barangkali bisa membuat renungan buat kita semua.
 “Teman – teman dan adik – adikku (kebetulan dosennya masih muda dan single #ehem), kita itu di dunia dikasih jatah sama Allah buat sekolah loh. Ada SD- SMA terus S1, S2, S3.. Allah bakal kecewa kalau kita menyia – nyiakan kesempatan untuk jatah belajar di dunia dan ga dihabiskan. Jadi pesan saya, selama kalian belajar dan sekolah. Jangan pernah menghilangkan niat kalian melanjutkan sekolah, selagi bisa untuk meneruskan sekolah dan habiskanlah jatah itu selama kita masih hidup”
Pesan ini membekas sekali bagi saya. Karena banyak juga dari orang sekeliling kita yang mempengaruhi kita untuk udah deh, sarjana strata satu aja udah cukup, pengalaman aja yang dibanyakin. Well, dari segala pandangan orang sekitar, saya justru menemukan gairah belajar yang non stop untuk menyelesaikan sekolah sampai saya sanggup dan setinggi – tingginya. (Aminn ..) Ga harus dipaksain banget, ikutin alur yang ada, jangan sampai juga sekolah mengalahkan proritas lain seperti bekeluarga (read : menikah #ehem), aktualisasi diri (read : bekerja dan mengekspresikan diri), dan lain – lain.

Notice: Pesan juga nanti kepada siapa suami saya nantinya #uhuk, izinin umi sekolah tinggi bareng – bareng kamu ya, menghabiskan jatah belajar yang dikasih Allah. (Don’t baper ya readers >.<)

Membaca membuat kita semakin tahu bahwa kita bukanlah siapa – siapa. Semakin bersyukur dan mengakui kebesaran Allah. Bagaimana bentuk kesyukuran kita ? Dengan cara kita membaginya kepada oranglain.

Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada hasad (iri) yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan harta, ia menghabiskannya dalam kebaikan dan terhadap orang yang Allah berikan ilmu, ia memutuskan dengan ilmu itu dan mengajarkannya kepada orang lain. (Shahih Muslim No.1352)
Iri seperti ini membuat kita termotivasi untuk memberi semakin banyak dan membaca semakin banyak.
Semakin jelas masa depan kita, *iyaa masa depan kita* ( ada yang baper bisik – bisik dibelakang)


-----
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

semoga menginspirasi :D


Tadi malam salah seorang adik favorit  saya meng- whatsapp saya untuk sharing menarik yang membuat saya merasa sepertinya perlu di tulis karena cukup inspiratif dan juga sebagai catatan pengingat bagi saya.
Hal ini berkaitan dengan hubungan harmonis dalam sebuah keluarga, dari yang muda dan yang tua hehe. Orangtua maksudnya. Tiap saya menghadiri seminar luarbiasa, para pembicara selalu menyelipkan doa dan juga hal – hal yang menbuat kita meneteskan air mata.  Mereka bercerita bagaimana keajaiban yang mereka dapatkan ketika doa orangtua mereka sangat ajaib untuk percepatan pencapaain yang mereka dapatkan.

Selayaknya seorang anak yang masih mengenal, egois, kekanak – kanakan. Kita sebagai yang muda nih apalagi remaja baru gede sering sekali menjadi sosok 'sok' super hero dalam lingkaran keluarga. Pengaruh media yang sangat intens yang menampilkan adegan kurang baik dan tontonan yang sangat negatif, membuat kita tanpa sadar tersugesti untuk tidak menghormati orangtua kita, bahkan berbuat kekerasan secara psikis.

Itu makanya kita sering sekali mempertahankan ego kita begitu kuat ketika berdebat dengan orangtua ataupun kakak kita sehingga terjadilah gempuran tangis, kekerasan, dan juga adegan ngambek dan cemberut-nitas. Bener gak ? Kekerasan psikis alias hati yang kita dapatkan ketika kita tak ada yang mau mengalah untuk meredam emosi, Alhasil lidah kita seperti duri – duri yang menusuk hati dan membekas karena kata – kata tajam yang terlontaar.

Mobilitas kehidupan anak muda sekarang yang tinggi membuat komunikasi kita sebagai seorang anak sangat minim sekali dengan orangtua. Orang tua kita yang bekerja misalnya, kita juga bersekolah atau kuliah. Ada yang kuliah diluar kota barangkali. Sampai kita berada dirumah, kita sibuk dengan gadget masing – masing. Baik itu orangtua ataupun anak. Belum lagi, untuk saling bertukar pesan di telepon atau sms sangat jarang dibanding komunikasi dengan teman sebaya dan sehati *ehem. Biasanya menghubungi orangtua ketika ada perlunya seperti ketikaa minta jajan, uang spp belum di transfer, dan hal – hal yang berkaitan dengan kebutuhan pribadi ? Egois gak sih ?

Hal sederhana ini bumerang loh bagi kita, di generasi globalisasi seperti ini. Bumerang di masa yang akan datang yang tanpa sadar membuat kita menjadi pribadi “kurang berperasaan”. Ini pendapat saya, kalau gadget itu benda mati yang seolah – olah hidup, tapi disana kita sulit menemukan kebenaran. Kita dipalsukan dengan banyak hal pada benda itu.

Wah kamu sendiri mel ?

Saya mengalaminya kok, dan menyadarinya sedikit demi sedikit kesalahan – kesalahan saya selama ini. Saya berterimakasih diberikan kesempatan oleh Allah untuk menegur saya tanpa sadar dengan mempertemukan saya dengan orang – orang luarbiasa. Saya sering sekali terteguh ketika seminar membahas tentang rejeki, keberkahan hidup, rasa aman dan tenang. Akhirnya saya paham, ada hal yang salah dengan komunikasi saya dengan orangtua, saya paham dan menyadari emosional yang saya belum stabil. Begitu juga orangtua kita yang semakin lama semakin bertambah usia juga mengalami perubahan dan gejolak emosional yang berubah. Ingat kata Quran gak tentang rentang usia manusia dan karakternya ?

If you want other people care with you, you must be the first caring for him.
Jika ingin kita oranglain peduli dan menghargai diri kita, jadilah yang pertama berbuat demikian.
Hukum take and giving berlaku dalam kehidupan sosial. Kita suka berpikir egois untuk minta dilayani dan dihargai, tapi kita belum mampu berbuat demikian untuk orang lain. Bagaimana bisa ? Egoisnya diri kita?

Curhatan adik saya itu mengenai kesulitaannya mengkomunikasikan apa yang dia inginkan, terutama berkaitan dengan impian anak – anak muda yang aktif, jalan – jalan misalnya, berorganisasi, bahkan untuk berprestasi dibidang lain yang kita sukai yang notabene sedikit jauh melenceng dari pendidikan yang sedang di tempuh.

Why ?
Orangtua bersikeras untuk mempertahankan pendapatnya tentang masa depan anaknya, membatasi banyak langkah. Yaps! Kita tahu ini tidak boleh berlebihan. Sebagai orangtua masa depan. Orang tua harus open minded dengan perkembangan jaman. Jangan sampai senantiasa membandingkan antara masa dirinya dan anaknya ketika sedang berpetuah, terkecuali berkaitan dengan norma dan prinsip nilai – nilai agama dan kesopanan.

Misalnya studi kasusnya gini :
Orangtua : “ Zaman ibuk ga ada pake laptop sama handphone .. kamu ga usah pake !?”
Anak :  "Jaman ibuk sama adek kan beda bu, jangan disamain dung ?! (ikutan ngotot)
Orangtua : "Pokoknya ibu ga mauu, nanti kamu begini begini begini dll"
(ini ketika momennya orangtua sedang nonton berita kriminal tentang human trafficking lewat sosial media)
Kalau pada momen ini kita kalah berargumen dan berkomunikasi yaa gitu. Perlu kita evaluasi bagaimana cara penyampaian kita, argumentasi kita, dan cara kita bersikap. (edisi sok bijak)
Gimana yaa kita mengemukakan keinginan kita ? Di saat kita sendiri saja belum bisa mengakomodir keinginan mereka sebagai orangtua terhadap diri kita ?

Hidup harus adil kan ?

"Give respect to earn respect"

Yuk jawab bareng – bareng :
  • Pernah gak kita telponan romantis menanyakan kabar orangtua kita, (misalnya jauh dari luar kota) nanya apa kabarnya, udah makan belum, sedang ngapain dengerin segala keluh kesahnya dalam hidup yang seperti kita biasa melakukannya dengan teman sebaya kita ?
  • Pernah gak kita bikin sweet momen bareng orangtua sekedar dinner bareng, nonton bareng, jalan – jalan wisata dengan orangtua ?
  • Pernah gak ketika kita inget momen special, kasih hal spesial buat mereka?
  • Pernah gak kita menyampaikan kisah kita di sekolah, kampus , dengan tentang hal gembira lainnya seputar jalan impian yang kita pilih dan impian kita bersama – sama  dengan orangtua ?
Kebanyakan kita malu buat jalan bareng dengan orangtua kemana – mana. Ketimbang jalan – jalan dengan teman Padahal momen bahagia ini adalah momen paling tepat untuk cerita banyak hal termasuk keinginan dan impian. Kita juga sering salah menyampaikan opini kita kepada orangtua ketika sedang dalam ‘ panas ‘ mempertahankan sesuatu.

Coba pilih padanan kata yang baik, positif, dan sampaikan argumentasi yang benar itu secara perlahan dengan alasan yang bisa di terima akal pikiran. Satu hal lagi, berikan kepercayaan kepada mereka. Bila mereka (orangtua) takut, khawatir, over protective, sampaikan bagaimana kuatnya kita, bagaimana penanganan bila ada hal yang tidak baik terjadi, kemungkinan – kemungkinan yang mungkin muncul dipikiran orangtua kita dan sampaikan bila mereka tidak percaya apa yang akan terjadi.

Ternyata ilmu negosiasi itu tidak hanya dibutuhkan di dunia organisasi dan bisnis saja loh. Tapi ini skill general yang harus kita miliki dan diterapkan dimanapun.
Semoga kita menjadi insan yang mulia, menghormati orangtua, berbakti kepadanya dan bersama – sama menuju surgaNya. Aminn
.
Ketika Muda dan Tua Berbicara 
Seketika dunia berubah menjadi lebih indah 
(taglinenya so sweet yahh..)

--------

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

Sudah hampir satu bulan saya saat ini merasakan oase dunia yang sebenarnya alias dunia kerja. Walaupun sebelumnya ketika awal perkuliahan saya sudah bekerja sama halnya saat ini. Ada dinamika berbeda yang saya hadapi. Setiap pekerjaan itu memiliki style yang berbeda, kedisiplinan, baik itu waktu, aturan – aturan, budaya kerja. Tergantung dengan menjadi acuan atau target dari program kerja. Well, sejauh ini pekerjaan yang saya geluti sebelumnya hanya ketat di perkara deadline, maklum wartawan. Tapi untuk budaya dan suasana kerja sangat fleksibel. Kita bisa merasakan hal menyeramkan kalau dalam situasi konflik, atau merasakan kekenyangan kalau ketika menghadiri acara yang mengundang wartawan hehehe.. pengalaman.
Tapi kali ini saya diberikan momentum yang sangat berbeda dari sebelumnya. Harus tepat waktu, disiplin dengan jam kantor yang padat dan lembur. Lalu menjadi sosok "power ranger's". Saya menyadari bekerja dibidang bisnis dan marketing itu adalah sosok power rangers, yang harus siap menjadi apa saja.
Seperti beberapa minggu belakangan, saya harus berganti jubah menjadi dokter, perawat, terkadang jadi MC dan juga guru TK. Yups, cukup menyenangkan.

Nah, sampai akhirnya saya menyadari mengapa berorganisasi itu sangat penting dan perlu. Dimana banyak dari kita yang masih asik dengan aktivitas yang kaku. Alias diem dirumah pasca pulang dari kampus dan sekolah. Ketika kita berada di dunia sebenarnya, ketika kita tak memiliki kemampuan soft skill untuk berkomunikasi, percaya diri, mengorganisasikan sesuatu. Saya tidak dapat membayangkan apa yang terjadi dalam diri kita bila kita tidak memiliki pengalaman berorganisasi apapun. Walaupun pekerjaan yang kita geluti sangat menarik dan sangat dekat dengan jiwa atau passion kita.

Saya sadar bahwa ilmu dan pengalaman yang saya dapatkan di organisasi lebih aplikatif ketika saya bekerja. Baik itu perusahaan besar ataupun startup yang masih merintis. Ketika berorganisasi kita belajar untuk berhadapan dengan dunia nyata, setidaknya dalam konflik nyata yang minimalis di lingkaran kecil kita. Baik itu konflik kecil bersama teman satu divisi, barangkali dengan ketua, atau dengan keluarga karena apa yang dikerjakan. And then, semuanya bakal dirasakan ketika memang sudah didunia nyata. Kita diberikan tanggung jawab baru, yakni menjadi dewasa dan juga diri sendiri. Kita diberi tantangan untuk menjadi diri yang terdidik, bermoral, santun. Attitude adalah pelajaran berharga yang seharusnya di dapatkan, tapi sayang pembelajaran ini hanya di dapatkan di keluarga, gitu kata Ibu saya yang sering menasehati saya. Jika pun ada dalam organisasi atau pun pendidikan formal sangat sedikit sekali penerapannya, lebih banyak teori – teori yang kita dapatkan.

 
Dunia sebenarnya kejam ? 
 
Stereotip yang sering dikatakan banyak orang. Yaaps, kejam bagi orang – orang yang tidak mempersiapkan diri dari awal. Bagi orang – orang yang sudah berpikir maju selangkah, ia sudah mempersiapkan diri dengan berlelah – lelah dan berletih – letih untuk mencari pengetahuan lebih banyak ketimbang orang lain. 

Tantangan ini dinamis, semakin lama kian menarik. Kita sebagai pemuda masa depan harus ekstra lebih keras jika tidak ingin ketinggalan. Berita seliweran tentang PHK besar – besaran, teknologi yang menjadi teman, dalam isu seringkali menjadi menjadi momok menakutkan untuk menggantikan tugas manusia.
Kreativitas, inovasi, dan nilai yang menjadi penyelamat itu, tidak akan mudah dimiliki bila tidak dalam usaha keras untuk mendapatkannya. 
 
Biar deh orang bilang kita sok sibuk dengan kegiatan, biar deh orang bilang kita terlalu serius, biar deh orang lain mengatakan ini dan itu tentang apa yang kita jalani.

Toh, hidup kita yaa kita yang menjalani seperti apa. Mau kita kedepannya sukses dan mudah dalam hidup ? atau dalam gelimang penyesalan.
Yuk, kita siapkan masa depan mulai dari sekarang. Bagi kita yang belum sadar walau sudah berada di dunia sebenarnya, ayo segera bangun. Jika ingin mimpinya terwujud.


source pict : moco.co.id

Ketika membuat judul ini saya bingung bagaimana cara mengintrepretasikannya. Berat yak ? Sebelumnya saya pernah membuat sebuah status singkat di timeline facebook berkenaan dengan “komitmen”. Duh, bicara komitmen, rata – rata para muda – muda alergi banget. Asosiasi khayalan tingkat tingginya kata komitmen disamakan dengan kata “pernikahan” . Padahal tidak hanya itu, #eh bukan sesempit itu maknanya.

Bicara komitmen adalah bicara tanggungjawab. Ini menjadi peer (pekerjaan rumah) saya untuk memperbaiki diri dengan komitmen. Ingat gak ketika kita kecil dulu ? Kita perlahan diajarkan orang tua kita untuk belajar mandiri, belajar makan sendiri, membereskan mainan sendiri, berkomitmen untuk tidak mengerjakan tugas sekolah ketika malam. Itu dia komitmen, sebuah janji yang amat dalam. Menurut pandangan saya, komitmen ini jauh lebih mendalam pemaknaannya. Sudah masuk dalam sanubari untuk melakukan sesuatu. Janji yang sudah terealisasi menjadi sebuah tindakan nyata dari diri kita baik itu untuk diri kita sendiri maupun oranglain.

Komitmen sudah menyangkut prinsip – prinsip kita. Misalnya ketika kita berkomitmen untuk berhijab, untuk tidak pacaran, hijrah kearah yang lebih baik. Setelah saya renungi, komitmen itu memiliki tahapan atau levelnya. Ketika kita mampu berkomitmen dengan hal sederhana, kedepannya kita akan menghadapi komitmen lainnya yang datang kemudian menawarkan diri untuk kita melakukannya.

Contoh sederhana ketika kita kecil, saat kita mendapatkan tanggungjawab mengurusi keperluan kita sendiri, mandi, makan sendiri, dan lain – lain. Kita mendapatkan kesempatan untuk menjadi seorang kakak, lalu kita akan naik level untuk berkomitmen menjaga adik. Yaa kan ?
Komitmen itu amanah, kekuatan, tanggungjawab. Seperti perkataan yang pernah saya ingat dari Paman Ben dalam sequel Spider-Man kepada ponakannya bernama Peter itu. “Kekuatan yang besar beriringan dengan tanggungjawab yang besar pula”
Atau sama halnya pepatah yang sering kita dengar, semakin tinggi pohon itu tumbuh semakin kencang angin bertiup menggoyangkannya.

Bila komitmen itu memiliki tingkatan. Coba kita nilai diri kita seberapa jauh kita berkomitmen untuk diri kita sendiri untuk hal – hal yang baik ? Dari ketidak sempurnaan yang kita miliki, sejauh apa kita dapat berkomitmen untuk memperbaiki diri. Sederhananya menyelesaikan apa yang sudah kita mulai, seperti perkuliahan dan hal lainnya. *ini nasehatin diri banget*
Semakin tinggi seseorang mampu berkomitmen akan suatu hal, ia akan pantas berkomitmen untuk hal yang lebih besar lagi. Contohnya saya yang sering ditegur orangtua terkadang, “ kamu ga bisa gini …… gimana nanti ……” atau untuk para laki – laki sholeh, gimana mau bangun rumah tangga ? kalau bangun pagi aja susah ? #eh seperti itu deh

Jadi, apabila kita ingin menilai seseorang, kita bisa menilai dari sejauh mana ia mampu berkomitmen dari hal sederhana saja. Semakin tinggi ia mampu berkomitmen berarti dia adalah sosok High Level Personality. Misalnya saja, ia berkomitmen untuk merapikan kamarnya, rutin menulis, tanggungjawabnya dalam berorganisasi, dan hal lainnya. Tapi jangan judge orang, ketika ia belum mampu untuk itu. Berarti ia masih dalam proses, sama halnya seperti kita. Setiap orang memiliki proses menjadi baiknya masing – masing kan ? Kita hargai itu dengan membantunya mempercepat langkahnya untuk menjadi sosok yang lebih baik semampu kita.

Siapa yang mau berprestasi dalam berkomitmen ? menjadi High Level Personality?

“Jika Allah yang engkau tuju, maka kemuliaan akan dekat kepadamu. Segala keutamaan dan kemuliaan sifat – sifatNya akan mengikutimu” (Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah)



Segala sesuatu itu dimulai dari sebuah langkah. Perubahan besar yang kita miliki itu awalnya dimulai dengan sederhana ? Percaya gak ?
Saya ingat ketika itu saya pernah sharing dengan teman – teman TDA Kampus dulunya mengenai memulai sebuah bisnis. Rekan saya bilang begini, “Bukannya penemu apple alias steve jobs itu membangunnya dulu dari garasi rumah ya ?” Itu dia. Kita seringkali berpikir terlalu besar, ribet, rumit, memikirkan awalnya begitu sulit. Kemudian berpikir tentang sesuatu itu dengan awal yang waah, minjem uang gede – gede buat bisnis, dan kemudian berpikir dalam waktu yang singkat bisa berhasil. Pada kenyataannya tidak semudah yang dibayangkan. Sehingga tak jarang dari kita akhirnya berhenti melanjutkan keinginan menjadi sebuah realisasi yang nyata.

Saya pernah mengalaminya dan sering mengalaminya. Saya sadar pemikiran demikian di awali dari kesalahan kita yang tidak menghargai dan mengerti arti dari sebuah proses sesungguhnya. Selalu berpikir muluk – muluk dan lain sebagainya. Bukannya segala sesuatu dimulai dari hal yang sederhana kan, ?

Sama halnya ketika kita ingin merubah sebuah kondisi apakah lingkungan kita, keluarga kita, teman – teman kita. Hal yang sering kita lupakan adalah merubah diri sendiri terlebih dahulu. Cara kita berpikir, cara kita bersikap dan berperilaku, dan juga apa yang kita lakukan. Sembari itu kita juga perlahan merubah hal lain diluar diri kita.
Tidak mudah memang untuk mengawali sebuah hal, ketika menghadapi cemooh, tanggapan pesimistis, dan negatif sehingga mempengaruhi diri kita untuk melakukan perubahan baik.
Saya suka sekali dengan quote Lao Tzu, salah satu filsuf asal cina kuno.
Salah satunya mengatakan bahwa 

“Perjalanan yang berkilometer dimulai oleh sebuah langkah” sederhana tapi memiliki makna yang dalam.

Satu lagi kata bijaknya 
“Orang hebat mampu mengendalikan oranglain, tapi lebih hebat lagi ketika ia mampu mengendalikan dirinya sendiri”

Terkadang dari kita mampu mempengaruhi oranglain dengan sikap dan perkataan kita, tapi kita sendiri sulit untuk menasehati diri kita dari hal yang tak baik untuk berhenti.
Kebaikan apapun itu harus disegerakan, dimulai dari hal yang paling sederhana dahulu dan mulai dari sikap kita untuk menghargai dan mengapresiasi diri kita dari hal yang kita bangun. Memulai tidak harus sempurna kan ? Memulai tidak harus langsung ujuk – ujuk jadi yang terbaik ?
Dari setiap perjalanan tentu ada yang memulai kan ? Walaupun pada akhirnya nanti gagal, bisa jadi gagal kita adalah awal gerbang kita untuk masuk dan memulai sukses di hal lain yang tidak kita sadari.

*duh penulis ini kayaknya pandai ngomong aja ya,* dugaan pembaca
 
Saya pribadi menulis kan hal ini sebenarnya adalah menasehati diri saya sendiri untuk tidak takut untuk memulai apapun itu. Terutama saya yang belakangan ini sering takut dengan suasana pagi hari karena satu dan lain hal. Padahal sebuah hari itu dimulai dari pagi hari kan ? semoga gejala tidak baik dari saya ini bisa segera pulih. Aminn..

Nah, kamu masih berpikir untuk diam terlalu lama merenung untuk memulai sesuatu ?

-------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
 
Keep Inspiring !

Sore tadi ada percakapan menarik dengan saya dan teman – teman mantan jurnalis di tempat saya dulu. Sembari bernostalgia, kita ada menceritakaan tentang pentingnya Bahasa asing dan rencana kedepan untuk melanjutkan hidup. Baik itu topik, nyari pasangan, lanjut studi, kenyamanan bekerja. Maklum sebagai yang ‘termuda’ di forum mini sangat ingin tahu apa yang dilakukan kakak – kakaknya.

Kami bersepakat belajar Bahasa asing lebih ekstra dari biasanya. Saling menilai diri masing – masing, terutama Bahasa internasional yang kita gunakan, Bahasa inggris.
Saya pribadi dari kecil di berikan kesempatan orangtua mengikuti berbagai kursus Bahasa asing dibeberapa tempat baik itu privat atau college. Tapi, ga ada perubahan signifikan setelah saya sadari. Padahal saya mendapatkan kesempatan itu banyak dan tak pernah terputus. Hingga saya sadari, hal yang salah adalah. I didn’t love that. Saya tidak mencintai aktivitas itu. Saya mengikuti kursus karena ingin nilai Bahasa inggris saya baik dan lulus. Saya belajar dan menghapal ketika ada ujian kursus atau di sekolah.

Lalu saat ini saya menyesal. Hiks, penyesalan selalu datang belakangan yaa. Saya mendapatkan pelajaran dikemudiannya, bahwa belajar Bahasa itu perintah Allah dan Rasul loh. Saya pernah mendengar seorang ustad yang mengajarkan kelas singkat Bahasa arab pada saat itu, memberikan kisah tentang hadits untuk belajar bahasa kaum lain. Bukannya di Quran juga ada dijelaskan tentang perintah belajar bahasa arab ? Yuuk dibuka Al-Qur’annya.

,”Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya”  (QS. Yusuf [12] : 2).

Salah seorang sahabat yang mulia, Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu mengatakan,”Belajarlah bahasa Arab, karena ia termasuk bagian dari agama kalian” (Iqtidha’ Ash-Shirath Al-Mustaqim).

Bahkan Imam Asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan,“Maka wajib atas setiap muslim untuk mempelajari bahasa Arab sekuat kemampuannya, sehingga dia bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, dan dengannya dia bisa membaca kitabullah … “ (Ar-Risalah).

Ini menjadi self reminder bagi saya selalu untuk tak pernah bosan untuk mempelajari al-quran. Biasanya hal termudah untuk mengingat kosakata bahasa arab adalah dalam Al-Quran dan tafsirnya, seperti tafsir al-Jalalain yang didalamnya terdapat pengertian tafsir perkata. Subhanallah bahasa Al-Quran itu.
Mempelajari bahasa asing dalam beberapa referensi yang saya baca meningkatkan fungsi otak untuk memperoleh wawasan dan sudut pandang lebih luas. Bahasa adalah simbol dari sebuah pengetahuan, bahasa adalah alat untuk menterjemahkan sesuatu. Seringkali kita temui bahasa asing satu dan yang lain ada yang luas dan tidak. Contoh sepengetahuan saya, jika bahasa inggris nasi itu rice, sedangkan dalam bahasa Indonesia ada dua macam, ada beras dan nasi. Bentuk yang sama tapi maknanya berbeda. Nasi itu beras yang sudah di masak, sedangkan beras belum.
Lalu bagaimana kita mudah untuk mempelajarinya ?
Luruskan niat dahulu! Itu paling penting. Ketika kita niat kita baik untuk belajar, akan dimudahkan mempelajarinya. Lalu? Sungguh – sungguh dan tekun. Disiplin! Hal yang penting dari bahasa asing adalah berlatih dan mempraktikannya.
Hal yang paling utama cintai aktivitas itu. Saya pernah memposting tentang aktivitas belajar dan bekerja dengan rasa cinta akan maksimal hasilnya. Love you passion! Pada akhirnya saya memiliki ambisi dan cita – cita menjadi poligote. Seseorang yang memiliki kemampuan bahasa lebih dari satu, salah satu contohnya Almarhumah Gayatri. Saya tahu itu tidak mudah, karena setiap manusia memiliki tingkat kemampuan intelegensia menonjol atau tidak di linguistik. 

Ternyata ilmu ‘cinta’ akan aktivitas itu berhasil. Saya pernah belajar otodidak bahasa jepang dan mempraktikannya dengan teman saya yang merupakan anime-holic. Berbekal wawasannya tentang bahasa jepang dan juga cerita uniknya tentang koleksi komiknya saya mendapatkan lawan berbicara. Setiap hari kita selalu mendapatkan kosakata baru. Sampai pada akhirnya, kita berhasil bercakap – cakap bahasa jepang dalam bahasa sehari – hari, walau minim wawasan untuk menuliskannya. Saya dan teman saya menggunakan kode rahasia kalau meledek orang lain dengan bahasa jepang hehe *jangan ditiru. Dari mana tahunya bahasa saya benar ? sesekali saya melakukan chat dengan teman – teman asing dari jepang, sedikit sedikit mempraktikannya, ternyata ia mengerti. Lalu, tugas saya selanjutnya adalah meningkatkannya dan mempraktiknya.

Nah ?
Bagaimana dengan kamu ? Masyarakat Ekonomi ASEAN sudah dimulai. Para asing segera menyerbu negara kita yang merupakan target pasar yang empuk. Mereka berlomba – lomba belajar bahasa Indonesia, agar bisa bekerja di Indonesia yang merupakan salah satu syarat tinggal dan bekerja di Indonesia.
Kita masih mempersempit diri untuk diam kah ?
Yuk kita belajar, belajar memperluas wawasan dengan belajar kuncinya mendapatkan pengetahuan yaitu melalui bahasa.
Ala bisa karena biasa!
-------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

Keep Inspiring!


Berbicara partner, ada dua spekulasi. Partner seperti apa yang saya maksud dijudul ini ? Hal yang saya bicarakan adalah mengenai partner adalah orang – orang yang bersedia berkerjasama dan berkolaborasi untuk membuat sesuatu. Baik itu bisnis, organisasi, dan rencana lainnya. Haha bukan tentang partner hidup ya, atau pasangan hidup itu next topic kalau sayanya sudah ketemu hehe.
Bicara partner, untuk teman – teman sekolah atau kampus tentu sulit menemukan sosok yang pas.  Sosok yang membuat kita nyaman, kemudian semakin baik. Terkadang orang yang hadir disekeliling kita malah orang sebaliknya, yang sulit untuk dipahami dan memiliki kepribadian yang sulit kita terima. Tapi itu tantangannya. Saya pribadi perlu waktu cukup lama untuk menemukan sosok yang dapat diajak kolaborasi dalam kegiatan tertentu. Sampai akhirnya saya sadari satu hal, “partner akan kita temukan, apabila kita sendiri sudah menyelesaikan diri kita sendiri”. Apa maksudnya ?
Bagaimana kita akan menemukan orang yang tepat, apabila kita sendiri tidak memahami diri kita seperti apa. Minat kita, passion kita, kemampuan kita dan kelemahan kita hingga visi atau tujuan kita. Saya barangkali akan mencari referensi ilmiahnya mengenai ini. Ini hanya hipotesis kecil yang saya sadari, bahwa ketika semakin jauh kita mengenal diri kita, seperti ada magnet yang berada di diri kita untuk menarik hal – hal positif yang sesuai dengan apa yang kita inginkan (seperti passion, minat, ide, atau rencana-rencana menuju visi).

Seperti juga orang – orang yang sukses kita lihat saat ini. Mereka dihadirkan sosok luarbiasa di sekeliling mereka yang kemudian menambah nilai, membantu, memberikan support tentang apa tujuannya.
Kita memiliki sebuah nilai yang ditandai X, dan ada x yang lain kemudian datang, berarti menjadi dua x. artinya energy menjadi dua kali lipat bukan ?
Itu makanya, orang yang hidupnya ramah, memiliki banyak teman dan jejaring hidupnya lebih mudah ketimbang yang sedikit. Karena mereka mendapatkan nilai tambah dari orang lain, memiliki energy berkali lipat lebih banyak ketimbang yang sedikit berteman. Bila ada kesusahan, akan banyak orang yang menghibur sehingga ia menjadi pribadi yang kuat. Bila kesusahan finansial, ada saja yang membantu. Tidak selamanya harta saja yang disebut rejeki kan ?
Dalam islam jelas penjelasannya, bahwa kita diminta untuk saling mengenal satu sama lain, baik itu berbangsa, bernegara dan dunia lebih luas lagi.
Berbicara partner, otomatis berbicara orang terdekat. Cuman istilah ini seringkali dipakai dalam kegiatan bisnis. Next post barangkali saya bercerita tentang hakikat persahabatan seperti apa.Kali ini saya cerita tentang mencari partner bisnis dan juga berorganisasi. Saya akui, menemukan partner itu tidak mudah memang. Segala macam karakter, kepentingan, minat, dan aneka ragamnya harus kita terima.
Saya ingat ada sebuah atsar pernah simpulannya seperti ini, “Apabila kamu ingin mengenal seseorang sebenarnya, dapat melalui tiga hal : pertama, kamu melakukan perjalanan bersamanya, kedua, tinggal bersamanya lebih dari tiga hari, dan ketiga melakukan bisnis bersamanya.”
Pernah ada seseorang yang memberikan persaksian di hadapan Umar bin Al-Khathab, maka Umar pun berkata, “Aku tidak mengenalmu, dan tidak me-mudharat-kan engkau meskipun aku tidak mengenalmu. Datangkanlah orang yang mengenalmu.”
Maka ada seseorang dari para hadirin yang berkata, “Aku mengenalnya, wahai Amirul Mukminin.”
Umar berkata, “Dengan apa engkau mengenalnya?”
Orang itu berkata, “Dengan keshalihan dan keutamaannya.”
Umar berkata, “Apakah dia adalah tetangga dekatmu, yang engkau mengetahui kondisinya di malam hari dan di siang hari serta datang dan perginya?”
“Tidak.”
“Apakah dia pernah bermuamalah denganmu berkaitan dengan dirham dan dinar, yang keduanya merupakan indikasi sikap wara’ seseorang?” tanya Umar lagi.
“Tidak.”
Umar berkata lagi:“Apakah dia pernah menemanimu dalam safar, yang safar merupakan indikasi mulianya akhlak seseorang?”
Orang itu berkata, “Tidak.”
Umar menimpali, “Jika demikian engkau tidak mengenalnya.”
(Atsar ini dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Irwaul Ghalil 8/260 no 2637)
Atsar adalah istilah perkataan atau kutipan baik yang disampaikan oleh para sahabat.
Percakapan diatas adalah atsar mengenai bagaimana mengenal akhlak seseorang. Saya pribadi menjadikannya rujukan untuk mengenal dengan mudah seseorang yang baru dikenal.
So, tingkatkan kualitas diri dan tentunya berusahalah senantiasa dilingkungan yang baik. Manusia ibarat bibit, bila ia tumbuh ditempat yang baik bersama orang – orang yang baik. InsyaAllah bibit itu akan bertumbuh dan berkembang menjadi baik lalu memberi manfaat untuk makhluk lainnya.
Jadikan diri kita magnet untuk segala kebaikan dan keberuntungan yang ada di muka bumi. Berdoa agar senantiasa dipertemukan orang – orang baik yang meluruskan jalan kita. Disegala versi diri kita.
Meeting bareng teman komunitas bisnis
Once point again, jangan lupa untuk tidak mencampur adukkan masalah dalam lingkaran pertemanan. 
Kita memiliki part atau bagian dalam sebuah lingkaran, berlakulah sesuai. Ketika dilingkaran teman – teman bersikap seperti apa, komunitas nasional dan internasional seperti apa, bahkan teman dekat seperti apa. Jangan kita perlakukan orang lain yang memiliki batasan tertentu dengan diri kita, tapi kita perlakukan dengan seolah – olah teman dekat kita, yang terkadang sudah tahu luardalam dan baik buruk. Sesekali jaga image dan etika hehe .
Semoga kita menemukan partner yang tepat, baik itu untuk karier, bisnis, ataupun masa depan hehe berkeluarga maksudnya :)

----------

Keep Inspiring !

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
Globalisasi mengoda kita berbuat lebih banyak. Terkadang juga berlebihan memperlihatkan nama. Artikel ini adalah nasihat dan renungan untuk saya dan kita semua. Sosial media membuat kita tergoda untuk ‘ujub’ banyak nge-like, banyak nge-share, dan hal lainnya. Kita senang, dan merasa tinggi. Inilah berbahayanya bila kita tidak bisa meluruskan niat. Tapi juga para teman – teman lainnya, saya juga berharap untuk selalu positif think terhadap sesuatu terutama dengan teman – teman kita yang eksis barangkali di sosial media. Narsis akan berlalu pada waktunya hehe. Saya selalu berpikir hidup manusia itu berproses, tiap detik dan tiap waktu. Kita berusaha untuk senantiasa menuju proses yang semakin baik bukan buruk. Pernah jadi ‘alay-ers kan ? Ngaku deh ! :D Hidup itu proses.
Semakin saya suka meng-stalking orang – orang keren dan juga salut dengan karya – karyanya. 
Saya selalu melihat seperti apa dia pada dunia nyatanya. Saya ingin tahu sejauh apa dunianya berubah ketika karya – karya disukai.
Tak selamanya loh teman – teman, mereka yang kita kenal hebat itu suka dengan reaksi baik dari orang banyak. Terkadang itu yang membuat mereka merasa rendah, dengan apa yang mereka tahu tentang diri mereka sendiri. Itulah yang membuat mereka semakin menunjukkan karyanya semakin baik dan semakin produktif.
Beda halnya ketika ada orang yang menjadikan ‘nama’ sebagai acuan. Lambat laun orang lain akan tahu apa yang terjadi, sesuatu itu sesuaikah dengan dirinya dan pantaskah ia dapatkan.
Saya begitu salut dengan orang  - orang yang senantiasa konsisten untuk produktif dengan karya, tapi tak peduli dengan nama, ia berusaha menutupi siapa dirinya dan hanya mengarahkan orang – orang untuk melihat karyanya bukan dirinya.
Lalu fenomena yang terjadi ketika teman – teman menceritakan mimpi – mimpinya begitu berlebihan, nge – branding habis – habisan. Hingga menambah gelar – gelar impian di sosial media, baik di depan dan belakangan nama padahal belum mendapatkan gelar itu. Sosial media mengoda kita menjadi pribadi yang palsu, dan saya akui itu. Ini godaan yang benar – benar seharusnya kita sadari bersama dan renungi, termasuk saya juga. Cukup sekedarnya, sampaikan kebaikan dengan niat baik juga bukan niat lainnya. Kita bisa menabung dua hal di sosial media, bisa menabung pahala bila yang disampaikan baik, bisa juga menambah dosa bila yang disampaikan buruk, palsu, dan dusta. Be the best yourself! But, don’t be lier.
Biarlah karya kita menjadi kartu nama, berkaryalah terus. Tak usah peduli orang lain melihatmu atau tidak :)
Semoga kita menjadikan karya sebagai acuan bukan nama. 
Saya kutip dari William Shakespheare, “Apalah arti sebuah nama ..” dan saya tambahkan menjadi ..
”apalah arti sebuah nama, bila hidup kita tanpa karya”

------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca 


Keep Inspiring !


Disela kesibukan, saya sempatkan untuk mendapatkan beberapa pencerahan dari para guru melalui dunia maya. Bagi saya teman – teman yang ada di sosial media ataupun di dunia online sang maha guru hehe. Kita bisa banyak belajar berbagai hal, tinggal dari diri pribadi mendapatkan hal yang baik atau tidak.
Saat asik menonton beberapa presentasi di youtube. Dalam satu presentasi berbicara mengenai impian dan pendidikan. Ada sebuah quote yang disampaikan pemateri, 
“Jangan mendiskon impian!” 
Sebuah penegasan yang saya sendiri butuh dan rasakan untuk memahaminya.
Tanpa sadar, kehidupan kita yang sulit membuat kita lambat laun merendahkan diri untuk mendiskon impian kita agar lebih mudah dijangkau dan dijamah. Hehe its straight point for me!
Kita memiliki jalan hidup yang berbeda, masing – masing berbeda. Lahir saja kita sudah beda wajah dan segala aneka ragam, apalagi jalan hidup. Ada teman – teman kita yang diluar sana membutuhkan perjuangan bersekolah berkilometer hanya untuk mendapatkan ilmu, dibelahan dunia lain ada juga orang yang dengan mudahnya mendapatkan akses pendidikan, mulai dari biaya dan kehidupan yang baik. Semua yang hadir di muka bumi ini tentu ada maksudnya oleh Allah bukan ?

Sang guru pencetus, ITB Untuk Semua itu membuat gerakan beasiswa untuk anak – anak di daerah yang ingin melanjutkan pendidikan tingginya. Di awali keperihatiannya ketika mewawancarai banyak siswa menengah didaerah nun jauh di sana. Siswa itu ketika di tanyai ingin berbuat apa di masa depan .Mereka hanya berpikiran untuk melanjutkan hidup mereka dengan bekerja dan memikirkan keluarganya untuk kebutuhan hidupnya. Yaps, wajar ! karena mereka tidak memiliki pilihan untuk selebihnya. Bersyukurlah kita masih memiliki pilihan dalam hidup. Masih banyak teman – teman kita di luar sana yang tidak memiliki pilihan untuk hidupnya ingin seperti apa dan menjadi apa. Apabila mereka ingin lanjut ke perguruan tinggi mereka tidak memiliki biaya. Lalu dengan beasiswa pun, mereka harus bersaing dengan teman – teman lain yang lebih cerdas di kota. Tentunya dengan pendidikan minim yang mereka dapatkan di daerah, sulit sekali untuk mendapatkannya.

Apa yang terjadi sebenarnya ? Yaa! mereka sudah mendiskon impian mereka.

“Apa yang ingin kamu lakukan di masa yang akan datang ?” tanya beliau.
“Saya hanya ingin membiayai kebutuhan keluarga saya, bekerja sebagai buruh tani”
“Saya membantu ibu saya berjualan,”
Dan masih banyak alasan lainnya.
(kutipan ilustrasi persentasi beliau dalam laman TEDx )

Apa yang terjadi hal yang nyata di sekitar kita. Ini sharing dan renungan yang saya dapatkan untuk semakin bersyukur kepada Allah atas yang kita miliki saat ini. Walaupun sederhana, setidaknya kita masih memiliki pilihan dalam kehidupan kita untuk semakin sukses dan baik
.
Well, hal ini yang juga saya rasakan. Apakah egois seorang manusia memiliki impian yang tinggi ?
Saya berpikir, impian yang baik adalah impian yang tidak meng-kebiri impian orang lain, impian yang didalamnya terdapat impian oranglain yang dapat diwujudkan. That’s point! Entah kenapa, seolah – olah impian itu terlalu sosial. Haha. Ditengah hiruk pikuk, kompetisi, peluang dan kesempatan yang kian luas. Ketika banyak orang diluar sana berlomba – lomba memperebutkan kursi terbaik. Disini saya lebih fokus pada diri sendiri, apa yang saya inginkan sebenarnya ? apa impian saya itu baik ? apakah sesuai dengan maunya Allah ?

Saya sendiri berusaha tidak ingin mendiskon impian. Walau banyak orang yang mengatakan saya mampu. Tapi saya sendiri yang lebih banyak tahu tentang diri saya, saya katakan saya ingin mempersiapkan diri. Entah kemungkinan rejeki lainnya, tiba – tiba ada orang yang kemudian menawarkan diri beraih impian bersama-sama #eh bukan. Maksudnya ia memiliki kesatuan visi yang bisa dikolaborasi untuk berbuat sesuatu yang berarti. Baik itu, memberikan kesempatan saya untuk menimba ilmu ditempat terbaik dengan lebih mudah, pekerjaan yang layak dan sesuai dengan passion serta kemampuan saya. Masih banyak kesempatan lain yang saya tunggu hadirnya, sembari saya berburu kesempatan dan meningkatkan kualitas pribadi untuk mencapai impian itu.

Jangan mendiskon impian sahabat, saya percaya Allah selalu mendengar mimpi kita.Kesulitan yang kita hadapi saat ini adalah keinginan Allah melihat kesungguhan kita apakah pantas mendapatkan impian itu. Apakah baik ? apakah mulia ? Bukannya impian terbaik itu adalah surga ? Apakah impian kita di dunia sejalur dengan impian paling tinggi dengan kedudukan kita sebagai hamba untuk mendapatkan surganya Allah ?
Hanya kita yang bisa menjawabnya.
Kutipan yang saya dapatkan dari event yang saya dan teman – teman selenggarakan dan penuh inspirasi, Young Leaders Show beberapa waktu lalu. Dari rekan dan sahabat saya, Hari Novar.
“Banyak dari kita menuliskan impiannya, menvisualisasikan dikamar tidur, mandi dan kamar-kamar lainnya, serta bercerita tentang impiannya pada orang lain. Tapi bukan itu esensi impian itu, melainkan apa yang kamu sudah lakukan untuk mencapai impian itu. ACTION !”

Dan inspirasi dari sahabat saya lainnya, Kak Yudi Muchtar yang mengutip kata inspirasi untuk para pengiat komunitas. 

“Satu tindakan nyata itu lebih ampuh, dipercaya, dan berpengaruh ketimbang seribu kata yang kita sampaikan”

Benarlah kata Rasulullah yang melakukan kebaikannya melalui dakwah fardiyah dan mencontohkan.
Semoga kita memiliki impian tinggi dan tidak mendiskon impian kita. Jalani prosesnya untuk mencapai impian itu dengan aksi !
Selamat menjalani proses menuju impian teman :D

------ 
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

Keep Inspiring!

 Well, beberapa hari ini saya sering mengamati berbagai komunitas, organisasi dan hal - hal yang berhubungan dengan interaksi. Tema leader atau kepemimpinan terngiang - ngiang di kepala. Apalagi ketika sharing dengan kaka kece, kak Diana yang jadi temen super sharing impian dan juga problem pribadi. Saya selalu dengar sharingnya atas ilmu kepemimpinan yang ia dapatkan di pelatihannya. “Leader itu adalah sosok yang membuat kamu lebih baik, tanpa kehadirannya kamu tetap termotivasi menjadi lebih baik” kira kira begitu seingat saya sih. Mohon koreksinya kakakku, kepada adikmu yang suka pelupa ini.
  Nah, kebetulan banget tadi siang. Saya menemukan film box movies di tv langganan. Awalnya punya planning buat ketemuan, jadi gagal karena penasaran sama film itu yang super keren. Film yang bergenre science fiction ini cerita tentang seorang bocah yang diikutkan dalam sebuah sekolah pertempuran antara manusia dan alien. Fiksi banget kan :) tapi disana saya menemukan banyak pelajaran dari runut cerita awal. Bahwa si tokoh utama ini sejak kecil di created menjadi pemimpin. Banyak sih, teori - teori yang membahas tentang seperti apa pemimpin yang baik itu. Tapi film ini pas sekali mengajarkan bahwa menjadi seorang leader itu tidak gampang, ada proses pembentukan yang terstruktur. Sejak awal hingga menuntaskan sebuah misi. Film ini mengambarkan secara jelas bahwa teori yang kita pelajari dibuku - buku leadership benar adanya.
  Saya menonton film tersebut, buru - buru langsung mengambil pena dan kertas mencatat poin apa yang didapat dari film itu. Masih banyak film heroik lainnya yang bisa kita ambil pelajaran. Seperti film Muhammad Al Fatih dan bukunya, itu juga mengambarkan proses menjadi pemimpin itu seperti apa melewati hal apa saja.

Ini beberapa catatan saya  dalam film yang berjudul "Ender's Game"

LEADER ITU DICIPTAKAN BUKAN DILAHIRKAN

  Seringkali kita berpikir mengenai bahwa ada sosok yang sejak kelahirannya ia adalah pemimpin. Padahal menjadi seorang pemimpin itu prosesnya panjang, dibentuk dengan berbagai tantangan dan proses yang cukup melelahkan. Tapi kita musti sadari, bahwa manusia lahir dimuka bumi menjadi khalifah, menjadi pemimpin. Ketika kita sadar akan itu kita akan berada ditempat sebaik - baiknya di dunia dan akhirat.

LEADER ITU MAMPU MENGENDALIKAN EMOSI, SPIRITUALITAS DAN INTELEGENSI YANG TINGGI

  Dari film yang saya dapatkan proses sosok Ender’s (bongkar nama tokoh) memiliki emosi yang labil ketika ia remaja. Seringkali ia di uji oleh mentornya dengan cukup keras. Ketika ia pura - pura dikeluarkan di sekolah pertempuran, sehingga ia merasa menjadi sosok yang gagal dan down. Ia tak ingin mengulangi kesalahan kakaknya yang sebelumnya dikeluarkan dari sekolah karena tak dapat mengontrol emosinya ketika menjadi komandan di sekolah tersebut, sehingga ia dikeluarkan. Padahal kakaknya juga memiliki potensi yang baik menjadi seorang pemimpin. Hanya karena tak bisa mengendalikan emosi ia gagal. Nah seperti itulah pemimpin, ketika seorang pemimpin tak mampu mengendalikan emosi, alhasil sebuah visi yang sudah dibentuk bersama tim akan buyar dan melakukan banyak kesalahan. Selain itu, seorang pemimpin memiliki spritualitas yang baik, yakni antara ia dan penciptanya. Sebuah emosi kompleks yang sangat super power bagi seorang pemimpin. Faith! Sebuah kepercayaan. Hal ini melingkupi sebuah ikhtiar, sabar, sikap pasrah dan hal lainnya. Setelah itu intelektualitas. Well, banyak yang mengatakan intelektualitas itu semerta - merta karena otak yang encer hasil dari keturunan. But, saya pribadi mengatakan intelektualitas itu sebuah kompleksitas yang komplit, bukan hanya mengandung kecerdasaan semata, melainkan juga kegigihan untuk belajar, berlatih, dan juga rasa ingin tahu yang tinggi. Hal ini juga dipengaruhi oleh asupan makanan yang baik dan kondisi fisik yang terjaga.
  Di film tersebut saya belajar, bahwa tokoh utama memiliki kelebihan. Ia sangat ingin tahu dibanding teman - temannya. Kemudian berjiwa besar untuk selalu belajar. Ada momen ketika ia naik tingkat lebih cepat, ia meminta teman satu timnya untuk mengajarinya menembak dan karate di waktu luang. Disaat teman - temannya yang lain asik bercanda dan juga bermain. It’s leader!

LEADER JUGA BUTUH CINTA

  Nah ini juga yang perlu kita pahami, saya mendapatkan catatan disini. Cinta adalah inspirasi dari seorang pemimpin. Why ? Dalam film tersebut, saya mendapatkan cerita bahwa ender tak pernah lepas berkomunikasi dengan keluarganya yang ada di bumi. Dalam ceritanya, sekolah pertempuran yang ia ikuti berada diluar angkasa. *Fantasi banget nih film*. Ia selalu berdiskusi dengan kakaknya seputar pelatihan yang ia jalani dan apa yang harus ia lakukan ketika dimintai banyak tantangan dan juga tekanan - tekanan yang ada disekitar. Yaps, leader juga manusia. Ia membutuhkan kasih sayang dari banyak orang. Tak hanya itu, problem ender ketika masuk sekolah pertempuran ketika ia disudutkan oleh teman- temannya karena kecerdasaan dan juga gurunya yang selalu membeda-bedakan perlakuannya dengan teman-teman. Ia sendirian, ia sendiri ingin menjadi komandan pertempuran. Hal yang ia tanyakan dalam hati setiap sendiri adalah bagaimana ia bisa membuat teman-temannya percaya bahwa ia mampu memimpin teman-temannya itu. Butuh cinta bukan ? Cinta itu melahirkan kepercayaan bukan ?

LEADER MEMILIKI TEAM YANG HEBAT

  That’s right! Kita sering salah menafsirkan. Ketika ada sebuah kemenangan kita seringkali menganggap pemimpin lah yang menjadi icon kemenangan. Padahal bukan, melainkan kemampuannya untuk mengenali potensi team yang ia pimpin. Ia memiliki empati yang tinggi untuk tahu kekurangan dan kelebihan. Dalam salah satu scene ditayangkan, Ender dipercaya memimpin sebuah pasukan yang namanya selalu kalah. Pasukan itu bernama pasukan Naga. Ia bahkan memilih teman hatersnya untuk bergabung di team. Bukan semata - mata melihat apa yang dilakukan teman yang tidak suka padanya itu, tapi potensi untuk sama - sama untuk mencapai misi itu. Selain itu, dia leader yang berhasil membuat para teamnya merasa dianggap, berpotensi merasa menjadi leader untuk memegang kendali diri mereka sendiri. Ender dalam hal ini hanya memberikan rekomendasi dan saran, ia menerima segala kritikan dan juga anjuran dari anggota teamnya. Sampai akhirnya simulasi peperangan untuk pertama kalinya mereka menangkan dengan cara teamwork. Keren !

LEADER MENGENALI MUSUH ATAU RIVAL LEBIH DARI APAPUN

  Seorang pemimpin yang baik itu mampu mengenali siapa musuhnya, siapa yang harus ia percayai dan siapa yang harus dihindari. Ada milyaran manusia yang memiliki kombinasi unik dari sikap, fisik, visi dan hal lainnya. Mencari team bukan perkara gampang. Bahkan barangkali rival yang paling sering kita temui. Nah, karena dalam hal ini adalah sebuah cerita pertempuran. Rival. Kita akan membahas, seorang pemimpin yang bertemu dengan rival. Dalam film ini, rival komandan Ender adalah alien tersebut. Alien itu datang ke bumi untuk mengambil air sebagai sumber kehidupan mereka. Tapi ternyata menghancurkan sendi - sendi kehidupan manusia. Dalam sekolah pertempuran pun, mereka diajarkan untuk membenci formic, nama alien yang mereka sematkan. Pada kenyataannya, Ender terpilih bukan karena ia mampu memimpin, melainkan karena Ender berpikiran seperti musuh. Ia selalu menerapkan strategi dan berusaha berpikir sama seperti yang musuh pikirkan. Mentornya juga mengatakan, hal unik yang dimilikinya adalah ia mampu berpikir dan mengenali orang lain melebihi oranglain mengenal dirinya sendiri. 

LEADER ITU SANGAT PEKA DAN BERPERASAAN
  Ada sesi, Ender menangis karena ia tak mengetahui simulasi terakhir untuk menjadi kapten kapal luar angkasa melawan formic itu adalah nyata. Bukan simulasi. Dengan team hebat yang ia miliki dan disaksikan para mentor dan juga pendahulu yang memenangkan pertempuran. Ia menyadari bahwa apa yang ia lakukan salah, ia mengorbankan banyak awak kabin di pesawat lain untuk melindungi sebuah senjata paling hebat untuk menghancurkan planet alien tersebut. Ia begitu marah kepada mentornya karena tak memberi tahunya. Sampai ia mengatakan, “aku tak peduli dengan kemenangan ini. Yang paling penting bagi diriku adalah bagaimana proses aku memenangkan ini” yaps, ia berpikiran bagaimana meminimalisir orang berkorban karena sebuah ambisi belaka. Selain itu pada sesi terakhir, hanya ia yang mampu berkomunikasi dengan formic sampai berderai air mata karena tahu bahwa musuhnya juga ingin hidup . Hingga akhirnya sang komandan ini berpikiran untuk mencarikan planet baru yang akan ditempati formic tersebut, karena sebelumnya Ender bersama team sudah menghancurkannya.

LEADER MEMILIKI MENTOR

  Lanjut, seorang pemimpin itu membutuhkan mentor. Seorang guru yang mengingatkan dan mengajarkan hal baru dan juga meluruskan hal yang salah.
  Seorang leader juga pembelajar sejati. Ia belajar banyak hal dalam lingkungannya, oranglain, bahkan tindakan yang ia lakukan. Mentor juga menfasilitasi apa yang harus dilakukan dan tidak dilakukan. Mengingatkan apa yang harus diingatkan.
  
  Ini tujuh poin catatan keren yang saya dapatkan dari film itu. Sebenarnya juga terinspirasi beberapa buku biografi para leader yang belakangan ini saya baca. Barangkali akan ada kesempatan untuk saya mereviewnya.
  Well, bila kita ingin menjadi pemimpin. Buatlah dirimu menjadi pemimpin. Berpikirlah layaknya pemimpin. But, mungkin juga ada masanya kita menjadi pengikut. Ketika itu manfaatkan situasi itu untuk memimpin diri sendiri dahulu. Bukankah leader yang hebat dimulai dari ia menghebatkan dirinya dahulu ?

Semoga menginspirasi
------
Yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca.
Menjaga. Menjaga seperti seorang polisi dengan senjata. Menjaga dari halangan musuh ataupun para penganggu. Tapi itu yang hanya tampak. Bisa saja siapapun bisa menjaga. Tapi bagaimana menjaga sesuatu yang tak tampak. Seperti menjaga hati.

Kali ini saya ingin bercerita tentang sebuah penjagaan yang sulit dan penuh onak liku dan berduri. Terutama dirisaukan oleh para muda muda belia yang hatinya sedang subur bak disirami air dan dipupuk humus yang membuat gembur taman bunga cinta.
Hari ini saya mendapatkan sebuah perspektif sebuah penjagaan dan solusi atas sebuah penjagaan yang ketat akan sebuah rahasia yang tersimpan di hati.
Siapapun kamu, tentu pernah terselinap rasa pada siapa yang kamu inginkan menemanimu dimasa depan bukan ?

Tapi sayang, banyak diantara kita yang lalai. Termasuk saya juga. Tapi kali ini saya tak ingin menjadi kalah oleh waktu, kalah oleh musuh-musuh. Musuh yang bernama syaitan, ibarat sebuah rumah berpagar tinggi dikelilingi oleh penjagaan yang ketat tak mampu dirayu oleh sengatan apapun. Bagaimana konsep menjaga. Menjaga ketika berbicara tentang hati kah ? Atau menjaga yang bagaimana ?

Saya pernah melakukan kesalahan untuk memahami konsep menjaga. Bahwasanya dan sesungguhnya konsep menjaga yang benar adalah diam. Diam seribu bahasa. Layaknya diamnya hati sang ali dan sang fatimah akan sebuah rasa yang hanya Allah yang tahu. Diam ketika diri merasa tak ingin melangkahi keputusannya untuk sebuah momentum bahagia.

Banyak dari kita yang kesulitan untuk diam. Lelah, tak sabar, buru-buru padahal diri ini tahu belum saatnya dan belum waktunya. Diam adalah keputusan paling bijak menghadapi sebuah penjagaan ketat sebuah rasa yang belum pasti muaranya. Belum tampak tanda tanda dan kejelasannya.
Diantara kita ada yang melangkahi waktu, terpedaya oleh rayu-rayu dan oleh kata tunggu. Padahal kata tunggu adalah sebuah alasan riskan yang menjerumuskan pada sebuah hal buruk yang mengorbankan sebuah perasaan. Bila memang siap dan memang tak ada alasan lagi untuk menundanya, bersegeralah. Jangan sampai kata tunggu menjadi alasan para syaitan mengoda hati-hati yang ada. Karena hati manusia itu mudah sekali dibolak-balikan. Seindah apapun, sesuka dan cinta apapun dengan mudahnya bisa menjadi sebuah kebencian mendalam dan begitu pula sebaliknya.

Allah pernah berfirman, bila belum siap maka berpuasalah. Sebuah makna kompleksitas mengenai hal demikian. Memang ada masanya lelah bersabar, ada masanya risau menunggu, ada masanya penantian menjadi sulit. Tapi bersabar adalah sebuah pilihan terbaik dari sampai pada kapasitas dan tanpa alasan hingga sampai pada waktunya. Percayalah Allah maha mengetahui kesiapan kita, Allah Maha Perencana Yang Baik. Tak usah kita mengada-ngadakan sebuah alasan.
Menunggu, Menjaga, Diam dan bersabar. Insya Allah akan Allah balas sebuah keindahan yang luarbiasa di masa yang akan datang. :D

Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang maka Allah timpakan keatas kamu pedihnya sebuah pengharapan, supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain Dia.Maka Allah  menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya (Imam Syafii).

----------------------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

27 April hari yang ditunggu-tunggu. Hari Inspirasi Pekanbaru. 2013 Saya pernah diberi kesempatan ajaib menjadi bagian relawan profesional untuk mengajar. Kali ini di tahun 2015 saya menjadi panitia Kelas Inspirasi III Pekanbaru. Masih kuat diingatkan ketika kami para panitia dua bulan sebelumnya merancang kegiatan ini, melakukan survei, mengumpulkan data, mengumpulkan para relawan dan publikasi melalui sosial media. Namun saya merasa kurang maksimal memberikan kontribusi pada proses-proses ini karena saya sibuk mengikuti kompetisi bisnis yang membuat saya tidak maksimal berkutat didalamnya. So sadly.

bersama Panitia Kelas Inspirasi Pasca Brefing
Hari hari menjelang hari inspirasi semakin menarik. Saya menjadi MC ketika brefing para relawan menjadi tantangan luarbiasa. Apalagi didepan Wakil Walikota Pekanbaru, Pak Ayat Cahyadi. Tahun ini begitu spesial, bahwa kegiatan Kelas Inspirasi Pekanbaru berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru. Tidak seperti tahun tahun sebelumnya. Kali ini kita berpikir untuk semangat bersinergi membawa visi dan misi yang sama untuk memajukan pendidikan Indonesia.
Kelas Inspirasi adalah bagian kegiatan dari Indonesia Mengajar. Kegiatan cuti sehari bagi para profesional untuk memberikan inspirasi ke adik-adik dengan mengajar dan memberi semangat bermimpi. Hal yang disampaikan adalah mengenai profesi mereka. (bagi yang belum tahu)
Lanjut, ketika membawakan acara brefing yang seru sekali. Saya mendapatkan bagian data data relawan untuk menjadi fasilitator. Lagi lagi ajaib, saya menjadi fasilitator pak ayat cahyadi yang akan mengajar di sekolah menyebarkan inspirasi sebagai pak walikota.


Akhirnya menjelang seminggu hari inspirasi dari hari brefing, saya dan para relawan melakukan rapat via online dan juga tatap muka. Walaupun perwakilan, ketika saya hadir ditengah-tengah relawan tim saya, saya tidak ingin mau berhenti bercerita. Mereka super hebat, semangat, dan juga jiwa sosial yang tinggi di profesi mereka yang berbeda. Ada dokter desby yang merupakan dosen dan juga dokter umum disalah satu rumah sakit di Pekanbaru, kemudian ada mbak Adel yang merupakan pegawai PT Chevron ada mbak Santi yang merupakan psikolog keren yang mengajarkan banyak hal mengenai karakter anak-anak dan juga jiwa manusia #tsahh. Juga ada ibu sondha yang aktif dahulunya sebagai pegawai tata kelola dan kota pekanbaru, sudah keliling dunia, dan banyak pengalaman seabrek yang dimiliki ibu ini, lalu pak Ayat Cahyadi yang ramah, santun, berkarisma :) sayangnya karena kesibukan beliau kita sulit sekali berkomunikasi intens dengan beliau. Moga ada saatnya ya pak. Lalu ada tim kece dari dokumentasi, fotografer profesional dan videographer yang merupakan senior dikampus saya dulunya (baru kepo) mas Fajar dan mas Anwi. Mereka orang-orang super yang dipertemukan dan menariknya sulit banget berpisah kalo udah menyatu kami-kami ini. Banyak hal yang kami ceritakan dan selalu mengebu-gebu ketika membahas ide-ide brilian.

Hari saya survei sendirian sebelum hari inspirasi cukup melelahkan. Seperti biasa, nyasar adalah aktivitas yang tak pernah lepas dari kehidupan saya ketika mencari tempat yang belum pernah saya kunjungi. Bensin yang sebelumnya full tank akhirnya mendekati error alias kritis. Akhirnya dalam waktu tiga jam saya baru menemukan sekolah itu. Lagi-lagi terlambat. Akhirnya saya mengset kembali schedule bertemu kepala sekolah.

Setelah mendapatkan informasi yang cukup saya kembali menyusun rencana bersama relawan lainnya. Sekolah yang terletak di area bekas lokalisasi itu membuat bulu kuduk saya merinding ketakutan. Sepi, sunyi, jauh dari pemukiman kota. Itu kesan saya pertama kali melewati jalan-jalan menuju sekolah itu. Sekolah yang tidak begitu luas dengan terbatas ruang kelas yang hanya ada satu kelas setiap jenjangnnya dengan jumlah siswa yang hanya 200an lebih kurang totalnya dengan 10 guru termasuk sekolah kecil bila diukur dan dibandingkan sekolah dasar negeri pada umumnya yang memiliki ruang kelas yang banyak setiap jenjangnya.
Hari inspirasi tiba. Seperti biasa sensasinya sungguh berbeda ketika saya menjadi relawan dahulu. Ada momen mengingat-ingat kembali kisah sebelumnya yang unik itu. Tapi kali ini hal diluar dugaan terjadi. Selain jadi fasilitator saya juga mengajar.
“Aaaa. Ibu Melati .. sahut anak-anak. Ibu harus ke kelas ini” ketika anak-anak menarik baju saya berebutan ingin diajar dikelasnya. Siswa kelas 1 dan 2 begitu iri dengan kakak tingkatnya yang kami datangi dan ajarkan dengan permainan menarik dan juga mengesankan. Well, tenang adik-adik suatu saat kami datang lagi kok :D

Ada hal unik di sekolah ini. Siswa-siswanya super cerdas dan aktif. Tak ada kata malu-malu. Setiap lontaran pertanyaan dan juga eksperimen yang kami hadirkan ditanggapi dengan aktif dan serius. Saya bu .. Saya mau coba.. Saya bisaa.. Saya mau jadi polisi bu” teriakan teriakan itu yang kami dengar sepanjang perjalanan mengajar dari kelas 6 hingga kelas 3. Yaaa.. Ada empat kelas yang kami ajar secara bergantian.
Sampai pada sesi-sesi terakhir kami melakukan aksi closing moment dengan membuat demo bermimpi. Mereka menuliskan impian mereka dan mengikatnya dikepala mereka. Kami meminta mereka mengikrarkan diri untuk mencapai cita-cita mereka sesuai yang mereka tuliskan.
Banyak hal yang perlu dibenahi disini. Mereka sangat aktif dan cerdas. Tapi nilai-nilai etika dan kebaikan masih kurang. Mereka mengeluh bahkan pelajar PPKN lebih sulit dari matematika. Saya pun terheran -heran, dan saya melakukan survei itu dari kelas tiga hingga jenjang kelas enam. Ketika saya SD pelajaran PPKN yang saya tunggu-tunggu ketika jiwa cinta tanah air membuncah, ketika belajar budi pekerti kepada orangtua, teman dan sekitar. Itu yang saya pelajari. Tapi barangkali yang mereka pelajari sekarang tentang pancasila atau UUD 1945 mereka harus adopsi dan hapal diluar kepala.
 

Mungkin perlu dikaji ulang sesuai kebutuhan. Masih banyak hal menarik lainnya yang kita bisa kupas. InsyaAllah saya dan relawan lainnya sudah merancang program lanjutan untuk sekolah ini. Nantikan ceritanya :D
Teriakaan! Kelas Inspirasi Pekanbaru ! Berani Bermimpi !
Sebenarnya artikel ini sangat terlambat untuk terbit. Memerlukan riset yang cukup detail. Semua yang saya tulis merupakan hasil kegelisahan saya. #Tsaah.
Edisi tulisan ini adalah edisi kartini yang sudah lewat bulan lalu. Terlambat sekali untuk mempostingnya. Saya mohon maaf kepada para readers beberapa minggu tidak memposting beberapa inspirasi dan cerita sebulan lamanya.
hampir sebulan mendapatkan beberapa kegiatan diluar kota dan insyaAllah akan saya posting hasil eksplorasi saya.

Kami ingin menghebatkan. Siapa kami ? Kami para perempuan. Beberapa hari lalu saya mengalami sebuah kejadian yang membuat saya mengevaluasi diri terhadap apa yang saya lakukan dan saya kerjakan. Perempuan yang identik sosok yang manut, penurut, dan hal lembut lainnya. Begitulah pandangan seorang laki-laki pada umumnya terhadap sosok perempuan.

So, mau curhat sedikit. Biasanya umur dua puluhan seperti saya banyak kegalauan terjadi. Yaa deh jujur aja. Sejauh mata memandang, saya merasakan sebuah alergi besar lelaki pada sikap saya. T.T . Apa barangkali saya terlalu ambisus atau barangkali saya terlalu aktif dan bagaimana. Saya berusaha menekan diri saya untuk berusaha menjadi diri sendiri. Walau banyak tanda tanya besar terhadap sikap yang saya miliki sehingga ketika ada tawaran berkomitmen lebih serius itu bikin takut lelaki. Saya memang serius untuk membahas hal demikian.

Well, ketika sebuah konflik terjadi saya jarang sekali menyalahkan oranglain. Saya lebih inside memandang diri saya dahulu mengevaluasi diri dahulu ketimbang berkutat pada benar dan salah.
Beberapa teman perempuan saya juga sering bercerita tentang kami para perempuan aktivis yang notabene sibuk. Sibuk membangun komunitas, sibuk berkutat pada hobi, membangun karier, bahkan memimpin organisasi. Seringkali mendapatkan cap wanita karier nantinya yang akan menjadi pribadi yang dominan ketika membangun rumahtangga. Dan bahkan banyak perempuan yang lebih dahulu mapan ketimbang sang pria.
Saya pun melakukan riset kecil-kecilan kepada teman saya yang laki-laki. Apakah laki-laki selalu minder melihat perempuan lebih sukses ketimbang dirinya ?

Mungkin saya tidak melakukan filter terhadap teman laki-laki yang saya tanyai, kecenderungan yang saya pertanyakan adalah sosok teman saya yang kariernya cukup bagus dan pemikirannya cukup luas. Mereka menjawab tidak masalah, walaupun memang ada sedikit rasa ‘iri” atau minder terhadap perempuan yang lebih bisa menghandle dan juga dominan secara wawasan, finansial dan lain-lain.
Konsep memantaskan dan mensejajarkan. Misalnya seorang laki-laki bertemu wanita yang lebih hebat ketimbang beliau. Apa yang sebaiknya dilakukan seorang laki-laki itu ?
Kebanyakan dari wanita, melakukan daya dan upaya untuk berusaha memantaskan diri kepada sang pria yang ia harapkan menjadi suaminya. Tapi menurut riset yang saya dapatkan jarang sekali laki-laki yang melakukan hal demikian.
“Laki-laki yang baik untuk wanita yang baik-baik, begitupun sebaliknya”
Kita tanpa sadar lupa kalo standar kebaikan itu relatif dimata masing-masing oranglain. Standar yang tepat adalah kembali kepada Allah.

Ada tulisan yang saya kutip dari blog teman saya yang juga menjadi hasil riset saya.
Mengapa tidak banyak perempuan mengambil jurusan yang notabene “super” kelaki-lakian seperti tehnik, komputer, dan lain-lainnya. Karena ada stereotip jika wanita mengambil jurusan demikian atau berkutat pada hal yang demikian akan menjauhkan dia dari laki-laki. Alias sulit jodoh. Hadeuuh. //
Ini kutipan yang saya ambil. Ketika saya disini berperan sebagai perempuan, kami perempuan bingung. Bukankah laki-laki mencari sosok ibu yang cerdas untuk anak-anaknya kelak untuk madrasah bagi anak-anaknya. Apakah ada yang salah ketika wanita sekolah tinggi-tinggi ?
Saya ingin bercerita bahwa pada suatu hari saya di message seorang teman saya yang laki-laki yang cukup menyayat hati saya.
“Kamu kenapa mel ambisus gitu, sekolah tinggi-tinggi. Bukannya jadi muslimah itu gampang ya. Bukannya kita didunia ini ingin masuk surga ya ? Gampang kok, kamu tinggal jadi ibu dan istri sholehah aja, ga usah gitu banget”

Jleb.. Seketika itu saya kembali berpikir ulang terhadap apa yang saya lakukan. Saya kemudian hanya menjawab, bukannya kewajiban menuntut ilmu sebanyak-banyaknya perintah Allah ya.. Bukannya wanita dituntut cerdas untuk menjadi madrasah bagi anak-anaknya kelak, generasi selanjutnya kelak. Jadi salah yaa sekolah tinggi-tinggi. Dan beliaupun terdiam.

Intinya saya perwakilan perempuan-perempuan aktivis *dalam ceritanya. Menyampaikan pada pria pria hebat diluar sana. Jangan pernah takut untuk hadir dan sama-sama berjuang untuk menyetarakan diri. Sama-sama membangun mimpi. Perempuan yang baik tidak akan pernah meremehkan kemampuan laki-laki yang sudah bersedia menerimanya apa adanya. Memang ada saudara-saudara kami yang lain barangkali sibuk dengan kariernya hingga melupakan kodratnya sebagai wanita yakni ibu dan istri. Tapi tentu kalian (laki-laki) punya kemampuan mengenali dan bertanya bagaimana masa depan kalian bersamanya.
Dari hasil riset saya juga, bahwa lelaki yang bersikap demikian karena dia takut dan tidak berani untuk bisa mengapai standar tinggi lebih tinggi lagi alias gengsi. Nah inilah penyakit sebagian besar para lelaki. (hasil kepo mas kurniawan gunadi) itu kutipan bukan dari saya melainkan kepada kaum laki-laki langsung.
Well,  Seperti artikel saya sebelumnya, wanita itu mencari sosok yang pantas dihebatkan. Dan pria yang hebat akan mampu mengenali wanita yang bisa menghebatkannya di masa yang akan datang.
read this >> http://www.melatioctavia.com/2015/01/carilah-wanita-yang-menghebatkanmu.html

Ini kutipan menarik dari sebuah blog :
“Bersekolahlah tinggi-tinggi, belajarlah banyak-banyak, dan kamu akan terus menemukan orang-orang yang kualitasnya lebih baik darimu. Lalu, kamu akan belajar banyak dari mereka, dan meningkatkan kualitasmu sendiri juga. Mungkin kamu belum tahu, tapi di 'atas' sana, mereka juga tidak kekurangan jumlah lelaki" - Noor Titan

Kami perempuan berjuang untuk menghebatkan,
Bukan ingin hebat sendiri :D

#BukanArtikelEmansipasi

"yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca"
Visualisasi Suasana Eropa :) at Jakarta
Ada apa dengan eropa ? Sejak saya mengenal ada keunikan di negara itu dari sejarah membuat saya curious tentang negara itu. Hal itu diawali ketika saya duduk dibangku sekolah menengah atas. Seorang alumni salah satu program au pair dan juga mahasiswa indonesia yang kuliah di jerman ujuk-ujuk persentasi mengenai negara jerman di sekolah saya. Alhasil, saya terhipnotis. Ketika sebuah kuesioner diisi saya melengkapinya dengan serius. Tak lama kemudian seminggu setelah itu, ibu saya tiba-tiba terkejut dan mengatakan, “Mama lupa, seminggu yang lalu ada orang nelpon mama nanyain kamu pengen kuliah di Jerman biar diurusin mereka.. Mama lupa simpan nomornya karena mama kaget dan heran kamu ga pernah cerita dengan mama”

 Oh no, pertama kali kehilangan kesempatan itu. Tapi kali itu, keinginan saya mengunjungi negara itu tidak begitu mengebu-gebu. Sampai pada akhirnya, saya menemukan buku mbak Hanum Rais, 99 Cahaya di Langit Eropa rilis untuk pertama kalinya di tahun 2012 sebagai new book yang mejeng di Toko Buku, ntah kenapa tak sengaja hati tergerak membelinya, padahal saya tipikal orang yang mikir dua kali untuk membeli novel ketimbang buku nonfiksi. Lalu, setelah membacanya makin menjadi lah keingintahuan saya tentang benua itu. Rasa penasaran makin menjadi-jadi ketika saya seringkali membaca biografi ilmuwan muslim yang lagi-lagi merujuk di benua itu. Seolah ada emas tersembunyi dibalik sejarah-sejarah yang disana, peradaban yang eksotis. Saya sangat suka sekali buku sejarah, filsafat, atau buku-buku penuh nilai dan sastra yang tinggi. That’s poin
.
Ketika masuk Universitas saya kembali ditawarkan dengan informasi mengenai Summer School Jerman yang merupakan program kerjasama kampus saya dengan Universitas di Jerman. Saya mengikuti seminar internasional pertama kalinya ketika duduk di semester satu dan rela meninggalkan kelas demi info itu. Beberapa kali apply program-program internasional menuju kesana dan gagal. Sampai pada semester yang saya tunggu, momen saya untuk mencoba mengikuti program tersebut ditahun saya, saya sangat kecewa ditahap pertama saya sudah gagal. Berbulan-bulan rasanya menyesali kesalahan yang saya lakukan, mengevaluasi menimbang-nimbang, karena setahun mempersiapkan diri untuk momen seleksi itu. Berselang setelah itu, saya mencoba menerima diri mengikuti ajang lain yang bermanfaat, karena pada dasarnya saya mengapply berbagai program untuk belajar lebih banyak dan mencari pengalaman yang luas. Tidak berselang lama, datanglah program Summer School Belgia ditahun ke 3 saya berkuliah, dengan nada ragu saya mencoba kembali dengan setengah hati, dan lolos administrasi huff .. Tak menyangka, saya lolos seleksi untuk wawancara. Hmm, dan ternyata tidak seperti yang dibayangkan, banyak yang pilihan yang berkecamuk pada saat itu. Pada momen yang sama mengikuti ajang lain yang sama sekali tidak berkaitan dengan rasa penasaran saya tentang benua biru itu. Tapi saya mendapatkan hal yang lebih indah, kompetisi bisnis bersama orang-orang hebat yang tak pernah saya bayangkan dalam hidup saya akan berada didalam lingkaran tersebut.

Rasa penasaran membuat saya begitu banyak mencari informasi segala macam sejak saya mulai berkuliah. Saya berusaha mengikuti intuisi saya terhadap benua itu ada apa kenapa begitu membuat magnet pada diri ini. Padahal saya tahu, indonesia lebih indah dan menarik. Cita rasa seni yang tinggi di benua itu, pendidikan yang berkualitas, kehidupan modern, dan kisah-kisah sastra tinggi dan keberadaan islam yang tersembunyi disela-sela kehidupan mayoritas non muslim saat ini menjadi alasan rasa penasaran itu. Tapi Allah seperti membuat jalan lain untuk saya, dan seringkali membuat saya bingung ketika apa yang kita inginkan tak sejalan dengan apa yang Allah tawarkan dan takdirkan meskipun sudah berusaha. Manusia hanya bisa berikhtiar dan pasrah atas semua keputusan Allah. Termasuk perkara jodoh #eh kok nyambung kesana hahaha. *serius amet bacanya*

Saya menyadari apa yang kita inginkan tak semestinya sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Allah lebih tahu yang paling baik untuk hambaNya. Allah-lah yang menciptakan kita tentu tahu segalanya. Ketika saya mengingat hal tersebut hati saya lebih tenang, lebih pasrah menjalankan sesuai kaidahnya dan tetap pada rasa penasaran yang tinggi sampai pada akhirnya Allah memberikan saya kesempatan untuk melepas rasa penasaran itu suatu saat nanti. Saya percaya, barangkali saya akan menginjakkan benua itu lebih indah lebih menarik lebih bermanfaat. Sembari saya memantaskan kemampuan saya dan memperjuangkan berbagai kesempatan yang hadir. Barangkali perjuangan - perjuangan sebelumnya menjadi saksi rasa luarbiasa ketika itu tercapai. :)

Percakapan hari ini, menginspirasi saya mengingat-ngingat perjuangan saya selama ini. Ketika orang-orang terdekatku dan sekelilingku dengan senangnya menceritakan pada saya tentang kesempatannya ke Eropa memperlihatkan foto-foto .. Ahh, ada duri-duri menyelinap dihati ini Ohnoo .. Saya mencoba menenangkan jiwa yang berkecamuk ini, dengan mengatakan berkali-kali, Allah lebih tahu Allah lebih mengerti. Iri hanya menghadirkan penyakit hati yang menganggu berbagai macam keadaan. Rasa sabar, ikhlas, pasrah, dan huznudzon lah menjadi pengobat. Saya yakin saya yakin, tapi mungkin bukan kali ini, bukan jalan ini, tapi mungkin nanti lebih indah lebih luarbiasa dinanti :)

For inspiration :)
KEEP DREAMING FOR ME!
Artikel ini sedikit curhat bawaannya. Tapi semoga dapat membuka cakrawala berpikir kita. Sejak kecil saya suka magang. Baru saya sadari ketika saat ini. Entah desakan apa yang terjadi saya sering “dipekerjakan” diberbagai kantor, freelance dan lain-lain. Bagi saya organisasi juga magang loh hehe. Ketika SD pertama kali saya magang sama orangtua, bisnis kecil-kecilan belajar jualan. 
Saya mempromosikan masakan Ayah saya yang waktu dulu pernah berbuka jasa catering dan restoran. Saya suka menawarkannya ke teman-teman sekolah. Alhasil, banyak orderan dari teman-teman, guru dan lain-lain. Sayangnya tidak kepikiran pada saat itu untuk berwirausaha. Lanjut, saya magang dibeberapa guru membantu pekerjaan mereka jadi asisten mengenai administrasi, nilai-nilai siswa, dan lain lain Jadi kalo pengumuman siswa yang juara itu bulan depan teman-teman tahu. Saya siswa yang tahu pertama kali isi rapor teman-teman. #TerbukaKedok. Lanjut, magang jadi kurir sana sininya jasa fotokopi ataupun bagian tata usaha di majelis guru. Ini magang apa pemanfaatan yaa ? Hahaha. Saking baiknya barangkali wkwkwk. Well, semua itu saya ikhlas dan mengambil sisi positif saja (Ampuni hamba yang banyak khilafnya dan bohongnya #pray). Banyak pengalaman yang saya dapat, salah satunya bisa mengendarai motor kopling ketika kelas 5 SD untuk pertama kalinya karena kepepet fotokopi berkas pentingnya guru. Padahal belum pernah nyentuh motor sama sekali. Sueer dah, berasa naik roll coaster deg-degaan. Cuma bermodalkan penglihatan orang banyak ketika berkendaraan motor itu gimana.

Banyak cerita jaman sekolah dasar yang menarik sampai ketika duduk di sekolah menengah atas saya masih sering mengalami hal demikian dan sampai sekarang. Dari kecil saya selalu ditekankan ayah untuk selalu membantu orang. Ga usah mengharapkan banyak hal, nanti Allah aja yang balas. Selalu ingat kata-kata Almarhum ayah. Tapi terkadang manusia juga banyak khilaf dan rasa egoisnya tentu sesekali juga ada rasa pamrih.

Bicara magang itu bicara mencoba, benar tidak ? Magang identik mengenai pekerjaan coba-coba apa itu niatnya karena bagian dari kurikulum kampus, cari tambahan uang dan lain sebagainya. Tapi kalau dari saya sendiri, jadikan magang itu untuk mencari ilmu ingin mencoba, ingin tahu, dan juga berani berbuat kesalahan. Ketika mencoba, kita adalah orang yang masih dalam keadaan buta, tidak tahu apa-apa. Jikalau tahu yaa jauh sekali pengetahuannya, karena belum mencoba toh ?

Sayangnya mental teman-teman kita saat ini, takut untuk magang atau mencoba. Ahh .. Ntar dimarahin boss, ahh ngabisin waktu, ahh ini itu. Well, itu yang membuat kita selalu seperti katak dalam tempurung. Bisa meloncat tapi tak ingin keluar dari tempurungnya. Just silent.
Percayalah, dengan mencoba semakin banyak hal, mencari pengalaman magang dimana saja. Kamu akan jadi different person, akan dicari, diinginkan, diidam-idamkan. Loh kok jadi narsis ? Hahaha bukan, karena ketika kita mencoba dan magang, kita sudah mendapatkan ilmu, pengalaman, dan pencapaian, kita akan menjadi orang yang dibutuhkan. Benar tidak ? Dan jujur, saya belum pernah mengalami rasa “pengangguran” dalam artiaan tidak melakukan apa-apa dan tak menghasilkan apa-apa. Ada saja kesempatan magang lain, misalnya saya berhenti atau hal lainnya. Dan mencoba itu menyenangkan :)

Saya berani mulai bekerja ketika saya duduk di sekolah menengah pertama, mendapat job pertama sebagai waitress dan juga asisten di restoran ayah, lanjut ketika SMA saya bekerja sebagai kontributor, dan akhirnya menjadi wartawan freelance. Sesekali berjualan makanan. Lalu sebagai desain grafis dan web adminsitrator ketika saya baru saja masuk jadi mahasiswa dan penyiar radio. Jika sepi peluang, saya sendiri menyibukkan diri dengan magang sama diri saya sendiri melalui project project yang saya rancang. Saat ini saya masih haus dengan pengalaman, ilmu, dan rasa ingin tahu.
Menurut pandangan saya, pengangguran di Indonesia yang saat ini super banyaknya karena kualitas para sarjana dan juga lulusannya memiliki pola pikir katak dalam tempurung yang tidak ingin mencoba. Ketika lulus hanya pasrah bermodalkan ijazah untuk melamar pekerjaan sana sini. Bukan berarti itu salah, tapi bukan itu yang menjadi aspek utama, tapi skill teman-teman nanti yang diuji ketika bekerja. Nilai-nilai yang kita dapatkan itu tidak akan berarti apa-apa. Jangan ada lagi teman-teman yang mengejek ketika ditanyai kenapa kamu sekolah atau kuliah ? "Untuk menuntut ilmu" itu jadi bahan bercandaan. Karena memang sekolah dan berkehidupan itu tujuannya memang belajar.

Saya harap teman-teman dari sekarang coba mengatur diri jangan hanya diam dan pasrah mengikuti alur kehidupan dan mengikuti "kata banyak orang". Cobalah sesuatu ! Cobalah ! Luangkan waktumu untuk magang dan menghasilkan karya :) Percayalah, semakin banyak jatah gagal anda, semakin dekat kita menuju sukses yang kita inginkan

-------
For your inspiration

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
Older Posts

HELLO, THERE!


Hello, There!


Hello, There!

Let's read my story and experience


Find More



LET’S BE FRIENDS

Sponsor

OUR CATEGORIES

Entrepreneurship Event Financial Talks Forest Talk Good For You Happiness Healthy Talks Ngobrolin Passion Parenting Pendidikan Review Self Improvement Self Reminder Tips Travel Wirausaha Young Mindset community development experience

OUR PAGEVIEW

recent posts

Blog Archive

FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by beautytemplates