facebook google twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • About Me
  • Life Style
    • Self Improvment
    • Financial Talk
    • Women Talk
    • Parenting
    • Education
    • Eco Living
  • Travel Content
  • My Project
    • Digital Writing Studio
    • Lampung Digital Academy
    • ThinkMe Project
  • Disclosure
  • Contact

Melati Octavia Journal




Artikel ini hadir ketika direcoki oleh beberapa rekan yang terkaget - kaget ketika membahas salah satu persoalan masa depan yaitu menikah. Saya selalu tertawa mendengar orang - orang parno ketika menyebut kata “sakral” itu. Seolah - olah orang yang mengucapkan kata itu, keesokan harinya harus sudah nyebar undangan, atau sudah membangun tenda didepan rumahnya, tidak lupa janur kuningnya.

Awalnya saya demikian juga, ketika ada rekan sudah menyerempet membahas hal itu. Saya tidak tahan untuk ‘ngebecandain’ seolah - olah si pembawa topik itu, lagi menyiapkan intro pernyataan untuk menikah esok kelak. *tepokjidat*

Saya bersyukur bergabung dalam sebuah grup parenting online dan juga sesekali membawakan program acara parenting membahas keluarga dibeberapa sela kesibukan perkuliahan dan aktivitas lainnya membuat hal demikian sudah terbiasa dan tidak tabu lagi dibahas. Bahkan saya menyatakan diri bahwa itu memang harus dibahas bukan dihindari untuk membahasnya.

Tahu tidak ? Keluarga yang ada pada saat ini sebagian besar menikah bukan karena kesiapan, tapi karena harus siap. Sudah waktunya dan juga mungkin sudah menemukan jodohnya langsung menikah. Beranggapan belajar tentang perkara pernikahan itu ketika sudah dalam masa tersebut. Salahkah ? Tapi sebagian besar, dari kita belum siap untuk menikah walau sudah waktunya. Sedari lama lupa mempersiapkan diri, sibuk mengejar karier, sibuk dengan aktivitas lajangnya, atau hal lainnya. Bahwa ada ilmu yang seharusnya dipelajari yakni membangun rumah tangga. Seolah - olah membangun rumahtangga itu perkara belajar on the way. Padahal konflik yang terjadi, perceraian meningkat karena masing-masing dari pasangan tidak mengerti bagaimana menjalankan perannya, salah memutuskan, salah bersikap, salah mengerti. Bayangkan saja dua orang yang berbeda disatukan dalam satu kehidupan seumur hidup. Sebelumnya memiliki kehidupan yang berbeda, keinginan berbeda, gaya hidup berbeda, berbahayanya lagi visi yang berbeda.

Menikah itu perlu persiapan, perlu kematangan berpikir bukan hanya fisik saja yang sudah dewasa melainkan juga mental dan psikis. Bagaimana menghargai, memahami. Mengetahui kodrat peran sebagai seorang ayah dan ibu, suami dan istri. Keluarga adalah sebuah organisasi kecil yang sangat mempengaruhi sebuah peradaban. Mengapa begitu ? Peradaban yang hancur dikarenakan banyaknya keluarga yang tak mampu mengendalikan isi rumahnya. Egoisme, individualistik, dan masih banyak problema lain yang muncul apabila membangun keluarga tidak mengunakan ilmu. Hanya tahu bagaimana melangsungkan pernikahan dan bagaimana ijab kabul. Padahal kehidupan setelahnya adalah hal yang paling penting

Dan hal yang menyedihkan, jika kata itu begitu tabu ketika dibahas didepan kaum adam. Nah loh? Jika ada kaum adam yang usianya sudah baligh tapi ketika hal demikian dibahas sudah hindar menghindar. Itu pertanda .......... Isi sendiri.
 
Calon ayah atau suami itu tugasnya sangat berat untuk menjadi leader dari keluarga. Ia yang mendidik istri dan anaknya untuk menjaga keimanan, nahkota yang menentukan kemana arah dari sebuah keluarga itu akan dibangun. Berhasilkah ? Atau buruk ? Seperti berita yang belakangan kita dengar, penelantaran anak oleh sepasang suami istri yang notabene berpendidikan tinggi. Innalillahi, mendidik anak oranglain bisa dilakukan, tapi nasib anak sendiri ditelantarkan. Nauzubillah.
Menjadi seorang ibu juga tidak kalah beratnya. Ia harus menjadi istri yang baik dan ibu yang mendidik anaknya. Madrasah al Ula. Banyak skill dan ilmu yang harus dipelajari, mungkin teman-teman bisa baca artikel saya mengenai : Catatan Hati Sang Calon Istri

Masalah tabu tidaknya, saya berharap. Kita bukanlah kaum apatis, karena gengsi karena ke-dilemaan kita pada masa depan di masa Quarter Life Crisis. Hal yang ditakutkan adalah membuat kita dijauhkan oleh Allah sebuah hikmah dan ilmu yang baik di masa yang akan datang. Bukan berarti yang menulis artikel ini akan menikah esok kan ? Atau para penulis baik novel ataupun artikel pernikahan harus sudah menikah atau segera menikah.

Satu lagi, apakah yang mempelajari perkara demikian adalah orang - orang yang sudah menemukan calon jodohnya? Gimana yang masih sibuk memantaskan diri dan memperbaiki diri ?
“Ahh saya kan masih sendiri, itu nanti deh di cari tahu..”

Hmm, hal itu pemikiran yang salah. Walaupun masih sibuk dalam memantaskan diri dan memperbaiki diri, justru itu masanya kita mempelajarinya. Bagaimana menjemput jodoh dengan cara yang benar dan menjalaninya nanti sesuai tuntunan yang benar pula.

Hal yang perlu diingat, jangan sampai pada masanya memasuki masa dimana ‘harus  menikah’ tanpa kesiapan, karena sudah waktunya. Tapi menikahlah ketika anda sudah siap *kesiapan itu defenisinya sangat panjang*. Bukan hanya kata ‘siap’ tapi ada sebuah nilai tanggung jawab didalamnya.


------------------------------
Yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

Keep Inspiring!
Kali ini saya ingin sedikit sharing tentang tulisan. Banyak yang bilang saya produktif sekali menulis. Padahal menurut saya, saya malah masih dalam kategori ‘malas’ dibandingkan orang-orang lain yang sudah menghasilkan banyak buku dirak-rak toko. Di usia saya yang sekarang menginjak 20 tahun saya masih menghasilkan satu buku dan itu self publish. Teman - teman bahkan adik - adik saya, memiliki banyak buku antologi, dan karya yang ia hasilkan. Jujur saja, saya merasa malu. Padahal saya memiliki visi menghasilkan karya lebih dari 100 buku ketika saya menginjak usia 50 tahun. Sebuah target luarbiasa yang saya tekankan pada diri saya sendiri. Mudah-mudahan tercapai .. Aminn

So, sejak mengenal baca dan menulis saya memang menyukai kegiatan ini. Orangtua saya memiliki kebiasaan demikian yang membuat saya juga ikut-ikutan. Mereka rajin sekali mendukung kebiasaan saya dengan berlangganan majalah anak-anak hingga saya menginjak sekolah menengah atas. Membelikan permainan motorik merangsang perkembangan otak, itu juga barangkali yang menyebabkan saya sangat ketagihan belajar, ketimbang teman-teman saya pada umumnya. Istilah kutu buku sudah dinisbatkan kepada saya sejak kecil. Nah bagaimana dengan teman-teman yang belum memiliki kebiasaan membaca dan menulis ? Masih ada waktu teman - teman untuk berubah. Yakinkan bahwa kegiatan membaca dan menulis sebuah tradisi yang harus dilestarikan agar kita naik kelas. Itu juga perintah Tuhan untuk menuntut ilmu dengan kegiatan demikian.

Saya lanjutkan dengan cerita seputar keajaiban tulisan. Saya sudah rajin menulis dibuku diary sejak kelas dua sekolah dasar. Kemudian berani mempublikasikan tulisan saya ketika duduk di sekolah menengah atas, karena ada wadah komunitas yang membantu saya untuk mengikuti berbagai event kepenulisan. Semakin lama, keajaiban karena saya merutinkan menulis hadir perlahan. Dimulainya saya bergabung di rubrik lingkungan sebuah koran yang cukup dikenal di kota saya selama kurang lebih dua tahun. Mengikuti ajang kepenulisan tingkat regional hingga nasional. Tapi saya sendiri merasa itu semua keberuntungan. 

Saya masih merasa sangat kurang sekali dalam menulis. Sering salah ejaan, salah maksud, terlalu kaku bahasa dan masih banyak hal lainnya. Tapi semua saya abaikan, karena niat saya menulis adalah ingin berbagi dan menyampaikan. Saya berharap memiliki pembaca yang baik budiman untuk mengingatkan saya ketika banyak kesalahan - kesalahan yang saya lakukan. Dan saya sampaikan bahwa menulis itu bukan bakat, melainkan pembiasaan dan keberaniaan. Tidak ada yang lahir langsung bisa menulis, semua butuh proses yang cukup panjang untuk menjadi mahir.
Di tulisan keajaiban tulisan ini, saya menyampaikan rasa syukur mendalam. Bahwa karena saya sedikit demi sedikit dan berlahan belajar untuk menulis. Tuhan memberikan saya hal yang ajaib di fragmen kehidupan saya. Saya dipertemankan kepada sosok luarbiasa yang mungkin hanya saya baca tulisannya dan kagumi. Atau berdiskusi dengan orang-orang yang sependapat dan memiliki visi yang sama dengan saya.
Dan barangkali, keajaiban lainnya ketika saya senantiasa menulis. Saya akan dipertemukan dengan jodoh saya hahaha *Maaf OOT*
Pesan inspirasi saya, teruslah menulis. Bayangkan pahala yang mengalir padamu dari sebuah tulisan dan nasehat kebaikan yang engkau sampaikan pada oranglain melalui tulisanmu dan karena tulisanmu ia merubah hidupnya

------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca :)

Keep Inspiring!


Percakapan saya dengan beberapa teman belakangan hari ini membahas mengenai mimpi. Impian-impian, pencapaian-pencapaian. Itulah yang menjadi kesukaan saya ketika duduk hadir bersama teman-teman, setidaknya dalam bercengkrama. Saya sering kali tidak sadar tiba-tiba bertanya, cita-cita kamu apa sih kedepan ? Rencana kamu lulus gimana ? Atau apa yang kamu lakukan besok ? Simpel. tapi satu dua orang yang bisa menjawab pertanyaan demikian. Terkadang jawaban yang sering kali saya dengar adalah sebuah realitas yang menyakitkan. Diselipkan oleh kata-kata keluhan. Jarang sekali yang optimis dengan mimpi-mimpinya. Barangkali mungkin karakter orang indonesia tipikal yang segan sangat nunduk, takut dikira sombong ketika menyampaikan mimpi-mimpinya. Atau takut diremehkan atau dicela. Padahal kita dipertemukan teman-teman itu selalu ada maksud dan tujuan. Bukan hanya haha hihi *dalam istilahnya. Itu yang sering saya camkan dalam kehidupan saya. Kamu diiciptakan dan dipertemukan sama saya ada maksudnya oleh Tuhan *merah-merah pipi deh*

CATATAN 1 : PERCAYA SAMA MIMPI KAMU, BAGAIMANA ORANG PERCAYA .KALAU DIRI SENDIRI GA PERCAYA

Padahal semua keinginan-keinginan kita itu ada ditangan kita jalannya. Bagaimana cara menggapainya. Tetiba saya pernah mendapat kiriman postingan, don’t just dreaming but plan to doing. Tapi mewujudkannya perlu proses dan jarang sekali dari kita mau melewati proses yang panjang itu. Mau mewujudkan mimpi itu perlu berlelah-lelah, perlu perjuangan.

CATATAN 2 : RANCANG MIMPI SENYATA MUNGKIN

Dan hal yang sering kita lupakan adalah merancang mimpi itu senyata mungkin. Dalam kehidupan pribadi saya, saya seringkali tak sengaja merancang mimpi saya sedemikian mungkin. Terkadang tergambar jelas dipikiran saya lalu saya tuangkan dalam sebuah rencana-rencana, kemungkinan-kemungkinan yang bisa kita lakukan, apa saja yang harus saya ketahui untuk mencapainya. Hal yang paling ajaib yang pernah saya sadari adalah saat ini. Saya sampai sekarang terkadang tak percaya dengan pencapaian-pencapaian yang saya raih.
Jika berkeinginan ingin umroh, rancanglah waktu, tanggal, dan bagaimana cara menujunya. Semuanya ada pada diri sendiri.

CATATAN 3 : PERCAYALAH DIWUJUDKAN ALLAH LEBIH INDAH

Ketika SMA saya selalu menginginkan memenangkan kompetisi nasional ketika saya pertama kali duduk sebagai seorang siswa. Tanpa disangka, di tahun akhir sekolah saya menjadi delegasi dari sekolah untuk berkompetisi nasional jauh dari pikiran saya awalnya. Dan mendapatkan posisi cukup memuaskan walau tidak sampai ke final. Karena sekolah saya waktu itu termasuk dua sekolah yang mewakili sumatera. Sekolah lainnya tidak mendapatkan posisi itu. Lalu, diusia yang cukup belia berkesempatan tulisan saya rutin mejeng di koran, selama lebih kurang dua tahun padahal sebelumnya saya hanya berkeinginan semu bahwa orang-orang yang tulisannya hadir dimedia adalah orang yang luarbiasa, lagi-lagi Allah yang menggerakkan lebih indah, kemudian saya bertemu orang-orang luarbiasa dan banyak pencapaian-pencapaian yang diluar dugaan. Saya hanya menjalani sesuai dengan peta konsep yang saya lakukan. Dan godaan yang benar-benar menakutkan bagi saya adalah takut akan menjadi manusia yang kufur nikmat :( doakan saya untuk selalu rendah hati dan selalu dengan niat yang lurus.


CATATAN PENTING : LURUSKAN NIAT KARENA-NYA

Dan satu kutipan yang benar-benar membuat saya tergugah beberapa hari yang lalu ketika saya dihadapkan oleh banyak kegagalan mencapai sebuah mimpi dalam waktu bersamaan. Kembalilah introspeksi diri. Mungkin ada yang salah pada diri kita sehingga kita digagalkan oleh Tuhan.

“Jika kamu melihat seseorang yang luarbiasa pencapaiannya padahal dia adalah orang yang sederhana, coba cari tahu amalannya. Karena itu bukan dirinya sendiri yang mengusahakannya ia digerakkan oleh kekuatan Tuhan,” Martga Bella Rahimi (Penulis Buku Mahasiswa 1/2 Dewa)


Teruslah bersemangat mencapai impian :)

Karena Tuhan memeluk mimpi kita ~ Andrea Hirata

--------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

Keep Inspiring !



Untuk beberapa minggu saya meminta maaf sudah lama tidak memposting artikel. Saya mencoba menuangkan tulisan - tulisan saya belakangan ini dalam bentuk sastra di bilik sastra di tumblr saya yang bisa teman-teman baca di Bilik Sastra Melati Octavia

Saya sedikit sharing mengenai kondisi pendidikan, di tempat saya melaksanakan kukerta (kuliah kerja nyata) yang merupakan program kampus saya.
Sama halnya ketika saya mengikuti kegiatan dalam program Kelas Inspirasi yang merupakan bagian dari program indonesia mengajar. Kondisi pendidikan indonesia benar-benar mengkhawatirkan. Barangkali postingan ini seperti curahan hati, karena setiap saya memandang wajah adik-adik saya yang bersekolah, saya seperti kembali mengingat-ingat momentum ketika saya bersekolah dahulu. Anak masa sekarang telah kehilangan masa kecilnya. Sungguh individual, tak ada permainan tradisional, hiperaktif, sulit diatur. 


ketika mengajari adik - adik
Seperti kehilangan gairah dan kasih sayang di matanya. Sesekali saya dan teman-teman kelompok mengajar memperhatikan bagaimana guru-guru mengajar anak-anak. Saya merasakan sedih mendalam, kata-kata kasar yang terlontar, kekerasan emosional yang berupa umpatan seringkali kami dengar. Dan itu tidak satu dua kali saya mengetahuinya. Tahun 2013, ketika saya pertama kali mengikuti program kelas inspirasi yang terjebak sebagai relawan mengajar, saya juga mengalami hal demikian, dan di tahun 2015 beberapa bulan lalu begitu juga. Dan kali ini ditempat yang berbeda, di kota berbeda lebih miris lagi daripada di ibukota provinsi di riau. Saya berpikir, sudah begitu sampel sekolah yang saya dapatkan tentang kondisi pendidikan indonesia saat ini ketika berada di kota. Bagaimana dengan nasib sekolah-sekolah di pelosok desa.

Sesekali saya merenung, dan bersyukur. Walaupun dulu, ketika saya bersekolah dasar yang jauh dari kota. Fasilitas di sekolah saya dan pengajaran gurunya sungguh baik. Dan saya berrencana untuk mampir ke almamater saya pasca program pengabdian ini selesai melihat kondisinya saat ini.
Guru-guru saat ini kebanyakan sibuk dengan sertifikasi, urusan-urusan administratif ketimbang fokus pada kegiatan mengajar yang merupakan fokus utama.

Sampai terdengar lontaran dari adik-adik disana “ Kakak mengajarnya lembut yaa, biasanya kami dimarahi terus ketika ribut sama ibu guru,” sambil menirukan pose gurunya yang sedang marah. Bahkan pada program pertama kali ditahun 2013 di hadapan saya sendiri saya mendengar ibu guru tersebut melontarkan umpatan kepada anak-anak itu yang menurut saya tak pantas dilontarkan oleh seorang guru.
Disini tak ada yang pantas dipersalahkan. Kita merupakan bagian dari masyarakat yang mencetak generasi yang baik itu berperan untuk menyelamatkan bangsa ini dari hal-hal kecil. Saya sangat apresiasi dengan program menteri pendidikan kita saat ini yang merupakan founder indonesia mengajar sebelum ia menjadi menteri.
Pendidikan kita saat ini bukan menyalah satu pihak saja, seorang anak itu tercipta baik karena berada pada tangan-tangan lembut oleh keluarganya sebagai dasar pendidikan awal, kemudian pendidikan sekolah dan juga masyarakat. Keluarga yang baik yang mendidik anaknya dengan ilmu dan pemahaman tentu akan melahirkan karakter anak yang tumbuh dengan baik di masa yang akan datang.

Semua yang saya lihat adalah berasal dari hati. Ketika kasih sayang keluarga sepenuhnya terlontar untuk seorang anak, dan kasih sayang guru kepada sang anak didiknya, ketika semua elemen menyadari bahwa ada peran cinta dan kasih sayang dalam mengajarkan akan membuat ilmu yang disampaikan akan sampai ke hati pula.

Adik - adik kita hadir di era modernisasi yang tiada batas. Permasalahan dikalangan anak-anak masa kini begitu kental akan adanya kekerasan, karena tayangan televisi, sosial media yang bebas diakses kapanpun. Bahkan, atas dasar ‘kasih sayang’ orangtua, orangtua saat ini sudah memberikan fasilitas gadget canggih dan juga kendaraan bermotor untuk siswa sekolah dasar.

Kita sebagai calon orangtua masa depan, seharusnya lebih cerdas lagi untuk membina anak-anak kita kelak dengan serbuan globalisasi tanpa batas.

Tidak hanya itu, saya berharap kita teman-teman generasi muda yang memiliki idealisme tinggi juga bercita-cita dan bermimpi untuk memperbaiki kondisi pendidikan kita saat ini dengan lebih baik walau hanya kontribusi kecil dan langkah kecil. Jangan lupa, bahwa bangsa ini besar karena langkah-langkah kecil itu ada di setiap jiwa anak muda luarbiasa seperti kita.
..... Beri saya sepuluh pemuda, maka saya akan guncangkan dunia” Bung Karno

------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

Keep Inspiring !

Dalam perbincangan dengan beberapa teman belakangan ini adalah mengenai memahami teman. Memahami bahwa setiap dari kita memiliki sisi baik dan buruk. Saya sendiri menyadari hal-hal yang barangkali menyakiti atau pun mengusik hati saudara-saudara saya yang lain. Bagaimanapun itu, hal yang dapat membuat hati lebih tenang adalah memahami dan mengerti.

Namun dari kesimpulan yang saya dapat, manusia memiliki sikap buruk yang sebenarnya membuat risau diri mereka sendiri. Membuat duri - duri di hati mereka masing-masing. Dan duri - duri itu sering disebut dalam Al-Quran. Tapi kali ini saya hanya menyampaikan tiga hal yang seringkali hadir menyapa hati kita. Kemudian meremukkannya, menghancurkan pertemanan, menimbulkan kegelisahan.

HAL PERTAMA : IRI DAN DENGKI

  Sikap iri memang seringkali hadir di hati manusia. Melihat oranglain yang ‘lebih’ dari kita. Keinginan kita untuk menjadi seseorang seperti ‘si dia’. Dia yang begini begitu, dia yang hebat, dia yang luarbiasa di kelilingi berbagai kenikmatan. Kebanyakan dari kita iri karena hal yang bersifat duniawi bukan iri pada ibadah-ibadah atau kesolehan seseorang. Jarang sekali iri hal demikian, karena iri pada kesolehan menimbulkan ghirah / semangat untuk lebih giat lagi untuk beribadah.
  
  “Tidak ada iri hati kecuali terhadap dua perkara, yakni seorang yang diberi Allah harta lalu dibelanjakan pada jalan yang benar, dan seorang yang diberi Allah ilmu dan kebijaksanaan lalu dia melaksanakan dan mengajarkannya” (HR Bukhari)
  
  Apa yang terjadi orang yang memiliki sifat ‘iri’ ? Hal yang positifnya adalah kita termotivasi untuk menjadi lebih baik. Apabila menimbulkan sebuah semangat untuk menjadi manusia yang lebih baik. Baik itu secara keilmuan, lebih giat bekerja, lebih tekun. Namun hal yang dikhawatirkan adalah, ketika iri tersebut jatuh kepada hal-hal yang merisaukan diri kita. Dengan su’udzon terhadap nikmat yang oranglain dapatkan, kemudian berprasangka buruk. Merangkai isu-isu tidak benar tentang ‘dia’ yang menjadi objek iri. Selanjutnya hal yang lebih parah, orang yang iri akan berpikir untuk menjatuhkan kemudian mencelakakan atau bahagia jika ‘dia’ yang diirikan menderita. Nauzubillah.
  
  Sadarilah teman, bahwa kita memiliki kenikmatan yang diberikan Allah secara istimewa untuk kita. Sadarilah, bahwa ketika kita iri pada oranglain, diluar sana ada banyak yang menginginkan posisi sama seperti kita. Ada yang ingin menjadi seperti kita.
  Apa yang salah dengan orang-orang yang terselinap hatinya rasa iri. Rasa iri timbul karena kurangnya rasa bersyukur pada Allah. Kita lupa akan nikmat yang Allah berikan pada kita. Coba renungkan, ketika kita iri. Apa yang kita dapatkan dari sikap iri itu ? Yang kita dapatkan hanyalah kesulitan untuk diri kita sendiri, kegelisahan ketika malam tiba, kegelisahan ketika melihat oranglain mendapatkan nikmat yang banyak.
  Maka dari itu pertanyaan status hati kita seperti apa, kenapa bisa ada iri terselinap di hati kita.
  
  “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [An Nisaa’ 32]
 
HAL KEDUA : RAKUS / TAMAK

  Sikap ini juga merupakan sikap yang kita hindari dan juga merupakan bagian dari penyakit hati. Seseorang yang tamak dan rakus tidak akan pernah merasa cukup atas apa yang Allah karuniakan padanya. Sebagian dari kita rakus pada hal-hal yang berkaitan dengan kebendaan dan keduniawian. Orang yang memiliki karakter penyakit ini, akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, tanpa peduli oranglain. Ia berusaha memperkaya dirinya, baik itu dari segi harta, kedudukan dan popularitas. Ia tidak berpikir apa jalan yang ia tempuh adalah jalan yang diridhoi Allah apa tidak. Mata hatinya tertutup akan keinginan yang mengebu-gebu yang harus dipenuhi olehnya.
  Adaapa dengan orang demikian? Orang rakus dan tamak merasa selalu tak cukup hidupnya, selalu merasa kurang. Hal ini disebabkan karena tidak adanya keberkahan yang ada dihidupnya. Ia mengantungkan kesuksesan itu adalah hal keduniawian. Ingin selalu lebih dan lebih. Memang hidup kita harus bertumbuh, tapi bukan hal - hal yang negatif semata-mata bertujuan untuk memperoleh hal yang sifatnya keduniawian. Karena manusia adalah sosok yang memang tak pernah puas.
Sebelumnya saya pernah menulis, kenapa manusia tidak pernah puas, kenapa ? Karena tak ada satupun di dunia ini yang patut menjadi tujuan selain Allah dan kehidupan akhirat/ surga.

  Satu hal lagi, orang-orang yang tamak / rakus adalah orang-orang yang kufur nikmat. Yang tak pernah bersyukur atas apa yang diperolehnya.
  
  
HAL KETIGA    : SOMBONG
  
  Sombong adalah dosa pertama yang ada di jagat raya ini. Dosa iblis kepada Allah Swt ketika diminta untuk bersujud menghormati ciptaan Allah yakni Adam AS. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan oranglain.

  Seringkali kita salah sangka dengan sikap oranglain. Mengatakan oranglain sombong, karena sikap iri yang terselinap dihati kita. Perlu kita pahami, bahwa sombong adalah ketika ada orang yang dinasehati tidak mau mendengar, meremehkan kemampuan oranglain. Bahwa jubah kesombongan hanya boleh dimiliki Allah Swt pemilik segalanya. Bukan kita sebagai manusia biasa. Karena penilaian Allah terhadap diri kita hanya keimanan dan juga amalannya. Selebihnya seperti ilmu, harta, kedudukan dan popularitas adalah sebuah nikmat yang Allah berikan atas apa yang diusahakan oleh hambanya. Tidak patut dijadikan tolak ukur kesombongan. Perlu kita renungkan, bahwa nikmat tadi adalah sebuah ujian dan cobaan, seberapa jauh diri kita sebagai hamba menjadikan nikmat tersebut sebagai ladang amal.
  
  “dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung” Q.S Al-Isra’:  37
  
  Apa yang terjadi bila hal demikian terjadi pada diri kita yang seringkali syaitan goda untuk merasa kagum dengan diri sendiri. Beristighfar, memohon kepada Allah agar hati kita diistiqomahkan pada kebaikan, nilai-nilai kebaikan. Bila terdengar oranglain yang berkata demikian pada kita atas sikap kita, dengarkan. Dengarkanlah nasehatnya, memohon nasehatnya agar kita tidak termasuk orang-orang yang menolak kebenaran dari kebenaran yang disampaikan oranglain. Bila terselip kata-kata yang menyinggung diri oranglain karena apa yang kita lakukan, memohon maaflah. Karena sadarilah tak ada yang sempurna di dunia ini. Kita hadir dimuka bumi itu dipertemukan untuk saling melengkap, kemudian saling menasehati dalam kebaikan dan kebenaran.
  
  Dan bila, kita terselip mengatakan saudara kita melakukan kesombongan. Tanyakan hati kita dahulu, apakah karena ada terselip rasa iri kita pada orang tersebut sehingga kita berpikir demikian. Barulah kemudian, jika memang benar teman kita dalam keadaan ia ujub dengan dirinya, nasehatilah dengan hati. Jika tak mampu, doakan kebaikan untuknya. Semoga Allah melembutkan hati orang tersebut.
  
  
  -------------------------------
  yang menulis tak lebih baik dari yang membaca.
  Istiqomahkan diri pada kebaikan
  Nasehati saya jika ada salah dan khilaf selama ini :)
Menghitung hari Ramadhan tahun ini akan meninggalkan kita. Sebagian besar kita barangkali tak sabar menunggu hari kemenangan yang sering kita katakan hari lebaran. Beberapa ramadhan tahun - tahun lalu, saya pernah merasakan oase kesedihan luarbiasa di malam takbiran. Tak pernah merasakan kesedihan luarbiasa kehilangan momentum cengkrama bersama Allah Swt di dalam beberapa doa. Bukan maksud ingin show up apa yang saya lakukan ketika Ramadhan. Tapi 10 malam terakhir di tahun itu saya memang fokuskan untuk merenung dan berdua-duaan dalam doa-doa. Dengan niat ingin hijrah menjadi manusia lebih baik lagi. Mengingat dosa-dosa yang begitu banyak, rasanya air mata tak cukup untuk menampung kesedihan mendalam. Niat saya dalam tulisan ini murni berbagi dan mengevaluasi diri saya sendiri, barangkali memotivasi dan kita sama-sama merenung apa yang sudah kita lakukan di Ramadhan kita kali ini.

Bahwasanya saya tanpa sadar lalai mempersiapkan ramadhan untuk tahun ini. Saya kelimpungan, saya khilaf lupa dan salah. Saya mengabaikan berbagai rancangan kegiatan rutin untuk memperbaiki diri dalam hal ruhiyah. Alhasil, saya merasa gagal untuk kali ini. Penyesalan luarbiasa bagi saya pribadi. Kesibukan yang benar-benar menyita waktu saya bercengkrama dengan Allah lebih banyak. Semoga dan semoga bisa memperbaiki.

Bagaimana ramadhan kamu ? Akankah lulus dengan baik, apa ada cela-cela yang membuat puasa dan ibadahmu jadi timpang ? Akankah rasa sedih menyelinap dihati kecilmu akan ramadhan kali ini. Janji apa yang kamu ingin azzamkan dalam hati untuk memperbaiki diri setelah ramadhan kali ini ?

Dalam satu kesempatan saya membawakan sebuah program rutin edisi ramadhan di radio. Saya seringkali menyapa dan menanyakan bagaimana puasa yang seharusnya dan bagaimana nilainya tetap terjaga, kita sering lupa dan saya juga sebenarnya mengingatkan diri saya sendiri. 

Jujur saja, tulisan-tulisan yang ada di dalam sini merupakan wujud nasihat untuk diri saya sendiri. Seringkali manusia tahu kebenaran tapi sayangnya ia sendiri lupa untuk menerapkan kebenaran dalam kehidupannya. Saya senantiasa berharap, ada orang-orang yang selalu mengingatkan saya ketika saya salah dan khilaf tak sesuai dengan nasehat kecil yang sering saya sampaikan.

Kali ini hijrah menjadi hal yang menarik yang selalu terucap dihati kecil saya. “Mel kamu harus hijrah ! Hijrah lagi .. Lebih baik lagi !” hati saya selalu mengucapkan hal demikian. Hijrah selalu diidentikan masa ketika tahun baru islam. Padahal menurut saya hijrah itu adalah proses wajib yang harus dimiliki setiap manusia yang beriman untuk senantiasa memperbaiki diri. Secara bahasa, hijrah artinya berpindah. Sementara itu dalam konteks sejarah, hijrah adalah kegiatan perpindahan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad bersama para sahabat dari Makkah ke Madinah, dengan tujuan mempertahankan dan menegakkan risalah Allah, berupa akidah dan syari’at Islam.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah [2]: 218).

“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia.” (QS. Al-Anfal [8]: 74).

Maka dari itu, mereka yang berhijrah di jalan Allah adalah orang yang tinggi derajatnya dan termasuk orang yang mendapat kemenangan besar.
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS. At-Taubah [9]: 20).

Dalam suatu kesempatan kajian yang pernah saya ikuti, bahwa ramadhan adalah bulan training. Training kebaikan-kebaikan yang dibiasakan hingga berdampak setelah ramadhan menjadi sebuah kebiasaan yang baik. Oase Ramadhan menambah ghirah (semangat) untuk melakukan ibadah lebih tinggi dari biasanya. Ketika detik-detik ramadhan usai. Teguhkan pada hati bahwa kita akan menjadi insan yang lebih baik setelah melewati hari kemenangan yang dimaksud.

Disini saya ingin mengingatkan sahabat-sahabat yang saya cintai karena Allah. Bagaimana kita saat ini sahabatku ? Terutama muslimah, akankah ramadhan tak menjadikah diri kita tetap berhijab dengan seutuhnya, masihkah kita mengatakan bahwa ketidaksiapan kita untuk berhijab / menutup aurat adalah bentuk keistiqomahan kita pada hal yang tak baik. Apa yang teman-teman khawatir kan sahabat muslimahku, apakah harta ? Kehilangan teman ? Kecantikan ? Orang-orang yang memuja kecantikan kamu.

Jujur saja, lidah saya tak kuat mengkritik hal tak benar tentang seseorang. Karena setiap manusia dimuka bumi ini jarang sekali ingin dikomentari, bahkan dan mungkin ketika dinasehati, telinga menjadi panas. Silaturrahmi menjadi putus. Kebencian menjadi-jadi. Tapi saya berharap, bahwa kita menjadi pribadi yang lapang, yang selalu terbuka menerima kritikan, komentar, dan nasehat apapun. Saya memilih untuk menjadikan diri role model apa yang saya ingin katakan (karena saya cinta damai, tak ingin memperbanyak musuh karena kata-kata yang kurang baik)
walau saya tahu tak mudah untuk dilakukan, karena saya juga manusia. Barangkali hati yang tak baik sedang mendominasi, kadang kala syaitan menang menguasai diri karena beberapa waktu jauh dari Illahi.

Hijrah lah ...

Teman teman muslim, para lelaki - lelaki yang diharapkan menjadi pemimpin di masa yang akan datang. Masihkah diri terbelenggu oleh nikmat duniawi yang melingkar disekeliling. Menghabiskan waktu untuk hal yang tak baik, memelihara ketidakbaikan, ketidakjujuran, kemalasan dan hal lainnya. Tantanganmu luarbiasa saudaraku, jangan terpedaya. Teruslah mengikrarkan dalam hati untuk senantiasa menjadi seseorang yang dicintai Allah, menjadi lelaki yang sholeh.

Menjelang hari kemenangan itu tiba. Masih ada kesempatan kita untuk memperbaiki diri. Berpindah dari hal yang tak baik, dari yang kurang baik menjadi baik. Memoles ibadah lebih baik lagi, memoles keilmuan tentangNya lebih dalam lagi. Menetapkan target-target ibadah dan juga keilmuan yang ingin dicapai.

Jangan pernah takut berhijrah, karena balasan surga sudah menanti kita diakhirat sana :)

----------- 
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca
Menjaga. Menjaga seperti seorang polisi dengan senjata. Menjaga dari halangan musuh ataupun para penganggu. Tapi itu yang hanya tampak. Bisa saja siapapun bisa menjaga. Tapi bagaimana menjaga sesuatu yang tak tampak. Seperti menjaga hati.

Kali ini saya ingin bercerita tentang sebuah penjagaan yang sulit dan penuh onak liku dan berduri. Terutama dirisaukan oleh para muda muda belia yang hatinya sedang subur bak disirami air dan dipupuk humus yang membuat gembur taman bunga cinta.
Hari ini saya mendapatkan sebuah perspektif sebuah penjagaan dan solusi atas sebuah penjagaan yang ketat akan sebuah rahasia yang tersimpan di hati.
Siapapun kamu, tentu pernah terselinap rasa pada siapa yang kamu inginkan menemanimu dimasa depan bukan ?

Tapi sayang, banyak diantara kita yang lalai. Termasuk saya juga. Tapi kali ini saya tak ingin menjadi kalah oleh waktu, kalah oleh musuh-musuh. Musuh yang bernama syaitan, ibarat sebuah rumah berpagar tinggi dikelilingi oleh penjagaan yang ketat tak mampu dirayu oleh sengatan apapun. Bagaimana konsep menjaga. Menjaga ketika berbicara tentang hati kah ? Atau menjaga yang bagaimana ?

Saya pernah melakukan kesalahan untuk memahami konsep menjaga. Bahwasanya dan sesungguhnya konsep menjaga yang benar adalah diam. Diam seribu bahasa. Layaknya diamnya hati sang ali dan sang fatimah akan sebuah rasa yang hanya Allah yang tahu. Diam ketika diri merasa tak ingin melangkahi keputusannya untuk sebuah momentum bahagia.

Banyak dari kita yang kesulitan untuk diam. Lelah, tak sabar, buru-buru padahal diri ini tahu belum saatnya dan belum waktunya. Diam adalah keputusan paling bijak menghadapi sebuah penjagaan ketat sebuah rasa yang belum pasti muaranya. Belum tampak tanda tanda dan kejelasannya.
Diantara kita ada yang melangkahi waktu, terpedaya oleh rayu-rayu dan oleh kata tunggu. Padahal kata tunggu adalah sebuah alasan riskan yang menjerumuskan pada sebuah hal buruk yang mengorbankan sebuah perasaan. Bila memang siap dan memang tak ada alasan lagi untuk menundanya, bersegeralah. Jangan sampai kata tunggu menjadi alasan para syaitan mengoda hati-hati yang ada. Karena hati manusia itu mudah sekali dibolak-balikan. Seindah apapun, sesuka dan cinta apapun dengan mudahnya bisa menjadi sebuah kebencian mendalam dan begitu pula sebaliknya.

Allah pernah berfirman, bila belum siap maka berpuasalah. Sebuah makna kompleksitas mengenai hal demikian. Memang ada masanya lelah bersabar, ada masanya risau menunggu, ada masanya penantian menjadi sulit. Tapi bersabar adalah sebuah pilihan terbaik dari sampai pada kapasitas dan tanpa alasan hingga sampai pada waktunya. Percayalah Allah maha mengetahui kesiapan kita, Allah Maha Perencana Yang Baik. Tak usah kita mengada-ngadakan sebuah alasan.
Menunggu, Menjaga, Diam dan bersabar. Insya Allah akan Allah balas sebuah keindahan yang luarbiasa di masa yang akan datang. :D

Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang maka Allah timpakan keatas kamu pedihnya sebuah pengharapan, supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain Dia.Maka Allah  menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya (Imam Syafii).

----------------------
yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca


Ada banyak hal yang kita inginkan memiliki rasa sepaham dengan diri kita. Kadang ego merajai hingga kita merasa sendiri di suatu masa. Kali ini saya belajar bahwa sejatinya, memahami adalah maksud Tuhan mempertemukan saya denganmu. Kamu merupakan orang-orang baru yang setiap kali hadir bertemu dan menyapa. Berusaha memahami setiap kalimat-kalimat terlontar di bibir ini. Berusaha mengerti bahwa kita berbeda dan kemudian Tuhan menyampaikan sebuah cerita bahwa ada hal yang sama-sama harusnya kita lengkapi. Bahwa Tuhan menciptakan kita tidak sendiri. Agar kita mengerti bahwa kurang dan lebih itu adalah indah, bahwa resah dan gelisah bercampur sebuah makna adalah sebuah pemahaman yang seharusnya dihadirkan.

Kali ini, saya kembali memetik sebuah makna akan adanya sebuah pertemuan. Entah itu dengan orang baru, entah itu kawan lama, apa itu mereka yang pernah mengisi ruang-ruang dalam relung kita masing-masing. Kita disini berusaha mengerti, terkadang adakalanya melawan ego adalah sebuah pengorbanan yang melahirkan makna bahwa sejatinya kita diinginkan untuk memahami lebih dahulu barulah kita dipahami.

Memahami menjadi sebuah tujuan sebuah pertemuan. Menyamakan kata, makna, bahkan sesuatu yang bernama hati.
Pembelajaran yang saya dapati dalam sebuah pembelajaran mengenal, mengetahui, bahkan mencoba untuk menyelaraskan.

Sebagian besar rasa resah dan gelisah disebabkan karena ketidakpahaman kita. Ketidakpahaman kita akan maksud diri sendiri, ketidakpahaman visi. Bahkan ketidakpahaman pada lingkungan yang ada disekitar kita. Belajarlah memahami. Bahwa cinta yang hadir karena pemahaman yang tinggi akan membuat sebuah energi yang besar. Pemahaman akan mengajarkan kita bentuk perbaikan diri, mengajarkan kita tentang kehidupan. Bila masih tersendat, pertanyakan. Berarti kita hidup dalam ketidakpahaman. Sama halnya ketika kita belajar mengenal Allah. Manusia yang baik tentu akan senantiasa mengenal Tuhannya dan berusaha menjadi sesuatu yang diinginkan oleh Tuhannya.

Bantu saya memahami kamu :)

-------
Yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca

  “Hidup itu adalah bertumbuh, hidup adalah untuk naik kelas berakselerasi”

  Istilah akselerasi barangkali teman-teman sering mendengar ketika bersekolah dahulunya. Kita mengenal dengan kelas akselerasi, kelas anak-anak pintar yang memiliki kemampuan bersekolah lebih singkat dan lebih cepat. Akselerasi adalah pertumbuhan. Belakangan ini, kata-kata ini yang terngiang-ngiang sehingga saya mendapatkan berbagai kesimpulan. Akselerasi dalam kamus bahasa indonesia adalah sebuah proses percepatan atau peningkatan kecepatan. Menurut saya, kita sebagai manusia yang ingin maju harus memegang prinsip akselerasi.

  Seperti biasa, blog ini berisi hal-hal yang barangkali bisa menginspirasi atau bikin galau hehe. Akselerasi itu menentukan kita bertemu dengan siapa dan hidup dengan siapa. Sejauh itukah ? Saya sering mengamati dan juga menghubungkan berbagai ayat quran serta prinsip-prinsip islam dalam kehidupan kita. Barangkali teman-teman tahu hadits mengenai pertemanan, bahwa kita diinginkan untuk berteman dengan orang-orang baik, alias penjual parfum bukan penjual ikan. Karena aroma ikan atau parfum akan terkena dengan kita yang menemaninya. Sama halnya ketika kita berteman, bila kita berteman kita akan berkarakter tak lebih jauh dan kurang sama dengan teman kita. Ketika kita berteman ada proses belajar yang sadar atau tidak sadar itu berkaitan dengan budaya, kebiasaan dan juga hal-hal seringkali berpengaruh pada diri kita. Simpel kedengarannya, karena dalam kajian psikologi sering juga dibahas, bahwa kepribadian manusia itu terbentuk sebagian besar karena lingkungannya. But, seharusnya dengan prinsip ini bisa kita jabarkan lebih luas lagi. Bahwa Islam dan Quran menjelaskan lebih dari itu, sebuah ikatan silaturrahim itu lebih dari hanya sekedar mempengaruhi karakter, tetapi juga rejeki, jalan hidup, pandangan hidup, prinsip dan nilai nilai dan hal lainnya. Maka dari itu jangan pernah kita sepelekan nilai sebuah pertemanan.
  Hal ini berkaitan dengan akselerasi untuk kali ini, saya pernah memposting sebuah status di facebook yang isinya seperti ini

  “Pencapaian itu menular, bertemanlah dengan orang-orang yang memiliki akselerasi yang tinggi dalam kehidupannya tanpa sadar kita akan berusaha mengikutinya dan akan sama-sama berhasil dengan pencapaian yang sama. Dengan satu syarat, yakni keinginan kita untuk maju dan berubah menjadi lebih baik”

  Dalam forum motivasi mario teguh pernah mengatakan hal demikian mengenai akselerasi, walaupun ada yang mungkin kesulitan untuk mencernanya. Karena tidak semua orang yang mau untuk melakukan akselerasi yang tinggi. Karena untuk mencapai sebuah kecepatan dan akselerasi itu membutuhkan pengorbanan dan perjuangan. Kita harus merasakan lelah dan juga tentunya kesabaran yang tinggi.
  Bagaimana orang yang hidupnya tidak mau berakselerasi, hidup orang-orang yang tidak mau berakselerasi adalah hidup orang-orang yang kehidupannya mati. Tidak ada kehidupan, kehidupan yang hanya melakukan tindakan-tindakan bodoh bukan untuk membuat dirinya maju melainkan untuk merendahkan dirinya dihadapan Tuhan dengan melanggar perintahNya. Orang yang senantiasa berakselerasi akan senantiasa berusaha untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik, ada sebuah pencapaian pencapaian yang akan ia targetkan dan peroleh.

  Akselerasi jugalah yang membuat kita bertemu dengan orang-orang baru. Bertemu dengan wawasan baru. Dan .. Tentunya bertemu jodoh hehehe. Saya tergabung di grup parenting di sebuah club yang sering berdiskusi perkara persiapan untuk menuju kedewasaan. *Aduh bahasanya*

  Perbincangan grup parenting subuh kali itu, membuka wacana sih kira - kira siapa jodoh kita. Kita akan menemukan jodoh kita itu dalam lingkaran kita sehari-hari. Jodoh kita tidak jauh kok dari kita. Bahkan penelitian pernah mengatakan bahwa sebagian pasangan itu menemukan jodohnya di 50 orang lingkaran pertemanan terdekatnya. Saya lupa ada orang yang menyampaikannya pada saya. Namun, perlu kita garis bawahi bahwa hidup kita bertumbuh berakselerasi, kapasitas jodoh kita tentu akan sama dengan diri kita. Ketika kita mampu untuk melangkah lebih besar dengan berteman dan juga melakukan percepatan dalam kehidupan kita akan menemukan orang-orang yang memiliki karakter, visi, kesamaan dan hal hal yang beriringan. Kita yang hadir di muka bumi ini adalah sama-sama bertumbuh. Bukan menyalahi dengan konsep bahwa jodoh itu penentu dari lingkaran kita, seolah-olah kita yang mengatur. Bukan begitu, melainkan kita akan menemukan orang orang yang barangkali diantaranya adalah jodoh kita yang sama-sama memiliki langkah kaki yang sama untuk maju kedepan bareng bersama untuk bertumbuh. Namun, lagi - lagi kita kembali kepada Allah SWT. Karena apapun itu, keputusan final siapa orang yang tertakdirkan untuk menjadi partner kehidupan dunia dan akhirat adalah Allah, Sang Pencipta kita.

  Dan, pesan selain itu. Selalu lah berakselerasi. :D

*Yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca*
 

 
Sudah hampir seminggu saya berada di Kota Dumai, mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata yang merupakan rangkaian kegiatan dari kampus. Ada hal unik yang saya perbincangkan dengan teman-teman satu kamar. Sehingga lahir judul dan tulisan ini. Sebenarnya ide tulisan ini saya sudah lama ingin sampaikan, namun butuh waktu untuk meramunya menjadi sebuah pemikiran yang barangkali membuka pikiran kita. Setelah kami sahur kala itu, ada sesi dari hati ke hati yang tak sengaja saya dan teman-teman perempuan saya bicarakan. Hal yang menjadi pembicaraan adalah berbicara masa depan. 

  Beberapa hari yang lalu ketika saya mengisi host sebuah talkshow radio, narasumber membuka pikiran saya tentang tantangan orangtua di masa depan dan juga peran perempuan dan laki laki yang disalahartikan serta terbalik nilainya. Sebuah kehidupan seorang anak, pendidikan anak yang saat ini seharusnya menjadi perhatian yang tak boleh diabaikan. Sebelumnya dari kita seringkali melihat berita televisi dan media lain tentang peaniayaan anak, kasus kasus negatif yang berkaitan dengan anak, kenakalan remaja dan hal lainnya.

  Semua penyebab yang terkait dengan hal ini adalah berbicara sebuah nilai dasar. Perlu kita sadari bahwa pendidikan keluarga adalah sebuah nilai esensi kehidupan dari seorang manusia. Manusia yang lahir ke muka bumi, mengalami proses pengenalan dan juga proses belajar diawali dari keluarga. Setelah di telisik kasus kasus yang seringkali kita dengar dan lihat itu kembali pada kesalahan menerapkan esensi dalam berkeluarga. Kenakalan remaja, narkoba dan hal negatif lain yang menghancurkan generasi kita dimulai dari sebuah kesalahan fatal mengelola sebuah keluarga. Namun, hal yang mungkin akan saya bahas adalah sebuah nasehat dari hasil perbincangan para perempuan untuk para calon-calon ayah di masa depan.
  Kami (perempuan) menyadari bahwa tantangan kehidupan kita di masa yang akan datang lebih ekstrim, lebih menggoda, lebih menguras nurani dan emosi. Laki-laki saat ini ditawari oleh banyak ragam hal melenakan sejak ia tumbuh dari bocah laki-laki menjadi lelaki dewasa. Kehidupan hedonisme, permainan bola, berbagai macam game yang didominasi kaum adam, film-film, musik, berbagai permainan, perempuan, hal yang terkait dengan nafsu dan hal lainnya. Seperti dirancang mengapa sasaran empuk godaan itu sebagian besar untuk para laki-laki. Perempuan dilenakan dengan berbagai sebuah nilai esensi independennya seorang perempuan, kehidupan materialistik, sehingga hilanglah nilai-nilai yang seharusnya diterapkan dan untuk menjadi manusia yang berkualitas. Bukan mendeskretikan, tapi populasi perempuan yang saat ini lebih mendominasi dibanding kaum adam juga menjadi perhatian. Lapangan pekerjaan yang saat ini lebih cenderung diberikan pada wanita karena wanita itu memiliki pribadi penurut, penyayang, rajin dan cekatan (multitasking) membuat laki-laki saat ini memiliki tantangan lebih sulit untuk lebih mapan, lebih kuat untuk menjawab peran dan tantangan masa kini. Laki-laki yang tak mampu berbuat lebih dalam akademiknya, karakternya, skill yang dimiliki karena terlenakan hal duniawi akan kesulitan untuk menemukan perannya di masa yang akan datang, apakah itu menjadi seorang suami nantinya dan juga menjadi seorang ayah. 

  Pesan dari seorang perempuan dimanapun dan siapapun ia, ia selalu berharap mendapatkan imam yang bisa memenuhi kebutuhannya, baik itu nafkah, membimbingnya menuju surga. Serius menjalani kehidupannya, memapankan diri sejak dini dengan berbagai kegiatan yang meningkatkan kualitas dirinya, imannya, menanamkan hal kebaikan-kebaikan didalamnya. Tidak mudah untuk tergoda dengan hal hal yang tidak baik, memiliki identitas yang baik, jujur dan menjaga. Tentunya gambaran seorang lelaki soleh yang menjadi idaman para perempuan. Selalu memperbaiki diri dengan niat karenaNya.

  Percayalah, bahwa laki-laki dan wanita yang baik kemudian membangun sebuah keluarga yang baik menjalani kehidupan karenaNya akan membentuk peradaban emas yakni untuk anak-anaknya kelak akan disiapkan sesuatu baik di masa datang, kehidupan sejahtera di dunia dan surga di akhirat.
  
  Siapapun kamu calon imam, semoga dipertemukan pemimpin bidadari yang akan kamu temani di surga kelak :)

Bismillah, sudah memasuki Ramadhan tahun 1436 Hijirah. Bersyukur luarbiasa sampai pada ramadhan kali ini. Hal yang biasanya saya lakukan ketika memasuki ramadhan adalah sebuah renungan yang luarbiasa dalam. Sebelum memasuki Ramadhan saya dan bunda biasanya 'ziarah' ke tempat makam ayahanda. Kali ini saya mengingat sebuah history panjang ketika detik-detik ditahun 2010 saya dan bunda saya mengalami kejadian luarbiasa, menjadi korban dari sebuah agen perjalanan mudik. 

Entah apa maksud tuhan kali pertama mudik dipersulit pada saat itu. Ternyata benar, Allah ingin tahun itu saya bersukacita ramadhan penuh hingga lebaran bersama ayahanda di Pekanbaru. Mudik kali itu seperti urgent sekali, musibah sakit yang dialami keluarga besar ibunda menjadi sebuah alasan dan masih banyak hal dilematis lain yang menjadi rasa perih jika mengingatnya. 
Tapi saya bersyukur, karena hal itu saya menjadi orang yang lebih kuat dari sebagian besar orang.
Tahun 2010 adalah sebuah duka mendalam. Seperti rahasia menyesakkan ketika orang-orang yang saya cintai dipanggil Allah secara marathon kala itu. Sebelum ayahanda, kakek yang mengasuh kami di Pekanbaru, tetua yang kami hormati pergi dahulu, dan belum sampai lewat dari beberapa bulan ayahanda saya yang menyusul dan kemudian belum sampai 40 hari istri kakek ikut menyusul.

Tapi saya tak ingin larut menceritakan sebuah kesedihan. Saya ingin kita mengambil sebuah refleksi kehidupan yang Allah berikan pada kehidupan saya. Kali itu saya ziarah sebelum memasuki ramadhan kali ini, kilasan kejadian-kejadian dan detik kepergian ayahanda dipelukan saya menjadi jelas kembali. Sudah lima tahun beliau meninggalkan keluarga kami. Sebuah pemahaman yang saya berusaha masuki kepada ibunda. Jujur, saya adalah anak manja ayah. Selalu dan selalu dari kecil manja dengan ayah. Ayah adalah sahabat luarbiasa mengajarkan banyak nilai kehidupan pada saya dan adik. Senyumnya, candanya, petuah-petuah bijaksana dan kasih sayang yang tak saya dapati dan terlihat barangkali ayahanda diluar sana menjadi sebuah kerinduan mendalam. Sedangkan ibu merupakan wanita tersabar yang pernah saya temui, walau setiap dari kami sekeluarga memiliki kekurangan untuk menjalani sebuah keluarga yang memiliki dinamika yang tak biasa. saya merasakan perjuangan itu hingga detik ini.
Refleksi Ramadhan yang saya dapati adalah bahwa kita yang masih memiliki ayah dan ibu bersyukurlah mereka masih hadir ketika ia sahur bersama berbuka bersama dengan kita. Tersenyum dan menyapa kita atau bahkan memarahi kita karena kesalahan kesalahan kita. Bersyukurlah masih ada yang berbicara dan mendengar suaranya. *meleleh airmata*

Jangan sia-siakan orangtuamu dengan sikap egois dan ketusmu, kita barangkali pernah khilaf dan salah. segeralah meminta maaf dan berbaiklah padanya. Berdoalah tentang mereka dengan tulus setiap ibadah kita. Dan hal yang paling penting berjanjilah setiap detik dalam kebersamaan kita bahwa kita berjanji untuk senantiasa membuat mereka tersenyum dan nyaman. Jujur, saat ini saya selalu keluh dan pilu ketika ibunda mengeluh tentang hal sepele yang belum bisa saya lakukan untuknya. Saya juga terdiam membisu ketika tak sengaja mendengar doa-doanya tentang saya dan adik saya serta keinginanya bertemu dengan Ka'bah. 
Sebuah refleksi yang tak bisa saya gambarkan dalam diri saya yang masih hina ini.
Janjilah dalam hati saudaraku, bahwa kita jadikan ramadhan kita penuh sebuah kerinduan mendalam. Sebuah refleksi dan sebuah janji kita padaNya untuk melatih diri menjadi insan lebih baik lebih baik di masa depan.
Saya selalu berdoa dalam hati agar selalu dipertemukan orang-orang baik yang selalu mengingatkan kesalahan saya, dan bila terjebak dengan hal tak baik saya ingin Allah sendiri lah yang menjemput saya keluar dari jalan tersesat itu untuk kembali pada jalan yang benar.

Mari kita sama-sama berdoa, izinkan saya ya Allah menjadi orang lebih baik setelah Ramadhan kali ini :)
Newer Posts
Older Posts

HELLO, THERE!


Hello, There!


Hello, There!

Let's read my story and experience


Find More



LET’S BE FRIENDS

Sponsor

OUR CATEGORIES

Entrepreneurship Event Financial Talks Forest Talk Good For You Happiness Healthy Talks Ngobrolin Passion Parenting Pendidikan Review Self Improvement Self Reminder Tips Travel Wirausaha Young Mindset community development experience

OUR PAGEVIEW

recent posts

Blog Archive

FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by beautytemplates