facebook google twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • About Me
  • Life Style
    • Self Improvment
    • Financial Talk
    • Women Talk
    • Parenting
    • Education
    • Eco Living
  • Travel Content
  • My Project
    • Digital Writing Studio
    • Lampung Digital Academy
    • ThinkMe Project
  • Disclosure
  • Contact

Melati Octavia Journal

Beberapa hari yang lalu, saya menghadiri seminar yang ditaja oleh Dompet Dhuafa. Diisi oleh pemateri luar biasa TRIO Lemmu dari mas Saptuari, mas Jayteroris, dan Mas mono :) panggil mas-mas supaya keliatan muda hehe. Saya mendapatkan informasi dari kantor saya untuk mewakili kantor, dan dapat tiket VVIP gratis. Luarbiasa rejeki yang Allah berikan. Disesi mas Jay Teroris, beliau menyampaikan mengenai mental block. Sebenarnya saya sudah bertemu beliau ketika acara Pesta Wirausaha Mahasiswa di Jogjakarta 2014 lalu, diberikan kesempatan ketemu lagi alhamdulillah, dan bisa sharing lebih jauh. Moga ketemu bapak lagi yaa hehe :D

Allah yang Maha Luarbiasa baik. Belakangan ini saya memang sedang diberikan cobaan cukup berat. Bagi sebagian kalangan ini bukan cobaan mungkin melainkan anugerah. Tapi saya mengatakan cobaan, karena saya masih merasa belum sanggup menerima kesempatan Allah berikan pada saya. Saya mengikuti pelatihan bisnis Onein20 dan singkat cerita lalu tak terduga saya tahun ini mewakili Provinsi Riau generasi pertama kategori mahasiswa untuk mempresentasikan bisnis saya untuk berada di Pitching Investor Nasional awal april nanti ditengah-tengah investor hebat yang nanti akan saya share siapa mereka T.T. Saya selalu bertanya dan berucap-ucap dalam pikiran saya. Kenapa saya ya Robb ? Akankah saya sanggup?

Saya makin mendekatkan diri pada Allah, menghadapi rasa minder luarbiasa. Bertanya dan semakin rajin bertanya kepada orang-orang semoga dikuatkan dan didukung. Alhamdulillah, tak berselang lama, pak Jay Teroris menyampaikan mengenai mental block. Banyak orang sukses yang menghapus mental blok dan membakarnya tak tersisa. Menghapus segala batas yang ada dalam pandangan manusia agar bisa maju terdepan. Baik umur, gender, ekonomi, keilmuan, pendidikan. Gak ada halangan deh menuju sukses. Asal percaya, yakin, dan sungguh-sungguh semua batas akan terbantahkan.

Saya merenung, semua dekade belakangan ini memang tak lepas dari namanya membuat batas dari beberapa hal. Semua berkaitan dengan kepantasan umur. Umur saya masih 20 tahun, terlalu muda rasanya untuk sebagian kalangan mendapatkan berbagai amanah dan pertemanan yang luarbiasa. Padahal saya sering membaca biografi anak-anak kecil luarbiasa bisa sukses diusia yang masih sangat belia bahkan. Tapi kenapa saya yang bisa dikatakan ga belia-belia banget alias sudah masuk fase dewasa masih terselip rasa minder. Sebenarnya rasa minder yang saya miliki tak lepas dari rasa takut saya akan jadi sombong, angkuh, jauh dari Allah. Saya merasa tak pantas dengan amanah dan anugerah yang Allah berikan dalam waktu singkat dan instan. Tapi mungkin itu rayuan Allah untuk saya untuk semakin dekat padaNya. Dan memang benar, saya semakin berusaha tawadhu, rasa angkuh yang saya takutkan itu saya takut menghancurkan diri saya kelak.

Dan beberapa jam lalu, ada teman kelas yang curhat tentang kondisi ekonominya pada saya, kegigihannya bertahan untuk berkuliah. Maaf saya tidak tahu kondisi anda sebelumnya. Beliau mengatakan kesulitan untuk mendapatkan rejeki untuk membiayai kehidupannya, uang spp kampus, membiayai makan dan kost-nya, dan hal lain-lain. Tapi saya selalu mendengar banyak keluhan ketimbang kata penguatan dan positif dari diri teman saya itu. Alhamdulillah, berbekal ilmu yang pak Jay Teroris mengenai mental block saya coba sampaikan ke beliau. Untuk senantiasa positif menghadapi berbagai hal, rintangan, dan selalu ingin mendengar, memperbaiki diri, dan membakar mental block. Keterbatasan-keterbatasan yang ada didiri kita yang kita buat sendiri. Banyak orang tidak sukses karena mereka membuat batas pada diri mereka untuk tidak sukses. “Ahh saya ga bisa nulis, aah saya ga bisa ngomong depan umum, ahh saya ga pinter, dan masih banyak keluhan lainnya” Bedakan yaa readers antara rendah hati dan rendah diri. Coba kita renungkan lebih banyak kata negatif atau positif yang terlontar dipikiran dan omongan kita setiap hari ?

Dan saya juga berkesempatan hari ini untuk ber-gladi mempersentasikan bisnis saya di Business College LP31 berasa jadi dosen beberapa jam. Karena saya juga mengambil space waktu pak dosen yang kebetulan mentor bisnis saya. Lalu, ketika disesi akhir, seorang dosen lainnya yang menyimak saya memberikan pertanyaan mengenai apa yang saya lakukan selama ini. Terimakasih pak dosen lain yang lupa saya tanya namanya. Saya bercerita tentang usaha yang saya lakukan sedari kecil, cita-cita saya, dilema saya akan diri saya. Tanpa sadar memotivasi mahasiswa yang menyimak saya disana. Ahh .. Berasa ga pantas lagi dah hahaha. Saya bercerita bahwa anak muda sekarang suka terbawa arus, saya pun sering terbawa arus. Mungkin posisi weenaak yang bikin kita ga maju. Memang benar, kehidupan yang berkecukupan, ketakutan untuk menghancurkan mental block dan keluar dari zona kenyamanan membuat kita jadi pribadi lurus-lurus aja. Gak ada sensasinyaa ma meen.. *Serius amet bacanya*

Saya bercerita tantangan teman-teman semakin tahun semakin berat, ketika pengangguran makin banyak dan meluap-luap ? Benar. Lalu akan bersaing dengan MEA, yang kita tahu kapasistas lulusan pendidikan Indonesia masih kalah jauh dari negara-negara lain di ASEAN. Lalu apa yang harus kita lakukan ? Dan hal itu sudah menjadi renungan saya ketika saya duduk disekolah menengah pertama. *Dewasa kecepetan* Saya suka nongkrong di perpustakaan sering mengamati buku-buku mengenai pendidikan. Dari situlah saya bertekad untuk menjadi orang yang berbeda dari kebanyakan. Saya bercerita kalau ingin tidak pengangguran syaratnya cuman memperkaya diri dengan ilmu, skill, dan potensi diri. Ada yang bilang itu Ilmu, Integritas, dan Skill. Kita akan jadi orang yang selalu dicari. Seperti postinngan saya sebelumnya, manusia yang bermanfaatkan yang akan selalu ditemukan. Perusahaan tentu mencari karyawan yang dapat memberi manfaat untuk perusahaannya untuk semakin maju.

Hal paling penting, bakar mental block *itu pesan untuk diri saya sendiri dan akan berusaha menerapkannya* Keluar dari zona nyaman. Pak Jaya Setiabudi juga menerapkan the power of kepepet secara sengaja bukan, karena tekanan-tekanan yang hadir membuat kita lebih maju, seperti konsep peer yang dipencet, kemudian meloncat tinggi. Ahh saya bisa saja membuat perumpamaan (Ngutip mbak-masbro).
BAKAR MENTAL BLOCK
BERPIKIR OUT OF BOX
KELUAR DARI ZONA NYAMAN

Sekian terimakasih semoga menginspirasi

-------

Yang menulis tak lebih baik dari yang membaca
Artikel ini sedikit curhat bawaannya. Tapi semoga dapat membuka cakrawala berpikir kita. Sejak kecil saya suka magang. Baru saya sadari ketika saat ini. Entah desakan apa yang terjadi saya sering “dipekerjakan” diberbagai kantor, freelance dan lain-lain. Bagi saya organisasi juga magang loh hehe. Ketika SD pertama kali saya magang sama orangtua, bisnis kecil-kecilan belajar jualan. 
Saya mempromosikan masakan Ayah saya yang waktu dulu pernah berbuka jasa catering dan restoran. Saya suka menawarkannya ke teman-teman sekolah. Alhasil, banyak orderan dari teman-teman, guru dan lain-lain. Sayangnya tidak kepikiran pada saat itu untuk berwirausaha. Lanjut, saya magang dibeberapa guru membantu pekerjaan mereka jadi asisten mengenai administrasi, nilai-nilai siswa, dan lain lain Jadi kalo pengumuman siswa yang juara itu bulan depan teman-teman tahu. Saya siswa yang tahu pertama kali isi rapor teman-teman. #TerbukaKedok. Lanjut, magang jadi kurir sana sininya jasa fotokopi ataupun bagian tata usaha di majelis guru. Ini magang apa pemanfaatan yaa ? Hahaha. Saking baiknya barangkali wkwkwk. Well, semua itu saya ikhlas dan mengambil sisi positif saja (Ampuni hamba yang banyak khilafnya dan bohongnya #pray). Banyak pengalaman yang saya dapat, salah satunya bisa mengendarai motor kopling ketika kelas 5 SD untuk pertama kalinya karena kepepet fotokopi berkas pentingnya guru. Padahal belum pernah nyentuh motor sama sekali. Sueer dah, berasa naik roll coaster deg-degaan. Cuma bermodalkan penglihatan orang banyak ketika berkendaraan motor itu gimana.

Banyak cerita jaman sekolah dasar yang menarik sampai ketika duduk di sekolah menengah atas saya masih sering mengalami hal demikian dan sampai sekarang. Dari kecil saya selalu ditekankan ayah untuk selalu membantu orang. Ga usah mengharapkan banyak hal, nanti Allah aja yang balas. Selalu ingat kata-kata Almarhum ayah. Tapi terkadang manusia juga banyak khilaf dan rasa egoisnya tentu sesekali juga ada rasa pamrih.

Bicara magang itu bicara mencoba, benar tidak ? Magang identik mengenai pekerjaan coba-coba apa itu niatnya karena bagian dari kurikulum kampus, cari tambahan uang dan lain sebagainya. Tapi kalau dari saya sendiri, jadikan magang itu untuk mencari ilmu ingin mencoba, ingin tahu, dan juga berani berbuat kesalahan. Ketika mencoba, kita adalah orang yang masih dalam keadaan buta, tidak tahu apa-apa. Jikalau tahu yaa jauh sekali pengetahuannya, karena belum mencoba toh ?

Sayangnya mental teman-teman kita saat ini, takut untuk magang atau mencoba. Ahh .. Ntar dimarahin boss, ahh ngabisin waktu, ahh ini itu. Well, itu yang membuat kita selalu seperti katak dalam tempurung. Bisa meloncat tapi tak ingin keluar dari tempurungnya. Just silent.
Percayalah, dengan mencoba semakin banyak hal, mencari pengalaman magang dimana saja. Kamu akan jadi different person, akan dicari, diinginkan, diidam-idamkan. Loh kok jadi narsis ? Hahaha bukan, karena ketika kita mencoba dan magang, kita sudah mendapatkan ilmu, pengalaman, dan pencapaian, kita akan menjadi orang yang dibutuhkan. Benar tidak ? Dan jujur, saya belum pernah mengalami rasa “pengangguran” dalam artiaan tidak melakukan apa-apa dan tak menghasilkan apa-apa. Ada saja kesempatan magang lain, misalnya saya berhenti atau hal lainnya. Dan mencoba itu menyenangkan :)

Saya berani mulai bekerja ketika saya duduk di sekolah menengah pertama, mendapat job pertama sebagai waitress dan juga asisten di restoran ayah, lanjut ketika SMA saya bekerja sebagai kontributor, dan akhirnya menjadi wartawan freelance. Sesekali berjualan makanan. Lalu sebagai desain grafis dan web adminsitrator ketika saya baru saja masuk jadi mahasiswa dan penyiar radio. Jika sepi peluang, saya sendiri menyibukkan diri dengan magang sama diri saya sendiri melalui project project yang saya rancang. Saat ini saya masih haus dengan pengalaman, ilmu, dan rasa ingin tahu.
Menurut pandangan saya, pengangguran di Indonesia yang saat ini super banyaknya karena kualitas para sarjana dan juga lulusannya memiliki pola pikir katak dalam tempurung yang tidak ingin mencoba. Ketika lulus hanya pasrah bermodalkan ijazah untuk melamar pekerjaan sana sini. Bukan berarti itu salah, tapi bukan itu yang menjadi aspek utama, tapi skill teman-teman nanti yang diuji ketika bekerja. Nilai-nilai yang kita dapatkan itu tidak akan berarti apa-apa. Jangan ada lagi teman-teman yang mengejek ketika ditanyai kenapa kamu sekolah atau kuliah ? "Untuk menuntut ilmu" itu jadi bahan bercandaan. Karena memang sekolah dan berkehidupan itu tujuannya memang belajar.

Saya harap teman-teman dari sekarang coba mengatur diri jangan hanya diam dan pasrah mengikuti alur kehidupan dan mengikuti "kata banyak orang". Cobalah sesuatu ! Cobalah ! Luangkan waktumu untuk magang dan menghasilkan karya :) Percayalah, semakin banyak jatah gagal anda, semakin dekat kita menuju sukses yang kita inginkan

-------
For your inspiration

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
“Teruslah belajar, belajar itu berhenti ketika nikmat bernafas diambil pemilikNya”
Ingin sedikit sharing tentang konsep belajar kali ini. Saya juga dulu awalnya salah mengartikan belajar itu seperti apa. Hanya textbook, terpaku pada nilai, menjadi siswa rajin, dan lain sebagainya. So, itu benar semua. Semua itu bagian dari belajar. Tapi ternyata belajar itu tidak hanya itu saja. Tapi amat luas maknanya.

Saya pernah menemukan sebuah buku ajaib di Perpustakan Wilayah (Puswil) Istilah kerennya. Saya lupa persisnya judul buku itu seperti apa. Tapi setidaknya mengubah paradigma mengenai apa itu pendidikan, belajar, bagaimana dasarnya. Buku itu menceritakan tentang konsep sekolah / school ketika terbentuk. Hayoo .. Ternyata asal muasal school itu adalah memanfaatkan waktu luang loh teman-teman. Mudah-mudahan saya bisa menemukan buku lama itu kembali dan bisa sharing lebih lengkap lagi di tulisan ini.

Saya selalu menemukan keajaiban jika berkunjung ke surganya buku T.T menemukan buku unik, besoknya kalau ditunda dipinjam atau dibaca buku menghilang ntah kemana. Ketika saya duduk di SMP dulu, sebelum puswil menjadi tempat terkecee untuk ngapain aja alias belajar, skripsian, nyari temen, rapat, dan lain-lainnya. Ketika puswil hanya satu lantai disebuah gedung perkantoran yang sempit dan sesak, saya sudah menikmati buku-buku jadulnya. Biasa menghabiskan minimal 5-10 buku dalam sehari kalau liburan. Gileee ga bosan tuh ? Mau gimana lagi, udah cinta banget ama buku sejak ngenal ama namanya tulisan dan kertas.

Belajar itu sebenarnya kebutuhan. Bukan paksaan dan tekanan. Belajar itu ketika kita hidup. Belajar itu ketika kamu mengerti oranglain dan paham akan sesuatu.
Lifetime learning. Selamanya kita belajar. Belajar bukan ingin jadi orang terpintar didunia, belajar bukan menjadi terkenal dan lain sebagainya. Bagi saya esensi belajar itu memudahkan kehidupan kita di dunia. Islam memuliakan ilmu kan ? Itu makanya orang yang ilmunya banyak, mudah menyelesaikan masalah, mudah melakukan apapun, hidupnya lebih baik. Dan belajar juga memberi manfaat (back to tulisan saya Contribution Unlimited).

Dulu saya sangat patuh dengan pencapaian nilai-nilai diselembar kertas. Saya melakukan banyak pengorbanan untuk dan hanya ketika nilai-nilai itu ditagih ketika ujian. Melelahkan bukan ? Andai saja bisa mengulang masa itu, mungkin semuanya akan lebih mudah. Menurut saya, pendidikan indonesia belum begitu maju karena mindset akan belajar anak-anak jauh belum pada titik yang benar. Sampai pada akhirnya, belajar menjadi sebuah momok mereka. Mereka sulit diajak untuk belajar, sulit diajari, inginya hanya bersenang-senang, dan masih banyak lagi. Saya mengalami hal tersebut, berpikir ketika belajar itu menjadi paksaan yang menakutkan. Sampai pada akhirnya ketika saya duduk di sekolah menengah pertama, ketika aktivitas membaca menjadi dominasi kala itu. Sedikit banyaknya merubah mindset bagaimana belajar. Awalnya saya membaca buku Rahasia 7 Kejeniusan Leonardo Da Vinci yang memiliki IQ yang sempurna. Beethoven dan beberapa ilmuwan muslim seperti Al Khawarizmi dan lain-lain. Dan hampir sebagian besar konsep belajar mereka hampir sama. Rasa ingin tahu, memuaskan hasrat bahwa manusia itu ingin tahu dan membuat perubahan. Berat yaa bacaan saya jaman SMP hehe Akhirnya saya menterjemahkan buku-buku itu dengan mencari tahu “Bagaimana caranya belajar yang benar?” Setiap dari kita punya cara masing-masing untuk belajar, ada learning by doing, ada yang dari buku, ada yang dari pelatihan-pelatihan dan lain-lain.  Dominasi belajar kita akan suatu hal caranya unik dan berbeda-beda. Namun, apabila kita kombinasikan cara itu insyAllah lebih maksimal lagi ilmu yang bisa kita dapatkan.

So, ketika teman-teman kesulitan belajar akan sesuatu hal baik pelajaran, ilmu dan hal-hal baru. Pesan saya, tentukan tujuan dari kamu belajar hal tersebut untuk apa, niatkan dengan lurus dan satu lagi belajarlah bagaimana cara belajar. Saya pribadi belajar bagaimana otak kita bekerja, mentransfer impuls dari rangsangan yang kita dapat dari panca indera, bagaimana prosesnya, bagaimana responnya, kemudian saya belajar bagaimana tehnik memaksimalkan panca indera yang dominan. Karena setiap orang punya dominasi berbeda-beda. Ada yang dominan pada bagian penglihatan, pendengaran, dan juga gerakan. Setelah itu, barulah pelajari tehnik mempermudah penyerapannya bisa dengan tehnik menghapal yang benar, latihan yang benar, mencatat yang benar, cara mencontek yang benar #ups wkwkwk ini tidak boleh ditiru hahaha. Maksudnya tehnik mencontek cara teman-teman yang cerdas dan berilmu bagaimana mereka belajar (diplesetin, habis serius banget bacanya). Lalu teman-teman, sungguh-sungguh praktekkan dikehidupan baik itu di sekolah, kampus, rumah dan dimana aja. Ini tips yang saya simpulkan. Dan terakhir saya mengutip perkataan Imam keren, yang masih muda dan belia sudah menjadi ulama #Subhanallah. Imam Syafii, beliau menulis berupa sya’ir . Sya’ir rtersebut mengandung enam perkara yang dan sangat baik bisa dijadikan pegangan dan pelajaran, yaitu :
"Saudaraku, engkau tidak akan
mendapatkan ilmu
melainkan dengan enam perkara
Kukabarkan kepadamu rinciannya
dengan jelas
KECERDASAN, KEMAUAN KERAS, BERSUNGGUH SUNGGUH, BEKAL YANG CUKUP, BIMBINGAN GURU DAN WAKTUNYA YANG LAMA"

#KEEPLEARNING
Tunggu tulisan selanjutnya >> "Make Own Curriculum"

---
for your inspiration

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca :)

Tulisan ini sebenarnya curhat saya terhadap apa yang saya lakukan. Dari kecil saya suka melakukan sesuatu yang berdampak bagi orang sekitar. Sejak duduk di sekolah dasar, saya senang bergabung di berbagai organisasi dan beberapa kali ditunjuk sebagai ketua kelas (padahal perempuan) hehehe. Jadi ketua mading, ketua pramuka, ikut organisasi dan kompetisi ini itu. Bukan menghukum diri dengan seabrek kegiatan, tapi saya menganggap itu adalah hobi dan kecintaan pada dunia kontribusi. Saya hanya ingin dianggap keberadaannya dimuka bumi dan bermanfaat bagi orang lain. Just it. Mungkin beberapa orang melihat saya seperti bunuh diri, mementingkan oranglain tapi untuk diriku sendiri saya suka mengorbankan diri. Alhasil seringkali dikecewakan oleh beberapa orang yang memanfaatkan hobi saya. Oalaah ..

Well, saya ingin memotivasi teman-teman. Tak ada salahnya berbagi. Coba kita renungkan sudah berapa karya dan kontribusi yang kita lakukan untuk perubahan ? Baik perubahan diri kita sendiri, bahkan perubahan untuk oranglain. Apakah selama ini kita hanya mementingkan hawa nafsu dan kepentingan kita ? Bukankah kita akan menjadi berarti karena oranglain ? Kita hidup tidak sendirian bukan ?
Saya merasakan hal yang mungkin tidak saya rasakan bila saya tidak bergabung di beberapa komunitas yang bersedia dan rela berkorban untuk menghabiskan waktunya mengurusi oranglain, komunitas dakwah, komunitas berbagi, komunitas ilmu, dan lainnya. Kita merasakan sebuah oase kebahagiaan yang luarbiasa, bertemu dengan orang-orang yang berterimakasih banyak atas kebaikan kita untuk membantu mereka menyelesaikan masalah mereka dengan ilmu-ilmu, kasih sayang dan waktu yang kita berikan pada mereka.
Yaps, nobody is perfect. Memang tidak ada manusia yang sempurna. Tapi lakukan apa yang bisa kita lakukan. Kita diberikan tangan, panca indera yang lengkap, perasaan dan pikiran. Berbagi adalah bentuk rasa bersyukur kita pada Allah SWT. Masih banyak orang diluar sana yang tidak merasakan nikmatnya berbagi karena keegoisan diri ataupun keterbatasan diri karena keadaan fisiknya yang lemah.

“Tidak ada yang mau dilupakan bukan ? Setiap orang ingin meninggalkan jejak dimuka bumi untuk diingat” Ucap Augustus Waters pada Hazel Grace dibuku karya John Green The Faults in our stars.

Fitrah manusia untuk diingat. Tapi ketika berkontribusi relakan hati sepenuhnya untuk membuat orang lebih baik. Bersama-sama membangun diri menjadi lebih baik. Tak perlu menunggu sampai harta melimpah, kedudukan tinggi, atau tahta yang takgoyahkan. Untuk apa semua itu jika itu hanya untuk diri sendiri? Kita hidup didunia tidak sendiri kan ?

Ingat hadits tentang amal jariyah ketika orang sudah meninggalkan dunia. Doa anak sholeh, ilmu yang bermanfaat dan sedekah jariyah. Lifetime pahala sampai hari penghabisan itu datang. Berusahalah semuda mungkin untuk membuat jejak, membuat oranglain lebih baik. Percayalah, kebaikan-kebaikan yang kita berikan dengan tulus akan mempermudah hidup kita. Bukankah dunia hanya tempat menunggu dan hanya sementara. What purpose your life ? Tanyakah tujuan hidup kamu seperti apa, untuk siapa dengan siapa ?
Berkontribusi itu nikmat .. Percayalah teman :)
-----
for your inspiration

yang menulis tak lebih baik dari yang membaca
Sebuah chapter tulisan sajak-sajak renungan yang membuat aku mengerti indahnya episode hidup yang ditawarkan Tuhan. Chapter dari sajak sebelumnya. Kali ini aku akan bercerita tentang bagian episode kehidupan ; Menunggu.
Sebelumnya, aku pernah bercerita dalam gambar di instagram.

Menunggu adalah momen unik. Menggelisahkan, meresahkan, menyenangkan, menyedihkan, dan sulit ditebak. Sejatinya hidup menurutku adalah menunggu. Menunggu kematian datang menghampiri, menunggu esok datang, menunggu hari tua, menunggu menjadi seorang yang dewasa. Semua dari kita melewati episode ini. Yaa menunggu.
Dalam roman kisah cinta, menunggu adalah bagian tak terbantahkan. Menunggu memastikan perasaan, menunggu sebuah ikrar terucap, dan momen menunggu-menunggu lainnya. Benarkah ? Coba renungkan.
Kita selalu menunggu matahari menawarkan sinar yang sama di esok hari. Walau kita tahu ia akan hadir, tapi kita selalu menunggu bukan ? Menunggu pagi yang menawarkan cerita yang baru, cerita yang sebelumnya kita coba susun tapi pada kenyataannya tak selalu sama. Bagaimana ?
Menunggu, sebuah kata kerja ketika kita gambarkan dipikiran kita adalah sebuah momen dimana ada sesosok orang yang berada di sebuah sudut jalan bermain pasir atau memainkan kerikil di kakinya. Sesekali melihat alorji yang ada ditangan kirinya atau sesekali melihat kiri dan kekanan.
Zaman pun berubah, tradisi menunggu lebih kompleks dan tak melulu seperti itu. Menunggu telah menawarkan cerita yang membuat kita berusaha untuk tidak bosan, tidak terlena pada waktu yang berjalan tapi tak berkutik menawarkan detik berbeda dalam realitasnya. Menunggu mengajarkan kita arti penting sebuah dimensi waktu. Waktu yang tak pernah rela berhenti, dikurangi, ditambahi, dipercepat, ataupun diperlambat. Waktu menghardik kita untuk patuh dan pasrah dan bersabar dalam sebuah episode yang dinamai “Menunggu”.

Kau tahu, aku menunggu. Aku menunggu sebuah refleksi yang mengajarkan senyuman dalam ranah sabar. Aku menunggu, bahwa perjuangan itu lebih manis dalam sebuah episode menunggu. Aku menunggu, sebuah rasa puas ketika aku sampai pada titik dimana aku menemui dirimu dan mengatakan . Aku berhasil! Aku berhasil melewati kebosanan, kebimbangan, jalan terjal penuh liku, sebuah tangis ketika aku dapati diriku terluka ketika berusaha menghapus kegelisahan dan kegundahan dalam sebuah lembar episode naskah Tuhan.

Allah pun menunggu, menunggu kita berubah menjadi orang yang lebih kuat, lebih sabar, lebih bertakwa. Menunggu pembuktian cinta hambanya dalam setiap hela nafas yang ia pinjamkan pada hambanya. Ia memberi bibit nyawa yang tak pernah Ia pamrih, hanya melihat kesungguhan kita mengenali siapa penciptaNya apa yang hambaNya lakukan.

Percayalah sahabatku, ketika kita paham makna menunggu, kita tidak akan pernah lupa bahwa sejatinya hidup kita adalah sebuah gerbang jalan menunggu antrian sampai pada tujuan. Manusia tidak akan pernah puas kan? Ingat tidak fitrah itu ? Kenapa tidak puas. Karena tak ada dimuka bumi ini dandi alam semesta ini yang pantas menjadi sebuah tujuan. Kecuali kembali kepadaNya. Hanya padaNya.
Letakkan hatimu pada tempat yang tepat dan pantas untuk menunggu. Letakkan pikiranmu pada fokus yang membuat kamu tidak terlena pada detik-detik yang tak menawarkan cerita yang baru. Nikmati, nikmati, nikmati. Bahwa menunggu sejatinya adalah perbaikan diri, menyampaikan pesan dan hikmah untuk menjadikan diri kita semakin berarti dan bijaksana.

Sebelumnya perlu ditekankan, tulisan ini tidak memprovokasi siapapun. Judul ini sudah direquest beberapa orang dikarenakan beberapa postingan sebelumnya sepertinya membawa banyak pertanyaan deras hal seputar “ehem” jodoh dan bertanya direct kepada saya.

Saya hanya ingin menyampaikan dan menterjemahkan keinginan wanita itu seperti apa bagaimana (5W+1H). Karena tulisan ini didesak oleh kaum lelaki pada umumnya minta dijelaskan XD

Sebagian besar wawancara yang dilakukan mengatakan bahwa wanita sulit ditebak. Kaum wanita pun begitu ketika menterjemahkan pemikiran laki-laki. So, dua makhluk unik ini diciptakan Allah memang berbeda dan itulah tanda kekuasaan Tuhan. Dalam ayat tercantum “dan itulah tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang dapat berpikir”.

Ketika seorang wanita dan lelaki siap akan menikah. Permasalahan awal yang sering terjadi adalah masalah keberanian. Keberanian dari dua belah pihak. Kita akan bahas hubungan yang jelas yaa.. Absolutely menikah. Sebenarnya sederhana, wanita menginginkan dua hal saja ketika memutuskan untuk memilih lelaki yang menjadi imamnya dan menikah, yaitu kepastian dan kesungguhan. Banyak laki-laki yang mapan, sukses, namun dihadapkan pada persoalan ingin melanjutkan pernikahan itu tidak jelas, tidak sungguh-sungguh, tidak pasti, tidak berani dan embel-embel lainnya. Semua embel-embel kesuksesan mereka akan sirna dimata kaum perempuan kalau dua kaidah itu tak terpenuhi. Walaupun barangkali ketika hati telah terpaut ‘falling in love’ kepada sang lelaki tapi tak akan lama ia akan cepat dan melepaskan perasaan itu karena dua hal itu tidak terpenuhi. Percayalaah ... Hahaha (saya perempuan soalnya). Karena kesimpulannya “ngapain mengharapkan sesuatu yang tak jelas, karena kepada Allah-lah berharap bukan manusia” :)

Ketika hati telah berani melabuhkan hati. Intinya berani pula menanggung segala tanggungjawab yang ada. Berani berkomitmen, berubah diri, memantaskan diri untuk lebih baik. Cinta itu bukan omongan picisan yang murah. Cinta itu membawa sebuah bakul beban yang harus dipertanggungjawabkan.

Kita bahas satu-satu. Pertama kepastian. Apa maksud kepastian ? Kepastian jikalau lelaki tidak membawa harapan kosong, cinta kosong, hal bualan. Bagaimana cara membuktikannya adalah mendatangi walinya perempuan menyatakan diri untuk mencintai secara bertanggungjawab mengatakan apa adanya. Itu makanya kenapa islam erat sekali mengatur perkara ini. Mungkin beberapa kelompok pengajian telah memiliki aturan tersendiri seperti proposal dan tata cara lain. Ketika perempuan dihadapkan sebuah tawaran ataupun sebuah pengakuan, perempuan baik-baik tidak akan rela perasaannya diayun-ayunkan ga jelas. Maka wajar sekali banyak kasus-kasus desak nikah dari kaum perempuan kepada sang lelaki. Proses taaruf jadi gagal karena sang ikhwan / calon tidak memberikan kepastian yang jelas.

Kedua adalah kesungguhan. Apa itu kesungguhan ? Kesungguhan disini adalah kesungguhan untuk menjalankan agamanya dengan baik, mencintai sepenuhnya, berkomitmen serius, kesungguhan untuk bertanggungjawab, kesungguhan untuk bekerja keras menuju jenjang pernikahan. Kesungguhan disini adalah sang lelaki mampu untuk merubah diri menjadi orang yang lebih baik, menjamin dirinya berkualitas dan dapat dipercaya. Bersungguh-sungguh untuk membawa sang permaisuri pilihannya menuju surga, menjadi suami yang baik kelak dan ayah yang baik.

Bayangkan ketika seorang ayah melepaskan anak daranya kepada lelaki yang tidak bersungguh-sungguh mencintai anaknya dan memperjuangkan anaknya ? Bagaimana masa depan anak gadisnya ? Tidak akan mungkin orangtua perempuan tega membiarkan anaknya bersama orang yang tidak jelas bukan.

Perempuan baik-baik tidak akan melihat hal lain selain dua hal itu. Perempuan baik-baik akan menjadikan harta, kedudukan, kekuasaan nomor dua. Karena bagi mereka hal itu tidak paling utama ketika ia dihadapkan seorang lelaki yang barangkali tidak memiliki penuh tiga hal tersebut namun punya mental yang tangguh untuk bersungguh-sungguh secara agama, bekerja keras dan kepastian menjamin dirinya yang terbaik untuk sang putri (icak-icak cerita kerajaan). Ia insyaAllah akan menjadikan lelaki itu pilihannya.

So, tulisan diatas murni riset pribadi dan wawancara beberapa klien #eh. Bisa jadi benar bisa jadi salah. Kita dihadapkan fakta serius problematika roman sinetron yang mengaburkan perkara cinta. Saya miris melihat anak sekolah udah T.T belagak dewasa.

Quran juga jelas menerangkan, jikalau tidak sanggup dan belum siap . Persiapkan diri dengan menahan diri dan berpuasa. Sembari menunggu, mempersiapkan diri dan kemudian tak perlu kelimpungan ketika memang “saat” nya sudah hadir.

Bagi para lelaki sedari awal mempersiapkan tabungan untuk bekal menikah, belajarlah mengenal potensi diri sendiri jika ingin menjadi imam yang baik dan mendapatkan istri yang baik. Tak ada waktu lagi menghamburkan waktu, tenaga dan pikiran untuk hal yang tidak produktif dan bermanfaat. Bagaimana ia membawa bahtera rumah tangganya kelak bila dia tak mengenal dirinya sendiri dan apa tujuan hidupnya ?

dan para perempuan, seharusnya juga mempersiapkan diri untuk membangun kualitas diri. Karena wanita sholehah adalah perhiasaan terbaik dunia (mahal tak ternilai oleh apapun). Wanita sholehah adalah packaging complete, selain bagus secara agama, iman, kecerdasaan dan juga akhlak yang baik. Walau didunia tidak ada yang sempurna, tapi sebagai manusia seharusnya kita merancang diri menjadi seorang umat terbaik. Selalu melakukan perbaikan diri.

Ketika waktunya tiba, timing target berumahtangga sudah dalam bidikan anda. abaikan keegoisan diri untuk malu. Karena jalan tercepat menuju patah hati adalah tak berani mengungkapkan (ngutip film Refrain) XD Paling utama adalah serahkan semua kepada Allah, jodoh memang takdir tapi juga membutuhkan ikhtiar dan bukti bahwa kita memperjuangkannya untuk direstui Allah. Gantungkan semua harapan kepada Allah, takperlu memaksakan diri memang bukan jodohnya, Jika kita berharap kepada manusia sama halnya berharap pada ranting yang rapuh akan patah sewaktu-waktu. Sedangkan apabila bergantung pada Nya kita bergantung pada sesuatu yang tak akan goyah tak akan patah selalu kokoh kita tak akan pernah merasa jatuh.

------
for your inspiration

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca



Perkembangan era globalisasi saat ini membuat berbagai paradigma begitu dinamis berkembang. Setiap orang sedikitnya memiliki lebih dari dua hingga tiga sudut pandang dalam menyikapi sebuah perkara. Terkhusus bagi kaum muda tentunya. Luasnya pemikiran setiap masing-masing kita kadarnya berbeda - beda. Hal ini berkaitan dengan lingkungan, pengalaman, konsep diri, kebiasaan dan juga tingkat pendidikan ditempat kita mengenyam. Seorang manusia itu memiliki kompleksitas unik sehingga membentuk sebuah karakter utuh. *aduh tinggi sekali bahasa saya*
Waktu itu tidak akan terasa akan berganti dan kita akan senantiasa mendewasa dan menua.Terkadang kita tidak pernah tahu jodoh itu kapan tepatnya datang dan menjemput, memastikan dan meng’ikrarkan’. Tuan gunadi pernah bilang bahwa terkadang sejatinya perempuan bukan menunggu melainkan ditunggu kehadirannya. Alasannya seperti ketika kita bertemu hujan, bukankah kita mencari perlindungan untuk berteduh. Mencari tempat yang kira-kira pantas untuk kita berlindung dan mengabdi.
Well, baik itu menunggu ataupun ditunggu. Setiap kita punya defenisi dan langkah-langkah berbeda untuk menjemput jodohnya. Saya sebagai seorang perempuan lebih memiliki melakukan sesuatu yang bermanfaat hingga tiba waktunya nanti tak perlu panik dan kelabakan belajar untuk mengabdi dan menjadi bagian dari keluarga baru.

Hidup sejatinya belajar bukan ? Namun beberapa dari kita wanita terutama seringkali lupa untuk mengkhawatirkan hal ini. Globalisasi membuat perempuan masa kini lebih independent sehingga sulit untuk mencari seseorang yang pantas untuk melengkapinya karena menganggap semua kebutuhannya telah terpenuhi. Wanita saat ini dengan mudahnya mendapatkan berbagai pekerjaaan tanpa memperdulikan status gender, kemudahan dalam berbagai aspek lain, pendidikan, teknologi, dan juga pendapatan yang lumayan sangat cukup. Yaps wanita karier. Namun disini saya tidak akan membahas mengenai itu. Lebih kepada kita, sebagai seorang wanita yang masih dalam proses menunggu ataupun ditunggu untuk menjemput jodohnya. Apa yang harus dilakukan ?

Sebagian besar teman-teman perempuan yang masih duduk dibangku kuliah seringkali keasikan dengan berbagai rencana, mimpi-mimpi besarnya secara pribadi, dan kontribusinya dalam berbagai aktivitas sosial. Apakah itu salah ? Tidak, itu sama sekali tidak salah. Namun ada yang terlupa, bahwa sejatinya perempuan akan menjadi seorang istri yang akan mengabdi, mendukung, menghebatkan suaminya. Kita tidak membanding-bandingkan gender disini, namun hal yang ditekankan bahwa kita kekurangan wanita sebagai calon istri yang berkualitas untuk menjadi pendidik generasi-generasi hebat dan juga partner lifetime bagi suaminya untuk dihebatkan. Sejatinya wanita dan laki-laki diciptakan berdampingan untuk melengkapi dengan berbagai keunikan yang mereka miliki. Makanya Allah menciptakan Hawa untuk Sang Adam.
Sebagai seorang calon istri kita harus mengevaluasi diri kita sejauhmana karakter kita dapat menjadi seorang yang patuh dan penurut kepada suami kelak. Lah ? Berarti jadi pengalah dong ? Kita mengalah untuk menghebatkan bukan menyerah.Bukankah dibalik pria yang hebat ada wanita yang hebat.

Belajarlah sedari dini untuk mengatur keuangan kita, bagaimana menyimpan uang yang baik, mengakomodirnya pada hal-hal yang bermanfaat, dan berinvestasi. Belajarlah sedari dini untuk membahagiakan suami nanti dengan memasak, membereskan pekerjaan rumah, bersikap santun dan lembut. Belajarlah menjadi seorang calon ibu yang baik dan pendidik generasi emas dengan belajar ilmu parenting mendidik sikap dan karakter yang menjadi modal dasar anak kita kelak. Seorang anak itu layaknya sebuah komputer yang masih kosong memorinya, kitalah yang mengisinya dengan berbagai pendidikan, ilmu, dan sikap-sikap yang menjadi modal dasar ia mengarungi hidupnya kelak.
Hal yang paling utama adalah belajar agama dan aturan agama yang lebih, mengetahui hal dan kewajiban istri, karena semua yang terdapat dalam kehidupan berumah tangga nilainya ibadah dan pahala disisi Allah.

Kalo begitu perempuan sejatinya dirumah dong ? Percuma kita sekolah tinggi-tinggi.
Pandangan seperti ini salah. Kodrat wanita sejatinya ada disamping suaminya untuk mendukung. Kita bersekolah bukan mencapai kesuksesan hakiki hanya diri pribadi, tapi menghebatkan generasi dalam keluarga kita. Bukankah jauh lebih besar misinya ? Daripada hanya menghebatkan diri sendiri. Seorang wanita belajar keras untuk mencapai berbagai ilmu karena ia akan menghebatkan satu keluarganya kelak baik itu suaminya dan anak-anaknya. Luarbiasa bukan ?
“ Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik. (Qs. An Nur:26)

 Percayalah, jika wanita menyiapkan diri menjadi istri yang baik. Pendamping kita kelak akan juga menjaga diri dan menyiapkan diri untuk terbaik untuk istrinya kelak.


------ 
For your inspiration

yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
Kamu mengenal lentera. Sebuah cahaya yang lekat letak menyudut ruang dalam seluas gelap. Biasanya prajurit - prajurit serangga mencari lentera itu. Berusaha menggapai-gapai. Kamu mengenal sebuah mimpi. Sebuah kelebat pikir dan rasa terkadang akan kamu temukan di dunia khayal ataupun dunia nyata. Aku akan bercerita padamu bahwa mimpi itu memiliki kekuatan dan bertenaga. Layaknya kincir yang berharap angin berhembus mengenainya. Jemari-jemari kincir memutar berlahan membuat sebuah roda turbin membuat berbagai cahaya beraneka ragam di pemukiman sudut sana. Yaa .. Dengan angin. Sebuah dimensi tak berwarna, tak berupa dan terkecap rasa. Tapi kamu dapat merasakan kehadirannya, rasanya, dan membutuhkannya. Angin layaknya campuran sebuah unsur-unsur. Begitulah mimpi, dalam dekapan mimpi kamu dapat bercerita. Walau tak dapat kau pegang saat ini, tak dapat dikecap rasanya, hanya bisa diceritakan dan direncanakan. Tapi sekali lagi jangan kamu meremehkan mimpi. Karena peta mimpi yang bersistematika mengantarkanmu pada sebuah cahaya seperti kincir menyalakan turbin listrik. Mimpi menjadi sebuah energi untuk mewujudkan sebuah aliran kebermanfaatan sebuah keajaiban. Mimpi yang membawamu membuat sebuah lentera yang menerangi kegelapan. Dalam dekapan mimpi kamu akan mewujudkan syair keajaiban.

Mungkin teman-teman tahu istilah circle yang memiliki Google+. 
Di era sosial media saat ini memudahkan kita berkenalan dengan banyak orang, bertemu bahkan berbagi apapun walaupun dalam konteks pertemanan secara realitas itu kita tidak mengenalnya secara penuh. 


Inspirasi judul ini sejak menonton MarioTeguhTV on youtube channel. Judul artikel ini merupakan kutipan kecil dari sekitar 5 video membahas hal yang hampir serupa. Well, teruntuk para laki-laki, wanita itu mencari seorang pria yang nanti akan ia hebatkan di masa yang akan datang. Pepatah, dibalik seorang pria yang luarbiasa ada wanita yang hebat itu benar. 

Dalam Al-Quran juga dijelaskan bahwa laki-laki yang baik hanya untuk perempuan yang baik begitu pula sebaliknya. Saya sebagai bagian dari kaum hawa mengakui, bahwa benar adanya wanita itu mencari pria yang kira-kira cukup pantas dihebatkan di masa yang akan datang. Wanita melakukan seleksi ketat untuk mengetahui memahami kesungguhan seorang pria untuk berusaha menggapai impiannya, membangun identitas dirinya yang baik, membangun reputasi dan kredibilitas, menjaga dan membahagiakan orangtuanya. Sebagian besar perempuan terpesona dengan hal itu yakni “kesungguhan” dari seorang lelaki dan saya mengakuinya.

Ketika ia mampu mengendalikan dirinya untuk berbeda mengambil langkah hidup, ketika teman-temannya asyik menghabiskan waktunya untuk bermalas-malasan, melupakan tugas sekolah dan kuliahnya, pergi larut malam untuk bercengkerama ria dengan teman-temannya, atau menghabiskan waktu dengan hal yang jauh dari kata manfaat. Maka dari itu, ia yang menjadi rebutan para wanita untuk dijadikan orang yang akan dihebatkan di masa yang akan datang. Bukan mendeskritikan seorang laki-laki saat ini, karena yang menulis adalah perempuan. Tapi saya juga katakan pada teman-teman perempuan, bahwa laki-laki juga mencari yang mampu menghebatkannya, menjadi ibu yang terbaik walaupun dia sendiri mengakui bahwa ia bukan laki-laki yang baik. Semua kutipan ini bukanlah berasal dari saya melainkan pak Mario teguh sampaikan, saya hanya membenarkan apa yang ia sampaikan :) hehe.
Saya atas dasar menulis ini adalah murni ingin berbagi dan menasehati. Bukan saya merasa lebih baik dari yang lain. Tapi sebagian besar teman-teman saya yang perempuan sering mengeluh melihat sebagian besar sikap dan karakter laki-laki saat ini.
A : Bagaimana mau jadi suami toh mbak ? Lah wong kerjanya malas-malasan toh, ngerjain tugas aja nitip teman, absen aja banyak nitip, boro-boro belajar mbak. Gimana jadi suami ku nanti toh. Malas-malasan cari uang buat nafkahin anak, beliin saya ini dan itu. Mau makan apa aku nanti ?

Nah loh, itu bukan pendapat saya tapi teman saya yang bisik-bisik sendiri melihat survei para pria saat ini. Hayoo .. Yang absennya banyak bolong siapa ? Yang paling rajin datang ngampus apa sekolah ?

Kita tidak mau mengeneralisasikan hal tersebut. Masih banyak juga laki-laki yang masih care dan peduli dengan studinya, sangat ambisius mengejar mimpinya, calon para pemimpin masih banyak. Tapi masih bisa dihitung. Hehehe (pendapat pribadi)
Perempuan juga begitu, tidak semuanya yang manis tetap menjaga dirinya, memiliki reputasi yang baik dan studi yang baik. Ada juga yang hanya berorentasi hanya menjadi wanita karier sehingga lupa kodratnya nanti akan menjadi seorang ibu yang harus mengurusi rumahtangga yang akan mengerjakan pekerjaan rumah. Kalo dihitung-hitung, sekarang jumlah koki wanita dirumah juga sangat berkurang, karena lebih sibuk mengejar karier sehingga tugas utama terlupakan yang bisa nyuci, masak, bersih-bersih. *tepokjidat* . Hal ini juga hal yang salah. Jadi angka perceraian tinggi sebagian besar selalu berkutat pada permasalahan ini. Wanita yang mencari nafkah, prianya malas-malasan dan anak terlantar diasuh oleh pembantu. Bukankah begitu gambaran sinetron saat ini yaa .. ? #sedihnya.

Memang godaan duniawi saat ini berat sekali mas bro mbak bro. Sinetron saat ini menayangkan para remaja yang sibuk bergalau ria atau kehidupan rumahtangga penuh keributan dan lain sebagainya. Pergaulan diluar juga berat, di sekeliling kita ada saja orang-orang yang saat kita membangun mimpi berusaha menyuruh kita untuk tidur ga usah bermimpi. (pengalaman pribadi). Misalnya pandangan seperti ini “ngapain elu sibuk- sibuk sekarang, masih muda ma meen.. Kita happy happy aja dah!” *mencoba style naskah sinteron haha.
 Kembali ke topik,

Apakah wanita dan laki-laki menuntut sempurna ? Tentu tidak semua. Setiap manusia itu memiliki kelebihan dan kekurangan, dan pria serta wanita diciptakan untuk saling melengkapi. Ada tulisan menarik dari kurniawan gunadi, sastrawan muda yang tulisannya cukup menginspirasi, menggabungkan nasihat, dakwah dan sastra. Satu yang saya akan bedah berjudul :
Mungkin Kamu Orangnya ?
“Aku sedang mencari seseorang. Seseorang dijaman seperti ini yang berpikir bahwa mencari sesuap nasi harusnya dengan cara yang terhormat. Seseorang yang berpikir bahwa merokok adalah aktivitas merusak dan mengharamkan dirinya dan keluarga kecilnya melakukannya.

Aku sedang mencari seseorang. Seseorang yang dijaman seperti ini mau sedikit repot berpakaian rapi. Menutup setiap tubuhnya dengan rapi. Bertemu Tuhan jauh lebih rapi daripada bertemu pejabat negara. Seseorang yang rela melindungi kecantikannya, meski ia ingin sekali memperlihatkannya.

Aku sedang mencari seseorang. Seseorang yang dijaman seperti ini masih percaya bahwa Tuhan ada. Ke-ada-annya tidak disangkal oleh apapun. Diimaninya dengan sepenuh hati.

Aku sedang mencari seseorang. Seseorang yang dijaman seperti ini menjaga dirinya dari lawan jenisnya. Seseorang yang enggan pacaran. Seseorang yang dalam diamnya seperti singa, tidak satupun yang berani mengganggu sebab kehormatannya.

Aku sedang mencari seseorang. Seseorang yang dijaman seperti ini paham bahwa pendidikan adalah penting. Ilmu pengetahuan adalah penting. Seseorang yang selalu menjadi pembelajar dalam banyak hal.

Aku sedang mencari seseorang. Seseorang yang sendirian. Tidak mungkin kan aku mencari seseorang yang telah bersama? Seseorang yang sedang mencari takdirnya. Tidak selalu harus paham agama setinggi langit, pandai memasak racikan seluruh nusantara, bergelar ini dan itu. Namun seseorang yang dijaman seperti ini mengerti, bahwa menjadi ibu adalah tugas yang mulia untuk dirinya. Aku sedang mencari seseorang. Mungkin kamu orangnya?

Dan setelah membaca kutipan ini, saya harapkan anda-anda menghapus tulisan “aku sedang mencari seseorang”. Karena tentunya akan membawa kontroversi terhadap saya yang sedang menulis artikel ini seolah-olah sedang endorse diri hahaha (masih close). Cukup kita highlight bagian setelah itu, menjaga diri, paham agama, memuliakan dirinya, menjaga kehormatannya, mengerti dan memahami kalo pendidikan itu penting. Kriteria yang sama-sama diinginkan baik itu pria dan perempuan bukan ?
Saya sempat terkaget-kaget ketika membaca biografi pak Mario Teguh yang ternyata didampingi seorang istri yang merupakan mantan vice president di sebuah perusahaan perbankan amerika. Ibu Lina, bukan orang biasa. Walau kita-kita awalnya melihat penampilan beliau ketika suaminya beraksi didepan panggung. Ia hanya duduk manis diam memperhatikan. Ternyata ia merupakan sosok luarbiasa. Mereka beriring membangun kesuksesan dan melengkapi.
So, sekarang pertanyaan kembali ke kita. Sudah pantaskah kita mengambil standar tinggi untuk jodoh kita ? Dengan kondisi kita saat ini ? Baik itu perilaku, sikap, kepribadian kapasitas lainnya yang sebelumnya saya ceritakan. “Jodoh itu cerminan diri kita”. Kita ingin dihebatkan oleh seorang wanita dengan kapasitas standar awal kita seperti apa ? Sudahkan cukup pantas dengan ekspetasi yang kita inginkan ?
Kepada para perempuan, cukupkah kapasitas kita mampu untuk menghebatkan suami kita nantinya agama, ilmu, pendidikan, kepribadian? Perempuan adalah para pembangun peradaban. Ia bukan hanya menghebatkan suaminya nanti melainkan juga akan mendidik generasi baru, anak-anaknya yang menjadi calon pemimpin di masa yang akan datang. Bukankah pendidikan terberat adalah pendidikan awal seorang anak yang lahir ke bumi.
Intinya, semoga kita nanti menemukan sosok yang akan menghebatkan kamu dan juga pantas dihebatkan :)
---
For your inspiration
Yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

Newer Posts
Older Posts

HELLO, THERE!


Hello, There!


Hello, There!

Let's read my story and experience


Find More



LET’S BE FRIENDS

Sponsor

OUR CATEGORIES

Entrepreneurship Event Financial Talks Forest Talk Good For You Happiness Healthy Talks Ngobrolin Passion Parenting Pendidikan Review Self Improvement Self Reminder Tips Travel Wirausaha Young Mindset community development experience

OUR PAGEVIEW

recent posts

Blog Archive

FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by beautytemplates