Ga terasa sudah lama banget ga nulis sesuatu yang personal. Berkaitan dengan refleksi atau pemikiran - pemikiran pribadi. Bahkan aku ingat - ingat, dulu diriku rajin banget nulis diary. What’s happen today? Are you busy now? Haha pertanyaan yang aku tanyakan ke diriku. I’m not busy. Tapi terlihat sangat sibuk. Bagiku sibuk kalo kata orang - orang mah, pencitraan. Malah bukan sesuatu yang patut dibanggakan, tapi sebuah hal yang tidak bisa dikelola dengan baik. Terserah sih ya.
Takut sekali jika tulisan ini terkesan sok tahu, menjadi menggurui atau menyatakan diri menjadi orang paling bahagia di muka bumi. Sesederhana niat menghimpun cerita bahagia dan sedih kali ini jadi sebuah tulisan yang bisa diri sendiri baca kalau dalam keadaan tidak logis di dalam hidup.
Apa sih tidak logis ? Terkadang kita jadi manusia benar - benar merasa di sebuah batas ketika menghadapi masalah, sedang bersedih, depresi atau juga merasa berada titik terendah dalam hidup. Saya berharap tulisan ini kelak jadi sebuah surat membuat sedikit simpul senyum ditengah hiruk pikuk permasalahan. Dan saya harap juga begitu dengan kamu.
Saya senang berdiskusi, kadang ingin menjadi orang menjadi sandaran untuk terdekat untuk diajak cerita panjang perjalanan kehidupannya. Saya percaya kalau kita semua pasti punya BEHIND THE SCENE. Baik itu kejadian buruk atau sebuah bahagia, kehidupan kita semuanya seperti rasa asam, manis, pahit, atau asin ketika kita mencicipi sebuah makanan. Dan manusia ketika dalam kondisi tertentu merasa rasa itu lebih dominan, sehingga menghancurkan segala bentuk logis dan hal positif dalam pikiran kita.
Kenapa tulisan ini meminta untuk fokus untuk bahagia, karena pada kenyataannya dunia ini semu semua standar dalam ini hanya memberikan sebuah motivasi lebih untuk berusaha lebih banyak dan lagi - lagi, bahagia yang ditawarkan juga semu.
Dalam Quran, Allah berfirman :
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS Al-Qashash : 77)
Disebutkan di awal bahwa kita diminta kebahagiaan di akhirat terlebih dahulu, baru di mulai dengan bahagia dunia. Saya bukan seorang ahli tafsir namun jelas bahwa bahagia di dunia itu sementara dan semu. Bagaimana maksudnya bahagia haqiqi ? Adalah bahagia akhirat, seperti apa ? Itu ada di dalam hati menurut saya. Ketika hati beriman, penuh prasangka baik pada Allah SWT, surga itu hadir sendiri di dunia kita. Apapun masalah yang dihadapi, problema yang kita rasakan sirna karena lagi - lagi percaya Allah yang maha tahu kebaikan apa yang ia beri dari semua cobaan yang diberikan.
Masih banyak yang belum beruntung dari kita, itu kenapa kita diminta sering mengelana sering mendengarkan masih ada yang sulit makan, masih ada saudara kita kebebasannya terancam, masih ada yang tidak sekolah masih ada yang memiliki masalah lebih besar dari kita. Kenapa kita harus berputus asa ? Kenapa kita masih saja mengeluh dari sekian masalah ini, masih banyak yang lebih malang dari kita. Pantaskah menyerah? Coba katakan ini dalam hati ketika kita didera sebuah masalah yang tak tertahankan. Ucapkan zikir, jadikan Allah penenang. Katakan bahwa semuanya akan terlewati dan semuanya baik - baik saja.
Pada kenyataannya kita adalah makhluk yang sedang diuji dan masih jauh dari rasa syukur. Bagaimana menerapkan modul konsep bahagia dalam hidup kita ? Jadikan langkah kita itu adalah langkah kebaikan, jadikan semua yang dilakukan adalah proses pembelajaran dan pengumpulan pahala di tempat yang kekal sana. Untuk apa risau kalau perkara yang sering kita sulitkan adalah hal duniawi ? Kenapa yang sering kita tangisi adalah bagian yang sangat receh kalau kita pikir - pikir.
Fokus bahagia membantu kita untuk lebih tegap berdiri menyelesaikan banyak hal, termasuk masalah kita. Masih melihat secercah cahaya ditengah kegelapan. Fokus bahagia mengambil alasan, bahwa bahagia adalah ciptaan kita sendiri.
Lalu apa mungkin kita senantiasa bahagia dengan bersikap demikian ? Ya tidak mungkin, apa saya selalu bahagia yaa enggak juga. Menangis itu anugerah untuk menyalurkan semua emosi diri, bentuk penyesalan, bentuk pengampunan, menyatakan diri kalau kita manusia biasa yang mengalami berbagai rasa itu.Tapi kita seringkali asing dengan tangis, seolah tangis tidak boleh. Padahal bukan begitu, jadi paradigmanya menangis untuk apa ? Jika ia untuk mengasihani diri pastilah tidak tepat, kita menangis melainkan menangis untuk perbaikan diri, menangis untuk meluapkan dan menumpahkan yang tak tertahan. Lagi - lagi kita manusia biasa, tak ada yang sempurna. Jika kita menuntut sempurna menjadi tujuan, yang ada pasti ada tercederai. Namun jika kita jadikan ketidaksempurnaan menjadi sebuah alasan untuk tidak maju adalah pembodohan diri.
Apa sih tidak logis ? Terkadang kita jadi manusia benar - benar merasa di sebuah batas ketika menghadapi masalah, sedang bersedih, depresi atau juga merasa berada titik terendah dalam hidup. Saya berharap tulisan ini kelak jadi sebuah surat membuat sedikit simpul senyum ditengah hiruk pikuk permasalahan. Dan saya harap juga begitu dengan kamu.
Saya senang berdiskusi, kadang ingin menjadi orang menjadi sandaran untuk terdekat untuk diajak cerita panjang perjalanan kehidupannya. Saya percaya kalau kita semua pasti punya BEHIND THE SCENE. Baik itu kejadian buruk atau sebuah bahagia, kehidupan kita semuanya seperti rasa asam, manis, pahit, atau asin ketika kita mencicipi sebuah makanan. Dan manusia ketika dalam kondisi tertentu merasa rasa itu lebih dominan, sehingga menghancurkan segala bentuk logis dan hal positif dalam pikiran kita.
Kenapa tulisan ini meminta untuk fokus untuk bahagia, karena pada kenyataannya dunia ini semu semua standar dalam ini hanya memberikan sebuah motivasi lebih untuk berusaha lebih banyak dan lagi - lagi, bahagia yang ditawarkan juga semu.
Dalam Quran, Allah berfirman :
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS Al-Qashash : 77)
Disebutkan di awal bahwa kita diminta kebahagiaan di akhirat terlebih dahulu, baru di mulai dengan bahagia dunia. Saya bukan seorang ahli tafsir namun jelas bahwa bahagia di dunia itu sementara dan semu. Bagaimana maksudnya bahagia haqiqi ? Adalah bahagia akhirat, seperti apa ? Itu ada di dalam hati menurut saya. Ketika hati beriman, penuh prasangka baik pada Allah SWT, surga itu hadir sendiri di dunia kita. Apapun masalah yang dihadapi, problema yang kita rasakan sirna karena lagi - lagi percaya Allah yang maha tahu kebaikan apa yang ia beri dari semua cobaan yang diberikan.
Masih banyak yang belum beruntung dari kita, itu kenapa kita diminta sering mengelana sering mendengarkan masih ada yang sulit makan, masih ada saudara kita kebebasannya terancam, masih ada yang tidak sekolah masih ada yang memiliki masalah lebih besar dari kita. Kenapa kita harus berputus asa ? Kenapa kita masih saja mengeluh dari sekian masalah ini, masih banyak yang lebih malang dari kita. Pantaskah menyerah? Coba katakan ini dalam hati ketika kita didera sebuah masalah yang tak tertahankan. Ucapkan zikir, jadikan Allah penenang. Katakan bahwa semuanya akan terlewati dan semuanya baik - baik saja.
Pada kenyataannya kita adalah makhluk yang sedang diuji dan masih jauh dari rasa syukur. Bagaimana menerapkan modul konsep bahagia dalam hidup kita ? Jadikan langkah kita itu adalah langkah kebaikan, jadikan semua yang dilakukan adalah proses pembelajaran dan pengumpulan pahala di tempat yang kekal sana. Untuk apa risau kalau perkara yang sering kita sulitkan adalah hal duniawi ? Kenapa yang sering kita tangisi adalah bagian yang sangat receh kalau kita pikir - pikir.
Fokus bahagia membantu kita untuk lebih tegap berdiri menyelesaikan banyak hal, termasuk masalah kita. Masih melihat secercah cahaya ditengah kegelapan. Fokus bahagia mengambil alasan, bahwa bahagia adalah ciptaan kita sendiri.
Lalu apa mungkin kita senantiasa bahagia dengan bersikap demikian ? Ya tidak mungkin, apa saya selalu bahagia yaa enggak juga. Menangis itu anugerah untuk menyalurkan semua emosi diri, bentuk penyesalan, bentuk pengampunan, menyatakan diri kalau kita manusia biasa yang mengalami berbagai rasa itu.Tapi kita seringkali asing dengan tangis, seolah tangis tidak boleh. Padahal bukan begitu, jadi paradigmanya menangis untuk apa ? Jika ia untuk mengasihani diri pastilah tidak tepat, kita menangis melainkan menangis untuk perbaikan diri, menangis untuk meluapkan dan menumpahkan yang tak tertahan. Lagi - lagi kita manusia biasa, tak ada yang sempurna. Jika kita menuntut sempurna menjadi tujuan, yang ada pasti ada tercederai. Namun jika kita jadikan ketidaksempurnaan menjadi sebuah alasan untuk tidak maju adalah pembodohan diri.
Percakapan yang dalam dengan beberapa sahabat dekat membuat kesimpulan dan kesepakatan yang baik untuk saling mengingatkan ketika dalam masa demikian. Kita pasti semua pernah ada pada fase tersebut, fase merasa kita menjadi yang tak berguna, menjadi masalah kita yang sangat sulit, atau mengalami banyak kedilemaan dalam hidup. Kadang ketika kita sudah di fase tersebut, sulit untuk mengendalikan diri sulit untuk pada jalur yang baik. Saya menulis ini adalah bagian dari kesimpulan dan juga dukungan saya terhadap diri saya sendiri dan teman - teman pembaca ketika mengalami hal terendah dalam hidup.
Bahwa kita tidak sendiri, kita harus melewati hal sulit - sulit itu. Kita harus melewati gagal gagal itu. Semuanya untuk memberikan kita pembelajaran, membuat kita bertumbuh, membuat cerita manis ketika pada saatnya diceritakan. Bahwa hidup yang kita jalani itu adalah perjuangan.
Semoga tulisan ini menjadi cahaya kecil yang setidaknya membuat senyum ketika air mata tak tertahan tumpah ruah di pipimu.
Dari sahabatmu!
Saya kehilangan catatan draft baru saja ketika ingin merilis tulisan ini. Saya cekikikan sendiri ketika menuliskan ini. Hikmahnya, saya bebas mencurahkan sesuatu sesuai judul diatas. By the way, sebenarnya ga merencanakan merilis ini karena momentum hebohnya pernikahan singkat salah satu selebgram. Jauh hari, saya sudah pernah mem-post draft mini judul ini di insta story dan aplikasi spoon.
Lanjut ceritanya,
Judul diatas memiliki makna yang dalam bagi seorang perempuan yang masih "sendiri" *uhuk. Nulis ini bukan berencana menasehati juga karena belum pantes banget. Tapi saya berharap saya menuliskan keresahan dan pemikiran saya disini,bisa jadi bahan diskusi buat kita - kita bareng - bareng.
SATU VISI
Bicara visi, sesuatu yang panjang dijelaskan. Sesuatu yang menurut saya sudah sangat mengakar dalam pikiran. Sehingga langkah dan tindakan yang dilakukan seseorang pasti akan mengarah dan sesuai dengan visinya. Baik itu pertemanannya, bagaimana ia menyikapi suatu permasalahan, dan juga step by step mengapai impiannya.
Satu visi bicara tentang sebuah tujuan -
Bicara visi juga bicara sudut pandang. Sehingga pandangan dan cara pikir yang dilihat adalah demikian. Mengapa kali ini saya bercerita tentang sebuah pandangan/visi. Karena nanti ketika berencana untuk membangun cinta dalam ikatan pernikahan visi menjadi sangat krusial. Apalagi ketika dalam masa pencarian. Sudah banyak yang kemudian menyerah pada akhirnya ketika berencana ternyata ketika dalam mengenal tidak memiliki visi yang sama. Jadi kalau mau gampangnya "ga nyambung". Karena yang satu cerita tentang impiannya kesana, yang satu cerita kesitu. Eh, tapi ga selalu visi sama juga pada akhirnya juga tepat.
Jadi kalau nanti pada saat kita mengenal, namun tidak memiliki visi yang sama jangan memaksakan kehendak. Walaupun awal bertemu sudah membuat hati ga karuan, diri sepertinya sudah menemukan. Lagi - lagi bisikan syaitan akan mudah hadir. Salah satunya misi syaitan juga bagaimana kita dilibatkan pada perkara perkenalan yang salah, dibutakan dengan hal yang tidak benar, mengenal dengan cara yang tidak diridhoi dan tentunya tidak sevisi.
Dan ketika sudah menjalani pencarian, namun belum menemukan. Bisa jadi visi kita belum pas untuk diri sendiri. Kedekatan padaNya masih jauh. Diri belum siap atau bahkan dipersiapkan Sang Maha Cinta seseorang yang terbaik. Visi diri sendiri untuk menjadi sosok yang bertanggungjawab, pribadi yang sabar, pribadi yang percaya diri. Bagaimana orang lain ingin mengenal kita kalau kita sendiri belum sepenuhnya bisa mengenal diri sendiri ?
Satu lagi kadang kala dalam mengenal, mungkin kita beranggapan visinya sama namun anehnya tidak ada yang mau mengalah. Semuanya ingin dia jadi pemeran utamanya, merasa paling baik tajwidnya, ibadahnya, atau kedudukannya di dunia. Makanya, kita juga tentunya butuh cinta.
SATU CINTA
Bicara cinta bikin baper ya kan ? Disini saya bilang satu cinta, bukan semata - mata cinta yang dimaksud adalah kepada pasangan ya. Melainkan satu cinta pada pemilik cinta itu sendiri yakni Allah SWT.
Mengapa hal itu yang paling utama ?
Karena dengan cinta pada pemilik yang sebenarnya, sikap kita akan lurus. Kita menjadi pribadi yang tawadhu, karena mendasari apa saja yang terjadi adalah Allah pilihkan. Lalu kelak apabila nanti menjalani yang tidak mencintaiNya yang dicintai adalah hal yang berbeda daripada yang lain maka semuanya akan sia - sia. Satu hal saja, salah satunya cinta terhadap dunia dengan amat sangat, cinta pada para tokoh - tokoh selebritis, dan lain sebagainya. Ini yang saya ilhami dari kajian - kajian parenting, bahkan kajian pra nikah. Walaupun pada kenyataannya saya belum memaknainya secara dalam. Kelak tulisan ini adalah pengingat, siapa sebenarnya yang seharusnya dituju, bahwa sejatinya mengikat dalam sebuah hubungan yang membuat Arsy berguncang itu memiliki tanggungjawab yang besar.
Bagaimana bersikap ketika dalam pencarian ?
Coba kita #flashback cerita Sirah Salman Al Farisi yang begitu menyentuh. Merelakan sesuatu yang ia cintai demi kebaikan. Berat memang, tapi itu janji Allah. Jika kita mencintai Allah dan merelakan sesuatu karena Allah. InsyaAllah, Allah akan ganti yang lebih baik. (Ini nasehatin diri sendiri juga)
HIDUP SESURGA
Siapa sih yang tidak mau masuk Surga ?
Pasti semuanya ingin memasuki surgaNya. Lagi - lagi cita - cita tertinggi visi berumahtangga kelak adalah satu keluarga berada di surga. Bener gak sih ? Jadi ini juga pengingat diri juga. Bahwa tujuan awal untuk berkomitmen bukan mau enaknya aja. Tapi ada visi khusus di dalamnya. Kelak di akhirat nanti bisa sesurga. Jadi kita bertengkar ada yang mengingatkan.
Eh, kita mau ke surga loh dek jangan ngambek gitu *hanya ilustrasi
Jadi tulisan ini sebenarnya adalah ringkasan hal - hal yang pelajari baik itu di buku dan juga cerita teman yang saya sadur dengan pemikiran saya lalu saya tulisan kembali kelak akan mengingatkan saya jika saatnya menikah nanti. Nanti loh ya .. belum tahu kapan haha.
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Author Note :
Untuk kedepan, tulisan - tulisan yang ada di blog ini saya berharap menjadi open discussion yang panjang. Media sharing ilmu kebaikan dan hal - hal positif yang bisa dibagikan.
Jadi jangan lupa comment ya :)
Salam Menginspirasi !
Banyak dari kita yang tak mengerti kalau hijrah itu perlu effort yang besar.
Bukan hanya masalah berubah ke arah berbeda tapi juga melapangkan hati untuk menerima hal baru.
Saya ingat sekali keputusan berhijab yang penuh dengan tantangan. Di saat trend hijab tak semudah saat ini, pertentangan dari orang terdekat kadang ada saja mengoyahkan. Tapi jika lahir dari hati dan itu niat baik. Saya percaya Allah akan stand by terus membela kita di manapun kita berada.
Begitu pula hijrah untuk menetap di sebuah kota. Entah itu kelak seperti perempuan atau laki - laki yang kemudian nantinya berkeluarga dan memutuskan menetap di tempat yang jauh dan berbeda. Dimana segala kenangan, pertemanan, emosional dan kenyamanan ada di kota tersebut. Harus merelakan hal itu dan berusaha melepas cintanya di kota itu untuk memulai hal baru.
Tapi jika melakukannya sendiri bukanlah lebih berat? It's so hard! Saya barulah memahami arti keluar dari zona nyaman. Bahkan untuk kembali ke kampung sendiri merasa sedang merantau. Hal ini beda ketika kita mungkin travelling beberapa hari di sebuah kota.
Sebuah kota mau tak mau menginginkan kita berdampak. Menurut saya demikian, tempat yang saya huni setidaknya saya bisa bermanfaat disana. Di mulai dari keluarga dan tetangga sendiri.
Saya ingin tahu bagaimana perasaan orang yang merantau dan pindah menetap. Apakah sama atau seperti apa.
Lagi lagi apapun keputusannya, jika itu niat baik saya percaya Allah selalu memudahkan jalannya. Bukannya semua sudah di gariskan?
Saya ingat kata seseorang, "mel tinggallah di tempat di mana kamu dapat bermanfaat lebih banyak"
Saya yakin teman - teman pasti pernah mengalami perubahan besar dalam hidup yang kadang membuat kita ragu melangkah. Lagi lagi hanya Allah penguatnya :)
Bukan hanya masalah berubah ke arah berbeda tapi juga melapangkan hati untuk menerima hal baru.
Saya ingat sekali keputusan berhijab yang penuh dengan tantangan. Di saat trend hijab tak semudah saat ini, pertentangan dari orang terdekat kadang ada saja mengoyahkan. Tapi jika lahir dari hati dan itu niat baik. Saya percaya Allah akan stand by terus membela kita di manapun kita berada.
Begitu pula hijrah untuk menetap di sebuah kota. Entah itu kelak seperti perempuan atau laki - laki yang kemudian nantinya berkeluarga dan memutuskan menetap di tempat yang jauh dan berbeda. Dimana segala kenangan, pertemanan, emosional dan kenyamanan ada di kota tersebut. Harus merelakan hal itu dan berusaha melepas cintanya di kota itu untuk memulai hal baru.
Tapi jika melakukannya sendiri bukanlah lebih berat? It's so hard! Saya barulah memahami arti keluar dari zona nyaman. Bahkan untuk kembali ke kampung sendiri merasa sedang merantau. Hal ini beda ketika kita mungkin travelling beberapa hari di sebuah kota.
Sebuah kota mau tak mau menginginkan kita berdampak. Menurut saya demikian, tempat yang saya huni setidaknya saya bisa bermanfaat disana. Di mulai dari keluarga dan tetangga sendiri.
Saya ingin tahu bagaimana perasaan orang yang merantau dan pindah menetap. Apakah sama atau seperti apa.
Lagi lagi apapun keputusannya, jika itu niat baik saya percaya Allah selalu memudahkan jalannya. Bukannya semua sudah di gariskan?
Saya ingat kata seseorang, "mel tinggallah di tempat di mana kamu dapat bermanfaat lebih banyak"
Saya yakin teman - teman pasti pernah mengalami perubahan besar dalam hidup yang kadang membuat kita ragu melangkah. Lagi lagi hanya Allah penguatnya :)
Adakalanya kita telah banyak mengusahakan sesuatu, telah bersusah payah tentangnya tapi kita masih dalam sulit yang tiada putus. Sebuah pertanyaan yang senantiasa hadir di dalam hidup kita apabila kesulitan terjadi. Apa yang terjadi mengapa kesulitan ini tiada akhir ? Jika saya mengalami hal demikian, yang saya salahkan adalah kembali mengingat apa yang telah saya lakukan sebelumnya. Sehingga sedemikian kesulitan itu terjadi. Dosa apa yang pernah terbuat, sehingga terbalas dengan hal yang kurang menyenangkan.
Pada kenyataanya kehidupan yang kita jalani saat ini yang ingin capai adalah seberapa berkahnya. Bukan nilai besarnya, bukan ketenarannya, bukan seberapa banyaknya. Saya sering mendengar bahkan menyaksikan orang – orang yang mungkin tak pernah terlihat dalam hidup kita, berpakaian seadanya, bekerja susah payah, tak berpendidikan, mungkin hanya buruh yang dibayar dengan setara jajan kita bulanan. Tapi ia mampu membiayai anaknya yang banyak dan keluarganya hingga anaknya sukses. Jika bukan karena berkah hidupnya, apalagi ?
“Bukan banyaknya anakku, tapi seberapa berkahnya” itu yang sering terdengar dari ibu saya. Walau terdengar klise tapi ini yang seringkali terlupa oleh kita. Sangat kasat mata. Mungkin saat ini kita bisa merenung, sejauhmana perjalanan kita. Perjalanan melewati kejadian – kejadian dramatis dan kemalangan yang bisa jadi ada dihidup kita, tapi pada kenyataannya kita masih bertahan menghadapinya. Masih kuat, masih mampu untuk berdoa. Bersyukurlah masih ada nilai keberkahan dalam hidup kita.
“Pastikan cucuku, rejeki yang kamu dapatkan itu halal lagi berkah. Karena segala sesuatu yang kamu dapatkan bukan jalan sesungguhnya, suatu saat akan hilang begitu saja dengan mudah. Karena engkau tidak mengambil sesuatu yang bukan hak dirimu,” petuah kakek pada saya ketika momentum saya bercengkrama dengannya.
“Dan tiada dari segala yang melata di bumi melainkan atas tanggungan Allah-lah rizqinya. Dia Maha Mengetahui tempat berdiam dan tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam kita Lauhul Mahfuzh yang nyata” (QS Al Huud 11 : 6 )
Hakikat rizqi lagi – lagi bukan karena banyaknya, tapi berapa nilainya berkah untuk banyak hal memyalurkannya pada pundi - pundi kebaikan – kebaikan. Berkahnya karena banyak kebaikan yang hadir disekelilingnya, tetangga yang bijak, anak yang sholeh, teman yang baik, pasangan yang sakinah, keamanan dan kenyamanan. Segala yang seringkali kasat mata oleh manusia hingga lupa untuk mensyukurinya.
Jika kalau saya mengutip kata – kata merdu Salim A Fillah dalam buku lapis – lapis keberkahan, bahwa rizqi itu soal rasa bukan soal berapa. Seberapa nikmat rasa yang kita dapatkan. Rizqi adalah ketetapan. Cara menjemputnya adalah ujian. Ujian yang menentukan rasa kehidupan. Di lapis – lapis keberkahan dalam setitis rizqi, ada perbincangan soal rasa. Sebab ialah yang paling terindra dalam hayat kita di dunia. Mungkin saja kebaikan yang kita dapatkan adalah bagian dari doa – doa orang – orang yang kita bantu. Orangtua kita yang senantiasa merintih agar dilindungi dan diberikan kemudahan dalam segala hal yang kita lakukan.
Seberapa berkah hidup kita ?
Pertanyaan yang menurut saya sangat mendalam. Mata saya tak hentinya berkaca- kaca mengingat pertanyaan ini. Menurut saya, Berkah bermakna dua hal, yakni kelancaran hidup di dunia dan kebermanfaatan yang baik untuk kemaslahatan banyak orang atau hal lain untuk akhirat. Apakah kehadiran kita baik untuk oranglain ? Berkah untuk banyak orang ? atau bahkan menyusahkan ? Atau kehadiran kita menyakiti hatinya. Apakah pekerjaan kita halal lagi baik, bermanfaat ?
Memanglah tak mungkin hidup kita senantiasa diliputi kesempurnaan. Ditengah kelengahan manusia yang sering lupa dan alfa, tapi bukankah Allah Maha Pengampun. Lalu kita manusia yang seringkali tak tahu diri akan hal ini, takabur tak bersyukur. Padahal itu rasa akan rizqi yang didapat, dan kesulitan itu hadir dari diri kita sendiri.
“Allah meluaskan rizqi dan menyempitkan bagi siapapun yang Dia Kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan dunia ini. Padahal tiadalah kehidupan dunia dibandingkan hayat di akhirat kecuali kesenangan yang sedikit” [ QS Ar-Ra’d (13) : 26 ]
Bercita – citalah dalam hidup kita untuk mengapai keberkahan, karena ini yang paling utama menurut saya. Karena dunia hanya sebentar. Berjuang keras untuk menggapai berkah diawali untuk diri sendiri lalu kemudian banyak orang. Saya sendiri menyimpulkan dengan kutipan yang sering kita dengar namun saya tambahkan sedikit,
“Biarlah sedikit asal berkah, tapi lebih baik banyak lagi berkah untuk banyak orang”
Atau kutipan lirik lagu wali band,
-----
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
Semoga menginspirasi dan menjadi renungan bagi kita semua
Tradisi pertanyaan yang sering kita dengar. Hai kamu, para mahasiswa tingkat akhir bosankah mendengar pertanyaan itu ? Jujur saja. Akhirnya saya juga merasakan demikian. Hingga pada akhirnya ketika saya kumpul - kumpul keluarga, sampai menceletuk ke tante saya. “Kapan sih cucuku itu lulusnya ? Kayaknya main-main aja, jalan jalan terus. Ke sini lah situlah”. Saya mendengar penyampaian tante tentang pertanyaan eyang tentang saya, yang bikin saya jadi bergidik. Waduh, memang belum waktunya ditanyain begitu. Karena memang belum. Saya masih berada di tahun ketiga perkuliahan. Akhirnya tante saya senyum - senyum, Saya juga senyum - senyum, Jadi senyum - senyuman deh.
Lalu waktu bergerak, dan kali ini memang momennya sebuah antrian pertanyaan “kapan lulus elu ?” telah hadir. Timeline sosial media akan dipenuhi berbagai macam foto wisuda teman-teman. Baik itu temen SD, SMP, SMA bahkan temen sekelas kita. Ayo coba deh check ricek. Nah, kalau saya belum semuanya terjadi *ketawa lebar disimpen. Tapi sudah menunjukkan tanda-tanda. Ada beberapa teman yang mengambil diploma, atau dulunya mengikuti program akselerasi sudah menunjukkan raut rona bahagianya di foto - foto profil yang ada di sosial media. Undangan bergilir dari senior terdekat untuk menghadiri wisudanya sudah ngantri. Haha dan ....dari tadi saya hanya deskripsi kejadian yaa. Tapi begitulah adanya.
Well apapun itu, ternyata ada benarnya kata senior yang mengatakan bahwa pertanyaan kapan lulus itu nyeseknya bukan main haha. Pertanyaan yang ingin simpen didalam kulkas biar beku dan ga ditanyain lagi. Sakingnya ! Hahaha. Tapi gak ngaruh tuh bagi kamu yang punya arah tujuan dan target yang jelas dalam hidup. Alias gak akan terlalu menekan hati kamu yang terdalam.
Cukup diakui, tahun - tahun akhir adalah masa penuh dilema. Kalau yang ga dilema, wah .. Mapan banget hidupnya yak! Atau emang ga mikir sama sekali. Coba pikir deh, bagi kamu yang barangkali baru menjajal dunia perkampusan hanya segelintir yang memikirkan mau kemana, ngapain aja, dan apa yang harus dilakukan ? Masih mengikuti arus perkampusan, kalau temen-temen ngampus. Kita ngampus juga, yang lain nongki ikutan juga. Organisasi ikut-ikut juga. Duhh .. Ada yang masih begitu ? Ancung jari dah.
Seharusnya planning itu sudah dirancang sejak awal kuliah, pertanyaan yang musti dijawab ini nih *mau ngapain, *mau kemana, *apa yang harus dilakukan..
Di masa transisi ini sebenarnya masanya kita belajar untuk lebih dewasa bersikap, menahan hal yang perlu dipertahankan. Terutama hal - hal yang berkaitan dengan masa depan. Misalnya, pekerjaan yang cukup menjanjikan atau hal yang sudah kita bangun. Tapi bukan hanya itu, kita juga harus berpikir ulang apa yang dikerjakan sekarang berdampak baik untuk kedepan atau hanya menghabiskan waktu kita saja.
Di waktu ini juga diharapkan bisa berpikir lebih realistis dari sebelumnya. But, walau begitu saya berharap temen - temen adalah orang yang selalu berpegang ama prinsip. Because, masa - masa ini temen - temen akan di uji akan idealismenya oleh berbagai permasalahan - permasalahan yang terjadi.
Di tengah kebimbangan yang terjadi, tekanan batin yang barangkali lebih luarbiasa dibanding masa - masa sebelumnya ini saatnya kita lebih berhati - hati berpikir dan bersikap. Satu lagi, be calm. Semua akan terlewati. Selalu ingat dan katakan dalam hati “hal yang sulit ini bakal kita lewati kok, jadi lakukan apa yang perlu dilakukan dengan tenang” . Saya sendiri melakukan berbagai macam cara untuk menenangkan diri. Misalnya travelling singkat, dekat - dekat. Bisa juga mengunjungi tempat - tempat yang barangkali belum disinggahi. Menemukan experience baru yang menambah ide dan juga relasi. Rileksasi di masa seperti ini penting sekali, karena kalau kita ga bagus menikmati masa - masa penuh hal dilematis. Kita seringkali salah memilih, karena pikirannya tidak fresh dan kurang piknik * bahasa temen gitu *
Selain itu, perbanyak ibadah dan juga mendekatkan diri pada Allah SWT. Yakinkan dalam hati untuk kita berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Ini masa nya kita bersabar, berikhtiar dan tawakal menjalani proses menuju masa depan.
Mungkin ini sharing singkat sekaligus curhatan saya, sebenarnya cerita diatas sebagian besar adalah kondisi saya dan teman - teman sekeliling saya *yang ngerasa temen saya ya hehe
Semoga menginspirasi
Lalu waktu bergerak, dan kali ini memang momennya sebuah antrian pertanyaan “kapan lulus elu ?” telah hadir. Timeline sosial media akan dipenuhi berbagai macam foto wisuda teman-teman. Baik itu temen SD, SMP, SMA bahkan temen sekelas kita. Ayo coba deh check ricek. Nah, kalau saya belum semuanya terjadi *ketawa lebar disimpen. Tapi sudah menunjukkan tanda-tanda. Ada beberapa teman yang mengambil diploma, atau dulunya mengikuti program akselerasi sudah menunjukkan raut rona bahagianya di foto - foto profil yang ada di sosial media. Undangan bergilir dari senior terdekat untuk menghadiri wisudanya sudah ngantri. Haha dan ....dari tadi saya hanya deskripsi kejadian yaa. Tapi begitulah adanya.
Well apapun itu, ternyata ada benarnya kata senior yang mengatakan bahwa pertanyaan kapan lulus itu nyeseknya bukan main haha. Pertanyaan yang ingin simpen didalam kulkas biar beku dan ga ditanyain lagi. Sakingnya ! Hahaha. Tapi gak ngaruh tuh bagi kamu yang punya arah tujuan dan target yang jelas dalam hidup. Alias gak akan terlalu menekan hati kamu yang terdalam.
Cukup diakui, tahun - tahun akhir adalah masa penuh dilema. Kalau yang ga dilema, wah .. Mapan banget hidupnya yak! Atau emang ga mikir sama sekali. Coba pikir deh, bagi kamu yang barangkali baru menjajal dunia perkampusan hanya segelintir yang memikirkan mau kemana, ngapain aja, dan apa yang harus dilakukan ? Masih mengikuti arus perkampusan, kalau temen-temen ngampus. Kita ngampus juga, yang lain nongki ikutan juga. Organisasi ikut-ikut juga. Duhh .. Ada yang masih begitu ? Ancung jari dah.
Seharusnya planning itu sudah dirancang sejak awal kuliah, pertanyaan yang musti dijawab ini nih *mau ngapain, *mau kemana, *apa yang harus dilakukan..
Di masa transisi ini sebenarnya masanya kita belajar untuk lebih dewasa bersikap, menahan hal yang perlu dipertahankan. Terutama hal - hal yang berkaitan dengan masa depan. Misalnya, pekerjaan yang cukup menjanjikan atau hal yang sudah kita bangun. Tapi bukan hanya itu, kita juga harus berpikir ulang apa yang dikerjakan sekarang berdampak baik untuk kedepan atau hanya menghabiskan waktu kita saja.
Di waktu ini juga diharapkan bisa berpikir lebih realistis dari sebelumnya. But, walau begitu saya berharap temen - temen adalah orang yang selalu berpegang ama prinsip. Because, masa - masa ini temen - temen akan di uji akan idealismenya oleh berbagai permasalahan - permasalahan yang terjadi.
Di tengah kebimbangan yang terjadi, tekanan batin yang barangkali lebih luarbiasa dibanding masa - masa sebelumnya ini saatnya kita lebih berhati - hati berpikir dan bersikap. Satu lagi, be calm. Semua akan terlewati. Selalu ingat dan katakan dalam hati “hal yang sulit ini bakal kita lewati kok, jadi lakukan apa yang perlu dilakukan dengan tenang” . Saya sendiri melakukan berbagai macam cara untuk menenangkan diri. Misalnya travelling singkat, dekat - dekat. Bisa juga mengunjungi tempat - tempat yang barangkali belum disinggahi. Menemukan experience baru yang menambah ide dan juga relasi. Rileksasi di masa seperti ini penting sekali, karena kalau kita ga bagus menikmati masa - masa penuh hal dilematis. Kita seringkali salah memilih, karena pikirannya tidak fresh dan kurang piknik * bahasa temen gitu *
Selain itu, perbanyak ibadah dan juga mendekatkan diri pada Allah SWT. Yakinkan dalam hati untuk kita berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Ini masa nya kita bersabar, berikhtiar dan tawakal menjalani proses menuju masa depan.
Mungkin ini sharing singkat sekaligus curhatan saya, sebenarnya cerita diatas sebagian besar adalah kondisi saya dan teman - teman sekeliling saya *yang ngerasa temen saya ya hehe
Semoga menginspirasi
-----
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
Artikel ini hadir ketika direcoki oleh beberapa rekan yang terkaget - kaget ketika membahas salah satu persoalan masa depan yaitu menikah. Saya selalu tertawa mendengar orang - orang parno ketika menyebut kata “sakral” itu. Seolah - olah orang yang mengucapkan kata itu, keesokan harinya harus sudah nyebar undangan, atau sudah membangun tenda didepan rumahnya, tidak lupa janur kuningnya.
Awalnya saya demikian juga, ketika ada rekan sudah menyerempet membahas hal itu. Saya tidak tahan untuk ‘ngebecandain’ seolah - olah si pembawa topik itu, lagi menyiapkan intro pernyataan untuk menikah esok kelak. *tepokjidat*
Saya bersyukur bergabung dalam sebuah grup parenting online dan juga sesekali membawakan program acara parenting membahas keluarga dibeberapa sela kesibukan perkuliahan dan aktivitas lainnya membuat hal demikian sudah terbiasa dan tidak tabu lagi dibahas. Bahkan saya menyatakan diri bahwa itu memang harus dibahas bukan dihindari untuk membahasnya.
Tahu tidak ? Keluarga yang ada pada saat ini sebagian besar menikah bukan karena kesiapan, tapi karena harus siap. Sudah waktunya dan juga mungkin sudah menemukan jodohnya langsung menikah. Beranggapan belajar tentang perkara pernikahan itu ketika sudah dalam masa tersebut. Salahkah ? Tapi sebagian besar, dari kita belum siap untuk menikah walau sudah waktunya. Sedari lama lupa mempersiapkan diri, sibuk mengejar karier, sibuk dengan aktivitas lajangnya, atau hal lainnya. Bahwa ada ilmu yang seharusnya dipelajari yakni membangun rumah tangga. Seolah - olah membangun rumahtangga itu perkara belajar on the way. Padahal konflik yang terjadi, perceraian meningkat karena masing-masing dari pasangan tidak mengerti bagaimana menjalankan perannya, salah memutuskan, salah bersikap, salah mengerti. Bayangkan saja dua orang yang berbeda disatukan dalam satu kehidupan seumur hidup. Sebelumnya memiliki kehidupan yang berbeda, keinginan berbeda, gaya hidup berbeda, berbahayanya lagi visi yang berbeda.
Menikah itu perlu persiapan, perlu kematangan berpikir bukan hanya fisik saja yang sudah dewasa melainkan juga mental dan psikis. Bagaimana menghargai, memahami. Mengetahui kodrat peran sebagai seorang ayah dan ibu, suami dan istri. Keluarga adalah sebuah organisasi kecil yang sangat mempengaruhi sebuah peradaban. Mengapa begitu ? Peradaban yang hancur dikarenakan banyaknya keluarga yang tak mampu mengendalikan isi rumahnya. Egoisme, individualistik, dan masih banyak problema lain yang muncul apabila membangun keluarga tidak mengunakan ilmu. Hanya tahu bagaimana melangsungkan pernikahan dan bagaimana ijab kabul. Padahal kehidupan setelahnya adalah hal yang paling penting
Dan hal yang menyedihkan, jika kata itu begitu tabu ketika dibahas didepan kaum adam. Nah loh? Jika ada kaum adam yang usianya sudah baligh tapi ketika hal demikian dibahas sudah hindar menghindar. Itu pertanda .......... Isi sendiri.
Calon ayah atau suami itu tugasnya sangat berat untuk menjadi leader dari keluarga. Ia yang mendidik istri dan anaknya untuk menjaga keimanan, nahkota yang menentukan kemana arah dari sebuah keluarga itu akan dibangun. Berhasilkah ? Atau buruk ? Seperti berita yang belakangan kita dengar, penelantaran anak oleh sepasang suami istri yang notabene berpendidikan tinggi. Innalillahi, mendidik anak oranglain bisa dilakukan, tapi nasib anak sendiri ditelantarkan. Nauzubillah.
Menjadi seorang ibu juga tidak kalah beratnya. Ia harus menjadi istri yang baik dan ibu yang mendidik anaknya. Madrasah al Ula. Banyak skill dan ilmu yang harus dipelajari, mungkin teman-teman bisa baca artikel saya mengenai : Catatan Hati Sang Calon Istri
Masalah tabu tidaknya, saya berharap. Kita bukanlah kaum apatis, karena gengsi karena ke-dilemaan kita pada masa depan di masa Quarter Life Crisis. Hal yang ditakutkan adalah membuat kita dijauhkan oleh Allah sebuah hikmah dan ilmu yang baik di masa yang akan datang. Bukan berarti yang menulis artikel ini akan menikah esok kan ? Atau para penulis baik novel ataupun artikel pernikahan harus sudah menikah atau segera menikah.
Satu lagi, apakah yang mempelajari perkara demikian adalah orang - orang yang sudah menemukan calon jodohnya? Gimana yang masih sibuk memantaskan diri dan memperbaiki diri ?
“Ahh saya kan masih sendiri, itu nanti deh di cari tahu..”
Hmm, hal itu pemikiran yang salah. Walaupun masih sibuk dalam memantaskan diri dan memperbaiki diri, justru itu masanya kita mempelajarinya. Bagaimana menjemput jodoh dengan cara yang benar dan menjalaninya nanti sesuai tuntunan yang benar pula.
Hal yang perlu diingat, jangan sampai pada masanya memasuki masa dimana ‘harus menikah’ tanpa kesiapan, karena sudah waktunya. Tapi menikahlah ketika anda sudah siap *kesiapan itu defenisinya sangat panjang*. Bukan hanya kata ‘siap’ tapi ada sebuah nilai tanggung jawab didalamnya.
------------------------------
Yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
Keep Inspiring!
Dalam perbincangan dengan beberapa teman belakangan ini adalah mengenai memahami teman. Memahami bahwa setiap dari kita memiliki sisi baik dan buruk. Saya sendiri menyadari hal-hal yang barangkali menyakiti atau pun mengusik hati saudara-saudara saya yang lain. Bagaimanapun itu, hal yang dapat membuat hati lebih tenang adalah memahami dan mengerti.
Namun dari kesimpulan yang saya dapat, manusia memiliki sikap buruk yang sebenarnya membuat risau diri mereka sendiri. Membuat duri - duri di hati mereka masing-masing. Dan duri - duri itu sering disebut dalam Al-Quran. Tapi kali ini saya hanya menyampaikan tiga hal yang seringkali hadir menyapa hati kita. Kemudian meremukkannya, menghancurkan pertemanan, menimbulkan kegelisahan.
HAL PERTAMA : IRI DAN DENGKI
Sikap iri memang seringkali hadir di hati manusia. Melihat oranglain yang ‘lebih’ dari kita. Keinginan kita untuk menjadi seseorang seperti ‘si dia’. Dia yang begini begitu, dia yang hebat, dia yang luarbiasa di kelilingi berbagai kenikmatan. Kebanyakan dari kita iri karena hal yang bersifat duniawi bukan iri pada ibadah-ibadah atau kesolehan seseorang. Jarang sekali iri hal demikian, karena iri pada kesolehan menimbulkan ghirah / semangat untuk lebih giat lagi untuk beribadah.
Namun dari kesimpulan yang saya dapat, manusia memiliki sikap buruk yang sebenarnya membuat risau diri mereka sendiri. Membuat duri - duri di hati mereka masing-masing. Dan duri - duri itu sering disebut dalam Al-Quran. Tapi kali ini saya hanya menyampaikan tiga hal yang seringkali hadir menyapa hati kita. Kemudian meremukkannya, menghancurkan pertemanan, menimbulkan kegelisahan.
HAL PERTAMA : IRI DAN DENGKI
Sikap iri memang seringkali hadir di hati manusia. Melihat oranglain yang ‘lebih’ dari kita. Keinginan kita untuk menjadi seseorang seperti ‘si dia’. Dia yang begini begitu, dia yang hebat, dia yang luarbiasa di kelilingi berbagai kenikmatan. Kebanyakan dari kita iri karena hal yang bersifat duniawi bukan iri pada ibadah-ibadah atau kesolehan seseorang. Jarang sekali iri hal demikian, karena iri pada kesolehan menimbulkan ghirah / semangat untuk lebih giat lagi untuk beribadah.
“Tidak ada iri hati kecuali terhadap dua perkara, yakni seorang yang diberi Allah harta lalu dibelanjakan pada jalan yang benar, dan seorang yang diberi Allah ilmu dan kebijaksanaan lalu dia melaksanakan dan mengajarkannya” (HR Bukhari)
Apa yang terjadi orang yang memiliki sifat ‘iri’ ? Hal yang positifnya adalah kita termotivasi untuk menjadi lebih baik. Apabila menimbulkan sebuah semangat untuk menjadi manusia yang lebih baik. Baik itu secara keilmuan, lebih giat bekerja, lebih tekun. Namun hal yang dikhawatirkan adalah, ketika iri tersebut jatuh kepada hal-hal yang merisaukan diri kita. Dengan su’udzon terhadap nikmat yang oranglain dapatkan, kemudian berprasangka buruk. Merangkai isu-isu tidak benar tentang ‘dia’ yang menjadi objek iri. Selanjutnya hal yang lebih parah, orang yang iri akan berpikir untuk menjatuhkan kemudian mencelakakan atau bahagia jika ‘dia’ yang diirikan menderita. Nauzubillah.
Sadarilah teman, bahwa kita memiliki kenikmatan yang diberikan Allah secara istimewa untuk kita. Sadarilah, bahwa ketika kita iri pada oranglain, diluar sana ada banyak yang menginginkan posisi sama seperti kita. Ada yang ingin menjadi seperti kita.
Apa yang salah dengan orang-orang yang terselinap hatinya rasa iri. Rasa iri timbul karena kurangnya rasa bersyukur pada Allah. Kita lupa akan nikmat yang Allah berikan pada kita. Coba renungkan, ketika kita iri. Apa yang kita dapatkan dari sikap iri itu ? Yang kita dapatkan hanyalah kesulitan untuk diri kita sendiri, kegelisahan ketika malam tiba, kegelisahan ketika melihat oranglain mendapatkan nikmat yang banyak.
Maka dari itu pertanyaan status hati kita seperti apa, kenapa bisa ada iri terselinap di hati kita.
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [An Nisaa’ 32]
HAL KEDUA : RAKUS / TAMAK
Sikap ini juga merupakan sikap yang kita hindari dan juga merupakan bagian dari penyakit hati. Seseorang yang tamak dan rakus tidak akan pernah merasa cukup atas apa yang Allah karuniakan padanya. Sebagian dari kita rakus pada hal-hal yang berkaitan dengan kebendaan dan keduniawian. Orang yang memiliki karakter penyakit ini, akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, tanpa peduli oranglain. Ia berusaha memperkaya dirinya, baik itu dari segi harta, kedudukan dan popularitas. Ia tidak berpikir apa jalan yang ia tempuh adalah jalan yang diridhoi Allah apa tidak. Mata hatinya tertutup akan keinginan yang mengebu-gebu yang harus dipenuhi olehnya.
Adaapa dengan orang demikian? Orang rakus dan tamak merasa selalu tak cukup hidupnya, selalu merasa kurang. Hal ini disebabkan karena tidak adanya keberkahan yang ada dihidupnya. Ia mengantungkan kesuksesan itu adalah hal keduniawian. Ingin selalu lebih dan lebih. Memang hidup kita harus bertumbuh, tapi bukan hal - hal yang negatif semata-mata bertujuan untuk memperoleh hal yang sifatnya keduniawian. Karena manusia adalah sosok yang memang tak pernah puas.
Sebelumnya saya pernah menulis, kenapa manusia tidak pernah puas, kenapa ? Karena tak ada satupun di dunia ini yang patut menjadi tujuan selain Allah dan kehidupan akhirat/ surga.
Satu hal lagi, orang-orang yang tamak / rakus adalah orang-orang yang kufur nikmat. Yang tak pernah bersyukur atas apa yang diperolehnya.
HAL KETIGA : SOMBONG
Sombong adalah dosa pertama yang ada di jagat raya ini. Dosa iblis kepada Allah Swt ketika diminta untuk bersujud menghormati ciptaan Allah yakni Adam AS. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan oranglain.
Sikap ini juga merupakan sikap yang kita hindari dan juga merupakan bagian dari penyakit hati. Seseorang yang tamak dan rakus tidak akan pernah merasa cukup atas apa yang Allah karuniakan padanya. Sebagian dari kita rakus pada hal-hal yang berkaitan dengan kebendaan dan keduniawian. Orang yang memiliki karakter penyakit ini, akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, tanpa peduli oranglain. Ia berusaha memperkaya dirinya, baik itu dari segi harta, kedudukan dan popularitas. Ia tidak berpikir apa jalan yang ia tempuh adalah jalan yang diridhoi Allah apa tidak. Mata hatinya tertutup akan keinginan yang mengebu-gebu yang harus dipenuhi olehnya.
Adaapa dengan orang demikian? Orang rakus dan tamak merasa selalu tak cukup hidupnya, selalu merasa kurang. Hal ini disebabkan karena tidak adanya keberkahan yang ada dihidupnya. Ia mengantungkan kesuksesan itu adalah hal keduniawian. Ingin selalu lebih dan lebih. Memang hidup kita harus bertumbuh, tapi bukan hal - hal yang negatif semata-mata bertujuan untuk memperoleh hal yang sifatnya keduniawian. Karena manusia adalah sosok yang memang tak pernah puas.
Sebelumnya saya pernah menulis, kenapa manusia tidak pernah puas, kenapa ? Karena tak ada satupun di dunia ini yang patut menjadi tujuan selain Allah dan kehidupan akhirat/ surga.
Satu hal lagi, orang-orang yang tamak / rakus adalah orang-orang yang kufur nikmat. Yang tak pernah bersyukur atas apa yang diperolehnya.
HAL KETIGA : SOMBONG
Sombong adalah dosa pertama yang ada di jagat raya ini. Dosa iblis kepada Allah Swt ketika diminta untuk bersujud menghormati ciptaan Allah yakni Adam AS. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan oranglain.
Seringkali kita salah sangka dengan sikap oranglain. Mengatakan oranglain sombong, karena sikap iri yang terselinap dihati kita. Perlu kita pahami, bahwa sombong adalah ketika ada orang yang dinasehati tidak mau mendengar, meremehkan kemampuan oranglain. Bahwa jubah kesombongan hanya boleh dimiliki Allah Swt pemilik segalanya. Bukan kita sebagai manusia biasa. Karena penilaian Allah terhadap diri kita hanya keimanan dan juga amalannya. Selebihnya seperti ilmu, harta, kedudukan dan popularitas adalah sebuah nikmat yang Allah berikan atas apa yang diusahakan oleh hambanya. Tidak patut dijadikan tolak ukur kesombongan. Perlu kita renungkan, bahwa nikmat tadi adalah sebuah ujian dan cobaan, seberapa jauh diri kita sebagai hamba menjadikan nikmat tersebut sebagai ladang amal.
“dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung” Q.S Al-Isra’: 37
Apa yang terjadi bila hal demikian terjadi pada diri kita yang seringkali syaitan goda untuk merasa kagum dengan diri sendiri. Beristighfar, memohon kepada Allah agar hati kita diistiqomahkan pada kebaikan, nilai-nilai kebaikan. Bila terdengar oranglain yang berkata demikian pada kita atas sikap kita, dengarkan. Dengarkanlah nasehatnya, memohon nasehatnya agar kita tidak termasuk orang-orang yang menolak kebenaran dari kebenaran yang disampaikan oranglain. Bila terselip kata-kata yang menyinggung diri oranglain karena apa yang kita lakukan, memohon maaflah. Karena sadarilah tak ada yang sempurna di dunia ini. Kita hadir dimuka bumi itu dipertemukan untuk saling melengkap, kemudian saling menasehati dalam kebaikan dan kebenaran.
Dan bila, kita terselip mengatakan saudara kita melakukan kesombongan. Tanyakan hati kita dahulu, apakah karena ada terselip rasa iri kita pada orang tersebut sehingga kita berpikir demikian. Barulah kemudian, jika memang benar teman kita dalam keadaan ia ujub dengan dirinya, nasehatilah dengan hati. Jika tak mampu, doakan kebaikan untuknya. Semoga Allah melembutkan hati orang tersebut.
-------------------------------
yang menulis tak lebih baik dari yang membaca.
Istiqomahkan diri pada kebaikan
Nasehati saya jika ada salah dan khilaf selama ini :)
Dan bila, kita terselip mengatakan saudara kita melakukan kesombongan. Tanyakan hati kita dahulu, apakah karena ada terselip rasa iri kita pada orang tersebut sehingga kita berpikir demikian. Barulah kemudian, jika memang benar teman kita dalam keadaan ia ujub dengan dirinya, nasehatilah dengan hati. Jika tak mampu, doakan kebaikan untuknya. Semoga Allah melembutkan hati orang tersebut.
-------------------------------
yang menulis tak lebih baik dari yang membaca.
Istiqomahkan diri pada kebaikan
Nasehati saya jika ada salah dan khilaf selama ini :)
Menjaga. Menjaga seperti seorang polisi dengan senjata. Menjaga dari halangan musuh ataupun para penganggu. Tapi itu yang hanya tampak. Bisa saja siapapun bisa menjaga. Tapi bagaimana menjaga sesuatu yang tak tampak. Seperti menjaga hati.
Kali ini saya ingin bercerita tentang sebuah penjagaan yang sulit dan penuh onak liku dan berduri. Terutama dirisaukan oleh para muda muda belia yang hatinya sedang subur bak disirami air dan dipupuk humus yang membuat gembur taman bunga cinta.
Hari ini saya mendapatkan sebuah perspektif sebuah penjagaan dan solusi atas sebuah penjagaan yang ketat akan sebuah rahasia yang tersimpan di hati.
Siapapun kamu, tentu pernah terselinap rasa pada siapa yang kamu inginkan menemanimu dimasa depan bukan ?
Tapi sayang, banyak diantara kita yang lalai. Termasuk saya juga. Tapi kali ini saya tak ingin menjadi kalah oleh waktu, kalah oleh musuh-musuh. Musuh yang bernama syaitan, ibarat sebuah rumah berpagar tinggi dikelilingi oleh penjagaan yang ketat tak mampu dirayu oleh sengatan apapun. Bagaimana konsep menjaga. Menjaga ketika berbicara tentang hati kah ? Atau menjaga yang bagaimana ?
Saya pernah melakukan kesalahan untuk memahami konsep menjaga. Bahwasanya dan sesungguhnya konsep menjaga yang benar adalah diam. Diam seribu bahasa. Layaknya diamnya hati sang ali dan sang fatimah akan sebuah rasa yang hanya Allah yang tahu. Diam ketika diri merasa tak ingin melangkahi keputusannya untuk sebuah momentum bahagia.
Banyak dari kita yang kesulitan untuk diam. Lelah, tak sabar, buru-buru padahal diri ini tahu belum saatnya dan belum waktunya. Diam adalah keputusan paling bijak menghadapi sebuah penjagaan ketat sebuah rasa yang belum pasti muaranya. Belum tampak tanda tanda dan kejelasannya.
Diantara kita ada yang melangkahi waktu, terpedaya oleh rayu-rayu dan oleh kata tunggu. Padahal kata tunggu adalah sebuah alasan riskan yang menjerumuskan pada sebuah hal buruk yang mengorbankan sebuah perasaan. Bila memang siap dan memang tak ada alasan lagi untuk menundanya, bersegeralah. Jangan sampai kata tunggu menjadi alasan para syaitan mengoda hati-hati yang ada. Karena hati manusia itu mudah sekali dibolak-balikan. Seindah apapun, sesuka dan cinta apapun dengan mudahnya bisa menjadi sebuah kebencian mendalam dan begitu pula sebaliknya.
Allah pernah berfirman, bila belum siap maka berpuasalah. Sebuah makna kompleksitas mengenai hal demikian. Memang ada masanya lelah bersabar, ada masanya risau menunggu, ada masanya penantian menjadi sulit. Tapi bersabar adalah sebuah pilihan terbaik dari sampai pada kapasitas dan tanpa alasan hingga sampai pada waktunya. Percayalah Allah maha mengetahui kesiapan kita, Allah Maha Perencana Yang Baik. Tak usah kita mengada-ngadakan sebuah alasan.
Menunggu, Menjaga, Diam dan bersabar. Insya Allah akan Allah balas sebuah keindahan yang luarbiasa di masa yang akan datang. :D
Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang maka Allah timpakan keatas kamu pedihnya sebuah pengharapan, supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain Dia.Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya (Imam Syafii).
----------------------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
Sudah hampir seminggu saya berada di Kota Dumai, mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata yang merupakan rangkaian kegiatan dari kampus. Ada hal unik yang saya perbincangkan dengan teman-teman satu kamar. Sehingga lahir judul dan tulisan ini. Sebenarnya ide tulisan ini saya sudah lama ingin sampaikan, namun butuh waktu untuk meramunya menjadi sebuah pemikiran yang barangkali membuka pikiran kita. Setelah kami sahur kala itu, ada sesi dari hati ke hati yang tak sengaja saya dan teman-teman perempuan saya bicarakan. Hal yang menjadi pembicaraan adalah berbicara masa depan.
Beberapa hari yang lalu ketika saya mengisi host sebuah talkshow radio, narasumber membuka pikiran saya tentang tantangan orangtua di masa depan dan juga peran perempuan dan laki laki yang disalahartikan serta terbalik nilainya. Sebuah kehidupan seorang anak, pendidikan anak yang saat ini seharusnya menjadi perhatian yang tak boleh diabaikan. Sebelumnya dari kita seringkali melihat berita televisi dan media lain tentang peaniayaan anak, kasus kasus negatif yang berkaitan dengan anak, kenakalan remaja dan hal lainnya.
Semua penyebab yang terkait dengan hal ini adalah berbicara sebuah nilai dasar. Perlu kita sadari bahwa pendidikan keluarga adalah sebuah nilai esensi kehidupan dari seorang manusia. Manusia yang lahir ke muka bumi, mengalami proses pengenalan dan juga proses belajar diawali dari keluarga. Setelah di telisik kasus kasus yang seringkali kita dengar dan lihat itu kembali pada kesalahan menerapkan esensi dalam berkeluarga. Kenakalan remaja, narkoba dan hal negatif lain yang menghancurkan generasi kita dimulai dari sebuah kesalahan fatal mengelola sebuah keluarga. Namun, hal yang mungkin akan saya bahas adalah sebuah nasehat dari hasil perbincangan para perempuan untuk para calon-calon ayah di masa depan.
Kami (perempuan) menyadari bahwa tantangan kehidupan kita di masa yang akan datang lebih ekstrim, lebih menggoda, lebih menguras nurani dan emosi. Laki-laki saat ini ditawari oleh banyak ragam hal melenakan sejak ia tumbuh dari bocah laki-laki menjadi lelaki dewasa. Kehidupan hedonisme, permainan bola, berbagai macam game yang didominasi kaum adam, film-film, musik, berbagai permainan, perempuan, hal yang terkait dengan nafsu dan hal lainnya. Seperti dirancang mengapa sasaran empuk godaan itu sebagian besar untuk para laki-laki. Perempuan dilenakan dengan berbagai sebuah nilai esensi independennya seorang perempuan, kehidupan materialistik, sehingga hilanglah nilai-nilai yang seharusnya diterapkan dan untuk menjadi manusia yang berkualitas. Bukan mendeskretikan, tapi populasi perempuan yang saat ini lebih mendominasi dibanding kaum adam juga menjadi perhatian. Lapangan pekerjaan yang saat ini lebih cenderung diberikan pada wanita karena wanita itu memiliki pribadi penurut, penyayang, rajin dan cekatan (multitasking) membuat laki-laki saat ini memiliki tantangan lebih sulit untuk lebih mapan, lebih kuat untuk menjawab peran dan tantangan masa kini. Laki-laki yang tak mampu berbuat lebih dalam akademiknya, karakternya, skill yang dimiliki karena terlenakan hal duniawi akan kesulitan untuk menemukan perannya di masa yang akan datang, apakah itu menjadi seorang suami nantinya dan juga menjadi seorang ayah.
Pesan dari seorang perempuan dimanapun dan siapapun ia, ia selalu berharap mendapatkan imam yang bisa memenuhi kebutuhannya, baik itu nafkah, membimbingnya menuju surga. Serius menjalani kehidupannya, memapankan diri sejak dini dengan berbagai kegiatan yang meningkatkan kualitas dirinya, imannya, menanamkan hal kebaikan-kebaikan didalamnya. Tidak mudah untuk tergoda dengan hal hal yang tidak baik, memiliki identitas yang baik, jujur dan menjaga. Tentunya gambaran seorang lelaki soleh yang menjadi idaman para perempuan. Selalu memperbaiki diri dengan niat karenaNya.
Percayalah, bahwa laki-laki dan wanita yang baik kemudian membangun sebuah keluarga yang baik menjalani kehidupan karenaNya akan membentuk peradaban emas yakni untuk anak-anaknya kelak akan disiapkan sesuatu baik di masa datang, kehidupan sejahtera di dunia dan surga di akhirat.
Siapapun kamu calon imam, semoga dipertemukan pemimpin bidadari yang akan kamu temani di surga kelak :)
Beberapa hari yang lalu, saya menghadiri seminar yang ditaja oleh Dompet Dhuafa. Diisi oleh pemateri luar biasa TRIO Lemmu dari mas Saptuari, mas Jayteroris, dan Mas mono :) panggil mas-mas supaya keliatan muda hehe. Saya mendapatkan informasi dari kantor saya untuk mewakili kantor, dan dapat tiket VVIP gratis. Luarbiasa rejeki yang Allah berikan. Disesi mas Jay Teroris, beliau menyampaikan mengenai mental block. Sebenarnya saya sudah bertemu beliau ketika acara Pesta Wirausaha Mahasiswa di Jogjakarta 2014 lalu, diberikan kesempatan ketemu lagi alhamdulillah, dan bisa sharing lebih jauh. Moga ketemu bapak lagi yaa hehe :D
Allah yang Maha Luarbiasa baik. Belakangan ini saya memang sedang diberikan cobaan cukup berat. Bagi sebagian kalangan ini bukan cobaan mungkin melainkan anugerah. Tapi saya mengatakan cobaan, karena saya masih merasa belum sanggup menerima kesempatan Allah berikan pada saya. Saya mengikuti pelatihan bisnis Onein20 dan singkat cerita lalu tak terduga saya tahun ini mewakili Provinsi Riau generasi pertama kategori mahasiswa untuk mempresentasikan bisnis saya untuk berada di Pitching Investor Nasional awal april nanti ditengah-tengah investor hebat yang nanti akan saya share siapa mereka T.T. Saya selalu bertanya dan berucap-ucap dalam pikiran saya. Kenapa saya ya Robb ? Akankah saya sanggup?
Saya makin mendekatkan diri pada Allah, menghadapi rasa minder luarbiasa. Bertanya dan semakin rajin bertanya kepada orang-orang semoga dikuatkan dan didukung. Alhamdulillah, tak berselang lama, pak Jay Teroris menyampaikan mengenai mental block. Banyak orang sukses yang menghapus mental blok dan membakarnya tak tersisa. Menghapus segala batas yang ada dalam pandangan manusia agar bisa maju terdepan. Baik umur, gender, ekonomi, keilmuan, pendidikan. Gak ada halangan deh menuju sukses. Asal percaya, yakin, dan sungguh-sungguh semua batas akan terbantahkan.
Saya merenung, semua dekade belakangan ini memang tak lepas dari namanya membuat batas dari beberapa hal. Semua berkaitan dengan kepantasan umur. Umur saya masih 20 tahun, terlalu muda rasanya untuk sebagian kalangan mendapatkan berbagai amanah dan pertemanan yang luarbiasa. Padahal saya sering membaca biografi anak-anak kecil luarbiasa bisa sukses diusia yang masih sangat belia bahkan. Tapi kenapa saya yang bisa dikatakan ga belia-belia banget alias sudah masuk fase dewasa masih terselip rasa minder. Sebenarnya rasa minder yang saya miliki tak lepas dari rasa takut saya akan jadi sombong, angkuh, jauh dari Allah. Saya merasa tak pantas dengan amanah dan anugerah yang Allah berikan dalam waktu singkat dan instan. Tapi mungkin itu rayuan Allah untuk saya untuk semakin dekat padaNya. Dan memang benar, saya semakin berusaha tawadhu, rasa angkuh yang saya takutkan itu saya takut menghancurkan diri saya kelak.
Dan beberapa jam lalu, ada teman kelas yang curhat tentang kondisi ekonominya pada saya, kegigihannya bertahan untuk berkuliah. Maaf saya tidak tahu kondisi anda sebelumnya. Beliau mengatakan kesulitan untuk mendapatkan rejeki untuk membiayai kehidupannya, uang spp kampus, membiayai makan dan kost-nya, dan hal lain-lain. Tapi saya selalu mendengar banyak keluhan ketimbang kata penguatan dan positif dari diri teman saya itu. Alhamdulillah, berbekal ilmu yang pak Jay Teroris mengenai mental block saya coba sampaikan ke beliau. Untuk senantiasa positif menghadapi berbagai hal, rintangan, dan selalu ingin mendengar, memperbaiki diri, dan membakar mental block. Keterbatasan-keterbatasan yang ada didiri kita yang kita buat sendiri. Banyak orang tidak sukses karena mereka membuat batas pada diri mereka untuk tidak sukses. “Ahh saya ga bisa nulis, aah saya ga bisa ngomong depan umum, ahh saya ga pinter, dan masih banyak keluhan lainnya” Bedakan yaa readers antara rendah hati dan rendah diri. Coba kita renungkan lebih banyak kata negatif atau positif yang terlontar dipikiran dan omongan kita setiap hari ?
Dan saya juga berkesempatan hari ini untuk ber-gladi mempersentasikan bisnis saya di Business College LP31 berasa jadi dosen beberapa jam. Karena saya juga mengambil space waktu pak dosen yang kebetulan mentor bisnis saya. Lalu, ketika disesi akhir, seorang dosen lainnya yang menyimak saya memberikan pertanyaan mengenai apa yang saya lakukan selama ini. Terimakasih pak dosen lain yang lupa saya tanya namanya. Saya bercerita tentang usaha yang saya lakukan sedari kecil, cita-cita saya, dilema saya akan diri saya. Tanpa sadar memotivasi mahasiswa yang menyimak saya disana. Ahh .. Berasa ga pantas lagi dah hahaha. Saya bercerita bahwa anak muda sekarang suka terbawa arus, saya pun sering terbawa arus. Mungkin posisi weenaak yang bikin kita ga maju. Memang benar, kehidupan yang berkecukupan, ketakutan untuk menghancurkan mental block dan keluar dari zona kenyamanan membuat kita jadi pribadi lurus-lurus aja. Gak ada sensasinyaa ma meen.. *Serius amet bacanya*
Saya bercerita tantangan teman-teman semakin tahun semakin berat, ketika pengangguran makin banyak dan meluap-luap ? Benar. Lalu akan bersaing dengan MEA, yang kita tahu kapasistas lulusan pendidikan Indonesia masih kalah jauh dari negara-negara lain di ASEAN. Lalu apa yang harus kita lakukan ? Dan hal itu sudah menjadi renungan saya ketika saya duduk disekolah menengah pertama. *Dewasa kecepetan* Saya suka nongkrong di perpustakaan sering mengamati buku-buku mengenai pendidikan. Dari situlah saya bertekad untuk menjadi orang yang berbeda dari kebanyakan. Saya bercerita kalau ingin tidak pengangguran syaratnya cuman memperkaya diri dengan ilmu, skill, dan potensi diri. Ada yang bilang itu Ilmu, Integritas, dan Skill. Kita akan jadi orang yang selalu dicari. Seperti postinngan saya sebelumnya, manusia yang bermanfaatkan yang akan selalu ditemukan. Perusahaan tentu mencari karyawan yang dapat memberi manfaat untuk perusahaannya untuk semakin maju.
Hal paling penting, bakar mental block *itu pesan untuk diri saya sendiri dan akan berusaha menerapkannya* Keluar dari zona nyaman. Pak Jaya Setiabudi juga menerapkan the power of kepepet secara sengaja bukan, karena tekanan-tekanan yang hadir membuat kita lebih maju, seperti konsep peer yang dipencet, kemudian meloncat tinggi. Ahh saya bisa saja membuat perumpamaan (Ngutip mbak-masbro).
BAKAR MENTAL BLOCK
BERPIKIR OUT OF BOX
KELUAR DARI ZONA NYAMAN
Sekian terimakasih semoga menginspirasi
-------
Yang menulis tak lebih baik dari yang membaca
Tulisan ini sebenarnya curhat saya terhadap apa yang saya lakukan. Dari kecil saya suka melakukan sesuatu yang berdampak bagi orang sekitar. Sejak duduk di sekolah dasar, saya senang bergabung di berbagai organisasi dan beberapa kali ditunjuk sebagai ketua kelas (padahal perempuan) hehehe. Jadi ketua mading, ketua pramuka, ikut organisasi dan kompetisi ini itu. Bukan menghukum diri dengan seabrek kegiatan, tapi saya menganggap itu adalah hobi dan kecintaan pada dunia kontribusi. Saya hanya ingin dianggap keberadaannya dimuka bumi dan bermanfaat bagi orang lain. Just it. Mungkin beberapa orang melihat saya seperti bunuh diri, mementingkan oranglain tapi untuk diriku sendiri saya suka mengorbankan diri. Alhasil seringkali dikecewakan oleh beberapa orang yang memanfaatkan hobi saya. Oalaah ..
Well, saya ingin memotivasi teman-teman. Tak ada salahnya berbagi. Coba kita renungkan sudah berapa karya dan kontribusi yang kita lakukan untuk perubahan ? Baik perubahan diri kita sendiri, bahkan perubahan untuk oranglain. Apakah selama ini kita hanya mementingkan hawa nafsu dan kepentingan kita ? Bukankah kita akan menjadi berarti karena oranglain ? Kita hidup tidak sendirian bukan ?
Saya merasakan hal yang mungkin tidak saya rasakan bila saya tidak bergabung di beberapa komunitas yang bersedia dan rela berkorban untuk menghabiskan waktunya mengurusi oranglain, komunitas dakwah, komunitas berbagi, komunitas ilmu, dan lainnya. Kita merasakan sebuah oase kebahagiaan yang luarbiasa, bertemu dengan orang-orang yang berterimakasih banyak atas kebaikan kita untuk membantu mereka menyelesaikan masalah mereka dengan ilmu-ilmu, kasih sayang dan waktu yang kita berikan pada mereka.
Yaps, nobody is perfect. Memang tidak ada manusia yang sempurna. Tapi lakukan apa yang bisa kita lakukan. Kita diberikan tangan, panca indera yang lengkap, perasaan dan pikiran. Berbagi adalah bentuk rasa bersyukur kita pada Allah SWT. Masih banyak orang diluar sana yang tidak merasakan nikmatnya berbagi karena keegoisan diri ataupun keterbatasan diri karena keadaan fisiknya yang lemah.
“Tidak ada yang mau dilupakan bukan ? Setiap orang ingin meninggalkan jejak dimuka bumi untuk diingat” Ucap Augustus Waters pada Hazel Grace dibuku karya John Green The Faults in our stars.
Fitrah manusia untuk diingat. Tapi ketika berkontribusi relakan hati sepenuhnya untuk membuat orang lebih baik. Bersama-sama membangun diri menjadi lebih baik. Tak perlu menunggu sampai harta melimpah, kedudukan tinggi, atau tahta yang takgoyahkan. Untuk apa semua itu jika itu hanya untuk diri sendiri? Kita hidup didunia tidak sendiri kan ?
Ingat hadits tentang amal jariyah ketika orang sudah meninggalkan dunia. Doa anak sholeh, ilmu yang bermanfaat dan sedekah jariyah. Lifetime pahala sampai hari penghabisan itu datang. Berusahalah semuda mungkin untuk membuat jejak, membuat oranglain lebih baik. Percayalah, kebaikan-kebaikan yang kita berikan dengan tulus akan mempermudah hidup kita. Bukankah dunia hanya tempat menunggu dan hanya sementara. What purpose your life ? Tanyakah tujuan hidup kamu seperti apa, untuk siapa dengan siapa ?
Berkontribusi itu nikmat .. Percayalah teman :)
-----
for your inspiration
yang menulis tak lebih baik dari yang membaca
Sebelumnya perlu ditekankan, tulisan ini tidak memprovokasi siapapun. Judul ini sudah direquest beberapa orang dikarenakan beberapa postingan sebelumnya sepertinya membawa banyak pertanyaan deras hal seputar “ehem” jodoh dan bertanya direct kepada saya.
Saya hanya ingin menyampaikan dan menterjemahkan keinginan wanita itu seperti apa bagaimana (5W+1H). Karena tulisan ini didesak oleh kaum lelaki pada umumnya minta dijelaskan XD
Sebagian besar wawancara yang dilakukan mengatakan bahwa wanita sulit ditebak. Kaum wanita pun begitu ketika menterjemahkan pemikiran laki-laki. So, dua makhluk unik ini diciptakan Allah memang berbeda dan itulah tanda kekuasaan Tuhan. Dalam ayat tercantum “dan itulah tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang dapat berpikir”.
Ketika seorang wanita dan lelaki siap akan menikah. Permasalahan awal yang sering terjadi adalah masalah keberanian. Keberanian dari dua belah pihak. Kita akan bahas hubungan yang jelas yaa.. Absolutely menikah. Sebenarnya sederhana, wanita menginginkan dua hal saja ketika memutuskan untuk memilih lelaki yang menjadi imamnya dan menikah, yaitu kepastian dan kesungguhan. Banyak laki-laki yang mapan, sukses, namun dihadapkan pada persoalan ingin melanjutkan pernikahan itu tidak jelas, tidak sungguh-sungguh, tidak pasti, tidak berani dan embel-embel lainnya. Semua embel-embel kesuksesan mereka akan sirna dimata kaum perempuan kalau dua kaidah itu tak terpenuhi. Walaupun barangkali ketika hati telah terpaut ‘falling in love’ kepada sang lelaki tapi tak akan lama ia akan cepat dan melepaskan perasaan itu karena dua hal itu tidak terpenuhi. Percayalaah ... Hahaha (saya perempuan soalnya). Karena kesimpulannya “ngapain mengharapkan sesuatu yang tak jelas, karena kepada Allah-lah berharap bukan manusia” :)
Ketika hati telah berani melabuhkan hati. Intinya berani pula menanggung segala tanggungjawab yang ada. Berani berkomitmen, berubah diri, memantaskan diri untuk lebih baik. Cinta itu bukan omongan picisan yang murah. Cinta itu membawa sebuah bakul beban yang harus dipertanggungjawabkan.
Kita bahas satu-satu. Pertama kepastian. Apa maksud kepastian ? Kepastian jikalau lelaki tidak membawa harapan kosong, cinta kosong, hal bualan. Bagaimana cara membuktikannya adalah mendatangi walinya perempuan menyatakan diri untuk mencintai secara bertanggungjawab mengatakan apa adanya. Itu makanya kenapa islam erat sekali mengatur perkara ini. Mungkin beberapa kelompok pengajian telah memiliki aturan tersendiri seperti proposal dan tata cara lain. Ketika perempuan dihadapkan sebuah tawaran ataupun sebuah pengakuan, perempuan baik-baik tidak akan rela perasaannya diayun-ayunkan ga jelas. Maka wajar sekali banyak kasus-kasus desak nikah dari kaum perempuan kepada sang lelaki. Proses taaruf jadi gagal karena sang ikhwan / calon tidak memberikan kepastian yang jelas.
Kedua adalah kesungguhan. Apa itu kesungguhan ? Kesungguhan disini adalah kesungguhan untuk menjalankan agamanya dengan baik, mencintai sepenuhnya, berkomitmen serius, kesungguhan untuk bertanggungjawab, kesungguhan untuk bekerja keras menuju jenjang pernikahan. Kesungguhan disini adalah sang lelaki mampu untuk merubah diri menjadi orang yang lebih baik, menjamin dirinya berkualitas dan dapat dipercaya. Bersungguh-sungguh untuk membawa sang permaisuri pilihannya menuju surga, menjadi suami yang baik kelak dan ayah yang baik.
Bayangkan ketika seorang ayah melepaskan anak daranya kepada lelaki yang tidak bersungguh-sungguh mencintai anaknya dan memperjuangkan anaknya ? Bagaimana masa depan anak gadisnya ? Tidak akan mungkin orangtua perempuan tega membiarkan anaknya bersama orang yang tidak jelas bukan.
Perempuan baik-baik tidak akan melihat hal lain selain dua hal itu. Perempuan baik-baik akan menjadikan harta, kedudukan, kekuasaan nomor dua. Karena bagi mereka hal itu tidak paling utama ketika ia dihadapkan seorang lelaki yang barangkali tidak memiliki penuh tiga hal tersebut namun punya mental yang tangguh untuk bersungguh-sungguh secara agama, bekerja keras dan kepastian menjamin dirinya yang terbaik untuk sang putri (icak-icak cerita kerajaan). Ia insyaAllah akan menjadikan lelaki itu pilihannya.
So, tulisan diatas murni riset pribadi dan wawancara beberapa klien #eh. Bisa jadi benar bisa jadi salah. Kita dihadapkan fakta serius problematika roman sinetron yang mengaburkan perkara cinta. Saya miris melihat anak sekolah udah T.T belagak dewasa.
Quran juga jelas menerangkan, jikalau tidak sanggup dan belum siap . Persiapkan diri dengan menahan diri dan berpuasa. Sembari menunggu, mempersiapkan diri dan kemudian tak perlu kelimpungan ketika memang “saat” nya sudah hadir.
Bagi para lelaki sedari awal mempersiapkan tabungan untuk bekal menikah, belajarlah mengenal potensi diri sendiri jika ingin menjadi imam yang baik dan mendapatkan istri yang baik. Tak ada waktu lagi menghamburkan waktu, tenaga dan pikiran untuk hal yang tidak produktif dan bermanfaat. Bagaimana ia membawa bahtera rumah tangganya kelak bila dia tak mengenal dirinya sendiri dan apa tujuan hidupnya ?
dan para perempuan, seharusnya juga mempersiapkan diri untuk membangun kualitas diri. Karena wanita sholehah adalah perhiasaan terbaik dunia (mahal tak ternilai oleh apapun). Wanita sholehah adalah packaging complete, selain bagus secara agama, iman, kecerdasaan dan juga akhlak yang baik. Walau didunia tidak ada yang sempurna, tapi sebagai manusia seharusnya kita merancang diri menjadi seorang umat terbaik. Selalu melakukan perbaikan diri.
Ketika waktunya tiba, timing target berumahtangga sudah dalam bidikan anda. abaikan keegoisan diri untuk malu. Karena jalan tercepat menuju patah hati adalah tak berani mengungkapkan (ngutip film Refrain) XD Paling utama adalah serahkan semua kepada Allah, jodoh memang takdir tapi juga membutuhkan ikhtiar dan bukti bahwa kita memperjuangkannya untuk direstui Allah. Gantungkan semua harapan kepada Allah, takperlu memaksakan diri memang bukan jodohnya, Jika kita berharap kepada manusia sama halnya berharap pada ranting yang rapuh akan patah sewaktu-waktu. Sedangkan apabila bergantung pada Nya kita bergantung pada sesuatu yang tak akan goyah tak akan patah selalu kokoh kita tak akan pernah merasa jatuh.
------
for your inspiration
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
Waktu itu tidak akan terasa akan berganti dan kita akan senantiasa mendewasa dan menua.Terkadang kita tidak pernah tahu jodoh itu kapan tepatnya datang dan menjemput, memastikan dan meng’ikrarkan’. Tuan gunadi pernah bilang bahwa terkadang sejatinya perempuan bukan menunggu melainkan ditunggu kehadirannya. Alasannya seperti ketika kita bertemu hujan, bukankah kita mencari perlindungan untuk berteduh. Mencari tempat yang kira-kira pantas untuk kita berlindung dan mengabdi.
Well, baik itu menunggu ataupun ditunggu. Setiap kita punya defenisi dan langkah-langkah berbeda untuk menjemput jodohnya. Saya sebagai seorang perempuan lebih memiliki melakukan sesuatu yang bermanfaat hingga tiba waktunya nanti tak perlu panik dan kelabakan belajar untuk mengabdi dan menjadi bagian dari keluarga baru.
Well, baik itu menunggu ataupun ditunggu. Setiap kita punya defenisi dan langkah-langkah berbeda untuk menjemput jodohnya. Saya sebagai seorang perempuan lebih memiliki melakukan sesuatu yang bermanfaat hingga tiba waktunya nanti tak perlu panik dan kelabakan belajar untuk mengabdi dan menjadi bagian dari keluarga baru.
Hidup sejatinya belajar bukan ? Namun beberapa dari kita wanita terutama seringkali lupa untuk mengkhawatirkan hal ini. Globalisasi membuat perempuan masa kini lebih independent sehingga sulit untuk mencari seseorang yang pantas untuk melengkapinya karena menganggap semua kebutuhannya telah terpenuhi. Wanita saat ini dengan mudahnya mendapatkan berbagai pekerjaaan tanpa memperdulikan status gender, kemudahan dalam berbagai aspek lain, pendidikan, teknologi, dan juga pendapatan yang lumayan sangat cukup. Yaps wanita karier. Namun disini saya tidak akan membahas mengenai itu. Lebih kepada kita, sebagai seorang wanita yang masih dalam proses menunggu ataupun ditunggu untuk menjemput jodohnya. Apa yang harus dilakukan ?
Sebagian besar teman-teman perempuan yang masih duduk dibangku kuliah seringkali keasikan dengan berbagai rencana, mimpi-mimpi besarnya secara pribadi, dan kontribusinya dalam berbagai aktivitas sosial. Apakah itu salah ? Tidak, itu sama sekali tidak salah. Namun ada yang terlupa, bahwa sejatinya perempuan akan menjadi seorang istri yang akan mengabdi, mendukung, menghebatkan suaminya. Kita tidak membanding-bandingkan gender disini, namun hal yang ditekankan bahwa kita kekurangan wanita sebagai calon istri yang berkualitas untuk menjadi pendidik generasi-generasi hebat dan juga partner lifetime bagi suaminya untuk dihebatkan. Sejatinya wanita dan laki-laki diciptakan berdampingan untuk melengkapi dengan berbagai keunikan yang mereka miliki. Makanya Allah menciptakan Hawa untuk Sang Adam.
Sebagai seorang calon istri kita harus mengevaluasi diri kita sejauhmana karakter kita dapat menjadi seorang yang patuh dan penurut kepada suami kelak. Lah ? Berarti jadi pengalah dong ? Kita mengalah untuk menghebatkan bukan menyerah.Bukankah dibalik pria yang hebat ada wanita yang hebat.
Belajarlah sedari dini untuk mengatur keuangan kita, bagaimana menyimpan uang yang baik, mengakomodirnya pada hal-hal yang bermanfaat, dan berinvestasi. Belajarlah sedari dini untuk membahagiakan suami nanti dengan memasak, membereskan pekerjaan rumah, bersikap santun dan lembut. Belajarlah menjadi seorang calon ibu yang baik dan pendidik generasi emas dengan belajar ilmu parenting mendidik sikap dan karakter yang menjadi modal dasar anak kita kelak. Seorang anak itu layaknya sebuah komputer yang masih kosong memorinya, kitalah yang mengisinya dengan berbagai pendidikan, ilmu, dan sikap-sikap yang menjadi modal dasar ia mengarungi hidupnya kelak.
Hal yang paling utama adalah belajar agama dan aturan agama yang lebih, mengetahui hal dan kewajiban istri, karena semua yang terdapat dalam kehidupan berumah tangga nilainya ibadah dan pahala disisi Allah.
Kalo begitu perempuan sejatinya dirumah dong ? Percuma kita sekolah tinggi-tinggi.
Pandangan seperti ini salah. Kodrat wanita sejatinya ada disamping suaminya untuk mendukung. Kita bersekolah bukan mencapai kesuksesan hakiki hanya diri pribadi, tapi menghebatkan generasi dalam keluarga kita. Bukankah jauh lebih besar misinya ? Daripada hanya menghebatkan diri sendiri. Seorang wanita belajar keras untuk mencapai berbagai ilmu karena ia akan menghebatkan satu keluarganya kelak baik itu suaminya dan anak-anaknya. Luarbiasa bukan ?
“ Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik. (Qs. An Nur:26)
Percayalah, jika wanita menyiapkan diri menjadi istri yang baik. Pendamping kita kelak akan juga menjaga diri dan menyiapkan diri untuk terbaik untuk istrinya kelak.
------
For your inspiration
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
Inspirasi judul ini sejak menonton MarioTeguhTV on youtube channel. Judul artikel ini merupakan kutipan kecil dari sekitar 5 video membahas hal yang hampir serupa. Well, teruntuk para laki-laki, wanita itu mencari seorang pria yang nanti akan ia hebatkan di masa yang akan datang. Pepatah, dibalik seorang pria yang luarbiasa ada wanita yang hebat itu benar.
Dalam Al-Quran juga dijelaskan bahwa laki-laki yang baik hanya untuk perempuan yang baik begitu pula sebaliknya. Saya sebagai bagian dari kaum hawa mengakui, bahwa benar adanya wanita itu mencari pria yang kira-kira cukup pantas dihebatkan di masa yang akan datang. Wanita melakukan seleksi ketat untuk mengetahui memahami kesungguhan seorang pria untuk berusaha menggapai impiannya, membangun identitas dirinya yang baik, membangun reputasi dan kredibilitas, menjaga dan membahagiakan orangtuanya. Sebagian besar perempuan terpesona dengan hal itu yakni “kesungguhan” dari seorang lelaki dan saya mengakuinya.
Ketika ia mampu mengendalikan dirinya untuk berbeda mengambil langkah hidup, ketika teman-temannya asyik menghabiskan waktunya untuk bermalas-malasan, melupakan tugas sekolah dan kuliahnya, pergi larut malam untuk bercengkerama ria dengan teman-temannya, atau menghabiskan waktu dengan hal yang jauh dari kata manfaat. Maka dari itu, ia yang menjadi rebutan para wanita untuk dijadikan orang yang akan dihebatkan di masa yang akan datang. Bukan mendeskritikan seorang laki-laki saat ini, karena yang menulis adalah perempuan. Tapi saya juga katakan pada teman-teman perempuan, bahwa laki-laki juga mencari yang mampu menghebatkannya, menjadi ibu yang terbaik walaupun dia sendiri mengakui bahwa ia bukan laki-laki yang baik. Semua kutipan ini bukanlah berasal dari saya melainkan pak Mario teguh sampaikan, saya hanya membenarkan apa yang ia sampaikan :) hehe.
Saya atas dasar menulis ini adalah murni ingin berbagi dan menasehati. Bukan saya merasa lebih baik dari yang lain. Tapi sebagian besar teman-teman saya yang perempuan sering mengeluh melihat sebagian besar sikap dan karakter laki-laki saat ini.
A : Bagaimana mau jadi suami toh mbak ? Lah wong kerjanya malas-malasan toh, ngerjain tugas aja nitip teman, absen aja banyak nitip, boro-boro belajar mbak. Gimana jadi suami ku nanti toh. Malas-malasan cari uang buat nafkahin anak, beliin saya ini dan itu. Mau makan apa aku nanti ?
Nah loh, itu bukan pendapat saya tapi teman saya yang bisik-bisik sendiri melihat survei para pria saat ini. Hayoo .. Yang absennya banyak bolong siapa ? Yang paling rajin datang ngampus apa sekolah ?
Kita tidak mau mengeneralisasikan hal tersebut. Masih banyak juga laki-laki yang masih care dan peduli dengan studinya, sangat ambisius mengejar mimpinya, calon para pemimpin masih banyak. Tapi masih bisa dihitung. Hehehe (pendapat pribadi)
Perempuan juga begitu, tidak semuanya yang manis tetap menjaga dirinya, memiliki reputasi yang baik dan studi yang baik. Ada juga yang hanya berorentasi hanya menjadi wanita karier sehingga lupa kodratnya nanti akan menjadi seorang ibu yang harus mengurusi rumahtangga yang akan mengerjakan pekerjaan rumah. Kalo dihitung-hitung, sekarang jumlah koki wanita dirumah juga sangat berkurang, karena lebih sibuk mengejar karier sehingga tugas utama terlupakan yang bisa nyuci, masak, bersih-bersih. *tepokjidat* . Hal ini juga hal yang salah. Jadi angka perceraian tinggi sebagian besar selalu berkutat pada permasalahan ini. Wanita yang mencari nafkah, prianya malas-malasan dan anak terlantar diasuh oleh pembantu. Bukankah begitu gambaran sinetron saat ini yaa .. ? #sedihnya.
Memang godaan duniawi saat ini berat sekali mas bro mbak bro. Sinetron saat ini menayangkan para remaja yang sibuk bergalau ria atau kehidupan rumahtangga penuh keributan dan lain sebagainya. Pergaulan diluar juga berat, di sekeliling kita ada saja orang-orang yang saat kita membangun mimpi berusaha menyuruh kita untuk tidur ga usah bermimpi. (pengalaman pribadi). Misalnya pandangan seperti ini “ngapain elu sibuk- sibuk sekarang, masih muda ma meen.. Kita happy happy aja dah!” *mencoba style naskah sinteron haha.
Kembali ke topik,
Apakah wanita dan laki-laki menuntut sempurna ? Tentu tidak semua. Setiap manusia itu memiliki kelebihan dan kekurangan, dan pria serta wanita diciptakan untuk saling melengkapi. Ada tulisan menarik dari kurniawan gunadi, sastrawan muda yang tulisannya cukup menginspirasi, menggabungkan nasihat, dakwah dan sastra. Satu yang saya akan bedah berjudul :
Mungkin Kamu Orangnya ?
“Aku sedang mencari seseorang. Seseorang dijaman seperti ini yang berpikir bahwa mencari sesuap nasi harusnya dengan cara yang terhormat. Seseorang yang berpikir bahwa merokok adalah aktivitas merusak dan mengharamkan dirinya dan keluarga kecilnya melakukannya.
Aku sedang mencari seseorang. Seseorang yang dijaman seperti ini mau sedikit repot berpakaian rapi. Menutup setiap tubuhnya dengan rapi. Bertemu Tuhan jauh lebih rapi daripada bertemu pejabat negara. Seseorang yang rela melindungi kecantikannya, meski ia ingin sekali memperlihatkannya.
Aku sedang mencari seseorang. Seseorang yang dijaman seperti ini masih percaya bahwa Tuhan ada. Ke-ada-annya tidak disangkal oleh apapun. Diimaninya dengan sepenuh hati.
Aku sedang mencari seseorang. Seseorang yang dijaman seperti ini menjaga dirinya dari lawan jenisnya. Seseorang yang enggan pacaran. Seseorang yang dalam diamnya seperti singa, tidak satupun yang berani mengganggu sebab kehormatannya.
Aku sedang mencari seseorang. Seseorang yang dijaman seperti ini paham bahwa pendidikan adalah penting. Ilmu pengetahuan adalah penting. Seseorang yang selalu menjadi pembelajar dalam banyak hal.
Aku sedang mencari seseorang. Seseorang yang sendirian. Tidak mungkin kan aku mencari seseorang yang telah bersama? Seseorang yang sedang mencari takdirnya. Tidak selalu harus paham agama setinggi langit, pandai memasak racikan seluruh nusantara, bergelar ini dan itu. Namun seseorang yang dijaman seperti ini mengerti, bahwa menjadi ibu adalah tugas yang mulia untuk dirinya. Aku sedang mencari seseorang. Mungkin kamu orangnya?
Dan setelah membaca kutipan ini, saya harapkan anda-anda menghapus tulisan “aku sedang mencari seseorang”. Karena tentunya akan membawa kontroversi terhadap saya yang sedang menulis artikel ini seolah-olah sedang endorse diri hahaha (masih close). Cukup kita highlight bagian setelah itu, menjaga diri, paham agama, memuliakan dirinya, menjaga kehormatannya, mengerti dan memahami kalo pendidikan itu penting. Kriteria yang sama-sama diinginkan baik itu pria dan perempuan bukan ?
Saya sempat terkaget-kaget ketika membaca biografi pak Mario Teguh yang ternyata didampingi seorang istri yang merupakan mantan vice president di sebuah perusahaan perbankan amerika. Ibu Lina, bukan orang biasa. Walau kita-kita awalnya melihat penampilan beliau ketika suaminya beraksi didepan panggung. Ia hanya duduk manis diam memperhatikan. Ternyata ia merupakan sosok luarbiasa. Mereka beriring membangun kesuksesan dan melengkapi.
So, sekarang pertanyaan kembali ke kita. Sudah pantaskah kita mengambil standar tinggi untuk jodoh kita ? Dengan kondisi kita saat ini ? Baik itu perilaku, sikap, kepribadian kapasitas lainnya yang sebelumnya saya ceritakan. “Jodoh itu cerminan diri kita”. Kita ingin dihebatkan oleh seorang wanita dengan kapasitas standar awal kita seperti apa ? Sudahkan cukup pantas dengan ekspetasi yang kita inginkan ?
Kepada para perempuan, cukupkah kapasitas kita mampu untuk menghebatkan suami kita nantinya agama, ilmu, pendidikan, kepribadian? Perempuan adalah para pembangun peradaban. Ia bukan hanya menghebatkan suaminya nanti melainkan juga akan mendidik generasi baru, anak-anaknya yang menjadi calon pemimpin di masa yang akan datang. Bukankah pendidikan terberat adalah pendidikan awal seorang anak yang lahir ke bumi.
Intinya, semoga kita nanti menemukan sosok yang akan menghebatkan kamu dan juga pantas dihebatkan :)
---
For your inspiration
Yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
![]() |
Kebahagiaan, banyak dari kita menjadikan hal itu sebagai tujuan Benarkah ?
Ketika sebuah pertanyaan yang dilontarkan kepada banyak orang.
What do you basicly so really you want to your life ? I wanna Happiness.
Sebagian besar menjawab, saya mencari kebahagiaan. Kita kembali bertanya, apa itu bahagia ? Seperti apa ia ? Dan banyak dari kita menjawab pertanyaan itu dengan apa yang mereka lakukan.
What do you basicly so really you want to your life ? I wanna Happiness.
Sebagian besar menjawab, saya mencari kebahagiaan. Kita kembali bertanya, apa itu bahagia ? Seperti apa ia ? Dan banyak dari kita menjawab pertanyaan itu dengan apa yang mereka lakukan.