facebook google twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • Travel
  • Life Style
    • Category
    • Category
    • Category
  • About
  • Contact
  • Shop

Melati Octavia Journal

 

Kalau berbagi jangan sendirian!


Di artikel sebelumnya saya pernah memposting mengenai dunia kontribusi dengan judul Contribution Unlimited. Bahwa, berbagi adalah bagian tak bisa terlepas dalam kehidupan kita. Berbagilah agar kita merasakan dunia bareng - bareng. Buat apa toh kalau sendirian menikmati sesuatu, ga indah tentunya. Nikmatnya berbagi juga dirasakan apabila kita melakukan kegiatan berbagi juga sama – sama. Mengumpulkan pahala sama – sama. Enak ga sih ?

Ketika niat berbagi itu pada letaknya. Kita akan mendapatkan esensinya. Bukannya Allah pernah bilang, apa yang kamu harapkan itulah yang kamu dapatkan ? Apabila kamu menginginkan dunia, maka Allah berikan dunia, namun kalau kita meminta akhirat kita akan diberi keduanya. Karena sebaik – baiknya permintaaan adalah menuju pada akhirat.
Di era seperti ini, banyak dari kita yang angkuh untuk membangun kegiatan berbagi sendiri – sendiri. End then, bila itu terjadi niatnya adalah bukan “berbaginya” melainkan sebuah “nama, ketenaran, dan barangkali limpahan harta” nah tugas kitalah meluruskan niat.

Informasi yang saya kutip dari beberapa situs media, bahwa kita saat ini sedang menghadapi persaingan yang luar biasa sengit. Dimana globalisasi telah mempermudah berbagai hal. Banyaknya hal yang baru muncul keberagamaan, ide – ide yang perlu dilakukan adalah kolaborasi. Noh, liat apa kata kak Raditya Dika, di salah satu tweetnya di twitter.
Bukan hanya secara pribadi kita melakukan kolaborasi, tapi mau tidak mau dunia industri juga harus menyiapkan diri untuk mengambil langkah bersama – sama. Tingkat kreativitas sebuah negara adalah bukti bahwa sebuah negara itu memiliki SDM yang baik.

Selain itu, berbagi secara psikis banyak manfaatnya. Pengen kan, kita bahagianya bareng – bareng ga sendirian ?
“Warm Glow” Effect
Secara fisik berbagi dan bermurah hati terlihat merugikan. Namun fakta lain justru sebaliknya. Sebelum ini, peneliti sudah menemukan istilah “warm-glow-effect’, sebuah fenomena ekonomi yang pernah dijelaskan oleh James Andreoni tahun 1989, dimana menunjukkan orang yang beramal, berbagi dan bermurah hati justru berdampak positif atas kemurahan hati mereka atau disebut “warm-glow effect” (efek-cahaya pemberi). Perasaan positif ini didapatkan atas tindakannya memberi atau membantu orang lain.

Studi tahun 2006 oleh Jorge Moll dari National Institutes of Health menemukan bahwa ketika seseorang melakukan donasi kepada suatu yayasan, beberapa area di otak yang terkait dengan kenyamanan, koneksi sosial, dan rasa percaya turut aktif dan menciptakan efek “warm glow”.  Para peneliti juga percaya bahwa ketika kita melakukan tindakan altruistik, otak akan melepaskan endorfin, memproduksi perasaan positif yang disebut “helper’s high.” Fenomena tersebut dapat terjadi karena ketika menolong orang, otak kita akan memproduksi hormon dopamine (yang memberi perasaan bahagia dan keyakinan bahwa yang kita lakukan adalah hal yang benar) serta hormon oxytocin yang dikenal dapat mengurangi stres, meningkatkan fungsi imunitas, dan mengembangkan rasa percaya dalam interaksi antar manusia.

Banyak penelitian menunjukkan sikap dermawan ternyata berkorelasi dengan kesehatan loh. Salah satunya adalah penelitian Stephanie Post yang dimuat dalam bukunya, Why Good Things Happen To Good People, yang menyatakan bahwa berbagi dengan sesama dapat meningkatkan kesehatan penderita penyakit kronis seperti HIV. Studi lainnya yang terkait dilakukan oleh Stephanie Brown dari University of Michigan pada tahun 2003 terhadap beberapa pasangan manula. Dalam penelitian tersebut, Stephanie menemukan bahwa manula yang menolong tetangga, teman, dan saudara, ataupun yang memberikan dukungan secara emosional kepada pasangannya, ternyata memiliki risiko lebih rendah untuk meninggal dunia di 5 tahun ke depan, dibandingkan dengan manula yang tidak memberikan bantuan praktikal maupun emosional kepada sesama. (blogdokter.com)

Jadi Masih mau berbagi sendirian ?
Berbagi itu bareng – bareng :)
------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

Keep Inspiring!
Bicara produktivitas itu sama halnya bicara tentang karya. Sejauh ini sudah berapa langkah karya yang sudah kita lakukan ? setidaknya untuk kemajuan diri kita sendiri. Ada inspirasi menarik yang saya dapatkan hari ini dalam discussion class , English club di fakultas saya. Tell about your ability ?
Tak banyak orang yang bisa menjawab hal demikian dengan lugas dan cermat. Hal ini berkaitan dengan habits dan kebiasaan kita tentunya kan. Mengenal diri sendiri tidak mudah. Proses demi proses kita jalani hingga sampai di titik “IT’S ME” .

Well, tulisan ini sebenarnya menasehati saya juga. Seberapa jauh produktivitas saya menghasilkan karya. Seberapa disiplinkah saya berbuat sesuatu setidaknya untuk hal terkecil.
 Saya punya penyakit bernama pemalas. Saya akui itu, mungkin orang terdekat saya tahu. Ada beberapa pekerjaan yang saya sangat perlu diingatkan, karena salah satu kekurangan saya, pelupa! Saya menyadari hal itu, orangtua saya juga sering sekali menasehati saya berkali – kali. Namun dalam hal ini, saya senantiasa ingin memperbaiki diri. Salah satu caranya “sadar diri” termasuk menjawab pertanyaan dalam judul tulisan ini.
Salah satu penyakit saya, ketika saya tidak menemukan agenda yang penting dan segera pada suatu hari. Ada sinyal jahat dipikiran saya, its your day Mel ! hari saya buat melakukan sesuatu sesuka saya. Pada akhirnya saya melupakan berbagai agenda yang benar – benar waste time ! Menasehati memang mudah daripada mendengarkan dan melakukan nasehat ya reader’s hehe.
But, saya punya cara untuk merubah itu semua. Saya mendapatkan sebuah konsep bahwa ketika tubuh dan pikiran kita bekerja, kita akan senantiasa produktif. That’s way, bila kita melakukan sesuatu akan ada sebuah hal baru yang kita pikirkan untuk berbuat lebih. Misal saya mendapatkan ide beberapa tulisan ataupun mengingat agenda – agenda ketika saya beraktivitas baik itu belajar di kampus, mengerjakan pekerjaan seorang wanita dirumah (bersih – bersih dll) dan juga kegiatan lain. Ternyata kinerja otak begitu, bila kita senantiasa melatih untuk senantiasa melakukan sebuah pekerjaan. Kita akan terlatih berbuat sesuatu dan berpikir sesuatu. Ala bisa karena biasa :D
Bila kita mengikuti hawa nafsu untuk malas, maka hal yang terjadi adalah otak kita akan memerintahkan kita untuk malas dan tidak melakukan aktivitas. Hanya termenung, terdiam, tidak melakukan banyak hal. Lalu, tentunya akan ada waktu yang terbuang sia – sia !
Coba kita pikirkan, kita diberikan Tuhan waktu yang sama 24 jam. Mengapa ada orang yang sukses dan yang tidak ? kenapa ada orang yang lebih kaya sedangkan ada yang tidak ? bukannya modal yang diberikan sama ?
Bahkan ada orang yang barangkali “maaf” tidak memiliki kelengkapan seperti kita, baik itu tubuh, harta, keluarga. Tapi ia mampu sukses dibanding kita. Itu catatan buat diri saya juga.
Satu hal yang membedakan kita dengan mereka. PRODUKTIVITAS !
Mereka melakukan banyak hal dan bermanfaat bagi banyak orang. Menulis, berkarya, menimba ilmu, melakukan berbagai kegiatan, dan mengatur jadwal mereka untuk “bersenang – senang” dengan baik.
Sejauh ini banyak tidaknya produktivitas kita itu di tentukan oleh apa yang kita lakukan untuk waktu kita. Ada yang barangkali karyanya dikenal, ada pula yang ternyata diam – diam melakukan sesuatu sedikit banyaknya berguna bagi oranglain. Ga ada yang sia – sia disini. Kita sebagai manusia, bisa memilah tentunya mana hal – hal yang seharusnya kita lakukan, mana yang tidak.

Ini tips untuk teman – teman untuk selalu produktif :

1.    Kenali diri ( minat, bakat, dan potensi )
2.    Membuat jadwal kegiatan setiap hari baik yang terkecil dan yang paling penting, ( walau hanya nyuci pakaian ataupun bertemu teman )
3.  Memiliki option kegiatan produktif lainnya, misalnya beberapa agenda yang sudah kita laksanakan cancel. Misalnya saya ada rapat atau perkuliahan yang dibatalkan, isi kegiatan dengan hal lain dengan ke perpustakaan, berdiskusi dengan teman, membaca buku, menulis dll, buatlah sebuah skema prioritas setiap hari apa yang seharusnya dilakukan
4.   Senantiasa mengupgrade diri dengan mengikuti berbagai kegiatan. Hal yang terpenting dalam menyikapi masalah itu adalah mindset kita.
5.    Berani mengatakan tidak untuk hal – hal yang menganggu produktivitas.
6.    Disiplin ! disiplin itu bukan ketika kita melakukan sesuatu setiap hari. Melainkan melakukan satu hal yang konsisten kamu lakukan. Misalnya, seperti saya memiliki komitmen untuk menulis di blog saya walaupun dalam seminggu hanya menulis beberapa posting. Disiplin itu, ketika kita menepati janji yang sudah kita buat dan juga janji yang sudah kita buat bersama oranglain.
7.   Jangan malas ! ini syaitan . mari istighfar :D
8.   Belajar dengan orang – orang produktif lainnya, berkumpul dan bertemanlah bersama mereka.
9.  Buatlah hal - hal baru dan menarik setiap harinya untuk dicoba untuk menambah pengalaman kita.
Masih banyak hal lain yang sekiranya bisa meningkatkan produktivitas kita. Hal yang terpenting adalah berkarya, berkarya, berkarya. Apa yang bisa kamu kontribusikan untuk hidupmu, oranglain, dan tentunya menunjang masa depan kita !

Let’s be productive people guys !
---------

Yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

Keep inspiring!
Bertepatan 10 November adalah hari pahlawan nasional. Semua tema di berbagai media menjadikan momen ini sebagai trending topic. Pahlawan atau yang dikenal dengan Hero dalam Bahasa inggris adalah sosok ideal yang kita kenal sejak kecil. Penggambarannya adalah sosok yang baik, ksatria, membela kebenaran, memiliki perjuangan yang tinggi untuk membela kaum yang tertindas. Kita di Indonesia memaknai hari ini sebagai hari dimana kita mengenang pahlawan – pahlawan yang telah gugur untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Disini saya tidak ingin bercerita sejarah. Tapi esensi nilai – nilai kepahlawanan yang kian lama terbelok, tersamar, bahkan tersalahartikan oleh kita. Impian kecil, kita barangkali melihat sosok – sosok heroic di kartun dan movies channel tentang spiderman, hero – hero man yang diangkat dari tokoh fiksi novel ataupun komik. Penggambaran sosok yang memiliki kekuatan super kemudian membela kebenaran.  Saya berpendapat, keberadaan sosok – sosok itu menggambarkan kita mengelu – elukan sesuatu yang tidak pasti keberadaannya, sosok tokoh yang semu. Padahal bila kita mau mengulik sejarah lebih jauh, kita akan menemukan banyak sosok realistis yang benar-benar ada dan patut diteladani. Walaupun dalam setiap cerita tokoh fiksi tersebut ada nilai – nilai tersirat, alangkah baiknya kita telusuri banyak pengetahuan dari pahlawan – pahlawan yang nyata dikehidupan kita.
Esensi nilai kepahlawanan kali ini menurut saya adalah bagaimana kita sendiri menjadi pahlawan untuk diri kita. Setidaknya mengawali dari kehidupan kita yang tak jelas, kemudian jelas. Banyak dari kita tak sadar bahwa dalam dirinya ada sosok pahlawan. Kita jauh – jauh memandang sesuatu dari luar, tapi kita sendiri tak mampu untuk menjadi pahlawan diri kita sendiri. Setidaknya untuk memperjuangkan kebahagiaan keluarga kita, orang – orang disekitar kita, menebar kebaikan untuk banyak orang dari hal yang kecil. Kita sering mengabaikannya.

“ Semakin besar kemampuanmu, semakin besar tanggungjawabmu,” Kakek Peter Parker dalam sequel Spider-Man.

Yapss.. ketika kita memiliki kemampuan dan potensi. Di setiap potensi yang kita miliki memiliki nilai tanggungjawab didalamnya. Baik harta, kedudukan, dan juga ilmu. Orang yang berlebih harta, memiliki tanggungjawab juga untuk membantu orang – orang yang kekurangan. Begitupula ilmu, sesuatu hal yang belum dibagikan kepada orang banyak “ilmu” tidak berarti apa – apa bila hanya bermanfaat untuk diri sendiri.
Saya mengingat kata – kata itu. Sehingga apabila kita merasa ada sesuatu yang berlebih dari diri kita. Segeralah berbagi kepada orang – orang kekurangan dari apa yang kita miliki. Setiap kita adalah pahlawan, setiap potensi memiliki tanggungjawabnya.
Di momen pahlawan ini, semoga kita dikemudian hari menjadi sosok – sosok yang dikenang dan menginspirasi. Diawali dari kita menjadi pahlawan untuk diri kita sendiri, kemudian keluarga kita, orang – orang yang mencintai kita dan sekitar kita . Kemudian menjadi pahlawan bagi nusa, bangsa, dan agama kita. InsyaAllah.
------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

Keep Inspiring!


 
Ide judul ini terlintas ketika beberapa pekan saya berkutat pada berbagai permasalahan organisasi dan komunitas baik itu yang nyata, maya, dan curhatan tetangga. Ketika saya flashback pribadi saya dulu, saya cekikikan sendiri menyaksikan saya dahulu yang sangat ego, sulit mendengarkan, ingin melakukan sesuatu sempurna dan dominan. Walaupun barangkali, menurut saya masih ada jejak – jejak demikian. Saya berharap banyak dari diri saya saat ini untuk lebih toleran ketimbang dahulu. 
 
Tapi memang ada sebagian orang yang mengalami fase tersebut sampai pada akhirnya sadar. Fase ini adalah fase kita menemukan jati diri, ambisius dan dorongan untuk melakukan terbaik yang mengebu – gebu. Sehingga ketika berada pada tempat untuk menjadi pemimpin kita cenderung menjadi pribadi otoriter, semaunya, dan sulit menerima. Ini karena kita merasa menjadi pribadi yang full, pribadi 100%. 100% yang paling tahu, 100% paling hebat dan paling benar.

Di mana pun itu, memberi itu lebih mudah loh ketimbang menerima apalagi untuk sebuah keputusan atau pendapat. Benar gak ? Terkecuali menerima THR kali haha, keluar duit lebih susah ketimbang nerima duit hehe intermezzo.
 
So, tentunya setiap dari kita pasti semuanya ingin didengarkan.

Judul ini sebenarnya hasil evaluasi saya dengan diri sendiri dan juga sebuah konsep yang saya dapatkan dari renungan perbaikan yang saya lakukan. Maksudnya menjadi pribadi 10% adalah sebuah mindset kita pada diri kita sendiri bahwa pencapaian dan apa yang kita dapatkan itu masih dalam 10%.
Sehingga ketika kita selalu beranggapan diri kita sudah mendapatkan banyak rejeki, baik itu ilmu, berkah limpahan harta, dan juga pencapaian. Kita masih perlu meningkatkannya kembali. Artinya menjadi pribadi yang haus, tidak mudah puas diri, dan juga senantiasa meng-upgrade dirinya.

Contoh, ketika saya mengikuti seminar yang limited. Pulang – pulang bawa ilmu. Mindset yang langsung saya tekankan “Ilmu tadi masih 10% mel masih ada 90% lagi kamu untuk kembali mendalaminya” atau sebuah pencapaian ketika ada beberapa orang yang berbaik hati memuji kita. Sampaikan dalam pikiran, “ apa yang kamu lakukan masih 10% mel, masih banyak yang harus dilakukan mel .. jangan puas diri dulu”
So, ketika kita selalu menempatkan diri menjadi pribadi 10% kita akan menjadi manusia yang tawadhu. Karena senantiasa berpikiran bahwa apa yang kita miliki belum seberapa, masih sedikit. Banyak yang tidak tahu daripada yang tahu. Sehingga kita selalu mendengarkan oranglain, tidak ego dan juga menjadi pribadi semangat untuk berbuat baik dan memperbaiki diri.

Jadi manusia 10% bukan berarti menempatkan diri kita menjadi orang yang rendah diri. Saking, kebablasannya memikirkan untuk menjadi pribadi 10%. Kita sendiri malah tidak menghargai apa yang kita punya. That’s wrong! Bagilah 10% yang kita miliki itu kepada orang lain terutama ilmu. Tempatkan diri kita sesuai dengan kemampuan kita. Karya kita yang lahir yang kita anggap masih 10% jadikan motivasi untuk memenuhi 90% lagi, kemudian berbagilah 10% pencapaian, karya dan kontribusi itu menjadi berlipat lipat untuk oranglain. Berharaplah begitu.

InsyaAllah ketika mindset itu senantiasa kita camkan dalam hati. Kita akan jadi pribadi rendah hati, menerima pendapat oranglain, senantiasa memperbaiki diri, Allah akan menghadirkan orang – orang dan rejeki yang tak terduga dari segala arah untuk memenuhi 90% itu lagi.

----------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

 Keep Inspiring!


Menjadi berbeda. Barangkali kita melupakan hal ini. Lebih cenderung menyamakan diri, mensamaratakan pribadi kita dengan orang lain. Memang karakter manusia seperti itu. Dalam buku psikologi yang pernah saya baca, manusia akan membuka diri pada orang lain apabila menemukan kesamaan dirinya dengan orang yang baru dikenalnya untuk membangun komunikasi.
Tapi sampai mana, batasan “sama” itu harus ada?
Sekedar flashback, pelajaran favorit saya ketika SMA khusus mata pelajaran sosial adalah pelajaran sosiologi. Saya ingat ada sebuah materi mengenai penyimpangan sosial bagi seseorang yang suka menirukan atau membuat dirinya sama dengan oranglain. Dalam hal ini, seperti menjiplak cara berpakaian, tata tubuh hingga operasi tubuh dan hal lain. Mungkin readers dapat menyebutkan kasus – kasus peniruan yang ekstrim yang bisa teman - teman googling sendiri. So, perlu disadari menjadi “Sama” banget itu kita sudah masuk ranah sakit jiwa loh. Oh No!
Menjadi berbeda itu seperti apa ? Unik. Hal yang saya akan coba tuangkan tentang berbeda adalah mengenai potensi diri, kepribadian, dan juga pilihan hidup.
Saya rada rada takut juga menuliskan dan membahas hal ini, karena tidak ingin salah menafsirkan makna berbeda hingga keluar dari jalur pemikiran yang benar. Berbeda yang saya maksud dalam hal ini adalah bahwa manusia dari awal sudah diciptakan unik. Perbedaan wajah, bentuk tubuh, warna suara, dan keunikan lainnya yang Allah karuniakan pada kita. Selain itu kita juga memiliki potensi dan keunggulan dasar yang berbeda dimasing – masing pribadi. Kekurangan dan kelebihan yang berbeda juga kan.
Tapi kita seringkali tidak bersyukur dengan apa yang Allah berikan pada kita dengan kita menirukan oranglain dengan harapan akan mendapatkan kebahagiaan yang ia miliki.
Kita memerlukan waktu dan proses untuk mengenal diri kita sesungguhnya. Sejak kita lahir kemudian bertumbuh. Sebenarnya kita mengalami proses pembentukan diri yang dibentuk oleh orangtua, lingkungan, adat istiadat, dan nilai – nilai yang kita adopsi disekeliling kita.
Namun ada perlu disadari, ketika kita masuk fase remaja. Kita sendiri sebenarnya bisa mengatur dan juga membentuk diri kita sendiri ingin seperti apa. Karena di fase ini, setidaknya kita bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Disinilah, masanya kita dapat membentuk diri kita menjadi pribadi – pribadi yang baik, berpotensi dan unik.
Menjadi berbeda tidak mudah. Akan ada yang selalu menghakimi segala pilihan yang kita pilih. Contohnya seperti kita yang lebih memilih belajar, ketika teman – teman mengajak kita untuk bermain. Kita memilih untuk berorganisasi ketimbang sibuk hanya mengurusi diri sendiri. Coba teman – teman lihat disekelilingnya, kita banyak menemukan sebuah sekat -sekat sendiri – sendiri tentang siapa orang lain dari apa yang ia kerjakan. Yang barangkali suka seni, akan cenderung melakukan kegiatan – kegiatan yang berhubungan dengan karya seni dan juga pentas – pentas. Teman – teman yang memiliki minat di politik, tentu akan berkutat pada ranah tersebut. Intinya, jadilah kamu yang berbeda, unik, dan berpotensi. Everyone know absolutely you!
Hal yang sulit bagi kita saat ini bukan ketika menjalaninya. melainkan mencari tahu diri kita sesungguhnya  seperti apa dan harus bagaimana ? Benar tidak ? tidak semua orang yang mengenal dirinya dengan cepat. Ada yang melewati ribuan tantangan, dan juga waktu untuk sadar apa yang akan dilakukan.
Masih banyak loh, diantara kita ketika ditanyai ingin seperti apa di masa yang akan datang.. menjadi manusia gagap tiba – tiba. Loh ! Apa yang terjadi ? kita terlena dengan kata orang lain ketimbang kata hati diri kita sendiri. Kita mudah terbawa arus, arus yang kita ga tahu ternyata membawa kita ke jurang bukan ke puncak tertinggi.
So, semoga tulisan ini mudah mudahan membantu teman – teman menemukan dirinya dan membentuk dirinya menjadi pribadi yang berbeda. Ada beberapa hal yang perlu kita lakukan untuk mengenal diri kita. Beberapa hal dibawah ini, sebagian besar sudah saya lakukan dan ahamdulillah memudahkan diri saya untuk melakukan banyak perubahan – perubahan walau terkadang banyak yang bilang saya belum fokus hehe. Tapi saya berpikir, setidaknya saya sudah berada dalam proses pengenalan diri yang cukup baik.
Hal yang perlu dilakukan :
1.    Tekunilah sesuatu yang menjadi bagian jiwa, kalau kita bilang hobi. Tentukan tiga teratas, kegiatan dominan yang biasa kita lakukan dalam hidup kita lalu kemudian gelutilah dengan baik. Mulai dari lingkungannya, pembelajarannya, lalu latih.
2.    Seringlah berkumpul dengan orang banyak. Bila kita pribadi yang introvert, kita bisa berdiskusi dengan orang yang kita percayai untuk bercerita tentang impian, masa depan yang kita inginkan. Kemudian minta pendapatnya.
3.    Jadilah pribadi yang terbuka menerima kritik dan saran, serta pribadi yang senantiasa mendengarkan.
4.    MAKE A PLAN ! Lakukanlah segala sesuatu dengan rencana. Baik rencana jangka pendek hingga panjang. Tak perlu menatanya dengan sangat sulit, cukup menuliskan prioritas – prioritas yang ingin kita lakukan. Sampai kegiatan liburan juga di rencanakan dengan baik.
5.    Selalu luangkan waktu “me time” untuk merenung, mengenal, barangkali dengan berdiskusi dengan buku harian tentang pribadi sendiri. Kadang aktivitas bersama orang lain membuat kita jadi pribadi yang labil karena terlalu saklek untuk mendengarkan “apa kata orang” ketimbang kata hati sendiri. Jadikan apa yang orang sampaikan tentang kita untuk kita sebagai pembelajaran, saran, atau pertimbangkan bukan keputusan. Karena keputusan hidup kita ada di tangan kita sendiri
6.    Seringlah ikut kegiatan pengenalan potensi diri, leadership atau training – training.
7.    Bacalah buku – buku yang berdampak positif untuk kehidupan kita
8.    Selalu lah berniat baik untuk melakukan sesuatu.
Pada dasarnya ada beberapa hal yang membentuk pribadi kita, diantaranya buku yang kita baca, pergaulan yang kita tekuni, dan juga kebiasaan – kebiasaan yang kita lakukan.
Menjadi pribadi berbeda dan berpotensi itu akan melewati tahap – tahapan. Pada dasarnya kehidupan kita adalah bagaimana kita mengenal diri kita.

So, Be different! It’s part of step for you to be success in future!
------------------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

KI Pekanbaru SDN 140

Kali ini saya ingin mencurahkan sebuah pemikiran dan perasaan yang saya rasakan. Diantara dilema yang luarbiasa antara fakta dan batas pengetahuan yang dimiliki oleh setiap orang. Saya ingin bercerita bahwa dari kecil saya memiliki cita – cita begitu unlimited. Berubah – ubah sesuai kondisi, mudah terinspirasi dengan banyak hal terutama apa yang disampaikan guru. Kuat sekali diingatan saya pada saat saya duduk di sekolah dasar saya begitu terinspirasi dengan sosok pahlawan dan juga pemimpin kala itu. Pelajaran kewarganegaraan dan karakter sangat saya sukai. Sehingga pada suatu ketika saya mendapatkan tugas membuat esai cita – cita, tanpa sadar saya menuliskan cita – cita. “Andai aku menjadi presiden”. Entahlah, banyak impian yang saya tuangkan untuk negeri kala itu. Dari sekelumit pengetahuan yang dimiliki oleh seorang anak SD. Tapi ternyata hingga saat ini, semangat itu belum padam. Setidaknya orentasi untuk membuat sesuatu hal untuk negeri itu menjadi begitu membuncah.
Diantara keterbatasan keluarga yang saya miliki, sekelumit problema yang saya alami. Dalam dasar hati, ada sebuah percikan semangat yang tak pernah padam untuk berbuat sesuatu untuk oranglain. Sejak Sekolah dasar, berorganisasi adalah sebuah aroma candu yang saya rasakan, hobi yang saya geluti. Disamping kepribadian saya yang dulu sangat pediam “kata orang dulu”. Beberapa hari ini, saya mengikuti sebuah pelatihan nasional kepemimpinan yang diselenggarakan di Universitas Sriwijaya. Walau sebelumnya saya pernah mengikuti pelatihan beberapa bulan lalu yakni Forum Indonesia Muda. Kali ini, saya seperti mencharger kembali semangat – semangat idealis yang mulai goyah terkena makan usia dan semester yang kian mengusik untuk diselesaikan. Pertanyaan kemanakah jalanku selanjutnya ? apa yang harus saya lakukan . Mengiang – ngiang dipikiran. Saya teringat janji janji saya pada diri sendiri untuk berbakti pada kebaikan untuk bangsa, Negara dan agama.
Apalagi mendengar doa yang tak sengaja terdengar dari seorang ibu yang bersimpuh dihadapanNya tentang hal itu. Tak absen, percikan air mata selalu meleleh mendengarnya. Keteguhan kini berbeda ketika dulu kecil yang hanya bisa menyimak dan terinspirasi dengan mudahnya. Kali ini sebuah getaran wujud dari sebuah mimpi itu bukan hal mudah. Sebuah kata – kata “ kapan kamu bisa mewujudkannya mel, apakah kamu hanya berwacana ?” Ditengah orang – orang berlomba mendapatkan kedudukan terbaik di mata manusia. Kali ini saya sadar itu tujuan yang berbelok. Pada dasarnya karya dan kebermanfaatan lah yang seharusnya menjadi pencapaian, bukan hal demikian.
Tak terbersitpun ingin mengorbankan idealism, tapi memang kali ini semua diuji. Dan memang apapun yang hadir diantara kita adalah ujian. Seberapa tangguh memilih dan melakukan, berbuat bertindak dan melakukan sesuatu hal. Semua kunci agar dapat melewatinya dengan baik adalah keyakinan. Bisa apa oranglain menghujam impian kita tiada batas, meragukannya, bahkan mencacinya apabila kita yakin membuktikan diri kita mampu mewujudkannya ? Bisa apa ?
Kita sering terlalu banyak mendengar kata oranglain, hingga lupa mendengar kata hati kita sendiri yang begitu yakin pada diri kita. Begitulah saya yang suka dan sedikit-sedikit dilemma hanya karena kata oranglain yang begitu menyebalkan. Toh, kita tidak menganggu hidupnya dan kita hanya perlu focus apa yang kita tuju. Kita hanya perlu mendengarnya secukupnya untuk hal – hal untuk dapat mengevaluasi diri dan memperbaiki diri.
Saya bersedih, terlalu banyak hal yang saya tahu. Sehingga saya tak mampu untuk membantu. Resah rasanya ketika pikiran dan hati tahu, tapi tak bisa berbuat apa-apa. Pernahkah kamu merasakannya ?
Ketika kegiatan pengabdian masyarakat. Saya selalu bilang ke diri saya “mel liat itu mereka, keadaan mereka. Coba kamu bandingkan dengan kamu ? masihkah kamu mengeluh ?” Ada orang diluarsana yang kurang beruntung dibanding kita. Tapi kita seringkali lupa, masih mengeluh dan berkesah atas segala problema yang kita hadapi. Ternyata masih ada yang lebih seharusnya bersedih dari kita. Saya perihatin dengan kasus asap belakangan ini. Melihat tangis para penjaga hutan lindung ketika kawasan sesuatu yang dilindunginya terbakar habis. Tayangan televise yang menampilkan kekacauan, begitu banyak kesemerautan. Dan karena kegiatan lalu, dalam Sriwijaya Leaders Forum saya menyaksikan langsung sepanjang perjalanan darat menuju lokasi acara dan balik ke daerah asal hutan – hutan yang terbakar dan kepulan asap. Peringatan apa yang Allah berikan pada kita ? Bisakah saya berbuat sesuatu ?
Setidaknya menuliskan keresahan ini untuk membuat siapapun tergerak. Saya sendiri malu dengan diri sendiri, sejauh ini tak bisa berbuat banyak. Bantu saya teman, agar saya bisa menuntaskan janji ini.
-----
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
internet
Sebelumnya ada postingan mengenai keajaiban tulisan yang merupakan pengalaman pribadi saya rutin menulis dimulai dari kesukaan saya menulis. Tapi kali ini saya ingin share mengenai impact menulis lebih luas lagi selain hal pribadi yang saya dapatkan dari aktivitas menulis.
Sebelumnya, ada write challenge yang dibuat oleh teman dan musuh saya, Rezky Firmansyah.
Beliau membuat kompetisi untuk bergabung di sebuah grup facebook khusus untuk mendapatkan ilmu praktis menulis. Saya sendiri iseng menggunakan kata kunci yang beliau berikan. Tapi karena kata kunci itu, saya sendiri mendapatkan view yang jarang - jarang muncul. Hanya saya pendam dalam kepala saya, apa motivasi saya menulis.
Impian menjadi penulis sempat ada ketika masih kecil. Tapi dahulu saya penikmat literasi. Duduk disudut perpustakaan berlama-lama, menikmati lembaran rasa cinta pada kertas. Ketika sekolah, saya yang betah berlama lama menghabiskan bacaan diperpustakaan hingga lupa jam istirahat berakhir. Entah magnet apa buku itu membuat getaran yang sedemikian kuat pada diri saya.
Ternyata lebih dari itu, saya mendapatkan bahwa menulis itu mengubah cara pandang orang banyak tentang kehidupan. Bahasa berbagi yang paling tulus dan mudah untuk disampaikan hingga pelosok yang tak pernah kita tahu. Buku yang berisi tulisan adalah sebuah warisan sejarah. Saya ingat diskusi menarik menjelang sore pasca rapat sosial project komunitas. Saya mendengar sharing teman saya yang memiliki minat budaya yang tinggi, mengulik mengenai sejarah peradaban di Indonesia. Banyak sebuah kehidupan peradaban masa lampau yang lebih dahulu maju, karena ditemukan bahasa tulisan. Bahasa tulisan merupakan bagian dari majunya sebuah peradaban. 
Kembali saya buka cerita tentang fakta yang terjadi di dunia. Memang benar, lahirnya sebuah karya di sebuah negara, menentukan produktivitas masyarakat penghuni negara tersebut. Perkembangan pemikiran yang terjadi dan minat pengetahuan yang selalu berkembang sedemikian dinamis.
Jadi menulis, bukan perkara sederhana. Walaupun sebuah tindakan mungkin disepelekan. Kita tidak pernah tahu kan, kebaikan yang kita sampaikan melalui tulisan itu sampai kemana disampaikan. Bahkan mungkin masuk ke dalam kalbu pembaca. Menulis saat ini seperti investasi pahala ditengah derasnya teknologi yang memudahkan viral penyampaikan pesan lebih cepat, murah, praktis dan juga mempengaruhi.
Kenapa tidak kita manfaatkan untuk menyebarkan hal - hal baik ?
Ketika kita menulis, kita membuat Allah tersenyum. Masih ada hamba yang ingin berbagi, kalau saya katakan menulis adalah bukti cinta kita kepada Robb kita, bahwa firmanNya sudah disampaikan pada generasi selanjutnya.
Menulis juga bisa merubah dunia. Hanya karena tulisan sebuah negara bisa hancur dan bisa juga maju. Tergantung apa yang ia tulis dan apa yang berhasil ia pengaruhi.

Yuk berburu pahala melalui menulis :D

----- 
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca


Topik hijrah selalu menarik bagi saya. Kalau saya sedang cuap - cuap, saya selalu mengangkat topik ini sebagai upaya saya menasehati diri saya sendiri. Baru saja kemarin kita memasuki tahun baru Islam, Tahun baru Hijiriah. Dari namanya saja sudah tahu maksud mengenai tahun hijirah. Disinilah momen berbondong - bondong kita mengevaluasi diri kita dari hal yang kurang baik menjadi baik, dan baik menjadi lebih baik lagi.
Sudah menetapkan azzamnya kali ini ? Apa saja yang ingin kamu rubah ?
Saya pribadi kemarin mengemban sebuah misi sederhana di hari tepat satu muharram. Saya memiliki niat untuk mengatur waktu lebih efisien dengan menjaga pola makan, untuk beribadah tepat waktu dan juga serangkaian aktivitas yang penting lainnya. Saya menetapkan target dalam satu hari apa yang saya bisa lakukan dan selesaikan. Dan well, saya bahagia ketika hari itu saya berhasil menuntaskan hampir semua misi. Walaupun ada beberapa misi yang belum saya lakukan saya sudah cukup puas. Saya merasa ada sebuah pencapaian sederhana yang bisa saya lakukan untuk diri saya sendiri. Saya sendiri masih sering melakukan pemborosan waktu ketika hal - hal kosong terjadi. Biasanya kekosongan waktu terjadi ketika sebuah agenda terjadwal batal atau ada kejadian tak terduga, kayak mahasiswa yang dosen tiba - tiba dadakan tidak hadir dan segala macamnya. Saya melakukan upaya preventif untuk mengatasi kejenuhan dalam sebuah draft list, apa yang musti saya kerjakan. Misal, ada sebuah proyek tulisan yang belum selesai. Sebuah rapat yang belum tertunaikan SOP nya, rancangan yang belum selesai. Atau mengisi waktu luang bermanfaat. Jalan ke perpustakaan, toko buku melihat koleksi terbaru, membereskan kamar yang seperti kapal pecah dan masih banyak lagi. 
Hijrah lainnya yang paling utama adalah mengenai kedekatan kita pada Allah SWT. Kita seringkali mengevaluasi diri kita dalam perkara duniawi, hingga lupa bagian yang pasti kekal abadi yakni akhirat. Kita lupa mensisihkan sebagian rejeki kita untuk bersedekah dan berzakat barangkali, sehingga tanpa sadar rejeki kita sulit. Kita lupa mengoreksi ibadah kita, hapalan kita yang masih mentok disitu aja, dan hal lainnya. #iniselfnote banget buat saya pribadi.
Hal sederhana pada hijrah kali ini adalah saya membiasakan sholat tepat waktu dan menambahkan dengan sholat sunnah. Sebuah azzam yang saya ingin lakukan untuk diri saya sendiri. Mudah  - mudahan saya bisa melakukannya.
saya juga takut apa yang saya lakukan dianggap tidak baik, sombong, dan riya. Ini yang saya takutkan. Saya berusaha meluruskan selalu niat saya untuk melakukan sesuatu karena niat adalah hal paling essensial ketika kita melakukan sesuatu.
Jadi momentum apa yang bisa kita ambil dalam hijrah kali ini :
1. Hijrah perkara ibadah
2. Hijrah perkara sikap dan akhlak
3. Hijrah perkara pencapaian dan impian - impian kita

So, lets go for muhasabah :D


Semoga menginspirasi :)

 Well, beberapa hari ini saya sering mengamati berbagai komunitas, organisasi dan hal - hal yang berhubungan dengan interaksi. Tema leader atau kepemimpinan terngiang - ngiang di kepala. Apalagi ketika sharing dengan kaka kece, kak Diana yang jadi temen super sharing impian dan juga problem pribadi. Saya selalu dengar sharingnya atas ilmu kepemimpinan yang ia dapatkan di pelatihannya. “Leader itu adalah sosok yang membuat kamu lebih baik, tanpa kehadirannya kamu tetap termotivasi menjadi lebih baik” kira kira begitu seingat saya sih. Mohon koreksinya kakakku, kepada adikmu yang suka pelupa ini.
  Nah, kebetulan banget tadi siang. Saya menemukan film box movies di tv langganan. Awalnya punya planning buat ketemuan, jadi gagal karena penasaran sama film itu yang super keren. Film yang bergenre science fiction ini cerita tentang seorang bocah yang diikutkan dalam sebuah sekolah pertempuran antara manusia dan alien. Fiksi banget kan :) tapi disana saya menemukan banyak pelajaran dari runut cerita awal. Bahwa si tokoh utama ini sejak kecil di created menjadi pemimpin. Banyak sih, teori - teori yang membahas tentang seperti apa pemimpin yang baik itu. Tapi film ini pas sekali mengajarkan bahwa menjadi seorang leader itu tidak gampang, ada proses pembentukan yang terstruktur. Sejak awal hingga menuntaskan sebuah misi. Film ini mengambarkan secara jelas bahwa teori yang kita pelajari dibuku - buku leadership benar adanya.
  Saya menonton film tersebut, buru - buru langsung mengambil pena dan kertas mencatat poin apa yang didapat dari film itu. Masih banyak film heroik lainnya yang bisa kita ambil pelajaran. Seperti film Muhammad Al Fatih dan bukunya, itu juga mengambarkan proses menjadi pemimpin itu seperti apa melewati hal apa saja.

Ini beberapa catatan saya  dalam film yang berjudul "Ender's Game"

LEADER ITU DICIPTAKAN BUKAN DILAHIRKAN

  Seringkali kita berpikir mengenai bahwa ada sosok yang sejak kelahirannya ia adalah pemimpin. Padahal menjadi seorang pemimpin itu prosesnya panjang, dibentuk dengan berbagai tantangan dan proses yang cukup melelahkan. Tapi kita musti sadari, bahwa manusia lahir dimuka bumi menjadi khalifah, menjadi pemimpin. Ketika kita sadar akan itu kita akan berada ditempat sebaik - baiknya di dunia dan akhirat.

LEADER ITU MAMPU MENGENDALIKAN EMOSI, SPIRITUALITAS DAN INTELEGENSI YANG TINGGI

  Dari film yang saya dapatkan proses sosok Ender’s (bongkar nama tokoh) memiliki emosi yang labil ketika ia remaja. Seringkali ia di uji oleh mentornya dengan cukup keras. Ketika ia pura - pura dikeluarkan di sekolah pertempuran, sehingga ia merasa menjadi sosok yang gagal dan down. Ia tak ingin mengulangi kesalahan kakaknya yang sebelumnya dikeluarkan dari sekolah karena tak dapat mengontrol emosinya ketika menjadi komandan di sekolah tersebut, sehingga ia dikeluarkan. Padahal kakaknya juga memiliki potensi yang baik menjadi seorang pemimpin. Hanya karena tak bisa mengendalikan emosi ia gagal. Nah seperti itulah pemimpin, ketika seorang pemimpin tak mampu mengendalikan emosi, alhasil sebuah visi yang sudah dibentuk bersama tim akan buyar dan melakukan banyak kesalahan. Selain itu, seorang pemimpin memiliki spritualitas yang baik, yakni antara ia dan penciptanya. Sebuah emosi kompleks yang sangat super power bagi seorang pemimpin. Faith! Sebuah kepercayaan. Hal ini melingkupi sebuah ikhtiar, sabar, sikap pasrah dan hal lainnya. Setelah itu intelektualitas. Well, banyak yang mengatakan intelektualitas itu semerta - merta karena otak yang encer hasil dari keturunan. But, saya pribadi mengatakan intelektualitas itu sebuah kompleksitas yang komplit, bukan hanya mengandung kecerdasaan semata, melainkan juga kegigihan untuk belajar, berlatih, dan juga rasa ingin tahu yang tinggi. Hal ini juga dipengaruhi oleh asupan makanan yang baik dan kondisi fisik yang terjaga.
  Di film tersebut saya belajar, bahwa tokoh utama memiliki kelebihan. Ia sangat ingin tahu dibanding teman - temannya. Kemudian berjiwa besar untuk selalu belajar. Ada momen ketika ia naik tingkat lebih cepat, ia meminta teman satu timnya untuk mengajarinya menembak dan karate di waktu luang. Disaat teman - temannya yang lain asik bercanda dan juga bermain. It’s leader!

LEADER JUGA BUTUH CINTA

  Nah ini juga yang perlu kita pahami, saya mendapatkan catatan disini. Cinta adalah inspirasi dari seorang pemimpin. Why ? Dalam film tersebut, saya mendapatkan cerita bahwa ender tak pernah lepas berkomunikasi dengan keluarganya yang ada di bumi. Dalam ceritanya, sekolah pertempuran yang ia ikuti berada diluar angkasa. *Fantasi banget nih film*. Ia selalu berdiskusi dengan kakaknya seputar pelatihan yang ia jalani dan apa yang harus ia lakukan ketika dimintai banyak tantangan dan juga tekanan - tekanan yang ada disekitar. Yaps, leader juga manusia. Ia membutuhkan kasih sayang dari banyak orang. Tak hanya itu, problem ender ketika masuk sekolah pertempuran ketika ia disudutkan oleh teman- temannya karena kecerdasaan dan juga gurunya yang selalu membeda-bedakan perlakuannya dengan teman-teman. Ia sendirian, ia sendiri ingin menjadi komandan pertempuran. Hal yang ia tanyakan dalam hati setiap sendiri adalah bagaimana ia bisa membuat teman-temannya percaya bahwa ia mampu memimpin teman-temannya itu. Butuh cinta bukan ? Cinta itu melahirkan kepercayaan bukan ?

LEADER MEMILIKI TEAM YANG HEBAT

  That’s right! Kita sering salah menafsirkan. Ketika ada sebuah kemenangan kita seringkali menganggap pemimpin lah yang menjadi icon kemenangan. Padahal bukan, melainkan kemampuannya untuk mengenali potensi team yang ia pimpin. Ia memiliki empati yang tinggi untuk tahu kekurangan dan kelebihan. Dalam salah satu scene ditayangkan, Ender dipercaya memimpin sebuah pasukan yang namanya selalu kalah. Pasukan itu bernama pasukan Naga. Ia bahkan memilih teman hatersnya untuk bergabung di team. Bukan semata - mata melihat apa yang dilakukan teman yang tidak suka padanya itu, tapi potensi untuk sama - sama untuk mencapai misi itu. Selain itu, dia leader yang berhasil membuat para teamnya merasa dianggap, berpotensi merasa menjadi leader untuk memegang kendali diri mereka sendiri. Ender dalam hal ini hanya memberikan rekomendasi dan saran, ia menerima segala kritikan dan juga anjuran dari anggota teamnya. Sampai akhirnya simulasi peperangan untuk pertama kalinya mereka menangkan dengan cara teamwork. Keren !

LEADER MENGENALI MUSUH ATAU RIVAL LEBIH DARI APAPUN

  Seorang pemimpin yang baik itu mampu mengenali siapa musuhnya, siapa yang harus ia percayai dan siapa yang harus dihindari. Ada milyaran manusia yang memiliki kombinasi unik dari sikap, fisik, visi dan hal lainnya. Mencari team bukan perkara gampang. Bahkan barangkali rival yang paling sering kita temui. Nah, karena dalam hal ini adalah sebuah cerita pertempuran. Rival. Kita akan membahas, seorang pemimpin yang bertemu dengan rival. Dalam film ini, rival komandan Ender adalah alien tersebut. Alien itu datang ke bumi untuk mengambil air sebagai sumber kehidupan mereka. Tapi ternyata menghancurkan sendi - sendi kehidupan manusia. Dalam sekolah pertempuran pun, mereka diajarkan untuk membenci formic, nama alien yang mereka sematkan. Pada kenyataannya, Ender terpilih bukan karena ia mampu memimpin, melainkan karena Ender berpikiran seperti musuh. Ia selalu menerapkan strategi dan berusaha berpikir sama seperti yang musuh pikirkan. Mentornya juga mengatakan, hal unik yang dimilikinya adalah ia mampu berpikir dan mengenali orang lain melebihi oranglain mengenal dirinya sendiri. 

LEADER ITU SANGAT PEKA DAN BERPERASAAN
  Ada sesi, Ender menangis karena ia tak mengetahui simulasi terakhir untuk menjadi kapten kapal luar angkasa melawan formic itu adalah nyata. Bukan simulasi. Dengan team hebat yang ia miliki dan disaksikan para mentor dan juga pendahulu yang memenangkan pertempuran. Ia menyadari bahwa apa yang ia lakukan salah, ia mengorbankan banyak awak kabin di pesawat lain untuk melindungi sebuah senjata paling hebat untuk menghancurkan planet alien tersebut. Ia begitu marah kepada mentornya karena tak memberi tahunya. Sampai ia mengatakan, “aku tak peduli dengan kemenangan ini. Yang paling penting bagi diriku adalah bagaimana proses aku memenangkan ini” yaps, ia berpikiran bagaimana meminimalisir orang berkorban karena sebuah ambisi belaka. Selain itu pada sesi terakhir, hanya ia yang mampu berkomunikasi dengan formic sampai berderai air mata karena tahu bahwa musuhnya juga ingin hidup . Hingga akhirnya sang komandan ini berpikiran untuk mencarikan planet baru yang akan ditempati formic tersebut, karena sebelumnya Ender bersama team sudah menghancurkannya.

LEADER MEMILIKI MENTOR

  Lanjut, seorang pemimpin itu membutuhkan mentor. Seorang guru yang mengingatkan dan mengajarkan hal baru dan juga meluruskan hal yang salah.
  Seorang leader juga pembelajar sejati. Ia belajar banyak hal dalam lingkungannya, oranglain, bahkan tindakan yang ia lakukan. Mentor juga menfasilitasi apa yang harus dilakukan dan tidak dilakukan. Mengingatkan apa yang harus diingatkan.
  
  Ini tujuh poin catatan keren yang saya dapatkan dari film itu. Sebenarnya juga terinspirasi beberapa buku biografi para leader yang belakangan ini saya baca. Barangkali akan ada kesempatan untuk saya mereviewnya.
  Well, bila kita ingin menjadi pemimpin. Buatlah dirimu menjadi pemimpin. Berpikirlah layaknya pemimpin. But, mungkin juga ada masanya kita menjadi pengikut. Ketika itu manfaatkan situasi itu untuk memimpin diri sendiri dahulu. Bukankah leader yang hebat dimulai dari ia menghebatkan dirinya dahulu ?

Semoga menginspirasi
------
Yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca.
Tradisi pertanyaan yang sering kita dengar. Hai kamu, para mahasiswa tingkat akhir bosankah mendengar pertanyaan itu ? Jujur saja. Akhirnya saya juga merasakan demikian. Hingga pada akhirnya ketika saya kumpul - kumpul keluarga, sampai menceletuk ke tante saya. “Kapan sih cucuku itu lulusnya ? Kayaknya main-main aja, jalan jalan terus. Ke sini lah situlah”. Saya mendengar penyampaian tante tentang pertanyaan eyang tentang saya, yang bikin saya jadi bergidik. Waduh, memang belum waktunya ditanyain begitu. Karena memang belum. Saya masih berada di tahun ketiga perkuliahan. Akhirnya tante saya senyum - senyum, Saya juga senyum - senyum, Jadi senyum - senyuman deh.
Lalu waktu bergerak, dan kali ini memang momennya sebuah antrian pertanyaan “kapan lulus elu ?” telah hadir. Timeline sosial media akan dipenuhi berbagai macam foto wisuda teman-teman. Baik itu temen SD, SMP, SMA bahkan temen sekelas kita. Ayo coba deh check ricek. Nah, kalau saya belum semuanya terjadi *ketawa lebar disimpen. Tapi sudah menunjukkan tanda-tanda. Ada beberapa teman yang mengambil diploma, atau dulunya mengikuti program akselerasi sudah menunjukkan raut rona bahagianya di foto - foto profil yang ada di sosial media. Undangan bergilir dari senior terdekat untuk menghadiri wisudanya sudah ngantri. Haha dan ....dari tadi saya hanya deskripsi kejadian yaa. Tapi begitulah adanya.
Well apapun itu, ternyata ada benarnya kata senior yang mengatakan bahwa pertanyaan kapan lulus itu nyeseknya bukan main haha. Pertanyaan yang ingin simpen didalam kulkas biar beku dan ga ditanyain lagi. Sakingnya ! Hahaha. Tapi gak ngaruh tuh bagi kamu yang punya arah tujuan dan target yang jelas dalam hidup. Alias gak akan terlalu menekan hati kamu yang terdalam.
Cukup diakui, tahun - tahun akhir adalah masa penuh dilema. Kalau yang ga dilema, wah .. Mapan banget hidupnya yak! Atau emang ga mikir sama sekali. Coba pikir deh, bagi kamu yang barangkali baru menjajal dunia perkampusan hanya segelintir yang memikirkan mau kemana, ngapain aja, dan apa yang harus dilakukan ? Masih mengikuti arus perkampusan, kalau temen-temen ngampus. Kita ngampus juga, yang lain nongki ikutan juga. Organisasi ikut-ikut juga. Duhh .. Ada yang masih begitu ? Ancung jari dah.
Seharusnya planning itu sudah dirancang sejak awal kuliah, pertanyaan yang musti dijawab ini nih *mau ngapain, *mau kemana, *apa yang harus dilakukan..
Di masa transisi ini sebenarnya masanya kita belajar untuk lebih dewasa bersikap, menahan hal yang perlu dipertahankan. Terutama hal - hal yang berkaitan dengan masa depan. Misalnya, pekerjaan yang cukup menjanjikan atau hal yang sudah kita bangun. Tapi bukan hanya itu, kita juga harus berpikir ulang apa yang dikerjakan sekarang berdampak baik untuk kedepan atau hanya menghabiskan waktu kita saja.
Di waktu ini juga diharapkan bisa berpikir lebih realistis dari sebelumnya. But, walau begitu saya berharap temen - temen adalah orang yang selalu berpegang ama prinsip. Because, masa - masa ini temen - temen akan di uji akan idealismenya oleh berbagai permasalahan - permasalahan yang terjadi.
Di tengah kebimbangan yang terjadi, tekanan batin yang barangkali lebih luarbiasa dibanding masa - masa sebelumnya ini saatnya kita lebih berhati - hati berpikir dan bersikap. Satu lagi, be calm. Semua akan terlewati. Selalu ingat dan katakan dalam hati “hal yang sulit ini bakal kita lewati kok, jadi lakukan apa yang perlu dilakukan dengan tenang” . Saya sendiri melakukan berbagai macam cara untuk menenangkan diri. Misalnya travelling singkat, dekat - dekat. Bisa juga mengunjungi tempat - tempat yang barangkali belum disinggahi. Menemukan experience baru yang menambah ide dan juga relasi. Rileksasi di masa seperti ini penting sekali, karena kalau kita ga bagus menikmati masa - masa penuh hal dilematis. Kita seringkali salah memilih, karena pikirannya tidak fresh dan kurang piknik * bahasa temen gitu *
Selain itu, perbanyak ibadah dan juga mendekatkan diri pada Allah SWT. Yakinkan dalam hati untuk kita berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Ini masa nya kita bersabar, berikhtiar dan tawakal menjalani proses menuju masa depan.

Mungkin ini sharing singkat sekaligus curhatan saya, sebenarnya cerita diatas sebagian besar adalah kondisi saya dan teman - teman sekeliling saya *yang ngerasa temen saya ya hehe

Semoga menginspirasi


-----

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
          Belakangan ini banyak hikmah dan pembelajaran yang saya dapatkan dari oranglain. Pertemanan saya dengan beberapa orang secara dekat, membuat saya mengenal kekurangan diri saya lebih banyak dari biasanya. Sehingga saya memiliki data untuk memperbaiki diri kedepannya.
Belakangan ini juga “kegagalan” terasa dekat dengan saya. Kalau diingat-ingat saya sudah mengalami banyak gagal sejak dulu. Bukan hanya kompetisi, tapi juga gagal dalam pertemanan, gagal dalam bertindak, gagal dalam berlisan, mengecewakan oranglain dan masih banyak episode kehidupan yang menunjukkan bahwa itu kegagalan.
Perasaan apa yang hadir ketika kita gagal ? Tentunya yang tak pernah absen yakni perasaan sedih. Selain itu ? Perasaan tidak menerima kenyataan. Kemudian perasaan menyalahkan oranglain atau situasi. Masih banyak dampak-dampak yang tertuju pada perasaaan ketika kita dihadapkan pada kegagalan. Istilah “Down” yang menjadi bagian dari cerita kita.
Tulisan ini sebenarnya bertujuan menasehati diri saya saat ini. Ketika merasakan banyak gagal yang lebih dari biasanya. Ibarat ada palu yang sedang memukul besi berkali - kali. Pedih ... *sakitnya tuh disini hiks*
Kegagalan itu adalah sebuah tekanan yang menempa hidup kita. Bahwa tidak selamanya apa yang kita inginkan itu menjadi kenyataan. Tidak selamanya, jalan hidup kita mulus seperti jalan tol. Seperti ibarat palu yang menempa besi, kegagalan akan membentuk besi itu sesuai yang kita inginkan.
Sama seperti kegagalan, sebaik-baiknya kita manusia biasa ini ketika dihadapkan kegagalan adalah bertanya pada diri sendiri. Why I lose ? Mengapa saya gagal. Pertanyaan itu yang saya lontarkan pada diri saya sendiri tanpa ingin menyalahkan orang lain dan situasi. Walau terkadang ada andil orang lain dalam kehidupan kita, tapi hal terbaik dan bijak menghadapi situasi gagal adalah diri kita sendiri.

Gagal menunjukan beberapa hal atau hikmah yang bisa kita pahami :
Pertama, bahwa kita belum sampai pada kapasitas untuk memperoleh ‘menang’. Menang disini adalah capaian yang kita dapatkan. Misalnya mengikuti kompetisi kita lolos sebagai pemenang, atau hal lainnya. Bila dalam kehidupan adalah hubungan keluarga, pertemanan, organisasi tentunya memiliki sebuah capaian-capaian yang ingin didapatkan. Dahulu saya sering gagal dalam hal pertemanan, sehingga saya banyak memperbaiki diri baik itu dari hijrahnya saya dan hal lainnya. Walaupun begitu tetaplah konsisten untuk menjadi diri sendiri. Karena tentu manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Gagal pertemanan disini yang saya maksud, saya tidak dapat menjadi teman yang baik. Berlisan barangkali menyinggung atau hal lainnya. Try again to be the bestfriend :)
Hikmah selanjutnya, yang kedua adalah jalan yang kita lalui untuk mencapai tujuan itu bukan jalan kita. Ada banyak jalan dan pilihan yang ada dikehidupan kita. Terkadang kegagalan menunjukkan kita bahwa pilihan itu tidak tepat bagi kita. Barangkali jalan tersebut tidak baik untuk kita. Kemenangan kita di jalan itu tidak membuat perubahan berarti buat oranglain atau diri kita sendiri.
Selanjutnya, Allah menjelaskan pada kita bahwa jalan yang kita lalui tidak mudah. Barangkali kita melihat oranglain kok mudah sekali melewati capaian itu kok kita tidak ? Allah ingin menjelaskan pada kita bahwa tiap orang berbeda jalannya. Ia sedang ingin menguji setangguh apa kita melewati tantangan itu. Manusia itu tempatnya lupa, barangkali karena kemenangan itu kita bukan malah dekat denganNya melainkan menjadi ingkar. Masih banyak alasan lainnya, satu hal yan perlu kita lestarikan adalah keep husznudzon dengan situasi. Selalu berpikir positif untuk mengobati rasa pedih akibat gagal hehe.
Selain itu, gagal mengajarkan kita belajar ikhlas. Ikhlas menerima kemampuan diri yang masih segitu, ikhlas untuk belajar lagi, ikhlas menerima kenyataan, ikhlas melihat oranglain yang menjadi pemenangnya.
Termasuk ikhlas, bila si doi menikah dengan yang lain #salahfokus.

Well, intinya jangan pernah takut gagal. Bahkan bertemanlah dengan gagal. Apalagi kamu yang masih muda, “Habiskan jatah gagalmu” pesan pak Dahlan Iskan. Semakin banyak gagal, semakin kita belajar menjadi pribadi yang lebih baik. Gagal menjadikan kita pribadi yang tangguh dari kebanyakan oranglain. Jadikan gagal sebagai pembelajaran. Baik itu kita mencoba dijalan yang sama untuk memperbaiki diri, atau memilih jalan lainnya untuk kita berkompetisi yang sesuai dengan kapasitas kita. Itu hanya kita yang tahu seperti apa tantangan kehidupan yang kita hadapi.
Memang, kita akan merasa sedih, kecewa, down, dan lain halnya yang tentunya “Ga enak”. But, kita harus melewatinya. Bersyukur dan berpikir positif yang akan mengobati perasaan itu. Jangan terbawa arus bapernya :)
Eits, jangan salah paham. Jadikan gagal itu sebagai pembelajaran bukan tujuan. Jangan gara-gara artikel ini kita malah pengen gagal. Sebisa mungkin berusaha ketika kita melewati tantangan atau jalan tertentu.
Kalo kamu masih menghitung gagal yang kamu hadapi belum seberapa.Keluar dari zona nyamanmu. Orang-orang sukses yang kita lihat saat ini adalah hasil dari ribuan kegagalan yang ia lewati. Next post, saya akan mencoba memposting mengenai keluar dari zona nyaman. Keep reading yaa :)

Semoga kita menjadi pribadi yang tangguh :)

--------------------

keep inspiring !

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
Source pict : Citizen Daily
Dari judulnya terdengar seperti judul cerpen. Tapi kali ini saya ingin sharing apa yang terjadi di Riau. Provinsi dimana saya berdomisili sekarang. Awalnya tulisan ini adalah bentuk keprihatinan saya terhadap apa yang terjadi di daerah saya. Namun, ada sebuah gerakan menulis kepedulian dari Blogger Muslimah yang membuat saya semakin gencar menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

Sedikit sharing beberapa tahun lalu, saya pernah diberi kesempatan istimewa untuk menjadi wartawan freelance disebuah koran harian di provinsi saya. Disebuah laman khusus tentang lingkungan. Disanalah saya mendapatkan ilmu menulis dan jurnalistik sangat banyak. Belum lagi saya terjun langsung ke lapangan untuk menuliskan berbagai peristiwa lingkungan yang terjadi disekitar saya. Banyak informasi yang saya dapatkan, terutama seputar cerita hutan yang ada di riau. Saya katakan Riau istimewa teman-teman. Sebagian teman-teman yang tinggal di provinsi ini mungkin tahu identitas Riau sebagai provinsi penghasil minyak. Sampai ada istilah unik yang disematkan, mengapa plat kendaraan di Riau itu bertuliskan BM. Alasannya cukup masuk akal, karena itu singkatan dari Banyak Minyak. “didalam tanah banyak minyak, diatasnya juga banyak minyak (penghasil kelapa sawit)”

Jika saya tinjau pribadi untuk biaya hidup masyarakat. Riau termasuk provinsi yang cukup mahal ketimbang provinsi lainnya. Barangkali ada kaitannya dengan demikian. Karena beberapa teman saya bercerita juga tentang tinggal dibeberapa daerah yang penghasil minyak baik “diatas” dan “didalam”. Untuk membeli bahan pangan atau sehari-hari cukup menguras dompet begitulah istilahnya.
Pengalaman saya bekerja dalam bidang itu, membuat saya melihat banyak keganjilan yang terjadi. Ini sebuah opini saya, sebelum akhirnya saya memutuskan untuk berhenti bekerja karena satu dan lain hal. Banyak politisasi yang terjadi di ranah itu. Saya jujur tak kuat hehe. Apalagi saya perempuan. Saya memutuskan menyuarakan lewat hal yang bisa saya kontrol sendiri. 

Riau memiliki hutan gambut yang cukup luas. Penyebab asap yang merupakan kebakaran lahan yang terjadi tiap tahun dikarenakan hutan gambut yang terbakar. Hutan gambut bukanlah hutan biasa. Hutan gambut adalah penyangga air. Ia berbentuk rawa-rawa. Hutan tropis berdaun lebar di mana tanah yang terendam air mencegah dedaunan dan kayu terdekomposisi sepenuhnya. Seiring waktu berlalu, terbentuk lapisan gambut yang bersifat asam. Hutan gambut umumnya dikelilingi oleh hutan hujan pada tanah yang tidak terendam air dan hutan bakau di air payau. (Wikipedia)

Saya teringat materi yang pernah disampaikan dalam young green weekend school, sebuah proyek yang pernah saya lakukan dengan tim komunitas lingkungan beberapa tahun lalu untuk mensosialisasikan cagar biosfer giam siak kecil bukit batu (info tentang cagar biosfer bisa dibuka di link ini http://www.gskbb.blogspot.com). Isi materi mengenai bahwa hutan gambut yang kering menyebabkan hutan mudah sekali terbakar. Mirisnya lagi 56 persen hutan gambut sumatera ada di riau. Lalu yang menyedihkan bagi saya, beberapa lahan di kawasan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu terkena imbasnya juga. Padahal, ini cagar biosfer satu-satunya yang ada di pulau sumatera.

Menurut berita yang saya kutip di Riaupos, bahwa hutan gambut di Riau 50 persennya sudah rusak. Tahukah, bahwa negara Indonesia memiliki 50 % hutan gambut di wilayah tropis dan Indonesia memegang kendali 10% hutan gambut dunia. Apa yang terjadi bila hutan ini terbakar ? Sedangkan hutan gambut adalah pengendali ekosistem yang berpotensi menyerap karbon di planet kita. Its problem not easy.

Saya juga tak mengerti kenapa saudara-saudara saya di provinsi ini rela membuka lahan dengan cara keji. Well, walaupun menurut berita yang saya dapatkan asap kali ini sebagian besar asap kiriman. Tapi titik - titik api masih ada di provinsi riau. Dan asap yang tebal dengan potensi kadar luarbiasa berbahaya yang sudah kami hirup hampir sebulan lamanya.
Memang benar, ini bukan bencana tsunami, bukan bencara gunung meletus dan yang memakan korban jiwa secara signifikan. Tapi udara hal vital yang dibutuhkan manusia. Dampak kedepan yang terjadi adalah ledakan penderita kanker paru-paru yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Jika kita flashback banyak politisasi yang terjadi tentang mengiurkannya di lahan yang ada di Riau ini, terutama kasus hattrick petinggi negeri riau. Setelah saya kulik beberapa berhubungan dengan permasalahan lahan. Dalam riset saya tentang potensi lahan yang dibuka yang saya kutip contohnya. Riset dari CIFOR mencatat bahwa terjadi kenaikan harga lahan sekitar Rp 3 juta setelah pembakaran lahan.
Sebelum terbakar, harga lahan berkisar Rp 8 juta, dan setelah terbakar menjadi Rp 11 juta per hektar.
Setelah ditanami sawit, harganya berlipat lagi, sekitar Rp 50 juta, dan bisa mencapai Rp 100 juta per hektar apabila ditanami sawit bibit unggul. Sehingga wajar banyak investor yang membuka lahan karena dekatnya perbatasan ke negara tetangga barangkali membuat banyak orang gelap mata akan itu. Tanpa melihat konsekuensi yang terjadi. Bila melihat kondisi Riau, memang dahulunya riau berkembang karena keberadaan perusahaan industri sekala besar yakni perusahaan - perusahaan baik minyak dan kelapa sawit ataupun kertas.

Dalam hal ini kita tak seharusnya menyudutkan siapapun tapi fakta itu harus kita pahami. Saya sendiri melihat banyak masayarakat riau belum mencintai lingkungan secara utuh. Masih membuang sampah sembarangan, membakar sampah dengan sewenang-wenang. Banyak kebiasaan kecil untuk kita peduli dengan lingkungan saja sulit dilaksanakan. Bahkan bila terjadi musim hujan, beberapa daerah kabupaten di provinsi riau mengalami banjir.

Ingin menyalahkan siapa dalam hal ini ? Lalu, ketika kemarau asap menjadi langganan di provinsi ini. Ada baiknya kita juga berkaca diri teman-teman. Selain kita cukup kecewa dengan apa yang terjadi di negeri kita sekarang. Setidaknya ada aksi yang kita lakukan untuk diri kita sendiri. Misalnya dalam keadaan seperti ini, di kelilingi asap tebal. Penggunaan masker itu adalah hal wajib. Bukan untuk siapa-siapa, tapi untuk menyelamatkan diri kita dikemudian hari. Sembari menyuarakan keadilan, dan juga mungkin langkah lebih besar menyelamatkan hutan kita bersama-sama.

Mohon doanya teman-teman yang ada di penjuru Indonesia. Agar bencana ini tidak terjadi lagi dan hilang dibumi lancang kuning ini.
Tak ada lagi korban, tak ada tangisan yang terdengar.
Dan kami bisa menghirup udara bersih yang saat ini kami rindukan :)
Semoga Allah memberikan ampunan apabila musibah ini bagian dari azabNya untuk mengingatkan dosa-dosa yang pernah kami lakukan untuk bumiNya.

#SaveHutanIndonesia
-----

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca



Beberapa hari yang lalu ada diskusi menarik saya bersama teman mengenai passion untuk belajar entrepreneurship atau kewirausahaan. Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang saya ikuti membuka cakrawala saya, bahwa pembelajaran entrepreneuship bukan sebuah pembelajaran yang dipelajari untuk para mahasiswa bisnis atau para pelaku pengusaha. Melainkan entrepreneurship adalah ilmu yang semestinya kita miliki untuk setiap orang. Untuk memecahkan sebuah persoalan, pola pikir, dan juga problema kehidupan yang berkaitan dengan ekonomi. And then, kita tahu kehidupan kita tentunya tak pernah lepas dari ekonomi bukan ? Untuk memenuhi kebutuhan kita.
Saya juga membaca beberapa artikel bahwasanya dahulu sebelum revolusi industri datang. Kita semua merupakan entrepreneur. Perdagangan didominasi oleh pedagang kecil. Berdagang dari negeri seberang ke negeri seberang. Mungkin kita bisa mengingat- ngingat zaman itu. Dimana masyarakat didominasi oleh pedagang, tak ada istilah krisis yang sering kita dengar saat ini.
  
   Pola pikir industri kemudian diadopsi saat ini, sehingga kita sebagian besar berbondong - bondong melamar kerja menjadi pegawai di industri besar. Coba kita bayangkan ? Itulah yang terjadi saat ini. Namun dalam hal ini,kita tidak menyalahkan apa yang terjadi, menjadi pekerja adalah sebuah sistem yang berubah karena modernisasi.
  
  Hal yang perlu kita sadari adalah lambat laun semakin teknologi masa kini semakin berkembang. Kita akan menikmati nuansa persaingan itu kembali ke zaman itu. Sehingga persaingan semakin ketat dimana-mana, Apabila kita tidak mempersiapkan diri kita akan menjadi korban dari sistem. Pengangguran adalah dampak dari ketidaksiapan menghadapi sistem saat ini. Lalu apa yang membuat saya mendapatkan pandangan demikian. Hal ini terjadi ketika hikmah yang terjadi disekeliling saya. Kisah menarik saya dapatkan yang mengiris hati saya, ketika ada sebuah kisah sepasang suami istri yang kesulitan ekonominya. Usia sudah lanjut, namun dua - duanya tidak memiliki pekerjaan Tapi saya sangat merasa sedih sekali. Mereka berjualan makanan dan menghasilkan uang yang tak seberapa. Padahal kebutuhan sangat banyak yang harus mereka penuhi.
  Sebuah pemikiran yang saya dapatkan, “apa yang terjadi jika mereka tak memiliki inisiatif untuk menghasilkan sesuatu. Saya mungkin tak bisa membayangkan apa yang terjadi dari kehidupan mereka. Ilmu entrepreneurship-lah yang menyelamatkan mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka.
  
  Entrepreneurship adalah soul” menurut saya. Sebuah jiwa yang tertanam dalam diri manusia untuk bertahan hidup, menyelesaikan masalah dan memenuhi kebutuhannya. Orang yang memiliki sebuah jiwa survive yang baik, ia akan mudah berkembang dalam situasi apapun dimanapun dan kapanpun. Bagaimana cara mengasahnya ? Kita berlatih untuk menyelesaikan banyak masalah dalam kehidupan kita. Jangan salah, kita selalu melihat orang - orang hebat yang kita lihat saat ini orang yang paling senang hidupnya. Padahal mereka adalah sebuah bentuk dari tekanan kehidupan yang mereka dobrak, membuat kehidupan orang lebih baik. Sehingga Allah memudahkan hidup mereka.In sya Allah
  
Be Survivor. Learning Entreprenurship !
  
  -------- 
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

keep inspiring!



Artikel ini hadir ketika direcoki oleh beberapa rekan yang terkaget - kaget ketika membahas salah satu persoalan masa depan yaitu menikah. Saya selalu tertawa mendengar orang - orang parno ketika menyebut kata “sakral” itu. Seolah - olah orang yang mengucapkan kata itu, keesokan harinya harus sudah nyebar undangan, atau sudah membangun tenda didepan rumahnya, tidak lupa janur kuningnya.

Awalnya saya demikian juga, ketika ada rekan sudah menyerempet membahas hal itu. Saya tidak tahan untuk ‘ngebecandain’ seolah - olah si pembawa topik itu, lagi menyiapkan intro pernyataan untuk menikah esok kelak. *tepokjidat*

Saya bersyukur bergabung dalam sebuah grup parenting online dan juga sesekali membawakan program acara parenting membahas keluarga dibeberapa sela kesibukan perkuliahan dan aktivitas lainnya membuat hal demikian sudah terbiasa dan tidak tabu lagi dibahas. Bahkan saya menyatakan diri bahwa itu memang harus dibahas bukan dihindari untuk membahasnya.

Tahu tidak ? Keluarga yang ada pada saat ini sebagian besar menikah bukan karena kesiapan, tapi karena harus siap. Sudah waktunya dan juga mungkin sudah menemukan jodohnya langsung menikah. Beranggapan belajar tentang perkara pernikahan itu ketika sudah dalam masa tersebut. Salahkah ? Tapi sebagian besar, dari kita belum siap untuk menikah walau sudah waktunya. Sedari lama lupa mempersiapkan diri, sibuk mengejar karier, sibuk dengan aktivitas lajangnya, atau hal lainnya. Bahwa ada ilmu yang seharusnya dipelajari yakni membangun rumah tangga. Seolah - olah membangun rumahtangga itu perkara belajar on the way. Padahal konflik yang terjadi, perceraian meningkat karena masing-masing dari pasangan tidak mengerti bagaimana menjalankan perannya, salah memutuskan, salah bersikap, salah mengerti. Bayangkan saja dua orang yang berbeda disatukan dalam satu kehidupan seumur hidup. Sebelumnya memiliki kehidupan yang berbeda, keinginan berbeda, gaya hidup berbeda, berbahayanya lagi visi yang berbeda.

Menikah itu perlu persiapan, perlu kematangan berpikir bukan hanya fisik saja yang sudah dewasa melainkan juga mental dan psikis. Bagaimana menghargai, memahami. Mengetahui kodrat peran sebagai seorang ayah dan ibu, suami dan istri. Keluarga adalah sebuah organisasi kecil yang sangat mempengaruhi sebuah peradaban. Mengapa begitu ? Peradaban yang hancur dikarenakan banyaknya keluarga yang tak mampu mengendalikan isi rumahnya. Egoisme, individualistik, dan masih banyak problema lain yang muncul apabila membangun keluarga tidak mengunakan ilmu. Hanya tahu bagaimana melangsungkan pernikahan dan bagaimana ijab kabul. Padahal kehidupan setelahnya adalah hal yang paling penting

Dan hal yang menyedihkan, jika kata itu begitu tabu ketika dibahas didepan kaum adam. Nah loh? Jika ada kaum adam yang usianya sudah baligh tapi ketika hal demikian dibahas sudah hindar menghindar. Itu pertanda .......... Isi sendiri.
 
Calon ayah atau suami itu tugasnya sangat berat untuk menjadi leader dari keluarga. Ia yang mendidik istri dan anaknya untuk menjaga keimanan, nahkota yang menentukan kemana arah dari sebuah keluarga itu akan dibangun. Berhasilkah ? Atau buruk ? Seperti berita yang belakangan kita dengar, penelantaran anak oleh sepasang suami istri yang notabene berpendidikan tinggi. Innalillahi, mendidik anak oranglain bisa dilakukan, tapi nasib anak sendiri ditelantarkan. Nauzubillah.
Menjadi seorang ibu juga tidak kalah beratnya. Ia harus menjadi istri yang baik dan ibu yang mendidik anaknya. Madrasah al Ula. Banyak skill dan ilmu yang harus dipelajari, mungkin teman-teman bisa baca artikel saya mengenai : Catatan Hati Sang Calon Istri

Masalah tabu tidaknya, saya berharap. Kita bukanlah kaum apatis, karena gengsi karena ke-dilemaan kita pada masa depan di masa Quarter Life Crisis. Hal yang ditakutkan adalah membuat kita dijauhkan oleh Allah sebuah hikmah dan ilmu yang baik di masa yang akan datang. Bukan berarti yang menulis artikel ini akan menikah esok kan ? Atau para penulis baik novel ataupun artikel pernikahan harus sudah menikah atau segera menikah.

Satu lagi, apakah yang mempelajari perkara demikian adalah orang - orang yang sudah menemukan calon jodohnya? Gimana yang masih sibuk memantaskan diri dan memperbaiki diri ?
“Ahh saya kan masih sendiri, itu nanti deh di cari tahu..”

Hmm, hal itu pemikiran yang salah. Walaupun masih sibuk dalam memantaskan diri dan memperbaiki diri, justru itu masanya kita mempelajarinya. Bagaimana menjemput jodoh dengan cara yang benar dan menjalaninya nanti sesuai tuntunan yang benar pula.

Hal yang perlu diingat, jangan sampai pada masanya memasuki masa dimana ‘harus  menikah’ tanpa kesiapan, karena sudah waktunya. Tapi menikahlah ketika anda sudah siap *kesiapan itu defenisinya sangat panjang*. Bukan hanya kata ‘siap’ tapi ada sebuah nilai tanggung jawab didalamnya.


------------------------------
Yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

Keep Inspiring!
Kali ini saya ingin sedikit sharing tentang tulisan. Banyak yang bilang saya produktif sekali menulis. Padahal menurut saya, saya malah masih dalam kategori ‘malas’ dibandingkan orang-orang lain yang sudah menghasilkan banyak buku dirak-rak toko. Di usia saya yang sekarang menginjak 20 tahun saya masih menghasilkan satu buku dan itu self publish. Teman - teman bahkan adik - adik saya, memiliki banyak buku antologi, dan karya yang ia hasilkan. Jujur saja, saya merasa malu. Padahal saya memiliki visi menghasilkan karya lebih dari 100 buku ketika saya menginjak usia 50 tahun. Sebuah target luarbiasa yang saya tekankan pada diri saya sendiri. Mudah-mudahan tercapai .. Aminn

So, sejak mengenal baca dan menulis saya memang menyukai kegiatan ini. Orangtua saya memiliki kebiasaan demikian yang membuat saya juga ikut-ikutan. Mereka rajin sekali mendukung kebiasaan saya dengan berlangganan majalah anak-anak hingga saya menginjak sekolah menengah atas. Membelikan permainan motorik merangsang perkembangan otak, itu juga barangkali yang menyebabkan saya sangat ketagihan belajar, ketimbang teman-teman saya pada umumnya. Istilah kutu buku sudah dinisbatkan kepada saya sejak kecil. Nah bagaimana dengan teman-teman yang belum memiliki kebiasaan membaca dan menulis ? Masih ada waktu teman - teman untuk berubah. Yakinkan bahwa kegiatan membaca dan menulis sebuah tradisi yang harus dilestarikan agar kita naik kelas. Itu juga perintah Tuhan untuk menuntut ilmu dengan kegiatan demikian.

Saya lanjutkan dengan cerita seputar keajaiban tulisan. Saya sudah rajin menulis dibuku diary sejak kelas dua sekolah dasar. Kemudian berani mempublikasikan tulisan saya ketika duduk di sekolah menengah atas, karena ada wadah komunitas yang membantu saya untuk mengikuti berbagai event kepenulisan. Semakin lama, keajaiban karena saya merutinkan menulis hadir perlahan. Dimulainya saya bergabung di rubrik lingkungan sebuah koran yang cukup dikenal di kota saya selama kurang lebih dua tahun. Mengikuti ajang kepenulisan tingkat regional hingga nasional. Tapi saya sendiri merasa itu semua keberuntungan. 

Saya masih merasa sangat kurang sekali dalam menulis. Sering salah ejaan, salah maksud, terlalu kaku bahasa dan masih banyak hal lainnya. Tapi semua saya abaikan, karena niat saya menulis adalah ingin berbagi dan menyampaikan. Saya berharap memiliki pembaca yang baik budiman untuk mengingatkan saya ketika banyak kesalahan - kesalahan yang saya lakukan. Dan saya sampaikan bahwa menulis itu bukan bakat, melainkan pembiasaan dan keberaniaan. Tidak ada yang lahir langsung bisa menulis, semua butuh proses yang cukup panjang untuk menjadi mahir.
Di tulisan keajaiban tulisan ini, saya menyampaikan rasa syukur mendalam. Bahwa karena saya sedikit demi sedikit dan berlahan belajar untuk menulis. Tuhan memberikan saya hal yang ajaib di fragmen kehidupan saya. Saya dipertemankan kepada sosok luarbiasa yang mungkin hanya saya baca tulisannya dan kagumi. Atau berdiskusi dengan orang-orang yang sependapat dan memiliki visi yang sama dengan saya.
Dan barangkali, keajaiban lainnya ketika saya senantiasa menulis. Saya akan dipertemukan dengan jodoh saya hahaha *Maaf OOT*
Pesan inspirasi saya, teruslah menulis. Bayangkan pahala yang mengalir padamu dari sebuah tulisan dan nasehat kebaikan yang engkau sampaikan pada oranglain melalui tulisanmu dan karena tulisanmu ia merubah hidupnya

------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca :)

Keep Inspiring!


Percakapan saya dengan beberapa teman belakangan hari ini membahas mengenai mimpi. Impian-impian, pencapaian-pencapaian. Itulah yang menjadi kesukaan saya ketika duduk hadir bersama teman-teman, setidaknya dalam bercengkrama. Saya sering kali tidak sadar tiba-tiba bertanya, cita-cita kamu apa sih kedepan ? Rencana kamu lulus gimana ? Atau apa yang kamu lakukan besok ? Simpel. tapi satu dua orang yang bisa menjawab pertanyaan demikian. Terkadang jawaban yang sering kali saya dengar adalah sebuah realitas yang menyakitkan. Diselipkan oleh kata-kata keluhan. Jarang sekali yang optimis dengan mimpi-mimpinya. Barangkali mungkin karakter orang indonesia tipikal yang segan sangat nunduk, takut dikira sombong ketika menyampaikan mimpi-mimpinya. Atau takut diremehkan atau dicela. Padahal kita dipertemukan teman-teman itu selalu ada maksud dan tujuan. Bukan hanya haha hihi *dalam istilahnya. Itu yang sering saya camkan dalam kehidupan saya. Kamu diiciptakan dan dipertemukan sama saya ada maksudnya oleh Tuhan *merah-merah pipi deh*

CATATAN 1 : PERCAYA SAMA MIMPI KAMU, BAGAIMANA ORANG PERCAYA .KALAU DIRI SENDIRI GA PERCAYA

Padahal semua keinginan-keinginan kita itu ada ditangan kita jalannya. Bagaimana cara menggapainya. Tetiba saya pernah mendapat kiriman postingan, don’t just dreaming but plan to doing. Tapi mewujudkannya perlu proses dan jarang sekali dari kita mau melewati proses yang panjang itu. Mau mewujudkan mimpi itu perlu berlelah-lelah, perlu perjuangan.

CATATAN 2 : RANCANG MIMPI SENYATA MUNGKIN

Dan hal yang sering kita lupakan adalah merancang mimpi itu senyata mungkin. Dalam kehidupan pribadi saya, saya seringkali tak sengaja merancang mimpi saya sedemikian mungkin. Terkadang tergambar jelas dipikiran saya lalu saya tuangkan dalam sebuah rencana-rencana, kemungkinan-kemungkinan yang bisa kita lakukan, apa saja yang harus saya ketahui untuk mencapainya. Hal yang paling ajaib yang pernah saya sadari adalah saat ini. Saya sampai sekarang terkadang tak percaya dengan pencapaian-pencapaian yang saya raih.
Jika berkeinginan ingin umroh, rancanglah waktu, tanggal, dan bagaimana cara menujunya. Semuanya ada pada diri sendiri.

CATATAN 3 : PERCAYALAH DIWUJUDKAN ALLAH LEBIH INDAH

Ketika SMA saya selalu menginginkan memenangkan kompetisi nasional ketika saya pertama kali duduk sebagai seorang siswa. Tanpa disangka, di tahun akhir sekolah saya menjadi delegasi dari sekolah untuk berkompetisi nasional jauh dari pikiran saya awalnya. Dan mendapatkan posisi cukup memuaskan walau tidak sampai ke final. Karena sekolah saya waktu itu termasuk dua sekolah yang mewakili sumatera. Sekolah lainnya tidak mendapatkan posisi itu. Lalu, diusia yang cukup belia berkesempatan tulisan saya rutin mejeng di koran, selama lebih kurang dua tahun padahal sebelumnya saya hanya berkeinginan semu bahwa orang-orang yang tulisannya hadir dimedia adalah orang yang luarbiasa, lagi-lagi Allah yang menggerakkan lebih indah, kemudian saya bertemu orang-orang luarbiasa dan banyak pencapaian-pencapaian yang diluar dugaan. Saya hanya menjalani sesuai dengan peta konsep yang saya lakukan. Dan godaan yang benar-benar menakutkan bagi saya adalah takut akan menjadi manusia yang kufur nikmat :( doakan saya untuk selalu rendah hati dan selalu dengan niat yang lurus.


CATATAN PENTING : LURUSKAN NIAT KARENA-NYA

Dan satu kutipan yang benar-benar membuat saya tergugah beberapa hari yang lalu ketika saya dihadapkan oleh banyak kegagalan mencapai sebuah mimpi dalam waktu bersamaan. Kembalilah introspeksi diri. Mungkin ada yang salah pada diri kita sehingga kita digagalkan oleh Tuhan.

“Jika kamu melihat seseorang yang luarbiasa pencapaiannya padahal dia adalah orang yang sederhana, coba cari tahu amalannya. Karena itu bukan dirinya sendiri yang mengusahakannya ia digerakkan oleh kekuatan Tuhan,” Martga Bella Rahimi (Penulis Buku Mahasiswa 1/2 Dewa)


Teruslah bersemangat mencapai impian :)

Karena Tuhan memeluk mimpi kita ~ Andrea Hirata

--------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

Keep Inspiring !



Untuk beberapa minggu saya meminta maaf sudah lama tidak memposting artikel. Saya mencoba menuangkan tulisan - tulisan saya belakangan ini dalam bentuk sastra di bilik sastra di tumblr saya yang bisa teman-teman baca di Bilik Sastra Melati Octavia

Saya sedikit sharing mengenai kondisi pendidikan, di tempat saya melaksanakan kukerta (kuliah kerja nyata) yang merupakan program kampus saya.
Sama halnya ketika saya mengikuti kegiatan dalam program Kelas Inspirasi yang merupakan bagian dari program indonesia mengajar. Kondisi pendidikan indonesia benar-benar mengkhawatirkan. Barangkali postingan ini seperti curahan hati, karena setiap saya memandang wajah adik-adik saya yang bersekolah, saya seperti kembali mengingat-ingat momentum ketika saya bersekolah dahulu. Anak masa sekarang telah kehilangan masa kecilnya. Sungguh individual, tak ada permainan tradisional, hiperaktif, sulit diatur. 


ketika mengajari adik - adik
Seperti kehilangan gairah dan kasih sayang di matanya. Sesekali saya dan teman-teman kelompok mengajar memperhatikan bagaimana guru-guru mengajar anak-anak. Saya merasakan sedih mendalam, kata-kata kasar yang terlontar, kekerasan emosional yang berupa umpatan seringkali kami dengar. Dan itu tidak satu dua kali saya mengetahuinya. Tahun 2013, ketika saya pertama kali mengikuti program kelas inspirasi yang terjebak sebagai relawan mengajar, saya juga mengalami hal demikian, dan di tahun 2015 beberapa bulan lalu begitu juga. Dan kali ini ditempat yang berbeda, di kota berbeda lebih miris lagi daripada di ibukota provinsi di riau. Saya berpikir, sudah begitu sampel sekolah yang saya dapatkan tentang kondisi pendidikan indonesia saat ini ketika berada di kota. Bagaimana dengan nasib sekolah-sekolah di pelosok desa.

Sesekali saya merenung, dan bersyukur. Walaupun dulu, ketika saya bersekolah dasar yang jauh dari kota. Fasilitas di sekolah saya dan pengajaran gurunya sungguh baik. Dan saya berrencana untuk mampir ke almamater saya pasca program pengabdian ini selesai melihat kondisinya saat ini.
Guru-guru saat ini kebanyakan sibuk dengan sertifikasi, urusan-urusan administratif ketimbang fokus pada kegiatan mengajar yang merupakan fokus utama.

Sampai terdengar lontaran dari adik-adik disana “ Kakak mengajarnya lembut yaa, biasanya kami dimarahi terus ketika ribut sama ibu guru,” sambil menirukan pose gurunya yang sedang marah. Bahkan pada program pertama kali ditahun 2013 di hadapan saya sendiri saya mendengar ibu guru tersebut melontarkan umpatan kepada anak-anak itu yang menurut saya tak pantas dilontarkan oleh seorang guru.
Disini tak ada yang pantas dipersalahkan. Kita merupakan bagian dari masyarakat yang mencetak generasi yang baik itu berperan untuk menyelamatkan bangsa ini dari hal-hal kecil. Saya sangat apresiasi dengan program menteri pendidikan kita saat ini yang merupakan founder indonesia mengajar sebelum ia menjadi menteri.
Pendidikan kita saat ini bukan menyalah satu pihak saja, seorang anak itu tercipta baik karena berada pada tangan-tangan lembut oleh keluarganya sebagai dasar pendidikan awal, kemudian pendidikan sekolah dan juga masyarakat. Keluarga yang baik yang mendidik anaknya dengan ilmu dan pemahaman tentu akan melahirkan karakter anak yang tumbuh dengan baik di masa yang akan datang.

Semua yang saya lihat adalah berasal dari hati. Ketika kasih sayang keluarga sepenuhnya terlontar untuk seorang anak, dan kasih sayang guru kepada sang anak didiknya, ketika semua elemen menyadari bahwa ada peran cinta dan kasih sayang dalam mengajarkan akan membuat ilmu yang disampaikan akan sampai ke hati pula.

Adik - adik kita hadir di era modernisasi yang tiada batas. Permasalahan dikalangan anak-anak masa kini begitu kental akan adanya kekerasan, karena tayangan televisi, sosial media yang bebas diakses kapanpun. Bahkan, atas dasar ‘kasih sayang’ orangtua, orangtua saat ini sudah memberikan fasilitas gadget canggih dan juga kendaraan bermotor untuk siswa sekolah dasar.

Kita sebagai calon orangtua masa depan, seharusnya lebih cerdas lagi untuk membina anak-anak kita kelak dengan serbuan globalisasi tanpa batas.

Tidak hanya itu, saya berharap kita teman-teman generasi muda yang memiliki idealisme tinggi juga bercita-cita dan bermimpi untuk memperbaiki kondisi pendidikan kita saat ini dengan lebih baik walau hanya kontribusi kecil dan langkah kecil. Jangan lupa, bahwa bangsa ini besar karena langkah-langkah kecil itu ada di setiap jiwa anak muda luarbiasa seperti kita.
..... Beri saya sepuluh pemuda, maka saya akan guncangkan dunia” Bung Karno

------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

Keep Inspiring !

Newer Posts
Older Posts

HELLO, THERE!


Hello, There!


Hello, There!

Let's read my story and experience


Find More



LET’S BE FRIENDS

Sponsor

OUR CATEGORIES

Entrepreneurship Event Financial Talks Forest Talk Good For You Happiness Healthy Talks Ngobrolin Passion Parenting Pendidikan Review Self Improvement Self Reminder Tips Travel Wirausaha Young Mindset community development experience

OUR PAGEVIEW

recent posts

Blog Archive

FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by beautytemplates